Anda di halaman 1dari 18

KONFRONTASI ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

MAKALAH

Disusun oleh:

Nama : Jose Samuel Ivander


Kelas : G-2
NPP : 33.0357

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


JATINANGOR
2022

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas izin, berkat dan rahmat-
Nya makalah ini bisa selesai dengan tepat waktu. Tak lupa solawat beserta salam penulis
haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah berjudul “Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia“ ini
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas. Pada makalah ini diuraikan berbagai
penjelasan mengenai konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Mulai
dari latar belakang atau awal mula terjadinya konfrontasi, beserta kronologinya. Makalah
ini dibuat dengan cukup lengkap karena diharapkan bisa menjadi salah satu referensi bagi
yang membacanya.
Selama proses penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari keluarga
dirumah yang selalu memberikan dukungan agar tetap semangat dalam belajar. Oleh
karena itu, penulis ucapkan terimakasih banyak. Penulis menyadari makalah ini masih
banyak kesalahan. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan dan
kritikan untuk makalah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk banyak pihak.

Jatinangor, 25 September 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI……….……………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

A. Latar 1
Belakang………………………………………………………………

B. Rumusan 1
Masalah……………………………………………………………

C. Tujuan……………………………………………………………… 1
………...

BAB II ISI…………………………………………………………………………… 3

A. Pengertian 3
Konfrontasi……………………………………………………….

B. Faktor Pengaruh Pembentukan Dasar Luar Malaysia- 3


Indonesia…………….

C. Awal Mula Terjadinya Konfrontasi Indonesia- 5


Malaysia…………………….

D. Proses Berjalannya Konfrontasi Indonesia- 8


Malaysia………………………...

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 11

A. Kesimpulan………………………………………………………… 11
………...

B. Saran………………………………………………………………… 11
……….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 12

4
5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada 31 Agustus 1957, Malaysia mendapatkan kemerdekaan dari


Inggris dengan bentuk negara monarki konstitusional dengan bentuk pemerintahan
Demokrasi Parlementer yang terdiri dari 13 negara bagian yang pada awalnya adalah
berbentuk kesultanan-kesultanan, hanya Sabah, Sarawak, dan Pulau Pinang yang tidak
memiliki kesultanan dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang dipilih
oleh rakyat melalui pemilu selama 5 tahun sekali.
Kemerdekaan Negara Malaysia disambut baik oleh Indonesia yang
juga merupakan negara tetangga. Hal tersebut berubah menjadi hal yang
menimbulkan hawa panas bagi kedua negara satu rumpun ini karena rencana
pembentukan Negara Federasi Malaysia yang menjadi pemicunya. Rencana
pembentukan Negara Federasi Malaysia ini muncul setelah golongan komunis yang
pada awal kemerdekaan Malaysia, mengancam kedudukan raja-raja Melayu yang
didukung Inggris berhasil dilumpuhkan.
Malaysia dan Indonesia tidak terlepas dari konflik ini apabila kedua-
dua negara di bawah kepimpinan Tunku Abdul Rahman dan Sukarno mulai
membentuk dasar luar yang condong kepada salah satu kuasa besar tersebut sehingga
Malaysia dan Indonesia dijadikan medan pertembungan ideologi antara demokrasi
dan komunis di Asia Tenggara yang membawa kepada peperangan terbesar yang
pernah dialami oleh kedua-dua negara yaitu Konfrontasi Malaysia-Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konfrontasi?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembentukan dasar luar Malaysia dan
Indonesia?
3. Bagaimana awal mula terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia?
4. Bagaimana proses berjalannya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konfrontasi.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dasar luar
Malaysia dan Indonesia
3. Untuk mengetahui awal mula terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia.
4. Untuk mengetahui proses berjalannya konfrontasi Indonesia-Malaysia.

2
BAB II

ISI

A. Pengertian Konfrontasi

Menurut KBBI, konfrontasi diartikan sebagai perihal yang berhadap-


hadapan secara langsung antara saksi, terdakwa, dan sebagainya. Konflik sendiri
merupakan suatu proses sosial yang terjadi antara individu maupun kelompok dengan
pihak lain yang saling menjatuhkan untuk mencapai tujuan masing-masing. Misalnya
seperti konfrontasi yang pernah terjadi antara Indonesia dan Malaysia.
Konfrontasi identik dengan pertentangan atau permusuhan berasal 2
orang atau sekelompok orang. konfrontasi memang bermakna negatif sebab
permusuhan umumnya berakhir dengan kesedihan. Konfrontasi dimulai asal
ketidakcocokan dua orang atau kelompok hingga berselisih paham. Mulai asal tidak
satu pemikiran inilah yang mengakibatkan mulai terdapat konfrontasi.

B. Faktor Pengaruh Pembentukan Dasar Luar Malaysia dan Indonesia

1) Keadaan politik yang ada di dalam Negara Malaysia dan Indonesia.


Malaysia yang baru saja terbentuk pada 1963 masih lagi berhadapan
dengan ancaman komunis dengan kebangkitan semula Parti Komunis Malaya
(PKM) di Semenanjung dan serangan Parti Komunis Kalimantan Utara (PKKU)
di Sarawak. Pada pandangan Tunku, komunis merupakan ancaman luar pada
Malaysia di bawah pimpinan beliau yang pro British (Mat Enh et al., 2010).
Peristiwa-peristiwa yang berlaku di Cuba, Vietnam, Tibet dan konflik India-
China menjadi perwujudan kepada pendirian Tunku dalam menyatakan pendirian
Malaysia untuk tidak menjalin sebarang hubungan diplomatik dengan negara
komunis (Idris, 1990). Ini terbukti melalui keengganan Tanah Melayu memberi
sokongan kepada China untuk menghalang Taiwan dan menyertai PBB (Mat Enh
et al., 2010). Melihat negara pada ketika itu tidak mempunyai pasukan tentera

3
yang cukup untuk mempertahankan negara dari ancaman komunis, Malaysia
terpaksa mendapatkan sokongan dari Inggris dan negara anggota Komanwel
bersama negara anti-komunis yang lain seperti Amerika Serikat dari segi
kententaraan. Sokongan Tunku terhadap pembentukan Malaysia yang terdiri dari
Tanah Melayu, Singapura, Sabah dan Sarawak mengukuhkan lagi cerminan diri
Tunku sebagai seorang yang amat membenci komunis.
Di Indonesia, Soekarno telah mewujudkan satu sistem politik dikenali
sebagai NASAKOM yang merupakan singkatan kepada ‘Nasionalis, Agama dan
Komunis’ sebagai bagian dari gagasan beliau di bawah gagasan ‘Demokrasi
Terpimpin’ yang diasaskan olehnya untuk menyeimbangkan pengaruh golongan
nasionalis, komunis dan agamawan. Walaupun begitu, Partai Komunis Indonesia
(PKI) dilihat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam administrasi negara
Indonesia sehingga Soekarno dikritik oleh sebagian besar pihak terutama Partai
Masyumi karena Soekarno dilihat terlalu lembut dengan PKI dan berpihak kepada
blok komunis.
Pengaruh PKI yang semakin berkembang ini menjadikan Soekarno
semakin kuat dan akhirnya Indonesia menjadi negara pro-komunis. Kedudukan
PKI yang semakin kukuh menyebabkan PKI menuntut pembentukan ‘angkatan
kelima’ dalam ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang terdiri dari
buruh dan petani yang bersenjata sebagai tambahan kepada cabang lain yaitu
Tentara Darat, Tentara Laut, Tentara Udara dan Polisi yang membawa kepada
ketegangan antara PKI dan tentara (Maksum & Bustami, 2014). Pihak tentara
merasakan bahawa dengan wujudnya ‘angkatan kelima’ yang disokong sendiri
oleh Soekarno, ini akan menyebabkan Indonesia akan jatuh ke tangan PKI dan
Indonesia akan menjadi sebuah negara komunis sepenuhnya.

2) Pengaruh luar oleh kuasa besar yang terlibat, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Pengaruh blok Barat di Malaysia dikukuhkan dengan dukungan Amerika
Serikat ketika konfrontasi Malaysia-Indonesia 1963 di mana Amerika Serikat
menyatakan dukungan resmi terhadap Malaysia pada 14 Februari 1963 dan
dikukuhkan melalui memorandum yang dikeluarkan oleh Negara AS ketika itu,
Dean Rusk kepada Presiden AS, John F. Kennedy pada 17 Februari 1963 (Sodhy,
1988). Dukungan ini menandakan bermulanya campur tangan Amerika ke atas
hal domestik Malaysia karena AS tidak mau adanya ‘kesan domino’ berlaku ke
4
atas Malaysia sekiranya Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia dalam
konfrontasi tersebut seperti yang berlaku di Laos dan Kemboja akibat
kemenangan tentera Viet Cong ketika Perang Vietnam.
Kebangkitan PKI dalam Indonesia pula telah menyebabkan Soekarno
mulai bersekutu dengan PKI menjadikan pendirian beliau yang lebih bersifat anti
Barat dan pro-komunis semakin terlihat. Ini karena beliau melihat Barat sebagai
suatu kuasa imperialis yang mencoba mengancam Indonesia. Ini terbukti melalui
dukungan Inggris terhadap cadangan pembentukan Malaysia yang merangkumi
Tanah Melayu, Sabah (dahulunya dikenali sebagai Borneo Utara), Sarawak,
Singapura dan Brunei yang dikemukakan oleh Tunku. Pada pandangan Sukarno,
pembentukan Malaysia sebagai suatu neo-kolonialisme yang akan mengukuhkan
cengkaman Inggris di Asia Tenggara dan dikhawatirkan akan terbentuknya
pangkalan tentera negara asing di Asia Tenggara.
Bermula pada tahun 1960an, Indonesia telah menjalinkan hubungan
yang amat rapat dengan negara-negara komunis termasuklah China, Soviet dan
lain-lain. Hasilnya, Indonesia mendapat manfaat dari segi ketenteraan dan
ekonomi. Operasi Trikora yang dijalankan pada tahun 1961 untuk mendapatkan
wilayah Papua Barat berhasil dengan bantuan ketenteraan dari Soviet. Pada ketika
itu, Soviet juga terlibat secara langsung dalam operasi tersebut dengan
menghantar enam kapal selam dan ini diakui pada tahun 2005 oleh komander
Tentara Laut Indonesia dalam Pasukan Petugas Pembebasan Irian Barat,
Laksamana Sudomo untuk kegunaan simpanan strategik. Dukungan negara
komunis terhadap Indonesia tidak terhenti di situ sahaja apabila Soviet dan China
bersama mendukung Indonesia menentang Malaysia pada 1963.

C. Awal Mula Terjadinya Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Golongan komunis di Brunei, Singapura, Serawak, dan Sabah yang


saat itu masih diduduki Inggris, terus melakukan perlawanan terhadap pemerintah
Inggris. Pemerintah Inggris beranggapan bahwa, kaum komunis akan mengambil
kesempatan untuk mengembangkan kegiatan mereka dengan alasan untuk menentang
penjajahan Inggris. Sementara itu, Inggris tidak sanggup untuk mempertahankan
wilayah-wilayah tersebut dalam jangka waktu yang lama. Di saat yang bersamaan

5
Inggris dan Malaysia mempunyai perjanjian pertahanan bersama. Tujuan
keselamatan, kemajuan ekonomi, dan kestabilan politik negeri-negeri inilah yang
menjadi dasar rencana untuk mendirikan persekutuan yang lebih besar, yaitu
Malaysia. Gagasan ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat Malaya sendiri
dan juga dari kalangan dunia Internasional terutama di kawasan Asia Tenggara.
Inggris menjadi negara yang mendukung sedangkan Indonesia menjadi salah satu
negara yang menentang keras rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia ini.
Selain Indonesia, Filipina juga menentang rencana ini.
Masing-masing negara bagian (Brunei, Singapura, Serawak dan
Sabah/Kalimantan Utara) memiliki kelompok sayap kiri yang menentang gagasan ini.
Di Sabah (Kalimantan Utara) terdapat kelompok pemberontak di bawah pimpinan
Azahari dari partai rakyat. Azahari mengunjungi Kuala Lumpur dan mengadakan
kontak dengan front sosialis. Singapura menemui para pemimpin sayap kiri dan pada
November 1961 mengunjungi Indonesia. Berkaitan dengan kunjungan tersebut Partai
Komunis Indonesia (PKI), pada 30 Desember 1961 mengeluarkan pernyataan yang
mengutuk pembentukan Federasi Malaysia karena dipandang sebagai “antek
kolonialisme” dan menandaskkan bahwa rakyat Indonesia akan membantu keadilan
dan semangat aptriotik, serta perlawanan yang luhur dari penduduk bangsa Malaya,
Singapura, Serawak, Brunai dan Kalimantan Utara (Sabah), serta menentang usaha
pembentukan Federasi Malaysia.
Presiden Soekarno menyatakan bahwa revolusi 8 Desember 1962
merupakan manifestasi kehendak rakyat Kalimantan Utara yang menentang
berlangsungnya pemerintahan kolonial Inggris yang terselubung dalam persekutuan
Malaysia. Malaysia adalah konsep kolonialisme yang membahayakan kepentingan
Indonesia serta bertentangan dengan politik luar negeri yang anti imperialisme dan
kolonialaisme.
Presiden Soekarno menegaskan bahwa barang siapa yang tidak
mendukung revolusi Kalimantan Utara dan menentang Malaysia adalah pengkhianat.
Selain itu Soekarno juga mencurigai bahwa pembentukan Federasi Malaysia adalah
tindakan kekuatan-kekuatan neokolonialisme yang menjadi bagian dari gerakan
pengepungan terhadap Indonesia.
Situasi permusuhan semakin memanas ketika Tengku Abdul Rachman
menyatakan dengan tegas di depan parlemen Malaya bahwa angkatan perang Brunei
yang melakukan pemberontakan telah dilatih dan dibentuk beberapa bulan
6
sebelumnya di Kalimantan, Indonesia. Bertepatan dengan Konferensi solidaritas
bangsa-bangsa Asia-Afrika yang diselenggarakan di Moshi, Tanganyika pada 5
Februari 1963, Indonesia mengancam dengan pedas pembentukan Federasi Malaysia
dan meminta konferensi mendukung gerakan Kalimantan Utara yang menentang
penjajahan dan menuntut kemerdekaan. Pernyataan resmi tentang politik konfrontasi
“Ganyang Malaysia” dinyatakan pada rapat umum 11 Februari 1963, yang disusul
dengan pengumuman resmi pada 13 Februari.
Pemerintah Malaysia mengumumkan bahwa Federasi Malaysia akan
terbentuk pada 16 September 1963. Proklamasi itu dilakukan sebelum misi PBB
menyampaikan laporan peninjauannya, dan pemerintah Indonesia menganggap ini
sebagai pelanggaran atas martabat PBB dan juga sebagai pelanggaran atas Pernyataan
Bersama Manila yang secara tegas menetapkan bahwa penyelidikan kehendak rakyat
Sabah dan Serawak haruslah terlebih dahulu dilaksanakan sebelum Federasi Malaysia
diproklamasikan. Pada 17 September 1963, Indonesia memutuskan hubungan
diplomatik dengan Malaysia. Dalam waktu empat hari Indonesia memutuskan semua
hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura, yang menyangkut hampir
separuh dari ekspor Indonesia. Demonstrasi besar-besaran menentang berdirinya
Federasi Malaysia terjadi di Indonesia.
Pada 25 September 1963 Presiden Ssoekarno mengumumkan secara
resmi bahwa akan mengganyang Malaysia. Soekarno menyatakan bahwa Indonesia
tidak hanya menentang tapi juga memerangi dan akan menghancurkan Malaysia.
Presiden Soekarno beranggapan bahwa Malaysia adalah neo-kolonialisme, Malaysia
adalah proyek Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Malaysia dibentuk
oleh Inggris untuk mengepung Indonesia dan Cina yang merupakan dua kekuatan
yang menentang kolonialisme dan imperialisme dalam berbagai bentuk. Bersamaan
dengan seruan tersebut, kegiatan dan persiapan militer, bala bantuan dan sukarelawan
ditingkatkan.
Untuk meredakan situasi pada bulan Januari 1964, Presiden Johnson
mengirimkan utusannya John Kennedy untuk mengatur gencatan senjata antara
Indonesia dan Malaysia. Malaysia mengajukan prasyarat agar pasukan gerilya dan
kesatuan lainnya ditarik dari wilayah Malaysia. Sementara itu Indonesia menandaskan
bahwa gencatan senjata bukan berarti penarikan gerilyawan dari posisi semula.
Selanjutnya dilakukan upaya-upaya lebih lanjut dalam rangka perundingan-
perundingan Indonesia-Malaysia, tetapi menemui jalan buntu. Pada bulan yang sama
7
Presiden Soekarno melampiaskan amarahnya pada duta besar Amerika Serikat P.
Jones di Jakarta. Di lain pihak Uni Soviet enggan mendukung Indonesia dalam
usahanya untuk mengganyang Malaysia, karena politik Indonesia yang berpihak pada
Cina. PKI sebagai partai terkuat pada masa Demokrasi Terpimpin menggerakan
politik luar negerinya ke Cina. Cina mendukung penuh usaha Indonesia dalam
mengganyang Malaysia. Kiblat politik luar negeri Indonesia mulai mengarah pada
poros Honai-Pyongyang-Peking.

D. Proses Berjalannya Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Pada Appel Besar Sukarelawan Pengganjangan Malaysia di depan


Istana Merdeka, Djakarta 3 Mei 1964, Presiden Soekarno mengatakan “Malaysia
adalah bahaja, mebahajai, membahajakan Revolusi Indonesia. Karena itu maka kita
serempak seia-sekata, Malaysia harus kita ganjang habis-habisan”. Dihadapan 21 juta
sukarelawan, Presiden Soekarno mengumandangkan pidato Dwikora (Dwi Komando
Rakyat) yang berisi: (1) Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia, dan (2) Bantu
perdjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan
Brunei untuk memerdekakan diri dan membubarkan negara Malaysia Presiden
Soekarno menjelaskan maksud utama Dwikora sebenarnya bukan
bermusuhan dengan serumpun bangsa Melayu, melainkan untuk mengusir Inggris
(Imperialisme/Kolonialisme) dari wilayah Asia oleh Melayu sendiri dan
membangkitkan semangat nasionalisme, militansi dan patriotisme. Untuk mendukung
Dwikora tersebut, Pemerintah Indonesia membentuk pasukan militer dari
sukarelawan. Sasaran gerakan sukarelawan ini adalah sepanjang garis perbatasan
Kalimantan Utara dan di Semenanjung Malaya/Riau. Selama periode 1963-1965 telah
dilakukan operasi militer disekitar perbatasan Indonesia-Malaysia. Sasaran yang
dicapai dalam pelaksanaan operasi Dwikora dilakukan melalui pengintaian dan
pemotretan udara di Malaysia Barat dan Timur serta lautan selatan pulau Jawa dan
patroli udara dengan sasaran memeriksa Reaction Time lawan di Singapura dan
Jeseltron serta melakukan penerjunan yang dilakukan oleh anggota PGT AURI di
daerah lapis hilir Kuala Lumpur.
Operasi militer dilakukan sampai ke Singapura dan daratan
Semenanjung Malaya. Pada 30 Mei 1964 diberangkatkan satu batalyon sukarelawan

8
Dwikora ke daerah perbatasan. Di sepanjang perbatasan Kalimantan, terjadi
peperangan perbatasan, pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba
menduduki Serawak dan Sabah. Pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di
Semenanjung Malaya. Di wilayah Tawao, pasukan Indonesia berhasil menewaskan
delapan tentara Inggris dan mencederai lainnya. Menyikapi hal tersebut, Malaysia
kemudian mendesak PBB untuk bertindak tegas kepada Indonesia. Indonesia melalui
Menteri Luar Negeri, Subandrio mengemukakan fakta bahwa Malaysia juga
melakukan pelanggaran terhadap Indonesia. Dilain pihak, Tengku Abdul Rahman
menyatakan bersedia untuk melakukan perundingan dengan Indonesia, namun dengan
syarat bahwa Indonesia harus memberi pengakuan kepada Malaysia, mengakhiri
politik konfrontasi, menarik mundur tentara Indonesia dari Sabah dan Serawak, dan
mengangkat negara netral sebagai juri. Indonesia akhirnya menyetujui penghentian
tembak-menembak serta akan berusaha menyelesaikan masalah Malaysia dengan
jalan musyawarah. Namun pihak Malaysia menghendaki agar penghentian tembak-
menembak disusul dengan penarikan para sukarelawan Indonesia dari Kalimantan
Utara.
PBB kembali meyerukan untuk melakukan KTT dalam usaha
perundingan damai antar Indonesia dan Malaysia. Indonesia setuju untuk melakukan
perundingan lanjutan dengan Malaysia yang rencananya akan dilakukan di Tokyo,
Jepang. Pada pertemuan puncak yang berlangsung pada 20 Juni 1964, Presiden
Filipina, Macapagal mengusulkan pembentukan suatu komisi konsiliasi, yang
anggota-anggotanya terdiri atas wakil-wakil dari ketiga negara Maphilindo ditambah
dengan wakil dari negara Asia lainnya, yang akan bertindak sebagai ketua. Saat
menyampaikan pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB, Presiden Soekarno
mendesak agar, markas besar PBB dipindahkan ke tempat yang bebas dari suasana
perang dingin. Piagam PBB ditinjau kembali dan disesuaikan dengan tuntutan zaman
pembangunan bangsabangsa yang berlandaskan ajaran pancasila, organisasi dan
keanggotaan Dewan Keamanan dan lembaga PBB lainnya mencerminkan bangkitnya
negara-negara sosialita ataupun berkembangnya dengan cepat kemerdekaan negara-
negara Asia-Afrika, sekertariat PBB yang dipimpin Sekertaris Jendral. Hal tersebut
jelas menunjukan bahwa pihak Indonesia merasa tidak puas dengan PBB. Namun
ternyata usulan-usalan yang dikemukakan oleh Indonesia tersebut tidak mendapat
sambutan yang serius dari pihak PBB.
Hal ini semakin memperbesar kebencian Indonesia kepada PBB.
9
Indonesia mengajukan opsi keberatan atas keputusan ini. Langkah Indonesia ini
mendapat dukungan penuh dari Cina, yang juga merasakan kekecewaan kepada PBB
terkait dengan menguntungkan Taiwan dan merugikan RRC (waktu itu Cina diwakili
oleh Taiwan). Kunjungan Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio ke Peking,
membicarakan tentang pembentukan PBB revolusioner yang bernama NEFO (New
Emerging Forces) sebagai tandingan PBB. Usaha yang dilakukan Inggris untuk
menjadikan Malaysia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, membuat
Presiden Soekarno geram. Klimaksnya pada 7 Januari 1965 dalam pidatonya Presiden
Soekarno menyatakan “Maka sekarang karena ternyata bahwa Malaysia dijadikan
menjadi anggota Dewan Keamanan, saja menjatakan Indonesia keluar dari PBB”.
Kegoncangan di bidang politik dalam negeri Indonesia yang
disebabkan oleh meletusnya pemberontakan bersenjata G.30.S/PKI pada 30
September 1965 dan konstelasi politik dalam negeri yang timbul sebagai akibat
gagalnya pemberontakan itu telah menyebabkan Indonesia beralih kepemimpinan dari
Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Akhirnya setelah kepemimpinan berpindah
tangan, usaha-usaha untuk menormalisasikan hubungan antara Indonesia dan
Malaysia pun dilakukan. Pada 28 Mei 1966, pihak Malaysia dan Indonesia
mengumumkan penyelesaian konflik, setelah mengadakan konferensi di Bangkok.
Konferensi ini menghasilkan Perjanjian Bangkok yang berisi:
1) Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah
mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
2) Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
3) Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
Normalisasi hubungan dengan pihak Singapura telah dilakukan terlebih dahulu
dengan perantara Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Kekerasan
akhirnya berakhir pada 11 Agustus 1966 dan diresmikan dua hari kemudian.

10
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konfrontasi identik dengan hal yang negatif. Konfrontasi merupakan


suatu proses sosial yang terjadi antara individu maupun kelompok dengan pihak lain
yang saling menjatuhkan untuk mencapai tujuan masing-masing. Salah satu contoh
konfrontasi yang pernah terjadi adalah konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
Malaysia awalnya terdiri dari 13 negara bagian berbentuk kesultanan-kesultanan,
tidak memiliki kesultanan, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang
dipilih oleh rakyat. Namun, terjadi konfrontasi karena adanya rencana pembentukan
Negara Federasi Malaysia. Rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia ini
muncul setelah golongan komunis yang pada awal kemerdekaan Malaysia,
mengancam kedudukan raja-raja Melayu yang didukung Inggris berhasil
dilumpuhkan.

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat
didalamnya. Saran dan kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Idris, N. A. (1990). Peranan dan Pengaruh Tunku Abdul Rahman dalam Sejarah Dasar Luar
Negara: Tahun-tahun Awalan (1957-1962). JEBAT, 8, 229-261.
Internasional, P., & Illmu, W. (n.d.). i-WIN Library Title : Perbandingan Dasar Luar
Malaysia dan Indonesia Era Perang Dingin Author (s) : Christian Chau Lasa
Institution : Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA) Category Topics : Article ,
Competition : Politics , government.
Irshanto, A. B. (2019). Dari Konfrontasi Ke Perdamaian (Hubungan Indonesia – Malaysia
1963-1966). Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(2), 84–97.
Maksum, A., & Bustami, R. (2014). The 1965 coup and reformasi 1998: two critical
moments in Indonesia-Malaysia relations during and after the Cold War. Springer
Plus, 3(1), 1-9.
Mat Enh, A., Hamzah, Z. V. P., Samsudin, M., Ahmad, R., Yaacob, F. A., & Yunos, N.
(2010). Kajian Perbandingan Dasar Luar Malaysia dengan Yugoslavia Era Perang
Dingin. Institut Pemikiran Tun Dr. Mahathir Mohamad, Universitas Utara Malaysia.
Sodhy, P. (1988). Malaysian-American relations during Indonesia's confrontation against
Malaysia, 1963-66. Journal of Southeast Asian Studies, 111-136.

13

Anda mungkin juga menyukai