SINEMA
INDONESIA
#ANTARKOTAANTARSINEMA
Presented by
Bioskop Online
(Visinema Group)
2023
TENTANG BIOSKOP ONLINE
WORKSHOP
Sesi pengajaran dalam format luring yang bersifat
serupa kuliah umum.
TALKSHOW
Sesi perbincangan dan diskusi publik dalam format
luring yang melibatkan audiens untuk berbagi
pertanyaan atau pendapat.
SCREENING
Pemutaran film secara luring dengan pilihan film
mulai dari lingkup industri hingga skena produksi
lokal-daerah.
TARGET AUDIENS
Mahasiswa/i Tipikal
Pelajar SMA/K
Komunitas Film Trend reader
KATEGORI Pegiat/Pekerja Film Trend maker
Open-minded
Tech-Savvy
Laki-laki Exprorer something new
Perempuan Film enthusiast
GENDER
USIA
JELAJAH SINEMA INDONESIA
#ANTARKOTAANTARSINEMA
EDISI SURABAYA
Tempat
Aula Soetandyo, Gedung C FISIP
Universitas Airlangga, Surabaya
Pembicara
#ANTARKOTAANTARSINEMA
EDISI SURABAYA
DETIL ACARA
Pembicara:
ANGGA DWIMAS SASONGKO
(Sutradara & Produser; CEO & Founder Visinema)
Moderator:
Wimar Herdanto
(Sutradara & Dosen Praktisi Komunikasi Unair)
PENGANTAR PROGRAM
Sampai hari ini, idealisme dan komersialisme, atau “yang personal” dan
“yang popular”, sering dibayangkan juga dibicarakan sebagai dua hal yang
bertentangan. Mitos pertentangan antara dua hal tersebut juga masih kerap
kita dengar dalam konteks produksi hingga distribusi film.
Film idealis atau film personal adalah istilah yang gemar digunakan untuk
menyebut film-film yang kaya akan muatan segala preferensi personal dari
si pembuat. Ia hampir selalu dianggap sebagai produk yang susah untuk
dijual, atau setidaknya dipertemukan ke penonton dalam skala masif.
Apa (saja) sebenarnya yang dapat dinilai sebagai sesuatu yang personal di
dalam sebuah proses pembuatan karya film?
#ANTARKOTAANTARSINEMA
EDISI SURABAYA
DETIL ACARA
Pembicara:
ANGGA DWIMAS SASONGKO
(Sutradara & Produser; CEO & Founder Visinema)
AJENG PARAMESWARI
(President of Digital Business Visinema)
Moderator:
Yogi Ishabib
(Dosen & Direktur Sinema Intensif)
PENGANTAR PROGRAM
Salah satu permasalahan yang kerap dialami oleh pembuat film di luar
lingkup industri adalah dalam hal distribusi. Semangat dan energi mereka
dalam memproduksi film kian hari semakin besar dan beragam, terutama
dalam format film pendek. Namun, setelah film selesai diproduksi, sebagian
besar dari kawan-kawan pembuat film tersebut bingung harus
mendistribusikan karya mereka di mana dan bagaimana.
Festival film juga menjadi jalur distribusi yang populer di kalangan pembuat
film di luar lingkup industri. Namun opsi ini pun memiliki batas. Festival film
memiliki mekanisme seleksi dan kurasi. Belum tentu karya film yang
didaftarkan ke sebuah festival akan “cocok” dengan preferensi pilihan
festival dan ditayangkan di gelaran tersebut.
Dengan demikian, kini, cukup banyak pembuat film yang memilih untuk
mendistribusikan karya mereka di kanal digital-internet. Dalam opsi ini,
memang, daftar keterbatasan yang disebut dalam poin-poin sebelumnya
seperti sudah tak jadi soal. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu—
bahkan penting—untuk dipertanyakan, yakni perkara keberlanjutan
pengkaryaan.
Memang betul, tidak selalu dan tidak semua pembuat film ketika
memproduksi sebuah karya memperhitungkan pendapatan atau
keuntungan—komersialisme. Dan bagi sejumlah pembuat film yang
memilih sikap di luar komersialisme, mereka kiranya tidak akan terlampau
selektif dalam memilih platform penayangan digital untuk karya film.
Sebab, yang dibutuhkan sebatas wadah.
Theo Maulana
+62 822 3405 7998
theo.maulana@visinemapictures.com