Anda di halaman 1dari 49

Tanah ekspansif

(expansive soil)
istilah yang digunakan pada tanah atau batuan yang
mempunyai potensi penyusutan atau pengembangan oleh
pengaruh perubahan kadar air.

Istilah tanah ekspansif dan potensi pengembangan (swelling


potential) digunakan untuk menunjukkan tanah yang mudah
mengalami kembang-susut.

Tidak semua lempung mudah mengembang/menyusut.


Jenis lempung yang mudah mengembang : Montmorillonite
S1-sept 2022
https://ugm-id.zoom.us/j/94140899172?pwd=VWxDZTZ2VjJEbmxGc3lXaklDVVNwQT
BUKU REFERENSI
Mineral lempung

(a) Halloysite. (b) Illite.

c) Kaololinite d) Montmorillonite
Bentuk mineral lempung
Pembentukan lempung dari pengendapan Lempung ketika terjadi penurunan
Derajat pengembangan bergantung pada
tipe mineral dalam lempung

Montmorillonite adalah lempung paling mudah mengembang, karena


mempunyai luas permukaan yang besar.
Lempung ekspansif mengembang jika bertambah
kadar airnya dan menyusut bila berkurang

3 pelat partikel lempung dengan air


yang saling mendorong sehingga
menjauh.

Air tertarik ke permukaan lempung


yang bermuatan negatif

3 pelat partikel lempung Partikel lempung

tanpa air diantaranya Air

(a) (b) (c)

Pengembangan dan penyusutan partikel lempung


Setelah mengembang
Sebelum mengembang
Pelat lempung

Molekul air

Mengembangnya lempung akibat dari tertariknya air di antara pelat


/butiran lempung ( Murck et al., 1997).
Kerusakan perkerasan akibat
tanah dasar ekspansif
Kerusakan akibat TANAH
EKSPANSIF

Ketidak-rataan permukaan Retak memanjang pada ruas


pada ruas jalan Purwodadi-Surakarta jalan Purwodadi-Surakarta.
AKIBAT KEMBANG-SUSUT TANAH
PADA PERKERASAN JALAN
AWAL MUSIM HUJAN

TANAH EKSPANSIF

MENGEMBANG RONGGA
➔ PELAT KEHILANGAN DUKUNGAN
MUSIM KEMARAU

TANAH EKSPANSIF
SUSUT
RONGGA
➔ PELAT KEHILANGAN DUKUNGAN
Akibat Kembang Susut
Perkerasan Rusak
Perkerasan naik dan tanah dasar CBR turun
karena kadar air naik

TANAH EKSPANSIF
Pada saat awal musim hujan, bagian pinggir naik lebih dulu.
Pada musim kemarau kebalikannya.
Longsoran, perkerasan terangkat,
bangunan retak/ambruk
Kerusakan pada bangunan ringan
akibat tanah ekspansif
Kerusakan bangunan gedung
ringan
Kerusakan bangunan akibat
kembang-susut tanah

Gambar X.28 Lempung retak-retak saat kering.


Identifikasi lempung ekspansif secara tidak
langsung dengan menggunakan nilai
aktivitas (A)
% Lolos
Aktivitas :

A = PI/C
C = 9%
PI = indeks plastisitas 0.002
C = persen fraksi ukuran lempung (diameter < 0,002 mm). Dia.(mm)

Bila A tinggi maka tanah tersebut ekspansif


(jika lempung mempunyai A>1,25 ➔ termasuk ekspansif)
Tabel 2.6 Aktivitas mineral lempung (Skempton, 1953 dan Mitchell, 1976)

Mineral Aktivitas (A)


Na-montmorillonite 4–7
Ca-montmorillonite 1,5

Illite 0,5 – 1,3

Kaolinite 0,3 – 0,5

Halloysite (dehydrated) 0,5

Halloysite (hydrated) 0,1

Attapulgite 0,5 – 1,2

Allophane 0,5 – 1,2

Mica (muscovite) 0,2

Calcite 0,2

Quartz 0
Potensi pengembangan 3
mineral lempung
Beban terbagi rata Potensi pengembangan (%)
(kPa) Kaolinite Illite Montmorillonite
9,6 Dapat diabaikan 350 1500
400 Dapat diabaikan 150 350
Potensi pengembangan atau persen pengembangan q
DH
S = DH/H x 100%
H
DH = kenaikan tinggi sampel
H = tinggi awal sampel
Potensi pengembangan tanah ekspansif
diprediksi secara tak angsung dengan
batas Atterberg
Uji hidrometer untuk lempung
UJI PENGEMBANGAN DI
LABORATORIUM

Manometer
pembacaan
penurunan Hasilnya:
1. Potensi
pengembangan (S)
Beban 2. Tekanan
pengembangan (ss)
Air
Batu
tembus
Contoh tanah air
Penentuan potensi pengembangan secara
langsung menggunakan alat uji
pengembangan (alat konsolidasi)
Persen pengembangan (S)
lempung bergantung pada

▪ Kadar air awal (wo) → wo rendah, S tinggi


▪ Kepadatan tanah (gd) –> Semakin padat, S tinggi
▪ Tekanan yang bekerja (q) –> q semakin tinggi – S rendah
KLASIFIKASI Potensi
Pengembangan(USBR, 1974)

Derajat Pengembangan Persen Indeks Batas Batas


pengembangan (%) koloid plastisitas susut SL cair LL
(akibat tekanan (< 0,001mm) PI (%) (%) (%)
6,9 kPa) (%)
Sangat tinggi > 30 > 28 > 35 < 11 > 63
Tinggi 20 – 30 20 – 31 25 – 41 7 – 12 50 – 63
Sedang 10 – 20 13 – 23 15 – 28 10 – 16 39 – 50
Rendah < 10 < 15 < 18 > 15 < 39
6,9 kPa = 1 psi
POTENSI PENGEMBANGAN
untuk material timbunan (Seed et al, 1962)

Potensi pengembangan (S = DH/H) adalah


persen perubahan volume pada contoh tanah
yang dipadatkan pada wopt dan gdmak
(dari uji pemadatan standar Proctor)
▪ Dijenuhkan pada tekanan 6,9 kPa (1 psi)

q = 6,9 kPa
wopt dan gd-mak

S = DH/H
▪ SELESAI KULIAH 5
Klasifikasi derajat ekspansi Seed et al. (1962)

Potensi
Derajat ekspansi
pengembangan, S (%)
Rendah 0 – 1,5

Sedang 1,5 – 5

Tinggi 5,0 – 25

Sangat tinggi > 25

Kuliah – S1 19/3/21

S = (3,6 x 10-5)A2,44 C3,44 = (3,6 x 10-5)x 1,42,44 x 203,44 = 2,38 (Klasifikasi “sedang”)

S = potensi pengembangan (persen pengembangan aksial akibat tekanan 6,9 kPa,


wo = wopt dan gd = gdmak) → definisi potensi pengembangan, Seed etb al (1962)
C = persen fraksi lempung, ukuran < 0,002 mm (persen berat)
Hubungan potensi pengembangan, kadar air awal
dan beban terbagi rata yang bekerja (Seed et
al., 1962).

S2-9/3/21
Gambar X.29 Profil kadar air untuk tanah A (Al-Homoud et al., 1997).

Kedalaman tanah yang dipengaruhi


kembang-susut
Kadar air

Bervariasi akibat
iklim

Kedalaman dibawah permukaan


Seimbang Kedalaman
zona aktif

Gambar X.29 Profil kadar air (Al-Homoud et


al., 1997).
Profil kadar air dalam zona aktif
(Nelson dan Miller, 1991).
Kedalaman zona aktif
Kota Kedalaman zona aktif (m)
Houston 1,5 – 3,0
Dallas 2,1 – 4,2
Denver 3,0 – 4,2
San Antonio 3,0 – 9,0
Kadar air

Bervariasi akibat
iklim
Kedalaman dibawah permukaan

Seimbang Kedalaman
zona aktif
HASIL PENELITIAN DI JALAN RAYA PURWODADI-
SURAKARTA
LOKASI KADAR AIR PENGEMBANG DERAJAT TEKANAN
AWAL (%) AN (%) EKSPANSIF PENGEMBANGAN
(kPa)
KM. 05 +000 6,45 0,94 RENDAH 52
KM. 11+000 19,85 14,84 TINGGI 300
KM. 13+000 11,49 2,98 SEDANG 68
KM. 14+700 27,90 1,90 TINGGI 240
KM. 16+400 32,25 10,26 TINGGI 150
KM. 17+900 29,49 16,84 TINGGI 200
KM. 19+200 20,81 12,82 TINGGI 156
KM. 22+100 17,67 6,39 TINGGI 110
KM. 23+700 36,30 7,67 TINGGI 165
KM. 24+600 37,27 8,40 TIMGGI 130
KM. 26+800 28,20 6,71 TINGGI 58
KM. 28+900 25,00 18,64 TINGGI 320
KM. 30+400 28,62 16,21 TINGGI 330
KM. 32+000 19,65 9,11 TINGGI 188
KM. 34+900 13,12 8,40 TINGGI 170
(Sumber: Latief, 2005)
PERBAIKAN AKIBAT PENGEMBANGAN
TANAH-DASAR
Prosedur perbaikan umumnya sifatnya hanya untuk kepentingan
sementara.
Untuk kerusakan berat yang disebabkan oleh pengembangan tanah-
dasar (subgrade), penanganan yang dilakukan sering hanya
bersifat pencegahan atau mengurangi masalah di masa datang.

Cara-cara untuk mengurangi perubahan volume tanah:


a) Membongkar dan mengganti tanah yang bermasalah.
b) Mengurangi karakteristik perubahan volume lempung dengan
menggunakan bahan tambah (kapur 2-10%, semen 4 – 6%).
c) Memberikan beban terbagi rata untuk mengekang pengembangan
tanah, jika potensi pengembangan tanah tidak sangat tinggi.
d) Mereduksi variasi perubahan kadar air dalam tanah-dasar
(membangun struktur penghalang kelembaban).
METODA PEMBUNGKUSAN TANAH
DENGAN MEMBRAN

Tampang melintang tipikal lapisan tanah yang dibungkus


membran (Hamitt dan Ahlvin, 1973).
Metoda pembungkusan tanah

▪ Sambungan-sambungan harus tertutup


dengan baik.
▪ Material penghalang harus mempunyai daya
tahan dalam menahan peletakan.
▪ Penempatan lapisan tanah pertama pada
membran penghalang bawah harus dikontrol
agar penghalang tidak rusak.
Penghalang kelembaban vertikal

Pemasangan membran vertikal dalam pembangunan jalan (Snethen, 1979).

Penghalang kelembaban dari geomembran yang digunakan di jalan bebas hambatan San
Antonio (Steinberg, 1981).
Penghalang vertikal
 Penempatan harus sedalam mungkin. Kedalaman
minimum harus paling sedikit setengah dari
kedalaman zona aktif.
 Penghalang yang kedalamannya < 0,6 - 1 m, tidak
begitu menjamin bekerjanya struktur ini (Snethen,
1979a).
 Material urugan yang digunakan untuk parit harus
lolos air (pasir, kerikil, sirtu).
 Untuk penghalang vertikal digunakan geomembran.
PENGHALANG KELEMBABAN
HORISONTAL

(a) Pemasangan membran pada perkerasan aspal di seluruh


kedalaman
(b) Aplikasi membran aspal disemprotkan, untuk meminimumkan
variasi kadar air tanah-dasar dari air permukaan (Snethen, 1979).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
penghalang kelembaban horisontal

1. Penghalang harus dipasang melebihi dari area jalan raya


atau pondasi bangunan untuk mencegah gerakan
kelembaban horisontal ke dalam tanah pondasi.
2. Material untuk penghalang kelembaban harus awet dan
tidak mudah terdegradasi.
3. Sambungan-sambungan dan pelipit pada membran ke
bangunan harus dijaga dan dibuat tahan air.
4. Semak-semak dan pohon-pohon besar harus ditanam
menjauhi penghalang kelembaban.
5. Kemiringan yang cukup harus diberikan untuk pembuangan
air di bagian tepi membran.
SISTEM CAM (CAKAR AYAM MODIFIKASI) UNTUK
PENANGANAN PERKERASAN PADA TANAH
EKSPANSIF

Sistem Cakar Ayam yang dilengkapi penghalang vertikal untuk aplikasi


perkerasan jalan pada tanah ekspansif (Hardiyatmo, 2006).
Bangunan pada tanah ekspansif
(perkerasan jalan dan bangunan
ringan)
SISTEM PELAT TERPAKU

TAHAN TERHADAP diffrential


settlement akibat KEMBANG
SUSUT TANAH
Metoda pembongkaran dan
penggantian tanah
▪ Tanah urug yang tidak ekspansif dan kedap air harus tersedia
dan murah.
▪ Tanah tidak ekspansif dapat dipadatkan lebih padat daripada
tanah lempung ekspansif, sehingga menghasilkan kapasitas
dukung tinggi.
▪ Jika urugan berupa material granuler, pertimbangan khusus
harus diberikan untuk mengusahakan lancarnya drainase ke
luar urugan, sehingga air tidak berkumpul dalam lapisan ini.
▪ Material ekspansif dapat digali sampai kedalaman tertentu,
lalu dilindungi dengan membran vertikal dan/atau
horisontal. Membran dari aspal yang disemprotkan, efektif
digunakan dalam pembangunan jalan raya.
Penggantian tanah secara parsial
dengan pasir ±1 m
(Di Purwodadi - Jateng).

Rel KA

Ballast
W (%)
Dw
1 m (pasir)
Dw

Tanah asli ekspansif

Z (m) Perubahan kadar air (Dw) sudah kecil ➔ pengembangan kecil


PENCAMPURAN TANAH DAN SEMEN

1. Semen portland sekitar 4 – 6% mereduksi potensi perubahan volume


tanah. Hasilnya mirip dengan pencampuran tanah dengan kapur, tapi
penyusutan tanah lebih sedikit pada semen.
2. Metoda pelaksanaan pencampuran di tempat mirip dengan
pencampuran tanah dengan kapur, tapi waktu penundaan antara
pencampuran dan penghamparan final lebih pendek pada semen.
3. Semen portland tidak se-efektif kapur, bila digunakan untuk
stabilisasi lempung plastisitas tinggi.
4. Semen portland dapat lebih efektif dalam memperbaiki tanah yang
tidak reaktif terhadap kapur.
5. Kenaikan kekuatan yang lebih tinggi diperoleh dari pencampuran
tanah dengan semen.
6. Material yang distabilisasi semen mudah mengalami retak, dan harus
dievaluasi sebelum penggunaannya.
Cara pencampuran
tanah ekspansif dengan kapur
1. Umumnya digunakan kadar kapur 2 – 10% pada tanah yang reaktif.
2. Tanah harus diuji reaksinya terhadap kapur, dan persen yang dibutuhkan.
3. Pencampuran umumnya sampai kedalaman 0,25 – 0,45 m, tapi mesin traktor
besar juga dapat digunakan sampai kedalaman pencampuran 0,60 m.
4. Kapur dapat digunakan dalam kondisi kering maupun berupa larutan, tapi
membutuhkan air yang berlebihan.
5. Waktu penundaan antara pencampuran dan penghamparan final relatif lama,
sehingga terdapat kemudahan dikerjakan dan pemadatan.
6. Tanah yang distabilisasi kapur harus dilindungi terhadap air permukaan dan air
tanah. Kapur dapat larut atau tercuci, dan tanah dapat kehilangan kekuatannya
saat jenuh air.
7. Penyebaran kapur dari lubang bor umumnya tidak efektif, kecuali jika tanah
mengandung jaringan retakan.
8. Tegangan pembebasan dari lubang bor dapat merupakan faktor yang
mereduksi kenaikan tanah.
9. Diameter lubang bor yang lebih kecil memberikan luas kontak area kecil pada
larutan kapur.
10. Penetrasi kapur yang diinjeksikan dibatasi oleh kecepatan penyebaran (difusi)
kapur yang lambat, jumlah retakan dalam tanah, dan ukuran pori yang kecil
dalam lempung.
11. Injeksi kapur bertekanan berguna untuk merawat tanah lebih dalam
dibandingkan dengan teknik pencampuran di tempat.
Stabilisasi tanah ekspansif dengan bahan
tambahan (additive)

Anda mungkin juga menyukai