Anda di halaman 1dari 16

Makalah tentang Upaya Bangsa Indonesia menghadapi Ancaman

Disintegrasi Bangsa

Guru pembimbing: Sri Rahayu, S.Pd

Kelompok: 5

Mapel: Sejarah Indonesia

Anggota :

Ma’ripah Amini

Deni Saputra

M.Anugrah Kurniawan

Akmal Akbar

Namira Khusaima

Kementerian Agama Republik Indonesia Madrasah Aliyah Negeri 1 Tanjung Jabung Barat
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Rasa syukur yang mendalam kami haturkan ke hadirat


Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Atas izin dan karunianya, akhirnya kami bisa
mendapat kemudahan serta kelancaran dalam mengerjakan makalah ini tepat
waktu hingga selesai meskipun dengan sangat sederhana. Kami telah berusaha
sebaik mungkin dalam mengerjakan penyusunan makalah ini, agar hasilnya
dapat sesuai harapan.

Jika dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan karena


keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kami terbuka atas segala kritik dan saran yang disampaikan demi
perbaikan makalah ini. Kebaikan dan kelebihannya, itu datangnya dari Allah
semata.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari semua
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Semoga Allah SWT memberikan imbalan yg setimpal
kepada mereka yg telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini
hingga selesai dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.
Daftar Isi

Cover..................................................................................................................

Kata Pengantar...................................................................................................

Pemberontakan PKI Madium 1948.....................................................................

Latar Belakang Terjadinya Pemberontakan PKN Madium 1948.........................

Dampak dari Peristiwa Pemberontakan PKI Madium 1948................................

Berakhirnya Pemberontakan PKI Di Madium.....................................................

Sejarah Pemberontakan Gerakan Darul Islam Indonesia di Jawa Barat..............

Keresahan Masyarakat dan Alasan Didirikannya NNI..........................................

Akhir dari Pemberontakan Gerakan Darul Islam Indonesia di Jawa Barat...........


PEMBERONTAKAN PKI MADIUM 1948

Latar belakang terjadinya Pemberontakan PKI Madium 1948

Pemberontakan PKI Madiun dipimpin oleh Amir Syarifuddin. Pemberontakan


ini dilatarbelakangi jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin pada 1948. Kabinet Amir
jatuh setelah penandatanganan Perjanjian Renville yang ternyata berdampak
buruk terhadap Indonesia.Terjadinya pemberontakan PKI Madiun diawali
dengan jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin, karena tidak lagi mendapat
dukungan setelah kesepakatan Perjanjian Renville.

Dalam perjanjian tersebut Belanda dianggap menjadi pihak paling


diuntungkan dan Indonesia yang dirugikan.Dengan kemunduran Amir ini,
Presiden Soekarno kemudian menunjuk Mohammad Hatta sebagai perdana
menteri dan membentuk kabinet baru. Namun, Amir beserta kelompok sayap
kirinya (komunis) tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut, sehingga
Amir dan komplotannya berusaha menggulingkan mereka. Gerakan Amir ini
dibantu oleh Musso, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pernah
belajar ke Uni Soviet.

Musso menggelar rapat raksasa di Yogya, di sana ia melontarkan


pendapatnya tentang pentingnya mengganti kabinet presidensil menjadi
kabinet front persatuan.Musso bersama Amir dan kelompoknya berusaha
untuk menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah, yaitu
Solo, Madiun, Kediri, dan lainnya. Rencana awal yang akan dilakukan yaitu
dengan melakukan penculikan dan pembunuhan para tokoh di kota Surakarta,
serta mengadu domba kesatuan TNI setempat.
Gerakan Amir ini dibantu oleh Musso, pemimpin Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang pernah belajar ke Uni Soviet. Musso menggelar rapat raksasa di
Yogya, di sana ia melontarkan pendapatnya tentang pentingnya mengganti
kabinet presidensil menjadi kabinet front persatuan.

Kemudian Akibat adanya pidato yang dilancarkan oleh Soekarno maka


pemberontakan tak lagi dapat dielakkan. Konflik bersenjata kemudian terpicu
dan mulai pecah seperti tujuan berdirinya PKI. Dimana peristiwa ini dinyatakan
sebagai peristiwa Madiun atau Madiun Affairs dan dinyatakan sebagai
pemberontakan PKI pada masa orde baru.

1. Keputusan Perjanjian Renville


Jika kita mengkaji apa sebenarnya penyebab dan seluk beluk yang
melatarbelakangi masalah timbulnya konflik bersejata di Madiun, maka
jawaban dasarnya adalah perjanjian Renville. Dimana Belanda dianggap
menjadi pihak yang paling diuntungkan dan pihak Amir kemudian menjadi
jatuh dan banyak sekali rakyat atau petinggi yang menyalahkan Amir, dimana
kala itu Amirlah yang menjadi bagian Indonesia sebagai perwakilan.

Dimana hasil akhir dari perjanjian Renville sangat tidak menguntungkan dan
membuat status Indonesia semakin tidak jelas. Ini dikarenakan isi dari
perjanjian Renville yang merugikan Indonesia tersebut. Berikut beberapa isi
dari perjanjian Renville yakni: Wilayah Indonesia sendiri hanya diakui sebagai
wilayah yang tebagi di dalam garis Van Mook atau garis Demarkasi yakni
sebuah garis pembatas atau garis hayal yang di buat oleh Van Mook dari pihak
Belanda sebagai batas kekuasaan.
Sebelum pembentukan Republik Indonesia Serikat maka Belanda tetap
memiliki kedaulatan atas negara Indonesia.Kedudukan atas RIS akan sejajar
dengan kedudukan kerajaan Belanda di dalam Uni Indonesia Belanda. RIS akan
mencangkup semua bagian dari RI.

Sementara waktu kerajaan Belanda bisa memberikan penyerahan kekuasan


kepada bagian pemerintahan federal sementara RIS belum terbentuk. Seperti
tugas PPKI, maka dengan disahkan dan ditetapkan perjanjian Renville ini maka
Indonesia menjadi semakin dirugikan dan wilayah atau kedudukan yang diakui
sebagai RI semakin sempit. Bahkan ini semakin menjadi dengan adanya
masalah blokade yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Dimana
menyebabkan Amir memberikan kekuasaan dan mandatnya kepada
pemerintahan RI tanggal 23 Januari 1948.

Oleh karena kemunduruan Amir maka terpaksa presiden menyuruh wakil


presiden untuk kembali menyusun dan membuat susunan kabinet baru.
Dimana Hatta kala itu menyusun kabinet tanpa keikutsertaan golongan sosialis
maupun golongan kiri.

2. Pembentukan FDR
Amir yang kala itu telah memberikan mandat kepada pemerintahan menjadi
bagian dari partai oposisi di kabinet susunan Hatta, Kemudian Amir menyususn
sebuah front demokrasi rakyat atau yang dikenal dengan istilah FDR. ini adalah
golongan yang menyatukan komunis dan golongan sosialis kiri. bahkan dengan
adanya pembentukan ini, makin banyak hal negatif yang terjadi dan ini
menyebabkan banyaknya masalah di RI. Karena mereka memang mencoba
membuat sebuah gerakan baru dan berniat menggantikan sistem
pemerintahan RI kala itu.
3. Menyerang Kawanan Buruh
Bahkan kelompok ini dnegan sigap melakukan gerakan yang berdampak
buruk, dimana mereka menghasut kamun buruh agar bisa melakukan aksi
mogok kerja dan ini akan menjadi salah satu pengecaman ekonomi pada
tanggal 5 Juli 1948 di daerah pabrik karung Delangu. Hingga akhirnya kawanan
buruh yang terhasut banyak mengikuti gerakan PKI dan juga ditambah dengan
para petani yang juga ikut termakan hasutan mereka.

4. Perebutan Pimpinan Kekuasaan RI


Salah satu penyebab pemberontakan lainnya adalah dnegan adanya Musso
sebagai pemimpin PKI yang nyatanya memang ingin berusaha merebut kursi
pimpinan pemerintahan RI dan membuat partai komunis menguasai daerah RI.
Diman kala itu mereka berusaha untuk memunculkan sebuah skema dan
menginginkan deklarasi pemerintahan Indonesia yang menganut faham
komunis.

5. Munculnya Doktrin Baru


Dengan ini, Musso menyatakan sebuah doktrin dan polituk baru dinamakan
jalan baru. Diman ia mengembangkan doktrin tersebut dikalangan partai
buruh, partai sosialis dan yang lainnya sebagai anggota PKI. Bahkan ia dan Amir
kala itu mendeklarasikan pimpinan dibawah tangannya dan Amir. Mereka
bahkan memporak porandakan kepercayaan dengan melakukan penghasutan
dan membuat semua golongan menjadi bermusuhan dan mencurigai satu
sama lain.
Dampak dari peristiwa Pemberontakan PKI di Madium

PKI dianggap sebagai dalang yang bertanggungjawab dalam peristiwa


tersebut. Peristiwa Madiun dilatarbelakangi oleh adanya Perjanjian Renville
dan program ReRa oleh Kabinet Hatta yang menyebabkan adanya ketegangan
diantara kalangan TNI, FDR/PKI dan masyarakat. Peristiwa Madiun 1948
merupakan upaya dari FDR/PKI untuk menguasai Kota Madiun dan
mengambilalih pemerintahan dari tangan Republik. FDR/PKI mendirikan
sebuah pemerintahan darurat yaitu Front Nasional Daerah Madiun.

Peristiwa tersebut menelan banyak korban jiwa karena terjadi pembunuhan-


pembunuhan terhadap tokoh masyarakat, pegawai pemerintahan, pasukan-
pasukan pemerintah, ulama-ulama, para santri dan masyarakat biasa yang
dilakukan oleh oknum-oknum PKI. Di bidang sosial, karena kekejaman PKI
masyarakat Madiun cenderung menutup diri, sikap diam dan tidak berbicara
terkait dengan peristiwa yang terjadi pada 1948 dianggap sebagai solusi yang
tepat. Kebencian yang mendalam membekas di hati masyarakat Madiun antara
kaum abangan dengan kaum santri. Di bidang ekonomi, harga-harga bahan
pokok sempat mengalami penurunan dan masyarakat Madiun yang berbasis
ekonomi pertanian tidak menjual hasil pertaniannya ke kota lain tetapi untuk
dikonsumsi sendiri, sehingga pemenuhan kebutuhan bahan pokok dapat
terpenuhi.

Pemberontakan PKI telah ikut melemahkan kekuatan pertahanan pasukan


Republik Indonesia yang tengah menghadapi Agresi Militer Belanda, tetapi
terdapat pula dampak positifnya yaitu: Amerika Serikat tertarik untuk
membantu dan membela Indonesia , karena pihak Republik bertindak tegas
terhadap pemberontakan PKI . Saat itu Amerika takut pengaruh Uni Soviet
akan berkembang di Indonesia.
Berakhirnya Pemberontakan PKI di Madium

Pemberontakan PKI di Madiun meletus pada 18 September 1948, berpusat


di wilayah sekitar Madiun, Jawa Timur. Selain di Madiun, PKI juga
mengumumkan hal yang sama pula di Pati, Jawa Tengah.
Aksi ini merupakan reaksi terhadap hasil Perjanjian Renville yang dianggap
merugikan Indonesia, karena perjanjian ini membuat dikuasainya banyak
wilayah oleh Belanda. Selain itu, PKI juga menolah rasionalisasi jumlah prajurit
TNI, karena dapat mengurangi jumlah kader PKI di TNI.

Para pemberontak merebut kendali atas kota Madiun dan membunuh


pejabat yang setia, pada pemerintah Indonesia. Mereka kemudian mendirikan
Pemerintah Front National Daerah Madiun. Salah satu korban pemberontakan
PKI di Madiun ini adalah Gubernur Jawa Timur, RM Suryo dan dokter pejuang
kemerdekaan, dr, Mawardi.
Pemerintah Indonesia mengatasi pemberontakan PKI di Madiun dengan
mengerahkan pasukan dari Divisi Siliwangi yang dipimpin Jenderal Abdul Haris
Nasution dan Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer. Saat itu pasukan
Divisi Siliwangi sedang ditarik dari Jawa Barat karena perjanjian Renvile.
Pasukan ini mengepung pemberontak yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan
Musso, dan berhasil memadamkan pemberontakan dalam waktu yang cepat.
PEMBERONTAKAN GERAKAN DARUL ISLAM INDONESIA DI JAWA
BARAT

Sejarah Pemberontakan Gerakan Darul Islam Indonesia di Jawa


Barat

Sejarah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa


Barat mencapai puncak aksinya tanggal 7 Agustus 1949. Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang
kemudian ditangkap dan dihukum mati. Latar belakang peristiwa ini adalah
ketidakpuasan Kartosoewirjo terhadap kemerdekaan Republik Indonesia yang
masih dibayang-bayangi oleh kehadiran Belanda yang ingin berkuasa lagi.
Perundingan Renville pada 7 Januari 1948 antara pihak Indonesia dan Belanda
menimbulkan masalah baru. Kubu Kartosoewirjo menganggap pemberian
wilayah Jawa Barat sebagai bagian Belanda bukan arti kemerdekaan
sebenarnya.Bahkan, kebijakan tersebut membawa Kartosoewirjo mengklaim
Jawa Barat bukan bagian Indonesia lagi.

Dalam Darul Islam: Suatu Pemberontakan (1955), C. van Dijk menerangkan,


saat itu, Kartosoewirjo bertemu dengan Raden Oni dari Laskar Sabilillah
Tasikmalaya. Mereka berniat mempertahankan Jawa Barat bersama Sabilillah
dan Hizbullah. Bulan Februari 1948, dibentuk Tentara Islam Indonesia (TII)
serta pengangkatan Raden Oni menjadi panglimanya di Priangan.

Penetapan ini terjadi dalam pertemuan di Desa Pangwedusan, Cisayong,


Tasikmalaya. Laskar Hizbullah, Sabilillah, dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(GPII) hadir di forum tersebut. Upaya pendirian NII di Jawa Barat tercium oleh
pemerintah Indonesia. Kartosoewirjo dan kawan-kawan rupanya tidak
mendapatkan informasi terbaru terkait perkembangan kedaulatan Indonesia
setelah Perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Tokoh Islam Indonesia, Mohammad Natsir, yang nantinya menjabat sebagai
perdana menteri, mengungkapkan, ia ditugaskan oleh Presiden Sukarno untuk
mengirim surat kepada Kartosoewirjo perihal perkembangan kondisi terbaru.
Namun, sebutnya dalam buku Mohammad Natsir 70 Tahun: Kenang-kenangan
Kehidupan dan Perjuangan (1978), surat yang ditulis tanggal 4 Agustus 1959 itu
tidak sampai seperti yang diperkirakan.

Proklamasi Negara Islam Indonesia Lantaran tidak tahu perkembangan yang


terjadi, ketidakpuasan Kartosoewirjo akhirnya mencapai puncak. Proklamasi
hadirnya NII sebagai negara dikumandangkan di Cisayong, Tasikmalaya, Jawa
Barat, tanggal 7 Agustus 1949.

Isi proklamasi NII ala Kartosoewirjo itu antara lain:

“Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu alla illallah wa asyhadu anna


Muhammadar Rasulullah. Kami Umat Islam Bangsa Indonesia menyatakan
berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara
Islam Indonesia itu ialah: Hukum Islam," demikian bunyinya ditutup takbir dan
tanda tangan Kartosoewirjo.

NII dalam maklumat pemerintah No II/7, menuliskan bahwa 17 Agustus 1945


atau hari kemerdekaan Indonesia adalah akhir masa kehidupan bangsa
Indonesia. Kartosoewirjo telah memantapkan langkahnya untuk mengklaim
seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuasaan NII.

Sahabat masa remaja Sukarno ini merangkai konsep bentuk dan sistem
pemerintahan baru dengan dirinya sebagai imam negara. Selain itu, dalam
susunan pemerintahan NII ada wakil imam yang diisi oleh Karman. Terdapat
juga menteri dalam negeri dan penerangan yang posisinya dijabat Sanusi
Partawidjaja dan Thaha Arsyad.
Terakhir, ada beberapa posisi menteri lagi, seperti Menteri Keuangan (Udin
Kartasasmita), Menteri Pertahanan (Raden Oni), dan Menteri Kehakiman
(Ghazali Thusi).NII bertahan belasan tahun dengan cara gerilya di hutan-hutan
di tanah Sunda untuk mempertahankan diri dari kejaran militer Republik
Indonesia.

Keresahan Masyarakat dan alasan Didirikannya NNI

Namun, gerakan NII ternyata juga meresahkan masyarakat. Dikutip dari


tulisan Irfan Teguh berjudul “Digorok Gerombolan: Kesaksian Kekejaman DI/TII
di Bandung", diungkapkan kesaksian warga bernama Emeh. Emeh ingat betul
bagaimana ia dan warga lainnya hampir setiap hari harus menyediakan nasi
untuk orang-orang DI/TII dan sering diperlakukan kasar oleh anak-anak buah
Kartosoewirjo itu. Akhir NII & Kartosoewirjo. NII ternyata bukan hanya
berperang melawan TNI, namun juga bertindak semena-mena hingga mulai
timbul perasaan curiga antara ulama, pemerintah, dan masyarakat akhirnya
menimbulkan peristiwa fitnah.

NII di Jawa Barat memiliki pusat pemerintahan di Desa Cisampah,


Tasikmalaya, Jawa Barat. Tempat ini juga menjadi titik awal dibentuknya NII
oleh Kartosoewirjo. Selain karena Perjanjian Renville, tujuan DI TII di wilayah
ini hampir sama dengan tujuan DI TII di wilayah lainnya, yaitu mendirikan
sebuah negara dengan dasar syariat Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadist di
wilayah Indonesia.

Alasan Kartosoewirjo untuk mendirikan NII adalah ia percaya bahwa semua


masalah kenegaraan yang sedang berlangsung dapat teratasi jika menganut
syariat islam. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengatasi dominasi
sistem politik komunis dan ideologi sosialisme yang mulai terlihat dalam
pemerintahan Soekarno. Sesuai yang sudah dikemukakan sebelumnya,
pendirian NII oleh Kartosuwiryo diikuti oleh pernyataan atau pengakuan
gerakan yang sama di berbagai wilayah Indonesia.
Dampak pemberontakan DI/TII di Indonesia adalah tahun 1951 sampai
dengan tahun 1961 pasukan DI/TII cukup intensif dalam melaksanakan setiap
aksi-aksinya terutama di wilayah Maros (para penduduk mengidentifikasi
dengan “geromboan”) yang telah menimbulkan kesengsaraan, keresahan,
ketidak-amanan dan ketidak-kenyamanan.

Aksi-aksi penculikan terutama dialamatkan kepada tokoh-tokoh masyarakat


yang berpengaruh di suatu kampung dengan harapan (mereka itu tadi)
menjadi kaki tangan DI/TII dalam mobilissi gerakan massa. Pasukan DI/TII juga
melakukakn perampokkan barang-barang (tanpa kecuali barang-barang yang
mereka dapati ketika beraksi) kepunyaan penduduk hampir dalam setiap kali
aksi memasuki kampung-kampung.

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memproklamirkan berdirinya Negara


Islam Indonesia pada 7 Agustus tahun 1949 di sebuah desa di Kabupaten
Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Sedangkan Gerakannya bernama Darul Islam
atau “DI” dan tentaranya bernama Tentara Islam Indonesia atau “TII”.

Gerakan DI/TII dibentuk saat pasukan Siliwangi meninggalkan wilayah Jawa


Barat untuk berpindah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta. Perpindahan tersebut
adalah dalam Rangka untuk melaksanakan ketentuan dari perjanjian Renville.
DI/TII berkembang pesat, menyebar sampai di berbagai wilayah Indonesia.
Penyebaran DI/TII smapai ke Jawa Barat, daerah perbatasan Jawa Barat
dengan Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh hungga ke Kalimantan.
Pada saat pasukan Siliwangi berpindah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta,
gerombolan DI/TII leluasa dalam melakukan gerakannya. Gerakan DI/TII
membakar rumah-rumah, merusak bahkan membongkar jalur rel kereta api,
menyiksa dan merampok harta benda para penduduk.

Setelah pasukan Siliwangi melakukan Long March kembali ke wilayah Jawa


Barat, DI/TII berhadapan dengan pasukan Siliwangi. Dan untuk melindungi
kereta apai, Kavaleri Kodam VI Siliwangi “sekarang Kodam III” mengawal kereta
apai dengan panzer tak bermesin yang didorong oleh lokomotif uap D-52
buatan Krupp Jerman Barat. Panzer tersebut berisi anggota TNI yang siap
dengan sejata mereka. Bila ada pertempuran antara TNI dan DI/TII didepan
maka kerata api harus berhenti di halte terdekat.

Pemberontakan bersenjata yang berlangsung selama 13 tahun itu telah


menghalangi pertumbuhan ekonomi masyarakat, ribuan ibu-ibu menjadi janda
dan ribuan anak-anak menjadi yatim piatu. Dalam hal ini diperkirakan ada
sekitar 13.000 rakyat Sunda, anggota organisasi keamanan desa “OKD” serta
tentara gugur.

Anggota DI/TII yang tewas tak diketahui jumlah pastinya. Setelah


Kartosoewirjo ditangkap TNI dan tahun 1962 dieksekusi mati. Gerakan DI/TII
terpecah belah, akan tetapi tetap eksis secara diam-diam walaupun sudah
dinyatakan sebagai organisasi yang ilegal dan terlarang oleh pemerintah
Indonesia.
Akhir dari Pemberontakan Gerakan Darus Islam Indonesia di Jawa Barat

Menanggapi masalah ini, maka dibentuklah Badan Musyawarah Alim Ulama


yang bertugas memantau pergerakan DI/TII sebagai upaya membantu
pemerintah Indonesia. Tanggal 4 Juni 1962, operasi Pagar Betis yang
dilancarkan oleh militer Indonesia berhasil menangkap para anggota DI/TII
beserta jajaran petingginya. Mereka ditangkap, termasuk sang imam,
Kartosoewirjo.

Berdasarkan keputusan Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper)


tanggal 16 Agustus 1962, Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati karena telah
memberontak terhadap pemerintahan Indonesia. Pada 5 September 1962,
Kartosoewirjo dibawa ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu, dekat Teluk
Jakarta. Ia dieksekusi setelah sehari sebelumnya dikabulkan permintaan
terakhirnya untuk bertemu keluarga. Tepat pukul 05.50 WIB, Kartosoewirjo
dihukum mati dan itulah akhir perlawanan DI/TII di Jawa Barat.
Daftar Pustaka

Penulis: Verelladevanka Adryamarthanino

Editor: Nibras Nada Nailufar

https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/stori/read/2021/04/26/170656879/pemberontakan
-pki-madiun-1948

Penulis: Serafica Gischa

Editor: Serafica Gischa

https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/07/27/162409969/latar-belakang-
pemberontakan-pki-di-madiun

Editor: Nibras Nada Nailufar

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/23/120000169/perjanjian-renville-latar-belakang-isi-
dan-kerugian-bagi-indonesia

https://tirto.id/

https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/pemberontakan-di-tii-di-beberapa-wilayah-di-indonesia-
1ul9tzqYwqU/full

https://cerdika.com/pemberontakan-di-tii/

Anda mungkin juga menyukai