Abstrak
Analisis ini bertujuan untuk mencari unsur dari beberapa cerpen dalam buku “Tandak”
melalui analisis onjektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Hegemoni
Antonio Gramsci. Dalam teori ini terdapat enam kunci, yaitu kebudayaan, hegemoni,
kepercayaan popular, kaum intelektual, dan negara. Dari banyaknya cerpen yang ada dalam
buku ini, ditemukan beberapa cerpen yang memiliki unsur hegemoni. Diantaranya adalah
cerita yang berjudul Biografi Pohon Sidrah, Bulan Mandi Darah dan Sirkuit Jahannam.
Kata Kunci : Hegemoni, Gramsci, Tandak, Biografi Pohon Sidrah, Bulan Mandi Darah,
Sirkuit Jahannam
Pendahuluan
Dari jaman dahulu sampai saat ini, banyak sekali cerita – cerita yang beredar dalam
masyarakat. baik yang kebenarannya bisa di buktikan maupun yang tidak bisa di buktikan,
namun para pendengar atau pembaca tidak pernah menghiraukannya. Sementara cerita adalah
suatu tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal baik itu peristiwa,
kejadian dan lain sebagainya. Tandak berisi tentang beberapa cerita, dimana setiap judul
cerita memiliki cerita yang menarik. Diawali dengan cerita yang berjudul “Memburu Gogor”
dimana menceritakan tentag keresahan warga dimana ternak – ternak mereka yang mati
karena diteror oleh gogor, anjing siluman berbulu legam yang membuat mereka mencurigai
Mariah dan Sujai sebagai pelakunya, karena mereka berdua di anggap memiliki suatu
hubungan yang misterius. Dan diakhiri dengan cerita yang berjudul “Tandak” yang sama
dengan judul buku ini, yang menceritakan tentang kisah seseorang yang menjadi seorang
tandak (penari).
Dari cerita – cerita yang ada dalam buku ini, beberqpa diantaranya dapat di analisis
dengan menggunakan Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Gramsci membagi ada enam pilar
kunci dalam teorinya, yaitu kebudayaan, hegemoni, ideologi, kepercayaan popular, kaum
intelektual, dan negara.
1. Kebudayaan
Bagi Gramsci konsep kebudayaan yang lebih tepat, lebih adil, dan lebih
demokratis, adalah kebudayaan sebagai organisasi, disiplin batinilah seseorang,
yang merupakan pencapaian suatu kesadaran yang lebih tinggi, seseorang berhasil
dalam memahami nilai historis dirinya, fungsinya di dalam kehidupan, hak – hak
dan kewajibannya. (Faruk, 2017:139)
2. Hegemoni
Hegemoni diartikan sebagai hubungan antara rakyat dengan pemimpinnya.
Sifat kompleks dari hubungan antara massa rakyat dengan kelompok pemimpin –
pemimpin masyarakat. Suatu hubungan yang tidak harus politis dalam pengertian
sempit, tetapi juga persoalan mengenai gagasan – gagasan atau kesadaran. (Faruk,
2017)
3. Ideologi
Dalam mencapai suatu hegemoni, diperlukan ideologi dimana ada tiga cara
penyebaran gagasan – gagasan ideologi, yaitu melalui common sense, bahasa, dan
folklor. Common sense bukan merupakan sesuatu yang kaku melainkan selalu
mentranformasikan dirinya, memperkaya dirinya, dengan perilaku – perilaku yang
logis. Dalam ideologi Bahasa, didalamnya sudah mencakup tentang kebudayaan
dan dunia. Sedangkan folkor adalah cara melihat suatu kegiatan – kegiatan yang
dipercaya sebagai tahayul.
4. Kepercayaan Populer
5. Kaum Intelektual
Intelektual di sini harus dipahami sebagai suatu strata sosial yang menyekuruh
yang menjalankan suatu fungsi organisasional dalam pengertian yang luas. (Faruk,
2017;150). Gramsci membagi kaum intelektual ke dalam 2 kelompok, yaitu kaum
intelektual tradisional dan kaum intelektual organik. Kaum intelektual tradisional
ialah suatu kaum yang memiliki kemampuan untuk memimpin tetapi wilayahnya
masih di bawah oleh kaum intelektual organik. Sementara kaum intelektual
organik ialah suatu kaum yang memiliki kekuasaan yang menyeluruh, dan lebih
dipercaya oleh kaum – kaum yang lainnya.
6. Negara
Negara adalah suatu tempat terjadinya dimana Hegemoni itu terjadi. Bagi
Gramsci, Negara tidak hanya menyangkut aparat – aparat pemerintah, melainkan
juga aparat – aparat hegemoni atau masyarakat sipil. Gramsci juga membedakan
dua wilayah dalam negara: dunia masyarakat sipil dan masyarakat politik.
Masyarakat sipil ialah suatu kelompok yang memiliki persetujuan dalam wilayah
kekuasaan seperti desa atau keluarga. Sedangkan masyarakat politik memiliki
suatu wilayah kekuasaan lebih dalam negara yang dapat mengendalikan segala
aspek sosial.
Pembahasan
1. KEBUDAYAAN
1.1 Kebudayaan dalam cerita Biografi pohon Sidrah
Kebudayaan masyarakat pada saat itu adalah ketika seseorang menemukan sesuatu
yang di anggap belum pernah diketahui atau ketika menemukan sesuatu yang menarik,
maka seseorang itu akan memberitahukan kepada masyarakat.
Aku tak mau mukjizat ini kunikmati sendiri. Lalu kuceritakan semuanya kepada teman – temanku.
Kuantar mereka ke tempat ini. (Julian, 2015;14)
Ketika seseorang telah menemukan seseuatu lalu menceritakan kepada teman –
temannya / masyarakat disitulah terjalin erat hubungan sesama. Dimana ketika seseorang
merasakan sesuatu yang dapat membuatnya senang, maka ia tidak menikmatinya sendiri
tetapi membagi kebahagiaan tersebut.
2. HEGEMONI
2.1 Hegemoni dalam cerita Bigrafi Pohon Sidrah
Hegemoni dominasi yang sesuai dengan konsep Gramsci di tunjukkan oleh Musawir
kepada gurunya.
Tentu aku lebih percaya kepada Kyai Ahyar yang rerputasinya sudah tak diragukan daripada kepada
Lien meskipun ia tak pernah berdusta. (Julian, 2015;12)
Hegemoni yang dilakukan Musawir adalah ia lebih mempercayai Kyai Ahyar yang
merupakan gurunya ketimbang Lien ketika mereka berdebat mengani keberadaan pohon
sidrah.
Hegemoni dalam cerita ini diperlihatkan oleh Habib, dimana ia memimpin jemaatnya
untuk memberantas kelompok yang mereka anggap zindik. Dibuktikan dalam kutipan
berikut.
"ia" yang merujuk pada tokoh Habib memimpin jemaatnya untuk melakukan
beberapa tindakan terhadap kelompok yang dianggap zindik. Hegemoni dilakukan oleh
Habib kepada jemaatnya
3. IDEOLOGI
3.1 Ideologi dalam cerita Biografi Pohon Sidrah
Ideologi dalam cerita ini di tunjukkan ketika Lien menemukan pohon yang
menyerupai pohon sidrah. Dibuktikan dalam kutipan berikut.
Kalau kau percaya bahwa pohon sidrah hanya tumbuh di lapis langit ketujuh. Kau salah besar,
Musawir. Aku melihatnya di area gundukan tanah dusun Palanggaran. Setiap matahari jatuh di kaki langit,
serumpun pohon akan memijarkan cahaya hijau yang lembut; meredupkan pendar ribuan kunang – kunang
yang beterbangan di sekitarnya. (Julian, 2015;12)
Ideologi yang dilakukan oleh Lien termasuk ke dalam ideologi sekularisme, dimana ia
mempercayai apa yang ada di akhirat juga ada di dunia.
Ideologi logis ditunjukkan oleh Zakiyah ketika menjelaskan kepada suaminya tentang
kenapa ia melakukan penyuluhan terhadap mantan perempuan malam. Dibuktikan dalam
kutipan berikut.
"abi, daripada menjual diri, lebih baik mereka melakukan pekerjaan lain. Penyuluhan ini penting agar
mereka punya keterampilan.” kata kata itu mengunci mati mulut Habib. (Julian, 2015;56)
Dalam kutipan diatas, ideologi tokoh Zakiyah termasuk dalam common sense. Tokoh
Zakiyah melakukan tindakan dengan logis. Hal ini dilakukan untuk kepentingan
masyarakat.
4. KEPERCAYAAN POPULER
4.1 Kepercayaan popular dalam cerita Biografi Pohon Sidrah
Kepercayaan popular pada saat itu adalah ketika seseorang atau masyarakat melihat
atau menemukan tempat yang di kira jarang di temukan dan bisa membuat mereka
terkagum, maka mereka akan melantunkan zikir, do’a – do’a dan solawat untuk tempat
tersebut.
Pada hari – hari dan bulan – bulan tertentu, mereka berziarah ke pohon sidrah. Setelah menyambangi
pohon itu, mereka sebagaimana aku, Lien, dan teman – temanku merasa sangat spiritual. Ketakjuban,
keterpukaan, dan rasa tersihir membuiat orang – orang dari berbagai dusun mencawiskan do’a – do’a,
memadahkan zikir,dan salawat. (Julian, 2015;14)
Baginya, membaca cerita khayal dapat melemahkan iman, membuat manusia lari dari realitas yang
ditakdirkan (Julian,2015;53)
5. KAUM INTELEKTUAL
Kaum Intelektual terbagi menjadi dua, yaitu Kaum Intelektual Tradisional dan kaum
Intelektual Organik.
5.1 Kaum Intelektual dalam cerita Biografi Pohon Sidrah
5.1.1 Kaum intelektual Tradisional
Terdapat pada sosok Kiai Ahyar, dimana ia adalah seorang Tokoh
yang ada pada masyarakat dan memiliki kekuasaan untuk melarang
masyarakat menziarahi pohon sidrah itu karena menurutnya pohon sidrah
hanya ada di lapis langit ketujuh.
Lien, kau tahu apa yang dikatakan Kyai Ahyar setelah kuceritakan pohon itu kepada
beliau ? Gadis berkulit keramik itu menggeleng. Beliau bilang, pohon sidrah cuma ada di langit
ketujuh. Namun beliau tak pernah melarang orang – orang menziarahinya. (Julian, 2015;15)
5.1.2 Kaum Intelektual Organik
Di tunjukkan oleh Munawir, Lien dan masyarakat lainnya.
Pada hari – hari dan bulan – bulan tertentu, mereka berziarah ke pohon sidrah. Setelah
menyambangi pohon itu, mereka sebagaimana aku, Lien, dan teman – temanku merasa
sangat spiritual. (Julian, 2015;14)
6. NEGARA
6.1 Negara dalam cerita Biografi Pohon Sidrah
6.1.1 Mayarakat Politik
Rupanya pemerintah Hindia wilayah kami mendengar cerita tentang pohon sidrah; tentang
orang – orang berbagai dusun yang menziarahinya. Selama ini, pemerintah belanda melarang
orang – orang berkumpul, berserikat. (Julian, 2015;15-16)
Terlihat pemerintah Hindia – Belanda adalah bagian dari pemerintahan.
Dimana mereka di tugaskan di wilayah tersebut.
6.1.2 Masyarakat Sipil
Di tunjukkan oleh Munawir dan Lien ketika mereka mendapati serdadu
belanda berjalan menuju ke pohon sidrah untuk menebangnya yang selama ini
banyak di ziarahi oleh masyarakat sekitar, dan mereka tidak bisa berbuat apa –
apa.
Kami mengikuti mereka diam – diam. Tentu kami juga tak bisa berbuat apa – apa. Itu
menunjukkan kami lebih mencintai nyawa kami ketimbang pohon keramat itu.
Daftar Pustaka
Faruk. 2017. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-
Modernisme. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Julian, Royaan. 2015. TANDAK, kumpulan cerita. Surabaya. Panitia Sayembara Sastra
Dewan Kesenian Jawa Timur.