Anda di halaman 1dari 4

3- 028

PRODUKSI ELISITOR UNTUK MENSTIMULASI METABOLIT SEKUNDER PADA KULTUR


JARINGAN TUMBUHAN

Production of Elicitor to Stimulate Secondary Metabolites in Plant Tissue Culture


1 1 2
Junairiah , Ni’matuzahroh , Hery Suwito
1
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya
2
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: alip.jun1@gmail.com

Abstract- One method in improving secondary metabolites in plant tissue culture is through elicitation, by
adding elicitor to plant cells which is intended to induce and enhance secondary metabolites production. In
this research, Trichoderma sp and Penicillium sp grown on amylum and Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
medium were used as elicitor. The results of this research showed that the best growth of the two fungi was
produced on amylum medium, with incubation time six days and one day, wet weight 105,8 g/L and 87,4 g/L
respectively.

Keywords: elicitor, secondary metabolites

PENDAHULUAN dihasilkan oleh mikroba. Berdasarkan


Salah satu manfaat kultur jaringan asalnya ada elisitor eksogen yaitu substansi
tumbuhan adalah dapat digunakan untuk yang berasal dari luar sel dan elisitor
memproduksi metabolit sekunder endogen adalah elisitor yang berasal dari
(Vanesree et al., 2004). Metode yang dalam sel (Namdeo, 2007). Sitinjak (1999)
digunakan adalah adalah elisitasi yaitu melaporkan bahwa kandungan gossipol
proses penambahan elisitor pada sel mengalami peningkatan pada kultur kalus
tumbuhan untuk menginduksi dan Gossypium hirsutum dengan elisitor
meningkatkan produksi metabolit sekunder. Saachharomyces cerevisiae. Sudirga (2002)
Sintesis metabolit sekunder dapat dipacu menyatakan bahwa kandungan azadirachtin
oleh elisitor dalam medium kultur. Elisitor meningkat dalam kultur suspensi sel
adalah molekul signal yang memacu Azadirachta indica dengan elisitor ekstrak
terbentuknya metabolit sekunder di dalam ragi. Muspiah (2002) mempelajari pengaruh
kultur sel. Elisitor yang berasal dari bahan penambahan elisitor berupa ekstrak ragi
hayati disebut elisitor biotik yang meliputi terhadap kandungan ajmalisin pada kultur
polisakarida, protein, glikoprotein atau sel Catharanthus roseus. Bastari (2008)
fragmen-fragmen dinding sel yang berasal menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian
dari fungi, bakteri, dan tanaman. Fungi ekstrak ragi terhadap metabolit sekunder
seringkali dipelajari secara luas untuk pada kultur kalus Androphagis paniculata.
meningkatkan sintesis metabolit sekunder Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi
(Zhao et al., 2005; Jeong et al., 2005; Baldi elisitor biotik Trichoderma sp dan
et al., 2009; Patel et al., 2013). Penicillium sp yang nantinya dapat
Elisitor dapat diklasifikasikan digunakan sebagai bahan elisitor untuk
berdasarkan sifat dasar dan asalnya. Elisitor memproduksi metabolit sekunder melalui
abiotik adalah substansi yang dihasilkan dari kultur jaringan tumbuhan.
zat non biologis misalnya garam anorganik,
logam berat, pH, dan sebagainya. Elisitor
biotik adalah substansi yang dihasilkan oleh
organisme hidup, misalnya zat yang

178 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


METODE PENELITIAN ulangan. Kultur diagitasi dan diinkubasi
BAHAN pada suhu kamar dalam kondisi gelap.
Mikroba elisitor yang digunakan Kultur dipelihara sampai sembilan hari, dan
meliputi Trichoderma sp dan Penicillium sp miselium dipanen setiap hari sampai terjadi
yang merupakan koleksi dari laboratorium penurunan berat miselium. Metode yang
Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas sama digunakan untuk pembuatan kurva
Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. tumbuh Penicillium sp.
CARA KERJA
Persiapan Kultur Trichoderma sp dan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penicillium sp Trichoderma sp ditumbuhkan pada
Trichoderma sp dan Penicillium sp medium amilum dan CMC. Pertumbuhan
ditumbuhkan pada medium Potatoes Trichoderma sp pada kedua medium terjadi
Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi pada pada hari pertama Respon pertumbuhan
suhu kamar selama enam hari. Trichoderma pada medium amilum menunjukkan
Pembuatan Suspensi Trichoderma sp dan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan
Penicillium sp medium CMC. Trichoderma menunjukkan
Dua Tabung yang berisi biakan pertumbuhan yang lebih cocok pada kondisi
Trichoderma sp masing-masing diisi dengan asam ( Klein et al, 1998). Dan kapang pada
aquades steril sebanyak 5 ml, kemudian umumnya akan menunjukkan pertumbuhan
dimasukkan ke dalam 50 ml aquades steril, terbaik pada kondisi asam atau pH rendah
sehingga volume menjadi 60 ml dan (Fardiaz, 1992). Oleh sebab itu
dihomogenkan. Selanjutnya dari 50 ml pertumbuhan Trichoderma pada medium
tersebut diambil 4 ml dan dimasukkan ke CMC lebih rendah karena kondisi basa atau
dalam kuvet untuk diukur OD 0,5. Metode pH tinggi. Biomassa Trichoderma terbesar
yang sama digunakan untuk pembuatan dihasilkan pada medium amilum dengan
suspensi Penicillium sp. waktu inkubasi enam hari pada medium
Pembuatan Kurva Tumbuh CMC dengan waktu inkubasi 7 hari. Kurva
Masing-masing sebanyak 2 ml pertumbuhan Trichoderma pada medium
suspensi Trichodema sp diinokulasikan ke amilum dan CMC dapat dilihat pada gambar
dalam 50 ml medium pemeliharaan cair 1
yaitu medium amilum dan Carboxy Methyl
Cellulose (CMC). Pertumbuhan Trichoderma
sp pada kedua macam medium dibuat dua
120.0

100.0

80.0
Berat Basah (g/L)

Tricoderma
(medium amilum)

60.0 Tricoderma
(medium CMC)

40.0

20.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 1. Berat basah Trichoderma sp pada medium amilum dan CMC

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 179


Pada kapang Penicillium juga Pertumbuhan Penicillium pada medium
ditumbuhkan pada medium amilum dan amilum dan CMC dapat dilihat pada gambar
CMC. Seperti pada Trichoderma, 2. Terlihat bahwa biomassa terbesar
pertumbuhan Penicillium pada medium Penicillium pada medium amilum dan
amilum menunjukkan hasil yang lebih baik medium CMC terjadi pada hari pertama
jika dibandingkan dengan medium CMC. waktu inkubasi.

100.0

90.0

80.0

70.0
Berat basah (g/L)

60.0 Penicillium (medium


amilum)
50.0
Penicillium (medium CMC)

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 2. Berat basah pada Penicillium sp pada medium amulim dan CMC

Menurut Klein dan Evendeigh (1998) dengan waktu pertumbuhan. Faktor-faktor


kapang Trichoderma mampu menghidrolisis yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
berbagai macam polisakarida, misalnya selulosa,
hemiselulosa, dam lain-lain.Sumber karbon nutrisi, sumber energi, air, temperatur, pH,
yang dapat dimanfaatkan oleh Trichoderma kadar oksigen, cahaya dan salinitas.
adalah D-glukosa, D-galaktosa, D-mannosa, Menurut Fardiaz (1992) melaporkan bahwa
D-xilosa, L-arabinosa, D-manitol, D-arabitol. tahap perumbuhan mikroorganisme terdiri
Akan tetapi sumber karbon terbaik adalah atas beberapa fase, yaitu:
glukosa, manosa, galaktosa, xilosa, 1) Fase lag merupakan fase adaptasi, pada
trihalosa, dan selobiosa. Menurut Gandjar fase ini tidak terjadi penambahan
et al (2006) Penicillium adalah salah satu jumlah sel dan mikroorganisme hanya
fungi yang mampu menghasilkan enzim menyesuaikan diri dengan lingkungan.
amilase. 2) Fase eksponensial merupakan fase
Setiap mikroorganisme termasuk mikroorganisme mulai membelah
fungi mengalami tahapan pertumbuhan dengan cepat dan konstan. Pada fase
tertentu. Tahap - tahap pertumbuhan ini membutuhkan energi lebih banyak
mikroorganisme berdasarkan pada penggunaan dibandingkan dengan fase lain. Pada
substrat dan biomassa yang dihasilkan. Pada tahap fase ini enzim dapat dipanen.
pertumbuhan mikroorganisme dapat dibuat kurva 3) Fase stasioner merupakan fase
pertumbuhan. Kurva pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan mikroorganisme tetap.
yang menyatakan korelasi antara jumlah sel Pada fase ini terjadi perubahan pada

180 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


kandungan nutrisi media Umum. Yayasan Obor Indonesia.
pertumbuhan sehingga menyebabkan Jakarta
Jeong GT and Park DH. 2005. Enhancement of
daya tahan mikroorganisme mulai Growth and Secondary Metabolite
menurun. Pada fase ini Biosynthesis: Effect of Elicitors Derived
mikroorganisme tertentu akan from Plants and Insects. Biotechnology
and Bioprocess Engineering 10:73-77
menghasilkan metabolit sekunder
Klein D and Evendeigh DE. 1998. Trichoderma
seperti antibiotik untuk mempertahankan and Gliocadium. Journal Basic Biology
diri pada fase stasioner. Taxonomy ang Genetics. Vol 1: 57-69
4) Fase kematian merupakan fase Muspiah A. 2002. Pengaruh Penambahan
Ekstrak Ragi (Saccharomyces
pertumbuhan mikroorganisme yang cerevisiae) Pada Produksi Ajmalisin
mengalami penurunan. Pada fase ini Dari Kultur Agregat Sel Dalam
kandungan nutrisi telah habis dan Bioreaktor. ITB. Bandung.
Namdeo AG. 2007. Plant Cell Elicitation for
terjadi pengurangan sel.
Production of Secondary Metabolites.
Pharmacognosy Reviews. Vol 1. Issue 1:
SIMPULAN DAN SARAN 69-79
Kesimpulan dari penelitian ini Patel H and Krisnamurthy. 2013. Elicitors in Plant
Tissue Culture. Journal of
adalah pertumbuhan kedua jenis kapang
Pharmacognosy and Phytochemistry.
dipengaruhi oleh jenis media dan pH. Media Vol 2 Issue 2: 60-65
amilum adalah media terbaik bagi Sitinjak RR.1999. Pengaruh Pemberian Ekstrak
pertumbuhan Trichoderma sp dan Penicillium sp. Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Terhadap Kandungan Gossipol Pada
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Kultur Kalus Gossypium hirsutum L.
menumbuhkan kedua macam fungi ITB. Bandung
tersebut pada medium pertumbuhan yang Sudirga SK. 2002. Peningkatan Kandungan
Azadirachtin Dalam Kultur Suspensi Sel
lain untuk mendapatkan biomassa terbesar.
Azadirachta indica A Juss Melaui
UCAPAN TERIMA KASIH Elisitasi Dengan Ekstrak Ragi
Penelitian ini didanai oleh DIPA (Saccharomyces cerevisiae). ITB.
BOPTN DP2M DIKTI Tahun anggaran 2013, Bandung.
Vanesree M, Lee CY, Lo SF, Nalawadw SM, Lin CY
Nomor Kontrak 7673/UN3/KR/2013, and Tsay HS. 2004.Studies on the
Tanggal 2 Mei 2013. Production of Some Important
Secondary Metabolites from Medicinal
Plants by Plant Tissue Culture.
DAFTAR PUSTAKA
Botanical Bulletin of Academia Vol 45:
Baldi A, Srivastava AK and Bisaria VS. 2009.
1-22
Fungal Elicitors for Enhanced
Zhao J, Davis LC, Verpoorte R. 2005. Elicitor
Production of Secondary Metabolites in
Signal Transduction Leading to
Plant Cell Suspension Cultures.
Production of Plant Secondary
Department of Biochemical
Metabolites. Biotechnol Adv 23(4):283-
Engineering and Biotechnology. Indian
333
Institute of Technology. New Delhi.
India
Bastari YF. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Terhadap Metabolit Sekunder Pada
Kultur Kalus Sambiloto (Androphagis
paniculata). Fakultas Farmasi. UNAIR.
Fardiaz. 1992. Biotransformation Inorganic
Reaction. PT Gramedia Pratama
Utama. Jakarta
Gandjar I, Robert AS, Karin VDT, Ariyanti O, Iman
S.2000. Pengenalan Kapang Tropik

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 181

Anda mungkin juga menyukai