Anda di halaman 1dari 10

Lex Crimen Vol. VIII/No.

8/Ags/2019
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN YANG DAPAT yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
DILAKUKAN OLEH PENYIDIK MENURUT bidang Perdagangan diberi wewenang khusus
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 sebagai penyidik pegawai negeri sipil
TENTANG PERDAGANGAN1 sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
Oleh : Cindy Kolamban2 Undang Hukum Acara Pidana untuk melakukan
penyidikan sesuai dengan Undang-Undang ini.3
ABSTRAK Tindak pidana di bidang perdagangan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yakni untuk apabila dilakukan oleh para pelaku memerlukan
mengetahui bagaimanakah tindak pidana proses hukum oleh aparatur hukum yang telah
perdagangan yang dapat dilakukan penyidikan diberikan kewenangan oleh peraturan
oleh penyidik dan bagaimanakah penyidikan perundang-undangan. Kewenangan penyidik
terhadap tindak pidana perdagangan menurut dalam melakukan penyidikan diatur sesuai
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Perdagangan, di mana dengan menggunakan tentang Hukum Acara Pidana. Penyidikan
metode penelitian hukum normative terhadap jenis-jenis tindak pidana di bidang
disimpulkan bahwa: 1. Tindak pidana perdagangan perlu dilakukan sesuai dengan
perdagangan yang dapat dilakukan penyidikan hukum acara pidana yang berlaku yang
oleh penyidik, harus memenuhi unsur-unsur merupakan rangkaian untuk mencari dan
tindak pidana sebagaimana diatur pada Pasal mengumpulkan bukti yang diperlukan agar
104 sampai dengan Pasal 116 Undang-Undang tindak pidana tersebut dapat terungkap dan
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan. dapat ditemukan pelakunya sebagai tersangka.
Pemberlakuan sanksi pidana atas tindak pidana Upaya untuk mencegah terjadinya tindak
perdagangan terdiri dari pidana penjara pidana di bidang perdagangan dapat juga
dan/atau pidana denda sesuai dengan jenis dilakukan melalui upaya pengawasan oleh
tindak pidana yang dilakukan. 2. Penyidikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
terhadap tindak pidana perdagangan dilakukan mempunyai wewenang melakukan pengawasan
oleh penyidik pejabat polisi negara Republik terhadap kegiatan Perdagangan, melalui
Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu penetapan kebijakan pengawasan di bidang
di lingkungan instansi Pemerintah dan Perdagangan.
Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Perdagangan B. Rumusan Masalah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik 1. Bagaimanakah tindak pidana perdagangan
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud yang dapat dilakukan penyidikan oleh
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara penyidik ?
Pidana untuk melakukan penyidikan sesuai 2. Bagaimanakah penyidikan terhadap tindak
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 pidana perdagangan menurut Undang-
tentang Perdagangan. Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Kata kunci: tindak pidana; perdagangan; Perdagangan ?
penyidik;
C. Metode Penelitian
PENDAHULUAN Metode penelitian hukum normatif
A. Latar Belakang merupakan metode yang digunakan dalam
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun penyusunan karya ilmiah dalam bentuk skripsi
2014 Tentang Perdagangan yang berwenang ini.
melakukan penyidikan atas tindak pidana di
bidang perdagangan selain penyidik pejabat PEMBAHASAN
polisi negara Republik Indonesia, pejabat A. Tindak Pidana Perdagangan Yang Dapat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Dilakukan Penyidikan Oleh Penyidik
instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah Tindak pidana perdagangan yang dapat
dilakukan penyidikan oleh penyidik, diatur pada
1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Fonny Tawas, SH,
MH; Meiske Mandey, SH, MH
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 3 Pasal 103 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
15071101696 Tentang Perdagangan.

116
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
Pasal 104 sampai dengan Pasal 116 Undang- pidana denda paling banyak
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2014 Tentang Perdagangan. Pasal 24 ayat (1) Pelaku Usaha yang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib
7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Pasal 104 memiliki perizinan di bidang Perdagangan yang
Setiap Pelaku Usaha yang tidak menggunakan diberikan oleh Menteri. Ayat (2) Menteri dapat
atau tidak melengkapi label berbahasa melimpahkan atau mendelegasikan pemberian
Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di perizinan kepada Pemerintah Daerah atau
dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam instansi teknis tertentu. Penjelasan Pasal 24
Pasal 6 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara Ayat (1) Perizinan di bidang Perdagangan
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana termasuk izin usaha, izin khusus, pendaftaran,
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima pengakuan, dan persetujuan.
miliar rupiah). Izin; pernyataan mengabulkan (tiada
Pasal 6 (1) Setiap Pelaku Usaha wajib melarang dan sebagainya) persetujuan
menggunakan atau melengkapi label berbahasa membolehkan. 4 Perizinan wujud keputusan
Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di pemerintah, maka perizinan adalah: “tindakan
dalam negeri. hukum pemerintah berdasarkan kewenangan
Penjelasan Pasal 6 (1) Yang dimaksud publik yang membolehkan atau
dengan “label berbahasa Indonesia” adalah memperkenankan menurut hukum bagi
setiap keterangan mengenai Barang yang seseorang atau badan hukum untuk melakukan
berbentuk tulisan berbahasa Indonesia, sesuatu kegiatan”. Instrumen perizinan
kombinasi gambar dan tulisan berbahasa diperlukan pemerintah untuk mengkonkretkan
Indonesia, atau bentuk lain yang memuat wewenang pemerintah. Tindakan ini dilakukan
informasi tentang Barang dan keterangan melalui penerbitan keputusan tata usaha
Pelaku Usaha, serta informasi lainnya yang negara.5
disertakan pada Barang, dimasukkan ke dalam, Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa
ditempelkan/melekat pada Barang, tercetak berdasarkan peraturan perundang-undangan
pada Barang, dan/atau merupakan bagian dan peraturan pemerintah. Dengan demikian
kemasan Barang. izin pada prinsipnya memuat larangan,
Pasal 105 Pelaku Usaha Distribusi yang persetujuan yang merupakan dasar
menerapkan sistem skema piramida dalam pengecualian. Pengecualian itu harus diberikan
mendistribusikan Barang sebagaimana oleh undang-undang untuk menunjukkan
dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan legalitas sebagai suatu ciri negara hukum yang
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun demokrasi.6
dan/atau pidana denda paling banyak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Tentang Perdagangan, Pasal 107 Pelaku Usaha
Pasal 9 Pelaku Usaha Distribusi dilarang yang menyimpan Barang kebutuhan pokok
menerapkan sistem skema piramida dalam dan/atau Barang penting dalam jumlah dan
mendistribusikan Barang. Penjelasan Pasal 9 waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan
Yang dimaksud dengan “skema piramida” Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu
adalah istilah/nama kegiatan usaha yang bukan lintas Perdagangan Barang sebagaimana
dari hasil kegiatan penjualan Barang. Kegiatan dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana
usaha itu memanfaatkan peluang keikutsertaan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau tahun dan/atau pidana denda paling banyak
pendapatan terutama dari biaya partisipasi Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
orang lain yang bergabung kemudian atau Pasal 29 ayat (1) Pelaku Usaha dilarang
setelah bergabungnya mitra usaha tersebut. menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau
Pasal 106 Pelaku Usaha yang melakukan
kegiatan usaha Perdagangan tidak memiliki 4Sudarsono, Op.Cit, hal. 189.
perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan 5 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Cetakan
oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pertama, Sinar Grafika. Jakarta. 2012, hal. 28-29.
6H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum
Pasal 24 ayat (1) dipidana dengan pidana
Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
penjara paling lama 4 (empat) tahun atau
Cetakan l. Nuansa. Bandung. 2010, hal. 92.

117
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
Barang penting dalam jumlah dan waktu dan/atau informasi mengenai persediaan
tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
Perdagangan Barang. Penjelasan Pasal 29 ayat ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
(1) Larangan ini dimaksudkan untuk lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
menghindari adanya penimbunan Barang yang paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
akan menyulitkan konsumen dalam miliar rupiah).
memperoleh Barang kebutuhan pokok Pasal 30 ayat (2) Pelaku Usaha dilarang
dan/atau Barang penting. melakukan manipulasi data dan/atau informasi
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang mengenai persediaan Barang kebutuhan pokok
Perlindungan Konsumen, sebagaimana dan/atau Barang penting.
dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1: ”Konsumen Pasal 109 Produsen atau Importir yang
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau memperdagangkan Barang terkait dengan
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan hidup yang tidak didaftarkan kepada
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
diperdagangkan”.7 ayat (1) huruf a dipidana dengan pidana
Perlindungan konsumen merupakan bagian penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. pidana denda paling banyak
Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal
keseimbangan perlindungan hukum antara 32 ayat (1) Produsen atau Importir yang
konsumen dengan produsen. Tidak ada memperdagangkan Barang yang terkait dengan
perlindungan yang seimbang menyebabkan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
konsumen berada pada posisi yang lemah. lingkungan hidup wajib:
Lebih-lebih jika produk yang dihasilkan oleh (a) mendaftarkan Barang yang diperdagangkan
produsen merupakan jenis produk yang kepada Menteri; dan
terbatas, produsen dapat menyalahgunakan (b) mencantumkan nomor tanda pendaftaran
posisinya yang monopolitis tersebut. Hal itu pada Barang dan/atau kemasannya.
tentu saja akan merugikan konsumen. 8 Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Huruf (a)
Hukum perlindungan konsumen dewasa ini Pendaftaran Barang hanya dilakukan untuk
mendapat cukup perhatian karena menyangkut produk selain makanan, minuman, obat,
aturan-aturan guna mensejahterahkan kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga
masyarakat, bukan saja masyarakat selaku (PKRT), alat kesehatan, dan Barang kena cukai
konsumen saja yang mendapat perlindungan, karena pendaftaran Barang tersebut telah
namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang diatur berdasarkan ketentuan peraturan
sama untuk mendapat perlindungan, masing- perundang-undangan lain. Huruf (b) Barang
masing ada hak dan kewajiban. Pemerintah yang beredar di pasar dalam negeri dengan
berperan mengatur, mengawasi dan tidak mencantumkan tanda pendaftaran ditarik
mengontrol, sehingga tercipta sistem yang dari Distribusi karena Barang tersebut
kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain merupakan Barang ilegal.
dengan demikian tujuan mensejahterahkan Pasal 110 Setiap Pelaku Usaha yang
masyarakat secara luas dapat tercapai.9 memperdagangkan Barang dan/atau Jasa yang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor ditetapkan sebagai Barang dan/atau Jasa yang
7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Pasal 108 dilarang untuk diperdagangkan sebagaimana
Pelaku Usaha yang melakukan manipulasi data dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak
7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Perlindungan Konsumen.
8Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Pasal 36 Setiap Pelaku Usaha dilarang
Konsumen di Indonesia, Edisi 1. Cetakan ke-1. PT. memperdagangkan Barang dan/atau Jasa yang
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 1 ditetapkan sebagai Barang dan/atau Jasa yang
9 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan dilarang untuk diperdagangkan sebagaimana
Konsumen, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
hal. 1.

118
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
Pasal 111 Setiap Importir yang mengimpor banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana rupiah).
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) B. Penyidikan Terhadap Tindak Pidana
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Perdagangan
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Pasal 47 (1) Setiap Importir wajib Tentang Perdagangan, Pasal 103 ayat:
mengimpor Barang dalam keadaan baru. (1) Selain penyidik pejabat polisi negara
Pasal 112 ayat (1) Eksportir yang Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri
mengekspor Barang yang ditetapkan sebagai sipil tertentu di lingkungan instansi
Barang yang dilarang untuk diekspor Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 bidang Perdagangan diberi wewenang
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling khusus sebagai penyidik pegawai negeri
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar sipil sebagaimana dimaksud dalam Kitab
rupiah). (2) Importir yang mengimpor Barang Undang-Undang Hukum Acara Pidana
yang ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk melakukan penyidikan sesuai dengan
untuk diimpor sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 51 ayat (2) dipidana dengan pidana (2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau dimaksud pada ayat (1) mempunyai
pidana denda paling banyak wewenang:
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). a. menerima laporan atau pengaduan
Pasal 51 ayat (1) Eksportir dilarang mengenai terjadinya suatu perbuatan
mengekspor Barang yang ditetapkan sebagai yang diduga merupakan tindak pidana di
Barang yang dilarang untuk diekspor. Ayat (2) bidang Perdagangan;
Importir dilarang mengimpor Barang yang b. memeriksa kebenaran laporan atau
ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk keterangan berkenaan dengan dugaan
diimpor. Ayat (3) Barang yang dilarang tindak pidana di bidang Perdagangan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat c. memanggil orang, badan usaha, atau
(2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri. badan hukum untuk dimintai keterangan
Pasal 113 Pelaku Usaha yang dan alat bukti sehubungan dengan
memperdagangkan Barang di dalam negeri tindak pidana di bidang Perdagangan;
yang tidak memenuhi SNI yang telah d. memanggil orang, badan usaha, atau
diberlakukan secara wajib atau persyaratan badan hukum untuk didengar dan
teknis yang telah diberlakukan secara wajib diperiksa sebagai saksi atau sebagai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) tersangka berkenaan dengan dugaan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 terjadinya dugaan tindak pidana di
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling bidang Perdagangan;
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar e. memeriksa pembukuan, catatan, dan
rupiah). dokumen lain berkenaan dengan dugaan
Pasal 57 ayat (2) Pelaku Usaha dilarang tindak pidana di bidang Perdagangan;
memperdagangkan Barang di dalam negeri f. meneliti, mencari, dan mengumpulkan
yang tidak memenuhi SNI yang telah keterangan yang terkait dengan dugaan
diberlakukan secara wajib atau persyaratan tindak pidana di bidang Perdagangan;
teknis yang telah diberlakukan secara wajib. g. melakukan pemeriksaan dan
Pasal 114 Penyedia Jasa yang penggeledahan tempat kejadian perkara
memperdagangkan Jasa di dalam negeri yang dan tempat tertentu yang diduga
tidak memenuhi SNI, persyaratan teknis, atau terdapat alat bukti serta melakukan
kualifikasi yang telah diberlakukan secara wajib penyitaan dan/atau penyegelan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) terhadap Barang hasil pelanggaran yang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 dapat dijadikan bukti dalam perkara
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling dugaan tindak pidana di bidang
Perdagangan;

119
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
h. memberikan tanda pengaman dan Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan
mengamankan Barang bukti sehubungan tanggung jawabnya di bidang Perdagangan;
dengan dugaan tindak pidana di bidang 3. Diberi wewenang khusus sebagai penyidik
Perdagangan; pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
i. memotret dan/atau merekam melalui dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
media audiovisual terhadap orang, Pidana untuk melakukan penyidikan.
Barang, sarana pengangkut, atau objek Syarat Kepangkatan dan Pengangkatan
lain yang dapat dijadikan bukti adanya Penyidik, diatur dalam Peraturan Pemerintah
dugaan tindak pidana di bidang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983
Perdagangan; tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
j. mendatangkan dan meminta bantuan Hukum Acara Pidana. Pasal 2 ayat:
atau keterangan ahli dalam rangka (1) Penyidik adalah : a. Pejabat Polisi Negara
melaksanakan tugas penyidikan dugaan Republik Indonesia tertentu yang sekurang-
tindak pidana di bidang Perdagangan; kurangnya berpangkat Pembantu Letnan
dan Dua Polisi; b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil
k. menghentikan penyidikan sesuai dengan tertentu yang sekurang-kurangnya
ketentuan peraturan perundang- berpangkat Pengatur Muda Tk.I (Golongan
undangan. II/b) atau yang disamakan dengan itu;
(3) Dalam hal tertentu sepanjang menyangkut (2) Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak
kepabeanan sesuai dengan ketentuan ada pejabat penyidik sebagaimana
peraturan perundang undangan, penyidik dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Komandan Sektor Kepolisian yang
instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan berpangkat bintara di bawah Pembantu
tanggung jawabnya di bidang kepabeanan Letnan Dua Polisi, karena jabatanya adalah
berwenang melakukan penyelidikan dan penyidik.
penyidikan di bidang Perdagangan (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam
berkoordinasi dengan penyidik pegawai ayat (1) huruf a ditunjuk oleh Kepala
negeri sipil yang lingkup tugas dan Kepolisian Republik Indonesia sesuai
tanggung jawabnya di bidang Perdagangan. dengan peraturan perundang-undangan
(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana yang berlaku.
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan (4) Wewenang penunjukan sebagaimana
berkas perkara hasil penyidikan kepada dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpahkan
penuntut umum melalui pejabat penyidik kepada pejabat Kepolisian Republik
polisi negara Republik Indonesia sesuai Indonesia sesuai dengan peraturan
dengan Undang-Undang tentang Hukum perundang-undangan yang berlaku.
Acara Pidana. (5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam
(5) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana di ayat (1) huruf b diangkat oleh Menteri atas
bidang Perdagangan dapat dikoordinasikan usul dari Departemen yang membawahkan
oleh unit khusus yang dapat dibentuk di pegawai negeri tersebut. Menteri sebelum
instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan melaksanakan pengangkatan terlebih
tanggung jawabnya di bidang Perdagangan. dahulu mendengar pertimbangan Jaksa
(6) Pedoman pelaksanaan penanganan tindak Agung dan Kepala Kepolisian Republik
pidana di bidang Perdagangan ditetapkan Indonesia.
oleh Menteri. (6) Wewenang pengangkatan sebagaimana
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 dimaksud dalam ayat (5) dapat dilimpahkan
Tentang Perdagangan, Pasal 103 ayat (1) kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
penyidik yang melakukan penyidikan tindak Pasal 3 ayat:
pidana perdagangan memenuhi unsur-unsur (1) Penyidik pembantu adalah :
yaitu: (a) Pejabat Polisi Negara Republik
1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia; Indonesia tertentu yang sekurang-
2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di kurangnya berpangkat Sersan Dua
lingkungan instansi Pemerintah dan Polisi;

120
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
(b) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu adanya pelaku (seorang atau beberapa
dalam lingkungan Kepolisian Negara orang).10
Republik Indonesiaang sekurang- Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka
kurangnya berpangkat Pengatur Muda suatu perbuatan yang dilaksanakan oleh
Tk.I (Golongan II/b) atau yang seseorang harus memenuhi persyaratan supaya
disamakan dengan itu; dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai
ayat (1) huruf a dan huruf b diangkat oleh suatu peristiwa pidana ialah sebagai berikut:
Kepala Kepolisian Republik Indonesia atas 1. Harus ada suatu perbuatan. Maksudnya,
usulan komandan atau pimpinan kesatuan memang benar-benar ada suatu kegiatan
masing-masing. yang dilakukan oleh seseorang atau
(3) Wewenang pengangkatan sebagaimana beberapa orang. Kegiatan itu terlihat
dimaksud dalam ayat (2) dapat dilimpahkan sebagai suatu perbuatan tertentu yang
kepada pejabat Kepala Kepolisian Republik dapat dipahami oleh orang lain sebagai
Indonesia sesuai dengan peraturan sesuatu yang merupakan peristiwa.
perundang-undangan yang berlaku. 2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa
Penyidik yang melakukan penyidikan tindak yang dilukiskan dalam ketentuan hukum.
pidana perdagangan berupaya untuk mencari Artinya perbuatan sebagai suatu
dan menemukan alat bukti dan barang bukti peristiwa hukum memenuhi isi ketentuan
berkaitan dengan dugaan terjadinya tindak hukum yang berlaku pada saat itu.
pidana. Oleh karena itu alat bukti hari Pelakunya memang benar-benar telah
ditemukan dengan cermat dan teliti untuk berbuat seperti yang terjadi. Pelaku wajib
menentukan telah terjadinya tindak pidana mempertanggungjawabkan akibat yang
dan dapat menentukan tersangkanya. ditimbulkan dari perbuatan itu.
Penyidikan tindak pidana perdagangan Berkenaan dengan syarat ini, hendaknya
untuk mencari dan mengumpulkan bukti telah dapat dibedakan bahwa ada suatu
adanya rangkaian perbuatan yang perbuatan yang tidak dapat
menyebabkan terjadinya peristiwa pidana. dipersalahkan itu dapat disebabkan
Peristiwa pidana harus dibuktikan dengan dilakukan oleh seseorang atau beberapa
melihat telah terpenuhinya unsur-unsur pidana orang lain yang mengganggu
sebagaiman diatur dalam Undang-Undang keselamatannya dan dalam keadaan
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan. darurat;
Peristiwa pidana yang juga disebut tindak 3. Harus terbukti adanya kesalahan yang
pidana (delict) ialah suatu perbuatan atau dapat dipertanggungjawabkan.
rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan Maksudnya bahwa perbuatan yang
hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dilakukan oleh seseorang atau beberapa
dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau orang itu dapat dibuktikan sebagai suatu
memenuhi unsur-unsur pidananya. Unsur- perbuatan yang disalahkan oleh
unsur itu terdiri dari: ketentuan hukum;
1. Objektif 4. Harus berlawanan dengan hukum.
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang Artinya, suatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum dan berlawanan dengan hukum dimaksudkan
mengindahkan akibat yang oleh hukum kalalu tindakannya nyata-nyata
dilarang dengan ancaman hukum. Yang bertentangan dengan aturan hukum;
dijadikan titik utama dari pengertian 5. Harus tersedia ancaman hukumannya.
objektif di sini adalah tindakannya. Maksudnya kalau ada ketentuan yang
2. Subjektif mengatur tentang larangan atau
Yaitu perbuatan seseorang yang keharusan dalam suatu perbuatan
berakibat tidak dikehendaki oleh undang- tertentu, ketentuan ini memuat sanksi
undang. Sifat unsur ini mengutamakan ancaman hukumannya. Ancaman

10AbdoelDjamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi 2. PT.


RadjaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 175.

121
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
hukuman itu dinyatakan secara tegas merupakan tindak lanjut penyelidikan yang
berupa maksimal hukumannya yang sedikit banyak telah menemukan konstruksi
harus dilaksanakan oleh para pelakunya. peristiwa pidana yang terjadi. Jadi keberhasilan
Kalau di dalam suatu ketentuan tidak penyidikan juga dipengaruhi hasil penyelidikan.
dimuat ancaman hukuman terhadap Tindakan penyelidikan memang harus
suatu perbuatan tertentu, dalam mengarah kepada kepentingan penyidikan.
peristiwa pidana, pelaku tidak perlu Untuk itu undang-undang menegaskan bahwa
melaksanakan hukuman tertentu.11 dalam pelaksanaan tugas penyelidikan,
Penyidikan suatu istilah yang dimaksudkan penyelidik dikoordinasi, diawasi dan diberi
sejajar dengan pengertian opsporing (Belanda) petunjuk oleh penyidik (vide Pasal 105
dan investigation (Inggris) atau penyiasatan KUHAP).14
atau siasat (Malaysia). KUHAP memberi definisi Kegiatan penyidikan harus mengarah pada
penyidikan sebagai berikut: “Serangkaian penuntutan. Keberhasilan penuntutan selain
tindakan penyidikan dalam hal dan menurut ditentukan oleh profesionalitas Penuntut
cara yang diatur dalam undang-undang ini Umum juga dipengaruhi oleh kesempurnaan
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang hasil penyelidikan. Oleh karena itu, penyidikan
dengan bukti itu membuat terang tentang tidak menempati posisi yang tidak dapat diabaikan
pidana yang terjadi dan guna menemukan seperti dinyatakan ahli hukum, (Dr. Andi
tersangkanya.” Dalam bahasa Belanda ini sama Hamzah, S.H., 1985: 76) sebagai berikut:
dengan opsporing. Menurut Depinto, menyidik Pekerjaan polisi sebagai penyidik dapat
(opsporing) berarti memeriksaan permulaan dikatakan berlaku di seantero dunia.
oleh penjabat-penjabat yang untuk itu ditunjuk Kekuasaan dan kewenangan (power and
oleh undang-undang segera setelah mereka authority) polisi sebagai penyidik luar biasa
dengan jalan apa pun mendengar kabar yang penting dan sangat sulit, lebih-lebih yang di
sekadar beralasan, bahwa ada terjadi sesuai Indonesia. Di Indonesia polisi memonopoli
pelanggaran hukum.”12 penyidikan hukum pidana umum (KUHP)
Pengetahuan dan pengertian penyidikan berbeda dengan negeri lain. Lagi pula
perlu dinyatakan dengan pasti dan jelas, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat
hal itu langsung menyinggung dan membatasi majemuk yang mempunyai adat istiadat
hak-hak asasi manusia. Bagian-bagian hukum yang berbeda. Pernyataan di atas tidak
acara pidana yang menyangkut penyidikan salah, tetapi bukankah urgensi masing-
adalah sebagai berikut: masing penegak hukum adalah sama, baik
1. Ketetuan tentang alat-alat penyidik; sebagai Penyidik, Penuntut Umum, hakim,
2. Ketentuan dengan diketahui terjadi Penasihat Hukum dan bahkan petugas
delik; lembaga pemasyarakatan.15
3. Pemeriksaan di tempat kejadian; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
4. Pemanggilan tersangka atau terdakwa; tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
5. Penahanan sementera; Pasal 2 menyatakan: Fungsi kepolisian adalah
6. Penggeledahan; salah satu fungsi pemerintahan negara di
7. Pemeriksaan atau interogasi; bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
8. Berita acara (penggeledahan interogasi, masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
dan pemeriksaan di tempat); pengayoman, dan pelayanan kepada
9. Penyitaan; masyarakat.16 Pasal 3 menyatakan pada ayat:
10. Penyampingan perkara; (1) Pengemban fungsi kepolisian adalah
11. Pelimpahan perkara kepada penuntut Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
umum dan pengembaliannya kepada dibantu oleh :
penyidik untuk disempurnakan.13 a. Kepolisian khusus;
Secara singkat tugas penyidik adalah b. Penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
melakukan penyidikan. Kegiatan penyidikan
14 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Edisi 1. Cet.
11 Ibid, hal. 175-176. 3. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 44.
12Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Cetakan 15 Ibid, hal. 44,45.

Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, Maret 2011, hal. 128-129 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
13 Ibid, hal. 128-129. Kepolisian Negara Republik Indonesia.

122
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Penyidikan terhadap tindak pidana
(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana perdagangan sesuai dengan Undang-Undang
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c, Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan,
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai diarahkan untuk mengumpulkan bukti-bukti
dengan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jenis-jenis tindak pidana
yang menjadi dasar hukumnya masing- sebagaimana diatur pada Pasal 104 sampai
masing. dengan Pasal 116. Unsur-unsur tindak pidana
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar tersebut dilakukan oleh pelaku usaha sebagai
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berikut:
Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No. 1. Tidak menggunakan atau tidak melengkapi
VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. label berbahasa Indonesia pada Barang yang
VII/MPR/2000, keamanan dalam negeri diperdagangkan di dalam negeri;
dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian 2. Pelaku Usaha Distribusi yang menerapkan
Negara Republik Indonesia dan secara sistem skema piramida dalam
konsisten dinyatakan dalam perincian tugas mendistribusikan Barang;
pokok yaitu memelihara keamanan dan 3. Melakukan kegiatan usaha perdagangan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, tidak memiliki perizinan di bidang
serta melindungi, mengayomi, dan melayani Perdagangan yang diberikan oleh Menteri;
masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan 4. Menyimpan barang kebutuhan pokok
fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik dan/atau Barang penting dalam jumlah dan
Indonesia secara fungsional dibantu oleh waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan
sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa lalu lintas Perdagangan Barang;
melalui pengembangan asas subsidiaritas dan 5. Melakukan manipulasi data dan/atau
asas partisipasi.17 informasi mengenai persediaan Barang
Asas legalitas sebagai aktualisasi paradigma kebutuhan pokok dan/atau Barang penting;
supremasi hukum, dalam Undang-Undang ini 6. Produsen atau Importir yang
secara tegas dinyatakan dalam perincian memperdagangkan Barang terkait dengan
kewenangan Kepolisian Negara Republik keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan lingkungan hidup yang tidak didaftarkan
penyidikan terhadap semua tindak pidana kepada Menteri;
sesuai dengan hukum acara pidana dan 7. Memperdagangkan Barang dan/atau Jasa
peraturan perundang-undangan lainnya, yang ditetapkan sebagai Barang dan/atau
namun, tindakan pencegahan tetap Jasa yang dilarang untuk diperdagangkan;
diutamakan melalui pengembangan asas 8. Importir yang mengimpor barang dalam
preventif dan asas kewajiban umum kepolisian, keadaan tidak baru;
yaitu memelihara keamanan dan ketertiban 9. Eksportir yang mengekspor barang yang
masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat ditetapkan sebagai barang yang dilarang
Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki untuk diekspor dan Importir yang
kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk mengimpor barang yang ditetapkan sebagai
bertindak demi kepentingan umum barang yang dilarang untuk diimpor;
berdasarkan penilaian sendiri. Oleh karena itu, 10.Memperdagangkan Barang di dalam negeri
Undang-Undang ini mengatur pula pembinaan yang tidak memenuhi SNI yang telah
profesi dan kode etik profesi agar tindakan diberlakukan secara wajib atau persyaratan
pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia teknis yang telah diberlakukan secara wajib;
dapat dipertanggungjawabkan, baik secara 11.Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa
hukum, moral, maupun secara teknik profesi di dalam negeri yang tidak memenuhi SNI,
dan terutama hak asasi manusia.18 persyaratan teknis, atau kualifikasi yang
telah diberlakukan secara wajib;
12.Memperdagangkan barang dan/atau jasa
17Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 dengan menggunakan sistem elektronik
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. I. Umum. yang tidak sesuai dengan data dan/atau
18Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
informasi;
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. I. Umum.

123
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
13.Menyelenggarakan pameran dagang dengan usaha periklanan pun tunduk pada ketentuan
mengikutsertakan peserta dan/atau produk undang-undang ini.19
yang dipromosikan berasal dari luar negeri
yang tidak mendapatkan izin dari Menteri. PENUTUP
Jenis-jenis tindak pidana yang telah A. Kesimpulan
diuraikan tersebut akan dijelaskan pada bagian 1. Tindak pidana perdagangan yang dapat
Bab III Pembahasan huruf (B) mengenai jenis- dilakukan penyidikan oleh penyidik, harus
jenis tindak pidana perdagangan yang dapat memenuhi unsur-unsur tindak pidana
dilakukan penyidikan oleh penyidik dan sebagaimana diatur pada Pasal 104 sampai
pemberlakuan sansi pidana penjara dan pidana dengan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 7
denda terhadap pelakunya. Penyidikan Tahun 2014 Tentang Perdagangan.
terhadap tindak pidana perdagangan sesuai Pemberlakuan sanksi pidana atas tindak
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 pidana perdagangan terdiri dari pidana
Tentang Perdagangan, Pasal 104 sampai penjara dan/atau pidana denda sesuai
dengan Pasal 116 diarahkan pada pelaku usaha dengan jenis tindak pidana yang dilakukan.
apabila melakukan tindak pidana. Pasal angka 2. Penyidikan terhadap tindak pidana
14: Pelaku Usaha adalah setiap orang perdagangan dilakukan oleh penyidik
perseorangan warga negara Indonesia atau pejabat polisi negara Republik Indonesia,
badan usaha yang berbentuk badan hukum pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
atau bukan badan hukum yang didirikan dan lingkungan instansi Pemerintah dan
berkedudukan dalam wilayah hukum Negara Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan
Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan tanggung jawabnya di bidang Perdagangan
kegiatan usaha di bidang Perdagangan. diberi wewenang khusus sebagai penyidik
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
3: Pelaku usaha adalah setiap orang Pidana untuk melakukan penyidikan sesuai
perseorangan atau badan usaha, baik yang dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
berbentuk badan hukum maupun bukan badan 2014 tentang Perdagangan.
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum B. Saran
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun 1. Untuk mencari serta mengumpulkan bukti
bersama-sama melalui perjanjian yang dapat mengungkapkan tindak pidana
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam perdagangan yang terjadi dan guna
berbagai bidang ekonomi. Penjelasan Pasal 1 menemukan tersangkanya, diperlukan
angka 3 Pelaku usaha yang termasuk dalam ketelitian dan kecermatan penyidik. Oleh
pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, karena itu sangatlah diperlukan bantuan
BUMN, koperasi, importir, pedagang, atau keterangan ahli dalam rangka
distributor dan lain-lain. melaksanakan tugas penyidikan dugaan
Jika kita baca kembali definisi dari pelaku tindak pidana di bidang Perdagangan.
usaha yang diberikan dalam undang-undang 2. Diperlukan peningkatan peran unit khusus
tentang perlindungan konsumen, jelas bahwa yang dibentuk di instansi Pemerintah yang
undang-undang tentang perlindungan lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
konsumen mencoba untuk mendefinisikan bidang Perdagangan untuk melakukan
pelaku usaha secara luas. Para pelaku usaha pemeriksaan alat bukti yang diperoleh
yang dimaksudkan dalam undang-undang mengenai terjadinya tindak pidana
tentang perlindungan konsumen tersebut tidak perdagangan kepada pihak penyidik dengan
dibatasi hanya pabrikan saja, melainkan juga menggunakan pedoman pelaksanaan
bagi distributor dan jaringannya, serta penanganan tindak pidana di bidang
termasuk para importir. Selain itu, para pelaku Perdagangan yang ditetapkan oleh Menteri.

19Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang


Perlindungan Konsumen, Cetakan Keempat, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 35.

124
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
Panjaitan Irwan Petrus & Chairijah, Pidana
DAFTAR PUSTAKA Penjara Dalam Perspektif Penegak Hukum
Adolf Huala, Hukum Perdagangan Masyarakat dan Narapidana, CV. Indhili.
Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Co, Jakarta, Juni 2009.
Djamali Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Ridwan Juniarso H. dan Achmad Sodik Sudrajat,
Edisi 2. PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta, Hukum Adminsitrasi Negara dan Kebijakan
2009. Pelayanan Publik, Cetakan l. Nuansa.
Efendi Marwan, Kejaksaan RI: Posisi dan Bandung. 2010.
Fungsinya dari Perspektif Hukum, PT Sadjijono, Polri Dalam Perkembangan Hukum
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin, LaksBang
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Sinar PRESSindo, Yogyakarta, 2008.
Grafika, Jakarta, 2008. Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Cetakan Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995.
Maret 2011. Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. 6. Rineka Cipta,
Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Jakarta, 2009.
Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. Syamsuddin Aziz, Tindak Pidana Khusus,
2012. Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta,
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, 2011.
Cetakan Pertama, Sinar Grafika. Jakarta. Syawali Husni dan Neni Sri Imaniyati
2012. (Penyunting) Hukum Perlindungan
HR Ridwan, Hukum Administrasi, Edisi l Cetakan Konsumen, Cetakan ke-1. Mandar Maju.
4. PT. RadjaGrafindo. Jakarta, 2008. Bandung. 2000.
Kansil C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien R. Wahyudi Setya. Iplementasi Ide Diversi Dalam
Palandeng dan Godlieb N. Mamahit, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak
Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi Di Indonesia, Genta Publishing, Cetakan
Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata Pertama, Yoyakarta, 2011.
Aksara, Jakarta, 2010. Waluyadi, Pengetahuan Dasar Hukum Acara
Kristiyanti Tri Siwi Celina, Hukum Perlindungan Pidana (Sebuah Catatan Khusus), Cetakan
Konsumen, Cetakan Pertama, Sinar I. Mandar Maju, Bandung, 1999.
Grafika, Jakarta, 2008. Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan,
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Edisi 1. Cet. 3. Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum
2011. Tentang Perlindungan Konsumen, Cetakan
Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama,
dan Nusya A., Kamus Hukum Lengkap Jakarta, 2008.
(Mencakup Istilah Hukum & Perundang- Wisnubroto Al. dan G. Widiartana,
Undangan Terbaru, Cetakan Pertama, Pembaharuan Hukum Acara Pidana,
Visimedia, Jakarta. 2012. Cetakan Ke-1, PT. Citra Aditya Bakti,
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Bandung, 2005.
Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Yamin Muhammad, Tindak Pidana Khusus, Cet.
Pidana Nasional, Ed. 1, PT. RajaGrafindo, 1. Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Jakarta, 2008.
Miru Ahmadi, Prinsip-Prinsip Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Edisi
1. Cetakan ke-1. PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Mulyadi Mahmud dan Feri Antoni Surbakti,
Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan
Korporasi, Cetakan Pertama, PT. Sofmedia,
Jakarta, 2010.

125

Anda mungkin juga menyukai