Anda di halaman 1dari 14

Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

PENILAIAN KERUSAKAN KONSTRUKSI


KOMPONEN GEDUNG GEREJA SION JAKARTA

James Rilatupa1, Grace Putri Dianty2, Sally Napitupulu2 dan Gloria Z. Rilatupa2

1. Universitas Kristen Indonesia, Program Pascasarjana, Magister Arsitektur, Jakarta, Jl. Mayjen Sutoyo
No.2, Indonesia; jedrilatupa@gmail.com
2. Universitas Kristen Indonesia, Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Jakarta, Jl. Mayjen Sutoyo No.2,
Indonesia; gdianty@gmail.com, salnapitt.3@gmail.com, gloryabigail@gmail.com

ABSTRAK
Gereja Sion merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang masih perlu dipertahankan
mengingat kondisinya yang semakin memburuk. Sudah sepantasnya sebuah bangunan cagar budaya
perlu dilestarikan, terutama sebagai aset cagar budaya di ibu kota yang berusia lebih dari tiga abad ini
sangat membutuhkan tindakan konservasi. Sedangkan kegiatan monitoring dan evaluasi rutin merupakan
salah satu sarana dalam melestarikan bangunan cagar budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
dan mengumpulkan data tentang pemeliharaan suatu bangunan cagar budaya sehingga setiap kerusakan
yang ditemukan pada bangunan cagar budaya dapat ditindaklanjuti. Hal ini dimaksudkan agar bangunan
cagar budaya dapat dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya karena terdapat hal-hal yang bernilai
bagi peradaban manusia, antara lain agama, ilmu pengetahuan, dan budaya. Kondisi kemampuan dan
pemeliharaan Gedung Gereja Sion dinilai berdasarkan penilaian pembobotan, yaitu dalam pekerjaan
desain dan pemeliharaan yang sesuai, disesuaikan dengan Indonesia (iklim tropis lembab, berdasarkan
BRE Digest 268). Berdasarkan hasil pengujian, kualitas kemampuan bangunan Gereja Sion adalah 33,90
yang termasuk dalam kategori kondisi pemeliharaan rusak sedang.

KATA KUNCI
Penilaian kerusakan, Pemeliharaan dan kemampuan gedung, gedung Gereja Jakarta Sion

PENGANTAR
Kegiatan monitoring dan evaluasi secara rutin merupakan salah satu sarana dalam melestarikan
bangunan cagar budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengumpulkan data tentang
pemeliharaan suatu bangunan cagar budaya sehingga setiap kerusakan yang ditemukan pada bangunan
cagar budaya dapat ditindaklanjuti. Hal ini dilakukan dengan maksud agar bangunan cagar budaya tetap
terjaga dan terpelihara karena hal-hal yang berharga bagi peradaban manusia, termasuk agama, ilmu
pengetahuan, dan budaya. [1][2][3]. Pemerintah Indonesia telah mengatur cagar budaya, yang
menjelaskan bahwa benda, bangunan, atau bangunan dapat dinyatakan sebagai benda cagar budaya
atau bangunan cagar budaya dengan memenuhi persyaratan [4]:
a) Telah berusia 50 tahun atau lebih;
b) Menunjukkan jangka waktu tertentu sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Ada tujuan tertentu dalam sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan budaya; d)
Adanya nilai-nilai budaya untuk memperkuat jati diri bangsa.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
1
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------
Republik Indonesia mengatur cagar budaya yang dituangkan dalam bentuk undang-undang pada tahun
2010. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan cagar budaya harus ditingkatkan. Paradigma pengelolaan
cagar budaya tidak lagi ditujukan hanya untuk kepentingan akademik tetapi harus mencakup kepentingan
ideologis dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan sinergi untuk mencapai ketiga kepentingan tersebut antara
pemerintah, akademisi, masyarakat, dan pihak swasta [4]. Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pemerintah Indonesia mengatur tentang bangunan cagar budaya yang dilestarikan pada
tahun 2015 dan menjelaskan bahwa perlu untuk menjaga, mencegah dan mengatasi bangunan cagar budaya
dari kegagalan dan perusakan dengan menggunakan
penebusan, penyimpanan, pelestarian, dan restitusi [5]. Selain itu, pada bagian kedua pasal 8 menjelaskan
bahwa persyaratan keandalan bangunan cagar budaya terdiri dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan [5][6].
Menjaga bangunan dapat diartikan sebagai kenyamanan yang hasilnya dapat dipertahankan untuk
memudahkan pemeliharaan berikutnya atau mengatasi perubahan lingkungan sekitar. Pemeliharaan bangunan
merupakan bagian dari karakteristik desain (dalam arsitektur). Dengan demikian, elemen pemeliharaan
bangunan menjadi parameter desain (dalam arsitektur) terkait dengan kemudahan pemeliharaan bangunan [7]
[8]. Oleh karena itu, ketika merancang sebuah bangunan, kita harus memperhatikan metode untuk
memperpanjang waktu layan bangunan (menghemat biaya) dengan membingkai struktur yang dapat disesuaikan.
Masa pakai tergantung pada beberapa elemen, mulai dari seberapa sering elemen pemeliharaan dimasukkan
dalam desainnya (arsitektur), sejauh mana pemilik/penghuni melakukan kewajiban perawatan selama masa
pakai bangunan, dan perkiraan biaya.
Membangun patologi adalah pengetahuan yang sistematis dalam membangun “penyakit” dengan
memahami penyebab, gejala, dan pengobatan yang diperlukan untuk mengatasinya. Membangun patologi baik
secara konseptual maupun secara keseluruhan membutuhkan pendekatan holistik dari kondisi anatomis.
Beberapa elemen detail yang diperlukan dalam pendekatan ini adalah desain bangunan, pemilihan material,
bangunan, penggunaan, perubahan yang ada, dan mekanisme lain yang terkait dengan kondisi lingkungan setempat [9][10].
Penggunaan patologi bangunan telah dikenal dalam beberapa dekade terakhir, tetapi pada saat ini tampaknya
tidak perlu, seperti halnya bangunan saat ini. Jika ada bangunan dengan masa pakai ratusan tahun, itu dianggap
pemeliharaan yang baik, konstruksi yang kuat, atau manajemen yang baik.
Bangunan dapat memiliki masa layan yang lama karena seseorang bekerja untuk menyelesaikan semua permasalahan
pada bangunan tersebut dengan cara merawat, menyayangi, dan memperhatikan agar tetap dalam kondisi prima. Dari masa
desain sampai setelah bangunan dibangun, patologi bangunan masih diperlukan untuk digunakan dalam waktu yang lama [11].
Tujuan dari bangunan yang berwawasan lingkungan adalah untuk memaksimalkan pemanfaatannya dan
meminimalkan kerusakan [12]. Sementara itu, dijelaskan pula bahwa waktu pelayanannya bisa melebihi 50 tahun [13].
Gereja Sion di Jakarta yang menjadi bahan penelitian merupakan salah satu situs cagar budaya
dengan penetapan SK Gubernur Nomor 475 Tahun 1993 [1] dan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun
199 [14], serta Keputusan Menteri No.193/M/2017 [15]. Gereja Sion terdiri dari dua bangunan yang saling
berdekatan atau menyatu, yaitu bangunan utama (ruang doa) dan bangunan konsistori. Gaya arsitektur
bangunan gereja ini banyak dipengaruhi oleh arsitektur Romawi kuno, dengan arsitek H. Bruyn. Ciri khas gaya
Romawi yang terlihat di Gereja Sion adalah lengkungan di pintu masuk gereja. Mirip dengan bangunan bergaya
Romanesque, gereja ini terlihat sangat besar dan kokoh, dengan dinding yang sangat tebal dan kokoh untuk
memperkuat strukturnya [15]. Sementara itu, penelitian Gereja Sion bertujuan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data tentang perawatan dan kondisi komponen konstruksi dengan mengidentifikasi perawatannya.

BAHAN DAN METODE

Kondisi umum
Situs Cagar Budaya Gereja Sion Jakarta terletak di Jalan Pangeran Jayakarta, RT 009 RW 04,
Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari Jakarta Barat. Gereja ini

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
2
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------
bangunan menghadap ke utara, dikelilingi tembok, tetapi bagian timur sudah dibongkar karena pelebaran
jalan. Gereja ini terdiri dari bangunan utama dan bangunan tambahan, dengan luas 6.750 m2 dan 768
m2. Bangunan utama berbentuk persegi panjang. Bangunan gereja ini memiliki interior bergaya Barok.
Gereja ini memiliki fitur arsitektur Romawi yang didirikan menggunakan 10.000 tiang kayu dari Ewout
Verhagen dari Belanda, dengan arsitek, H. Bruyn [17]. Bahkan ketika letusan Krakatau menyebabkan
gempa, gereja ini masih kuat. Gereja Sion terbagi menjadi ruang ibadah, balkon, mimbar, dan kantor
gereja.

Gambar 1 - Sketsa, fasad, dan penampang Gereja Sion Jakarta (sumber:


Heuken,2009)

Di Gereja Sion terdapat 2 pintu masuk yaitu utara dan barat dengan lebar 2,6 m, pintu setengah
lingkaran dengan tinggi 3,2 m. Pintu terbuat dari papan kayu setebal 5 cm. Pintu masuk utara masih
merupakan pintu asli, sedangkan pintu masuk barat merupakan pintu tambahan.
Bagian dalam gereja dilengkapi dengan jendela kaca sebanyak 15 jendela berukuran 2,6 m dan tinggi 5
m yang ambangnya juga berbentuk setengah lingkaran. Jendela ini terbuat dari panel kaca patri. Di
halaman depan utara gereja, ada lonceng besi cor. Lonceng ini dibuat
pada tahun 1675. Lonceng digantung di dinding di sebelah kiri pintu gereja.
Di halaman sebelah barat pintu gereja, beberapa nisan besar khas zaman Belanda. Batu nisan
terbuat dari bahan batu yang didatangkan dari India (daerah Pantai Coromandel). Mereka adalah makam
kuno beberapa tokoh penting seperti pejabat pemerintah dan orang-orang terkemuka lainnya (abad ke-17
hingga abad ke-18). Beberapa makam tersebut adalah makam suami istri orang Bengali Mardijkers
(budak), yaitu: Ragel Titis (wafat 1701) dan Tities Anthonijse (wafat 1720). Selain itu juga terdapat makam
Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon (wafat 1728) dan lain-lain. Hanya 11 makam kuno yang tersisa
di Gereja Sion di pintu masuk barat gereja.

Gambar denah gedung Gereja Sion menjadi bahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,
beberapa alat yang digunakan adalah pengukur ketinggian air, meter digital, kamera digital, drone untuk
merekam gambar atap Gereja Sion, laptop/komputer, alat tulis, dan formulir untuk merekam kerusakan
atau data lainnya.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
3
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

Metode penelitian

Prosedur tahapan penelitian di gedung induk dengan cara:


- Memperhatikan keadaan struktur bangunan (struktur atas), baik di dalam ruangan maupun
daerah luar ruangan;
- Menentukan area yang rusak dengan mengenali jenis kerusakan, baik dari segi
organisasi desain dan pemeliharaan; dan
- Investigasi perbaikan yang telah dilakukan terhadap konstruksi yang diperbaiki
komponen.

Analisis Data dan Instrumen


a) Tahap pertama melakukan pemeringkatan untuk setiap elemen konstruksi bangunan. Hal tersebut untuk
menentukan derajat keutamaan elemen bangunan gedung Gereja Sion berdasarkan BRE Digest 268
[9]. Metode yang digunakan dalam BRE Digest 268 adalah untuk kerusakan konstruksi bangunan
umum di perumahan bertingkat rendah tradisional. Instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
1.

tab. 1: Estimasi rating arsitektur untuk elemen konstruksi [9]


*
Elemen Konstruksi Estimasi Sambungan dengan Tingkat (%) Total
1 2 3 4 ........... 10
Dinding luar
Atap
Pintu dan jendela
......
Dll.
100
*
tingkat 3: koneksi ketat, 2: koneksi sedang, 1: koneksi kurang
Elemen estimasi berkaitan dengan (1) daya tahan-keandalan, (2) toleransi permanen, (3) pengaruh kondisi
meteorologi, (4) pemeliharaan, (5) pencegahan kebakaran, (6) pencegahan terhadap kebisingan, (7) metode
konstruksi bangunan, (8) AC yang bersirkulasi, (9) daya tahan getaran bumi, (10) penyebab lainnya

b) Tahap kedua adalah verifikasi kemampuan bangunan dengan sistem scoring dan rating untuk mencapai
kemampuan konstruksi dan elemen bangunan berdasarkan BRE Digest 268 [9]. Skor kondisi
konstruksi adalah (1) berat rusak, (2) rusak sedang, (3) rusak ringan, (4) sedang, (5) sesuai.

Tingkat kemampuan bangunan dicapai berdasarkan persamaan:

Total Tarif x Nilai x 100


Membangun kemampuan = (1)
500

Sementara itu, keadaan pemeliharaan gedung diperoleh untuk yang maju


nilai kemampuan yang dihitung. Kategori keadaan pemeliharaan gedung diestimasi terhadap pengaruh estimasi
kemampuan gedung [16], seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
4
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

tab. 2: Membangun nilai kemampuan dan menjaga kondisi [16].


Nilai Kemampuan Menjaga Kondisi
81 – 100 bagus
61 – 80 sedang
41 – 60 rusak ringan
21 – 40 kerusakan sedang
0 – 20 rusak berat

HASIL DAN DISKUSI


Kondisi Komponen
Dinding luar gedung Gereja Sion dicat putih, namun terlihat mengelupas dan kotor.
Ada noda agak kekuningan di area tertentu, mungkin karena jamur. Secara konstruksi, dinding luar
masih terlihat kokoh, sehingga perlu diperbaiki dan dicat ulang. Beberapa kerusakan pada dinding luar
bangunan disebabkan oleh faktor cuaca (alami) dan biologis. Bisa dikatakan konstruksi tembok Gereja
Sion sangat bagus, namun dengan usia yang cukup panjang (325 tahun), tentunya membutuhkan
perawatan yang terus menerus. Kondisi dinding luar Gereja Sion termasuk dalam kategori rusak sedang.

Gambar 2 - Rusaknya rangka atap Gereja Sion Jakarta.

Penutup atap gedung Gereja Sion berbentuk trapesium (perisai), sedangkan atap gedung
konservatori (pelataran gereja) berbentuk segi empat. Rangka atap penutup Gereja Sion terbuat dari
genteng tanah liat, seperti terlihat pada Gambar 1. Genteng tanah liat ini baru digunakan pada abad
ke-20, sehingga genteng baru digunakan pada saat Gereja Sion dipugar pada tahun 1978. Tiang
penyangga atap Gereja Sion Gereja Sion terlihat besar dan kokoh. Secara keseluruhan, kondisi atap
gedung Gereja Sion termasuk dalam kategori rusak sedang. Hal ini terlihat dari bergesernya genteng
karena rangka atap juga sudah mulai rusak dan terjadi pelapukan sehingga menyebabkan kebocoran
pada mushola (mimbar gereja). Kerusakan tersebut disebabkan oleh faktor alam (cuaca dan iklim) dan
kerusakan biologis.
Cat pintu kayu sudah pudar, seperti warna cat pada jendela dan dinding (terlihat dari luar). Ujung
bawah pintu dan jendela robek. Belum bisa dipastikan bahan pintu dan jendela Gereja Sion ini terbuat
dari jenis kayu tertentu. Mungkin karena dipugar pada tahun 1920 dan 1978, bahan yang digunakan
kemungkinan adalah kayu yang diperdagangkan, misalnya kayu kamper. Secara umum kondisi kerusakan
pada pintu dan jendela Gereja Sion tergolong rusak berat. Kerusakan ini terjadi karena pintu dan jendela
di Gereja Sion tidak memiliki kanopi atau gemericik untuk menampung air hujan

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
5
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

dan sinar matahari. Ini menunjukkan bahwa pintu dan jendela Gereja Sion harus diganti dengan bahan
kayu yang lebih baik dan membuat kanopi untuk melindunginya dari hujan dan sinar matahari.

Gbr. 3 - Pintu dan jendela Gereja Sion Jakarta

Lantai pada bangunan ini menggunakan material marmer dan batu alam. Sedangkan material
pada lantai balkon terbuat dari kayu jati. Kerusakan lantai mushola dan balkon disebabkan oleh umur
dan umur penutup lantai yang digunakan. Hal ini juga mengakibatkan permukaan lantai tidak memiliki
aliran air. Kondisi kerusakan lantai termasuk dalam kategori kerusakan ringan. Elemen utilitas yang
diamati pada bangunan ini adalah perangkat air conditioner (AC). Unit AC luar ruangan (kompresor)
terletak di bagian luar gedung ini. Perangkat pendingin ruangan ini merupakan tambahan peralatan
modern untuk menunjang kenyamanan beribadah jamaah. Umumnya, kerusakan elemen utilitas ini
disebabkan oleh masa pakai dan
sambungan di pelat talang dan pipa. Kondisi kerusakan yang dialami oleh komponen elemen utilitas
adalah kerusakan sedang.

Gbr. 4 - Pasangan dinding retak (kiri) dan plafon rusak (kanan).

Pondasi menggunakan 10.000 tiang kayu (balok kayu bulat), Ewout Verhagen,
dari Belanda. Saat memeriksa kerusakan pondasi, tidak dapat dilihat secara langsung,

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
6
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------
tetapi terdapat jarak antara dinding dan pintu/jendela yang menunjukkan penurunan pada pondasi.
Penurunan pondasi disebabkan oleh penurunan muka tanah [18]. Dari penurunan tembok,
kerusakan pondasi Gereja Sion tergolong kerusakan sedang.
Pasangan dinding di Gereja Sion ditemukan cukup retak. Hal ini disebabkan kondisi penurunan
pondasi yang terjadi selama umur bangunan. Retakan yang terjadi sangat mempengaruhi kondisi
bangunan. Dari hasil pemeriksaan pada pasangan dinding, kondisi kerusakan sudah mencapai
kategori rusak sedang.
Material plafon bangunan ini terbuat dari eternit putih dan ditopang oleh enam tiang kayu
jati berwarna coklat tua. Sementara itu, banyak ditemukan plafon yang rusak. Kerusakan terjadi
akibat kondisi plafon yang lembab akibat rembesan air hujan pada atap. Kerusakan pada plafon
termasuk dalam kategori kerusakan sedang. Dinding bagian dalam masih terlihat seperti aslinya,
baik bentuk, bahan, maupun ukurannya. Pemeliharaan yang dilakukan kurang memadai, sehingga
kualitas dinding di gedung Gereja Sion terlihat cukup memprihatinkan. Kondisi kerusakan pada
dinding bagian dalam dan jok termasuk dalam kategori berat. Kondisi tangga Gereja Sion cukup
memprihatinkan, begitu juga dengan railing tangga. Tangga dan railing tangga di Gereja Sion
terbuat dari kayu berkualitas baik. Namun, dengan masa pakai yang lama, pelapukan telah terjadi,
terutama karena faktor biologis (rayap). Kondisi kerusakan pada tangga dan railing termasuk
dalam kategori rusak sedang. Fasilitas gedung yang dimaksud dalam hal ini adalah gedung
konsistori dan lonceng gereja. Kondisi bangunan konsistori Gereja Sion termasuk dalam kategori
rusak sedang. Lonceng gereja saat ini berada di menara kayu di samping pintu masuk utara
gereja. Kondisi kerusakan lonceng Gereja Sion termasuk dalam kategori rusak sedang.

Gambar 5 - Kondisi Rangka Atap Gereja Sion Jakarta

Pada sistem rangka struktur telah terjadi kerusakan (pelapukan) pada rangka atap. Untuk
mempertahankan rangka atap Gereja Sion, masyarakat membuat penyangga dari kayu untuk
menahan berat atap. Melihat kondisi rangka atap tersebut tentunya perlu segera dilakukan
perbaikan, namun hingga saat ini belum ada pekerjaan perbaikan yang dilakukan. Sedangkan
dengan terjadinya penurunan tanah, air hujan lebih mudah menembus permukaan celah bangunan,
yang berakibat pada penurunan kondisi kolom (retak). Kerusakan yang terjadi pada sistem rangka
struktur Gereja Sion termasuk dalam kategori kerusakan sedang. Overstek di gedung ini sepertinya
sudah mulai lapuk dan kotor, yang disebabkan oleh faktor cuaca dan biologis.
Selain itu, penutup atap (genteng) dapat dilihat tanpa reng kayu pada overstek dan hanya

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
7
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

kasau kayu yang terlihat. Dalam hal ini, perlu untuk mengganti kasau busuk dalam kelebihan stok untuk
menopang beban genteng di atasnya. Kondisi komponen pendukung gedung Gereja Sion termasuk dalam kategori
rusak berat dan sangat membutuhkan perbaikan segera.

Kemampuan Gereja Sion

Kemampuan dan kondisi pemeliharaan Gedung Gereja Sion dijabarkan berdasarkan estimasi rating pekerjaan
arsitektur dan pemeliharaan yang dinyatakan dalam persentase. Tujuan penilaian arsitektur untuk mencapai hubungan
antara elemen konstruksi bangunan dan tampilan yang ditunjukkan dalam rencana (desain). Penerapan rating
menunjukkan BRE Digest 268 [9], disesuaikan dengan Indonesia (iklim tropis basah/lembab). Sementara itu, peringkat
tujuan pekerjaan pemeliharaan untuk mencapai hubungan antar elemen konstruksi dan tampilan bangunan sejak
didirikan 325 tahun yang lalu (1695 - 2020).

tab. 3: Penilaian penilaian unsur-unsur pembangunan gedung Gereja Jakarta Sion


(berdasarkan desain dan kondisi pemeliharaan)
Tidak. Peringkat Konstruksi (%)
Pemeliharaan Elemen Desain
Dinding bagian luar 8.0 10,07
1 Atap 8.1 8.9
2 Pintu dan jendela 7.4 6.9
3 Lantai 7.3 6.3
4 Elemen utilitas 7.1 5.9
5 Dasar 6.8 6.9
6 pasangan dinding 9.5 10.07
7 Langit-langit 6.4 4,5
8 Dinding bagian dalam (interior) 7.4 6.5
9 Pelapis dinding bagian dalam 6.1 6.9
10 Tangga 5.1 6.7 4.9
11 Penempatan fasilitas gedung 6.9
12 13 Sistem rangka struktural (rangka atap dan 8.2 8.9
kolom)
14 Elemen konstruksi bangunan (overstek) 5.9 6.3

100 100

Sebuah studi dalam penyelidikan di Gedung Gereja Sion dilaksanakan untuk mencapai pengaturan dan
modifikasi dalam kelangsungan kepentingan elemen konstruksi yang dilakukan.
Analisis matriks sambungan antara klasifikasi pekerjaan elemen konstruksi dan pengaruhnya terhadap tampilannya
adalah kinerja pemeliharaan gedung. Upaya atau perubahan dilakukan untuk menghindari penyusutan dan kegagalan
elemen konstruksi, penurunan/penurunan substitusi/ koreksi elemen konstruksi, dan memang menekan pemeliharaan
semua elemen konstruksi [19][20]. Pengecekan kondisi gedung oleh bagian pemeliharaan dan perbaikan perlu dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi gedung utama dan zona publik: pipa air, listrik, sistem struktur, atap, dan
jendela. Melakukan inspeksi harus segera diketahui perbaikan mana yang harus segera dilaksanakan untuk
menghilangkan kegagalan atau kecelakaan (bahaya), seperti memperbaiki sambungan listrik yang buruk atau
perlengkapan yang rusak, atau mencari tahu perbaikan apa yang dapat ditunda [21]. Karena kondisi gedung yang
berubah-ubah, maka bagian pemeliharaan dan perbaikan harus melakukan survei kondisi gedung setiap tiga bulan
sekali [22].

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
8
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

Pada Tabel 3 terlihat adanya perubahan persentase kualitas setiap elemen konstruksi dari segi arsitektural
terhadap kinerja pemeliharaan gedung Gereja Sion. Kemudian untuk menilai kondisi komponen konstruksi akan
dilakukan dari segi arsitektur dan pemeliharaan yang dilakukan oleh gedung Gereja Sion.

Sedangkan keandalan komponen konstruksi pada gedung Gereja Sion diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan
pekerjaan pemeliharaan komponen konstruksi. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi gedung Gereja Sion
berdasarkan pekerjaan pemeliharaannya. Kondisi pemeliharaan yang diperoleh harus diselesaikan berdasarkan
pekerjaan arsitektur. Pemeriksaan setiap komponen konstruksi diperoleh berdasarkan sistem penilaian yang
diperbesar dengan kualitas setiap elemen konstruksi [9]. Sedangkan semua komponen konstruksi dalam kondisi
baik (dikali skor 5).

tab. 4: Hasil pemeriksaan pekerjaan pemeliharaan gedung Gereja Jakarta Sion


Tidak. Kemampuan Konstruksi (%) (Mengurangi)/
Komponen D* U** 1 Dinding luar 40,00 20,14 Meningkat (%)
2 Atap 40,50 17,80 3 Pintu dan jendela 37,00
36,506,90
18,90
4 Lantai
5 Elemen (19,86)
utilitas 35,50 11,80 6 Pondasi 34,00 13,8047,50
7 Pasangan
10,07 8 dinding
Langit-
langit (22.70)
32,00 9,00 9 Dinding dalam (interior) 37,00
dinding
6.50 10
bagian
Kelongsong
30.50
dalam (30.10)
6.90 11 Tangga 25.50 9.80 Penempatan fasilitas bangunan
Sistem rangka (18.10)
struktural (rangka atap dan kolom) (23.70)
(20.20)
(37.43)
(23.00)
(30.50)
(23.60)
(15.70)
12 33.50 13.80 (19.70)

13 41.00 17.80 (23.20)

Elemen konstruksi
14 29.50 6.30 (23.20)
bangunan (overstek)
Total 500,00 169,51 -
D*: Arsitektur U**: Pemeliharaan

Hasil pemeriksaan kemampuan komponen konstruksi bangunan Gereja Sion menunjukkan adanya
penurunan kadar pada setiap komponen konstruksi, seperti pada Tabel 4. Penurunan paling signifikan terdapat pada
pasangan dinding (37,43%), dinding dalam (30,50%), dan pintu dan jendela (30,10%). Terjadi penurunan kualitas
pasangan tembok akibat penurunan pondasi bangunan Gereja Sion. Sebagai salah satu bangunan tertua di Asia
Tenggara, tentunya Gereja Sion yang berusia 325 tahun ini telah mengalami penurunan pondasi yang cukup dalam
akibat penurunan tanah. Penyelesaian pondasi ini mengakibatkan dinding retak, baik dinding luar maupun dinding
dalam Gereja Sion.

Sedangkan pada umumnya untuk pintu dan jendela, kerusakan yang terjadi akibat pelapukan dan umur
material kayu. Kualitas kayu yang digunakan juga sangat mempengaruhi masa pakai material kayu tersebut.
Komponen pintu dan jendela harus diganti secara berkala untuk mengatasi masalah tersebut.

Berdasarkan hasil pekerjaan pemeliharaan pada Tabel 4, terbukti bahwa pekerjaan pemeliharaan di Gereja
Sion sangat kurang. Semua komponen konstruksi di gedung Gereja Sion rusak

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
9
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021

-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

(Tabel 5), dan hanya komponen lantai yang rusak ringan. Komponen konstruksi dinding luar, atap, elemen utilitas,
pondasi, plafon, tangga, fasilitas bangunan, dan sistem rangka struktur rusak sedang. Sedangkan komponen pintu
dan jendela, plafon, dinding bagian dalam, pelapis dinding bagian dalam, dan penyangga bangunan (overstek)
rusak berat. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan nilai keandalan Gedung Gereja Sion sebesar 33,90 yang
termasuk dalam kategori kondisi pemeliharaan rusak sedang (lihat Tabel 2).

Faktor Forensik yang Mempengaruhi Komponen Konstruksi

Faktor forensik yang mempengaruhi dinding luar bangunan, atap, lantai, pasangan dinding, dan
penempatan fasilitas bangunan adalah sinar matahari dan cahaya, suhu, angin, pergerakan udara, curah hujan,
pasir dan abu, angin kencang, dan angin topan, tremor bumi, dan pengganggu biologis. Sedangkan faktor forensik
yang mempengaruhi pintu dan jendela adalah sinar matahari dan cahaya, suhu, angin dan pergerakan udara, curah
hujan, pasir dan abu, angin kencang dan angin topan, serta gangguan biologis. Faktor forensik yang mempengaruhi
elemen utilitas dan tangga adalah pasir dan abu serta pengganggu biologis.

tab. 5: Faktor forensik mempengaruhi gedung Gereja Jakarta Sion


Faktor
Tidak. Komponen Konstruksi Kondisi
Forensik
1 Kerusakan sedang dinding luar a,b,c,d,e,f,g
2 Kerusakan sedang atap a,b,c,d,e,f,g
3 Pintu dan jendela rusak berat a,b,c,d,e,g
4 Kerusakan ringan lantai a,b,c,d,e,f,g
5 Elemen utilitas kerusakan sedang d,g
6 Kerusakan sedang pondasi a,b,d,f,g
7 Pasangan dinding kerusakan sedang a,b,c,d,e,f,g
8 Plafon rusak berat a,b,c,d,g
9 Dinding bagian dalam (interior) rusak berat a,b,d,f
10 Pelapis dinding bagian dalam rusak berat a,b,d,f,g
11 Tangga kerusakan sedang d,g
12 Penempatan fasilitas bangunan rusak sedang a,b,c,d,e,f,g
13 Sistem rangka struktural (rangka
kerusakan sedang a,b,c,d,e,f,g
atap dan kolom)
Elemen konstruksi bangunan
14 kerusakan berat a,b,c,d,g
(overstek)
Faktor forensik yang diperiksa adalah: (a) sinar matahari dan cahaya, (b) suhu, angin, dan pergerakan udara, (c) curah hujan, (d) pasir dan
abu, (e) angin kencang dan angin topan, (f) getaran bumi, (g) biologis
pengganggu

Pengganggu biologis terdiri dari jamur, rayap, dan kumbang. Jamur dapat menyebabkan noda pada
dinding beton, kayu, lantai, dan komponen konstruksi lainnya. Selain itu, rayap dan kumbang dapat menyebabkan
pelapukan/keropos pada bahan kayu. Umumnya kerusakan material kayu terutama disebabkan oleh tersedianya
media berkembangnya rayap, misalnya kayu yang lembab karena sering terkena air hujan. Kondisi kayu yang
lembab sangat disukai rayap, terutama rayap bawah tanah. Untuk lebih jelasnya, faktor forensik yang mempengaruhi
setiap elemen konstruksi dapat dilihat pada Tabel 5.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
10
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021


-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

Biaya Pemeliharaan dan Pembersihan Gereja Sion


Meskipun Pemerintah Indonesia telah menetapkan status sebagai bangunan cagar budaya
nasional, pengelolaan gereja berada di bawah kewenangan Sion. Pengelolaan harian dilakukan atas
biaya jemaat Sion. Misalnya, sedekah dan zakat fitrah saat beribadah. Manajemen pemeliharaan ini
meliputi kebersihan dan pemeliharaan gedung.
Dapat dikatakan bahwa biaya pemeliharaan Gereja Sion hanya bersifat insidental, yang tentunya
jumlahnya tidak sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan Gereja Sion.
Gereja Sion merupakan bangunan cagar budaya yang masih perlu dipertahankan. Pada tahun
2001 dan 2002, dinding dan kusen pintu gereja dicat. Namun akhir-akhir ini perawatan semacam ini
sudah jarang dilakukan, padahal membutuhkan biaya berkelanjutan untuk memelihara bangunan cagar budaya.
Sedangkan untuk mendapatkan perlakuan khusus, biaya operasionalnya harus berdasarkan pengajuan
dana yang dibutuhkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, mengingat besarnya
biaya yang dibutuhkan.
Selain dari pemerintah, tentunya pelestarian cagar budaya harus mencakup:
kebersamaan dengan masyarakat. Dari hasil observasi ke Gereja Sion, kondisinya memang sangat
mahal untuk pelestariannya. Uniknya, tindakan pemeliharaan atau konservasi yang dilakukan tidak boleh
menggunakan bahan bangunan biasa. Selanjutnya mereka harus menyesuaikan dengan bahan bangunan
yang ada di Gereja Sion. Sudah sepantasnya sebuah bangunan cagar budaya perlu dilestarikan, terutama
sebagai aset cagar budaya di ibu kota yang berusia lebih dari tiga abad dan membutuhkan tindakan
konservasi yang konsisten.

KESIMPULAN

Pemeriksaan komponen konstruksi bangunan yang diamati berada pada kategori rusak ringan
sampai berat. Komponen konstruksi yang termasuk dalam kategori kerusakan ringan adalah lantai.
Kerusakan pada lantai ini dapat disebabkan oleh turunnya pondasi yang mengakibatkan bagian lantai
retak. Sedangkan komponen konstruksi dinding luar, atap bangunan, elemen utilitas, pondasi, plafon,
tangga, penempatan fasilitas bangunan, dan sistem rangka struktur rusak sedang.

Komponen konstruksi pintu dan jendela, plafon, dinding bagian dalam, pelapis dinding bagian
dalam, dan penyangga bangunan (overstek) rusak berat. Kerusakan pada komponen pintu dan jendela
disebabkan oleh penyusutan kayu oleh radiasi matahari, kelembaban air hujan, dan perusak biologis
(terutama rayap). Umumnya kerusakan pada komponen konstruksi di Gereja Sion disebabkan oleh faktor
usia. Berdasarkan pemeriksaan kondisi Gereja Sion didapatkan nilai keandalan sebesar 33,90 dengan
kondisi pemeliharaan rusak sedang.

Penurunan paling signifikan terjadi pada pasangan dinding (37,43%), dinding dalam (30,50%),
dan pintu dan jendela (30,10%). Ini menurunkan kualitas pasangan dinding karena penurunan besar
pada fondasi karena penurunan tanah. Penyelesaian pondasi ini juga mengakibatkan retakan pada
tembok, tembok luar, dan tembok dalam Gereja Sion. Kualitas kayu yang digunakan pada pintu dan
jendela sangat dipengaruhi oleh masa pakai material kayu tersebut. Sebagai pemecahan masalah,
komponen pintu dan jendela harus diganti secara berkala.
Saat ini pengelolaan perawatan di Gereja Sion hanya mengandalkan biaya dari jemaat Gereja
Sion. Manajemen pemeliharaan ini hanya mencakup kebersihan dan pemeliharaan gedung. Dapat
dikatakan bahwa biaya pemeliharaan Gereja Sion hanya bersifat insidental, yang tentunya jumlahnya
tidak sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan Gereja Sion. Sebagai perlakuan tertentu, biaya operasional
harus didasarkan pada penyerahan
dana yang dibutuhkan untuk Balai Pelestarian Cagar Budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
11
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021


-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

mengingat biaya yang dibutuhkan cukup signifikan. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai Gereja Sion Jakarta, khususnya melestarikan bangunan cagar budaya ini.

PENGAKUAN
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dewan Gereja Sion Jakarta yang telah mengizinkan kami
untuk meneliti gedung tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Universitas Kristen Indonesia
yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini.

REFERENSI
[1] Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2017. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia,
Diakses pada: 13 September 2020, [Online] Tersedia: https://jdih.bsn.go.id/produk/detail/?id=733&jns=2. [2]

Sonkoly, G. dan T. Vahtikari, 2018. Inovasi dalam penelitian warisan budaya: untuk kebijakan penelitian Eropa
yang terintegrasi. Luksemburg: Direktorat Jenderal Riset dan Inovasi Komisi Eropa, Diakses pada: 13 September 2020,
[Online] Tersedia: https://op.europa.eu/en/publication detail/-/publication/1dd62bd1-2216-11e8 -ac73-01aa75ed71a1/
bahasa-en. [3]
L. Petti et al., 2019. Menuju pemahaman bersama tentang konsep warisan dalam konteks Eropa.
Warisan 2019, 2(3), 2531-2544; https://doi.org/10.3390/heritage2030155, Diakses pada: 06 November 2020, [Online] Tersedia:
https://www.mdpi.com/2571-9408/2/3/155/htm.
[4] tentangKementerian
Cagar Budaya. Hukum
Jakarta:
dan Hak
Kementerian
Asasi Manusia,
Hukum2010.
dan HakUndang-Undang
Asasi Manusia,
Republik
DiaksesIndonesia
pada: 13 No.
September
11 Tahun
2020,
2010
[Online] Tersedia: https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/UU_Tahun2010_Nomor11.pdf. [5]

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2015.
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Diakses pada: 14 September 2020, [Online] Tersedia:
https://legalitas.org/peraturan-menteri-kementerian-negara-perumahan rakyat-no- 01-prt-m-2015-tahun-2015-tentang-
bangunan-gedung-cagar-budaya-yang-dilestarikan. [6]
TM Ferreira et al., 2020. Risiko dan ketahanan dalam praktik: bangunan warisan budaya.
International Journal of Architectural Heritage, hlm. 1-3, 12 Mei 2020, DOI:
10.1080/15583058.2020.1759007, Diakses pada: 23 Oktober 2020, [Online] Tersedia: https://
www.researchgate.net/publication/ 341345833_Risiko_dan_Ketahanan_dalam_Latihan_Budaya_Herita
ge_Bangunan.
[7] SJL Chua et al., 2018. Praktik pemeliharaan gedung terhadap cacat umum dan kepuasan penghuni panti
jompo. Jurnal Desain dan Lingkungan Buatan, Edisi Khusus(1), hlm:62-71, Juni 2018, DOI:10.22452/jdbe.sp2018no1.6,
Diakses pada: 08 Januari 2021, [Online] Tersedia: https:// www.researchgate.net/publication/
326199452_Building_Maintenance_Practices_towards_the_C
ommon_Defects_and_Resident's_Satisfaction_of_Elderly_Homes. [8]
G. Wicaksono et al., 2017. Implementasi arsitektur berkelanjutan untuk mendukung upaya mewujudkan kota hijau.
Jurnal Penelitian Arsitektur dan Studi Desain, vol. 1, no.1, Oktober 2017, hlm.
1-10, DOI: https://doi.org/10.20885/jars.vol1.iss1.art1, Diakses pada: 10 Januari 2021, [Online] Tersedia: https://
journal.uii.ac.id/ jards/artikel/tampilan/7752/7609. [9] [10] lapisan. (Dipresentasikan pada Konferensi Internasional ke-29
tentang Kegagalan Struktural,
D. Watt, 2009. Miedzyzdroje,
Patologi bangunan: Polandia,
prinsip dan20-24 MeiOxford:
praktik. 2019), Blackwell
DOI: https://doi.org/10.1051/matecconf/
Science Ltd.
201928402005, Diakses
L. Kruszka danpada: 17 Desember
P. Muzolf, 2020, [Online
2019. Diagnostik ] Tersedia:
kegagalan https://www.matec
struktural conferences.org/articles/matecconf/
dinding luar Gedung Olah Raga
pdf/2019/33/matecconf_icsf2019_02005.pdf. [11]

PS Gahlot dan S. Sharma, 2019. Manajemen perbaikan dan pemeliharaan gedung. London: Penerbit &
Distributor CBS.
[12] M. Randall, 2017. Ilmu lingkungan dalam bangunan, Edisi ke-8. New York: Palgrave.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
12
Machine Translated by Google

Pasal No.53

JURNAL TEKNIK SIPIL 3-2021


-------------------------------------------------- ---------------------------------------------

------

[13] I. Puÿÿtea dan I. Geipele,2017. Pendekatan berbeda untuk manajemen dan pemeliharaan gedung
artinya penjelasan. Procedia Engineering 172 (2017) 905 – 912, hlm. 905-912, 2017, DOI:10.1016/
j.proeng.2017.02.099, Diakses pada: 08 Januari 2021, [Online] Tersedia: https://www. researchgate.net/
publication/313884168_Different_Approaches_to_Building_Management
_and_Maintenance_Meaning_Explanation. [14]
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 9 Tahun 1999, Jakarta: Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Diakses pada: 06 November 2020, [Online] Tersedia: https://jdih.jakarta.go.id/himpunan/
produkhukum_detail/7767. [15]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor: 193/M/2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
[16] S. Linggar et al., 2018. Analisis kasus penilaian kondisi bangunan dan komponennya
studi bangunan asrama. (Dipresentasikan pada Konferensi Internasional tentang Struktur dan Material Konstruksi
Teknik Sipil Berkelanjutan, Yogyakarta, Indonesia, 5-7 September 2018), DOI: https://doi.org/10.1051/matecconf/
20192580303, Diakses pada: 08 Jan. , 2021, [Online] Tersedia: https://www.matec-conferences.org/articles/matecconf/
pdf/2019/07/matecconf_scescm2019_03003.pdf. [17]
Heuken, 2009. Gereja-Gereja Sejarah Jakarta. Jakarta: Erlangga.
[18] EA Ariefa et al., 2019. Analisis korelasi perubahan pola luas bangunan pada muka tanah menggunakan
metode indeks terbangun berbasis indeks (ibi) dan dinsar (studi kasus: kota Jakarta Utara).
Jurnal Geodesi Universitas Diponegoro, vol. 8, tidak. 4, hlm. 215-224, Okt 2019, Diakses pada: 02 Februari 2021, [Online]
Tersedia: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/25161/ 22370. [19]
B. Chanter dan P. Swallow, 2017. Manajemen pemeliharaan gedung, Edisi ke-2. New York:
Perusahaan Penerbitan Wiley.
[20] C. Rutherford, 2018. Pemeliharaan & Konstruksi Gedung: Alat dan Tugas Pemeliharaan,
Kahului. Hawai: Universitas Hawai'i Maui College dan Program Teknologi Konstruksi.
[21] C. Talamo dan M. Bonanomi, 2017. Manajemen pengetahuan dan alat informasi untuk membangun
pemeliharaan dan manajemen fasilitas. New York: Penerbitan Internasional Springer.
[22] J. Klemisch, 2011. Pemeliharaan Bangunan Bersejarah: Buku Pegangan Praktis. New York: Routledge.

DOI 10.14311/CEJ.2021.03.0053
13
Machine Translated by Google

© 2021. Karya ini diterbitkan di bawah


https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ (“Lisensi”). Terlepas dari Syarat
dan Ketentuan ProQuest, Anda dapat menggunakan konten ini sesuai dengan
ketentuan Lisensi.

Anda mungkin juga menyukai