Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AKHIR PSIKODIAGNOSTIKA II: OBSERVASI

LAPORAN OBSERVASI SETTING PENDIDIKAN


“PERILAKU MENGAJAR HUMANIS DALAM FILM TAARE ZAMEEN
PAR”

OLEH :
NI PUTU MIRAH PRAMITHA SARI
212011036

DOSEN PENGAMPU e
Aritya Widianti, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Anak Agung Sagung Suari Dewi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS BISNIS, SOSIAL, TEKNOLOGI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses untuk
mendewasakan siswa. Pada umumnya, belajar diartikan sebagai aktivitas
menghimpun pengetahuan dari orang yang dianggap lebih tahu kepada orang
yang kurang tahu. Filosof sekaligus psikolog humanistik, Carl Rogers
menyebutkan bahwa belajar merupakan tindakan untuk memberikan
kebebasan berekspresi kepada siswa tanpa ada unsur paksaan di dalamnya.
Menurut Zaini, N. (2019), pendidikan dan belajar merupakan proses
humanisasi atau biasa disebut dengan proses pemanusiaan manusia yang tidak
hanya bersifat secara fisik, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi dan
potensi yang ada pada diri seseorang. Pendidikan merupakan pendekatan yang
baik dalam pembentukan karakter anak kedepannya yang bisa berlaku hingga
dewasa.
Menurut Yudesthira, R. E., Sa’dullah, A., & Sulistiono, M. (2019),
karakter merupakan hal yang menentukan apa yang kita pikirkan dan lakukan
terutama ketika tidak ada orang lain yang melihat. Dalam pendidikan karakter,
keluarga merupakan salah satu pendidikan paling dasar yang akan diterima
oleh anak. Peran orang tua kepada anak sangat penting terutama dimulai dari
masa kandungan hingga anak tumbuh dewasa. Selain keluarga, lembaga
pendidikan juga tak kalah penting dalam proses mendidik karakter seorang
anak. Berbeda dari pendidikan karakter yang diterima anak di keluarga,
pendidikan karakter yang diterima anak di lembaga pendidikan sangat
terkonsep dan disiapkan dengan matang. sehingga peran guru dalam mendidik
karakter anak sangat berpengaruh karena guru bukan hanya berkewajiban
dalam memberikan ilmu, tetapi juga mempunyai kewajiban dalam membentuk
karakter siswa. Ada banyak sekali model dan cara dalam melaksanakan
pendidikan karakter yang dapat diterapkan kepada siswa, salah satunya adalah
pendidikan yang humanis. Menurut Munawar, W. (2010), karakter atau
kepribadian anak yang humanis dapat dibentuk melalui pendidikan karena
pendidikan sendiri merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan
seseorang akan jati dirinya.
Pendidikan jelas memiliki banyak sekali manfaat untuk diri sendiri serta
tujuan yang melatar belakanginya. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah
untuk dapat memajukan kesempurnaan hidup individu, yaitu selaras dengan
kodratnya, serasi dengan adat istiadat, dinamis, memperhatikan sejarah bangsa
serta membuka diri pada pergaulan dengan kebudayaan yang berbeda.
Menurut Zaini, N. (2019), perilaku mengajar yang humanis bertujuan untuk
mencari ilmu pengetahuan guna memenuhi hasrat dan keinginan individu
dengan kesadaran untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang baru. Proses
belajar humanis berusaha mengajar peserta didik tentang proses atau
keterampilan yang mereka butuhkan, atau yang akan mengarahkan
kehidupan mereka yang berkaitan erat dengan identitas dan kelebihannya.
Dalam hal ini, guru merupakan kunci keberhasilan siswa dalam proses belajar.
Maka dari itu, guru harus bisa menciptakan suasana yang menarik untuk
mendapatkan perhatian siswa ketika belajar. Salah satu fungsi guru dalam
pendidikan humanis adalah sebagai fasilitator. Guru yang mampu
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat diperlukan agar
siswa bisa memiliki kepekaan terhadap berbagai aspek belajar. Pendidik
seperti ini cenderung akan mampu untuk membantu para siswa belajar untuk
mandiri, mendorong siswa untuk menyelidiki dan memecahkan masalah
sendiri serta menggunakan berbagai sumber untuk mencari dan menciptakan
kegembiraan dalam proses belajar. Abdurrahman Mas'ud, (2002), mengatakan
bahwa guru setidaknya harus memiliki tiga kualifikasi dasar dalam
menerapkan pengajaran humanis, yaitu mengerti materi, antusiasme dan
penuh kasih sayang.
Menurut Zaini, N. (2019), konsep pendidikan mengajar humanis
merupakan sebuah proses penyadaran dan peningkatan martabat manusia serta
potensi yang dimiliki oleh individu secara terarah. Pendidikan humanis
haruslah praktis dalam proses belajarnya, jika tidak maka konsep pendidikan
ini menjadi sia-sia. Dalam implementasinya, pendidik harus menjadi teladan
yang baik dengan mengedepankan cinta dan kasih sayang dalam proses
mengajar, mempunyai rasa empati, bisa memberi motivasi, menumbuhkan
sikap toleransi, memposisikan diri sebagai teman belajar, dituntut untuk
memiliki kerendahan hati serta transparan atas segala kekurangan sehingga
dapat menciptakan komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Proses
pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk bisa melihat dan menyadari kemampuan yang ada dalam dirinya.
Melihat keadaan tersebut maka diperlukan kemauan dan kemampuan guru
dalam menggunakan pendekatan dan cara-cara yang humanis dalam
pendidikan anak.
Dari latar belakang diatas, penulis ingin melakukan observasi kepada guru
yang bernama Nikumbh mengenai perilaku mengajar humanis dalam film
“Taare Zameen Par”. Film tersebut mengisahkan seorang anak disleksia yang
bernama Ishaan yang berumur 8 tahun namun belum bisa menghafal huruf dan
angka yang menyebabkan ia sering dibully dan kemampuan akademiknya
menurun, hingga akhirnya ia bertemu dengan Pak Nikumbh, salah satu guru di
sekolah barunya yang mengerti akan keadaan Ishaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari laporan observasi ini adalah bagaimana
perilaku mengajar humanis yang diterapkan oleh Nikumbh dalam film “Taare
Zameen Par”.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari dilakukannya observasi ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku mengajar humanis yang
diterapkan oleh Nikumbh dalam film “Taare Zameen Par”.
BAB II
LANDASAN TEORI

Humanisme berasal dari bahasa inggris yakni humanism yang menganggap


individu rasional sebagai nilai tertinggi, sumber nilai akhir dan mengabdi pada
perkembangan kreatif serta moral individu tanpa acuan dan konsep. Menurut
Munawar, W. (2010), perilaku mengajar humanis merupakan perilaku yang
dilandasi oleh kasih sayang dalam keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku
seseorang (human being). Guru dengan perilaku humanis akan memotivasi
siswanya melalui mutual trust dan tidak akan memaksa siswa untuk melakukan
sesuatu yang tidak dikehendakinya. Dalam konsep pendidikan humanis, ada tiga
aliran pendidikan yang dijadikan pendekatan atau sebagai landasan pendidikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Aliran progresivisme, yaitu aliran filsafat yang muncul sebagai teori
pendidikan berupa reaksi yang nyata terhadap pendidikan tradisional.
Aliran ini menekankan metode pengajaran formal, mental belajar dan
literatur klasik dan aliran ini selalu berhubungan dengan pengertian the
liberal road to cultural, yakni liberal yang bersifat fleksibel (lentur dan
tidak kaku), toleran,bersikap terbuka serta memiliki rasa ingin tahu demi
pengembangan pengalaman.
2. Aliran konstruktivisme menyatakan individu dipandang sebagai makhluk
yang otonom dan mandiri. Belajar menjadi bersifat demokratis sesuai
dengan kebutuhan dan minat individu dan dalam aliran ini, anak
diperlakukan sesuai dengan kemampuan bakat dan minat mereka, sehingga
kegiatan belajar dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan karena
anak berkembang sesuai dengan gerak dinamikanya masing-masing.
3. Aliran eksistensialisme, yaitu aliran yang bertujuan untuk mengembalikan
keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup yang dimiliki dan
dihadapinya. Eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap dua aliran
yang memiliki pandangan yang ekstrim, yaitu materialisme dan idealisme.
Materialisme sendiri memandang manusia sebagai objek dan materi
sebagai keseluruhan manusia, sedangkan idealisme memandang manusia
sebagai subjek kesadaran dengan terlalu meremehkan eksistensi yang
konkret, mengutamakan ide yang sifatnya umum serta menjunjung aspek
kesadaran yang berlebihan sehingga seluruh manusia tergantung dari
berpikir.
Interaksi antara siswa dan guru merupakan salah satu hal yang penting
dalam proses belajar. Menurut Zaini, N. (2019), proses belajar dalam pendidikan
mengajar humanis diarahkan untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan
pengetahuan siswa melalui metode belajar partisipatoris dan kooperatif serta
suasana yang saling toleran, peduli dan saling menghargai antara siswa dan guru.
DePorter, Bobbi. (2003), menyarankan enam suasana belajar agar dapat
membangkitkan minat, motivasi dan keringanan peserta didik dalam mengikuti
proses belajar yaitu sebagai berikut:
1. Menumbuhkan niat belajar siswa dengan cara meyakinkan siswa tersebut
mengenai kemampuan diri yang dimilikinya. Dalam proses ini, siswa
harus dapat membangkitkan niat tersebut dalam diri sendiri.
2. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian untuk menumbuhkan
kepedulian sosial, sikap, toleransi dan saling menghargai antara siswa
dengan guru.
3. Menciptakan suasana yang riang dengan tujuan untuk memudahkan proses
belajar dan mengubah sikap negatif. Belajar dengan suasana yang
menyenangkan, tanpa paksaan atau tekanan akan menimbulkan kesadaran
siswa dalam memecahkan masalahnya.
4. Keberanian dalam mengambil resiko yang menantang terletak dalam
bagaimana individu menikmati proses dalam belajarnya yang diwujudkan
dalam suasana pembelajaran di ruang kelas. Belajar dengan adanya
tantangan bisa mengurangi rasa jenuh dan rasa bosan dalam prosesnya.
5. Menciptakan rasa saling memiliki akan dapat membentuk kebersamaan,
kesatuan, kesepakatan, dan dukungan dalam belajar sehingga bisa
mempercepat proses dalam belajar dan meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa. Pendidikan humanis sangat mementingkan kebersamaan untuk
saling menghargai perbedaan dan menyelesaikan persoalan.
6. Dengan menunjukkan teladan yang baik, akan menjadi cermin bagi para
siswa sehingga sikap, kasih sayang, empati, toleran, disiplin dan lainnya
perlu ditunjukkan sebagai bukti nyata sebelum mengajarkan kepada siswa.
Hubungan yang berkualitas antara guru dengan siswa sangat berpengaruh
dalam membentuk perilaku dan prestasi siswa, sehingga guru dituntut untuk
mengembangkan siswa sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya
dengan berlandaskan prinsip kemanusiaan. Menurut Susetyo, Y. F. (2004), salah
satu tuntutan dari perilaku mengajar humanis adalah adanya perilaku guru yang
diharuskan untuk menerima siswa sesuai potensi yang dimiliki, menciptakan rasa
kepercayaan serta berusaha memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri. Untuk menunjukkan bahwa sebuah ruang kelas dapat menjadi humanistik,
guru hendaknya lebih suportif daripada mengkritisi, lebih memahami daripada
menilai serta lebih real dan asli daripada berpura-pura. Susetyo, Y. F. (2004) lebih
lanjut menjelaskan mengenai karakteristik dari perilaku pendidik yang humanis,
yaitu:
1. Guru memfasilitasi siswa untuk dapat mengenal, mempelajari dirinya
sendiri, memahami perasaan serta sadar akan tindakannya.
2. Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa sebagai bagian penting dari
kehidupan siswa dan memfasilitasi proses untuk saling bertukar perasaan.
3. Guru memperhatikan bahasa ekspresi non verbal, seperti gesture dan suara
siswa. Melalui ekspresi non verbal ini beberapa keadaan seperti perasaan
dan sikap biasanya dikomunikasikan oleh siswa.
4. Guru menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai
cara untuk menstimulasi perilaku yang dapat dipelajari dan diubah.
5. Guru memfasilitasi belajar dengan menunjukkan secara eksplisit tentang
bagaimana prinsip-prinsip dasar dinamika kelompok sehingga siswa dapat
lebih bertanggung jawab untuk mendukung belajar mereka.
Menurut Burns. D. (1988), perilaku yang humanis adalah tindakan yang
dapat teramati, dilakukan guru di dalam kelas ketika berhadapan dengan
siswanya. Beberapa aktivitas mengajar yang berkaitan dengan pendekatan
mengajar yang humanis adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa
adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan
pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan
siswa, dan tidak hanya menghargai potensi akademik, memberi keamanan
psikologis, memberi pengalaman sukses kepada siswa untuk aktivitas-aktivitas
kreatif guru tidak banyak memberikan aturan, menceritakan pengalaman, menulis
cerita, menghargai usaha, imajinasi, fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak
buku bacaan, dan memberikan aktivitas brainstorming. Menurut Zaini, N. (2019),
ada beberapa sikap yang harus guru lakukan dalam melaksanakan perilaku
pendidik yang humanis dalam proses pembelajaran antara lain.
1. Memunculkan Rasa Empati Terhadap Siswa
Rasa empati merupakan kondisi emosi seseorang yang merasakan apa
yang orang lain rasakan seperti hal tersebut terjadi kepada dirinya sendiri
dan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam hal
mendidik, guru harus menerima dan menghargai sikap dari siswa
berdasarkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya, selain itu guru harus
bisa menghargai perasaan dan pandangan dari siswanya. Untuk itu,
beberapa perilaku yang harus diterapkan oleh seorang guru adalah seperti
memberikan kebebasan kepada siswa dalam pemilihan kegiatan belajar,
menaruh minat, memperhatikan serta ikut bertanggung jawab terhadap
siswa serta guru diharuskan untuk menunjukkan sikap empatinya,
menghayati apa yang dilakukan oleh siswa dan apa yang dirasakan oleh
siswa. Dalam hal ini, guru juga diharapkan bisa menjadi pendengar yang
baik dengan memperhatikan siswa saat berbicara dan tidak memotong
pembicaraan.
2. Mengakui Konsep Diri Siswa
Konsep diri (self-concept) merupakan pandangan individu mengenai
dirinya sendiri. Semakin positif konsep diri dari individu tersebut, maka
semakin positif individu melihat kemampuan diri dan pandangannya
terhadap lingkungan. Konsep ini cenderung dapat dibimbing,
mengendalikan, dan mengatur tindakan seseorang dalam upaya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini, guru harus
mampu memberikan penguatan (reinforcement) dan menunjukkan kepada
siswa mengenai konsep diri yang positif. Siswa harus diberi motivasi
untuk mendapatkan perasaan yang mampu membangkitkan rasa percaya
dirinya. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membentuk konsep diri
adalah sebagai berikut:
a. Membuat kontrak kegiatan bersama siswa yang tidak bersifat
memaksa sehingga siswa dapat memilih kegiatan sesuai dengan
kemampuannya.
b. Memberikan umpan balik (feedback). Feedback ini dapat berupa
nilai, komentar, saran atau bimbingan kepada siswa.
c. Menetapkan tujuan yang dirasa mampu dicapai oleh siswa yang
juga disesuaikan dengan kemampuannya.
3. Menumbuhkan Sikap Toleransi
Sikap toleransi merupakan sikap saling menghargai, menerima dan
menghormati perbedaan-perbedaan orang lain. Dalam proses belajar
mengajar, sikap toleransi dapat ditumbuhkan melalui berbagai metode
pembelajaran. Dalam pengaplikasiannya, guru bisa memberikan
kebebasan berpendapat, saling berdiskusi atau mengadakan sesi tanya
jawab yang bertujuan agar siswa dapat mengemukakan pendapat, kritik,
usul atau bahkan berani untuk menolak pendapat secara rasional yang juga
diimbangi dengan rasa saling menghargai perbedaan pendapat antar
individu.
4. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru diharapkan dapat membantu siswa dalam kegiatan
yang dipilihnya dan membiarkan siswa untuk mencari sendiri apa yang
disukainya. Membiarkan ini tidak dimaksudkan guru melupakannya,
namun peran guru tetap harus ada untuk memonitornya dan membimbing
siswa.
5. Menciptakan Suasana Pedagogi-Dialogis
Dalam pedagogi dialogis, proses pendidikan dilakukan secara dialogis
untuk membahas dan mencari solusi tentang berbagai hal guna
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Hal ini akan memudahkan
siswa dalam belajar jika guru berpartisipasi sebagai teman dalam
prosesnya. Dengan demikian, hubungan guru dengan siswa tidak lagi
berupa hubungan antara seorang ahli dengan peserta didik, tetapi
lebih ditekankan kepada hubungan yang didasarkan atas dua pribadi.
Prinsip ini akan memudahkan siswa untuk membentuk kelas dialogis tanpa
adanya rasa sungkan. Mensituasikan pedagogi kritis pada masalah yang
bertema subjektif yang belum dianalisis oleh siswa akan mendorong
motivasi terhadap minat belajar siswa dan juga memberikan momen
pelepasan atas pengalaman yang belum pernah direfleksikan siswa
sebelumnya.
6. Mengkombinasikan Perasaan Dengan Bahasa Pengajaran
Konsep humanisme sangat menekankan kasih sayang dalam proses
belajarnya, tetapi tidak ada kasih sayang (emosi) tanpa kognisi
dan tidak ada kognisi tanpa emosi. Hal ini dapat diaplikasikan
kepada siswa dengan cara memberikan perasaan yang positif karena
perasaan yang positif akan membuat siswa menjadi lebih nyaman dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
7. Adanya Transparansi Antara Guru dan Siswa
Adanya keterbukaan dalam hal perasaan yang sedang dirasakan seperti
benci, suka, senang, sedih, marah, jengkel dan gembira diharapkan bisa
menjadi dorongan siswa untuk memahami karakteristik masing-masing.
BAB III
METODE OBSERVASI

3.1 Definisi Operasional


Perilaku mengajar humanis merupakan perilaku memanusiakan manusia yang
digunakan oleh guru sebagai cara untuk mengajar siswa yang dilandasi oleh
kasih sayang dimana guru diharuskan untuk dapat menerima siswa sesuai
potensi yang dimilikinya serta berusaha memberdayakan siswa untuk
mencapai aktualisasi diri.

3.2 Indikator Pelaku


Adapun indikator guru dengan perilaku humanis adalah sebagai berikut:
1. Memunculkan Rasa Empati Terhadap Siswa
2. Mengakui Konsep Diri Siswa
3. Menumbuhkan Sikap Toleransi
4. Guru Sebagai Fasilitator
5. Menciptakan Suasana Pedagogi-Dialogis
6. Mengkombinasikan Perasaan Dengan Bahasa Pengajaran
7. Adanya Transparansi Antara Guru dan Siswa

3.3 Jenis Observasi


Jenis observasi yang digunakan dalam mengobservasi film “Taare Zameen
Par” ini adalah observasi sistematik dan non-partisipan. Observasi sistematik
adalah observasi yang dilakukan secara terstruktur sesuai tujuan dilakukannya
pengamatan. Sedangkan observasi non-partisipan merupakan jenis observasi
yang tidak melibatkan observer secara langsung dalam aktivitas subjek.
Menurut Rachmawati, T. (2017), observasi non partisipan merupakan metode
yang relatif tidak terlalu mengganggu (unobtrusive) komunitas yang diteliti
karena observasi dilakukan dengan tanpa adanya interaksi langsung dengan
partisipan. Metode observasi ini biasanya menggunakan video sebagai media
untuk mengobservasi perilaku subjek.
3.4 Teknik Pencatatan Data
Teknik pencatatan data yang digunakan dalam mengobservasi film “Taare
Zameen Par” ini adalah metode checklist. Menurut Novianti, R. (2012),
metode checklist adalah metode pencatatan terstruktur yang tidak
membutuhkan penulisan dan hasil dari pencatatannya berupa pernyataan ada
atau tidaknya indikator perilaku yang akan diamati. Biasanya metode
pencatatan ini banyak digunakan karena mudah dan proses observasi menjadi
lebih cepat. Namun metode pencatatn ini juga memiliki kelemahan seperti
kurangnya informasi dan gambaran yang mendetail mengenai subjek. Dalam
laporan ini, penulis mengamati indikator perilaku mengajar humanis dari
seorang guru yang bernama Nikumbh.

3.5 Langkah Observasi


Adapun langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam melakukan
observasi “Taare Zameen Par” ini adalah yang pertama, dengan memperoleh
video yang telah ditetapkan sebagai bahan observasi. Selanjutnya penulis
memilih perilaku yang akan diobservasi yang disesuaikan dengan setting
observasi yang telah ditentukan, memilih jenis observasi dan teknik
pencatatan. Setelah itu, penulis mulai membuat latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dari dilakukannya observasi, menyusun landasan teori,
definisi operasional serta indikator perilaku. Setelah proses persiapan dirasa
sudah cukup, penulis lalu melakukan observasi serta pencatatan data dan
analisa dari hasil observasi yang telah dilakukan.

3.6 Subjek
Subjek yang akan diamati dalam film “Taare Zameen Par” ini adalah seorang
guru seni yang bernama Ram Shankar Nikumbh. Nikumbh merupakan guru
yang mengerti dengan keadaan Ishaan yang mengalami disleksia yang selalu
membimbing, membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi Ishaan dan
menemukan kembali rasa percaya dirinya, hingga akhirnya Ishaan menjadi
anak periang yang bisa bergaul dengan teman-temannya, dapat
mengembangkan minatnya di bidang melukis serta dapat menulis, membaca
dan berhitung.

3.7 Observer
Observasi ini dilakukan oleh satu orang yang merupakan mahasiswa
Universitas Bali Internasional dengan data sebagai berikut:
Nama : Ni Putu Mirah Pramitha Sari
NIM : 212011036
Prodi : Psikologi A6

3.8 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya observasi ini adalah sebagai
berikut:
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Januari 2023
Waktu : 18.00 WITA
Tempat : Gg. Padang Satri I, Padang Sumbu Kaja, Padangsambian
Klod, Denpasar Barat. (tempat tinggal observer).
BAB IV
HASIL OBSERVASI

4.1 Deskripsi Subjek


Subjek yang menjadi amatan dalam laporan ini bernama Ram Shankar
Nikumbh yang merupakan guru seni di asrama. Nikumbh berjenis kelamin
pria yang memiliki ciri fisik sebagai berikut: rambut pendek rapi yang
berwarna hitam, berkulit putih, berbadan kekar dan berotot, sering
mengenakan jam tangan berwarna silver di tangan kirinya serta memakai
gelang di kedua tangannya.

4.2 Deskripsi Data Observasi


Data yang akan diobservasi dari film “Taare Zameen Par” ini adalah berupa
perilaku guru yang humanis. Data ini dapat berupa pernyataan verbal maupun
non verbal yang dilakukan oleh guru Nikumbh. Data yang dicatat adalah
berupa deskripsi dari indikator perilaku yang telah dijabarkan, yaitu: 1)
Memunculkan rasa empati terhadap siswa. 2) Mengakui konsep diri siswa. 3)
Menumbuhkan sikap toleransi. 4) Guru sebagai fasilitator. 5) Menciptakan
suasana pedagogi-dialogis. 6) Mengkombinasikan perasaan dengan bahasa
pengajaran serta 8) Adanya transparansi antara guru dan siswa.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap disleksia menyebabkan banyak
orang berpendapat bahwa seorang anak yang tidak bisa menulis, membaca dan
berhitung di usia yang cukup dewasa untuk melakukan hal tersebut merupakan
anak yang bodoh, malas, nakal dan tidak memiliki kemauan untuk belajar.
Namun pada kenyataannya, seseorang tidak bisa menyamakan kemampuan
semua anak dan setiap anak pasti memiliki potensi dan minat di bidang
masing-masing. Setelah melakukan observasi mengenai perilaku mengajar
humanis terhadap subjek yang bernama Nikumbh, observer memperoleh data
sesuai pada lampiran pengamatan yang dimana dari total keseluruhan
indikator perilaku yang berjumlah 7, semua tercentang pada kolom kolom
“Ada” yang berarti Nikumbh tercatat melakukan perilaku sesuai pada
indikator dan deskripsi.
Pada indikator pertama, yaitu memunculkan rasa empati terhadap siswa,
tercatat beberapa perilaku Nikumbh yang menunjukkan rasa empati terhadap
siswa, terutama siswa yang berkebutuhan khusus. Dilat pada lampiran
observasi, beberapa perilaku Nikumbh yang tercatat adalah seperti
memberikan kebebasan pada siswa, terlihat menangis saat memandang anak
yang memiliki kebutuhan khusus dan memahami kondisi yang Ishaan alami.
Pada menit ke-1 jam 23 menit (1.23.27), Nikumbh berkata, “mereka anak-
anak, itu wajar. Dan jika anak-anak tidak mengekspresikan emosi di kelas
seni, di mana seharusnya?” kepada seorang guru yang mengejek bahwa kelas
seni dari Nikumbh sangat ribut seperti pasar ikan. Kalimat ini menunjukkan
bahwa Nikumbh mengerti kondisi anak-anak di umur tersebut masih senang
bermain dan bercanda sehingga akan menyebabkan keributan. Selain itu, pada
menit ke-1 jam 46 menit, (1.46.11) salah satu sikap Nikumbh dalam berempati
dapat dilihat saat ia berkata, “bahwa setiap anak memiliki keterampilan yang
unik, kemampuan dan impian.”.
Pada indikator kedua, yaitu mengakui konsep diri pada siswa dapat dilihat
pada menit ke-1 jam 55 menit (1.55.02) saat Nikumbh berbicara kepada
Ishaan dan berkata, “kau tahu, ada seseorang yang tidak kusebutkan
namanya. Mungkin karena tidak terkenal seperti semuanya. Tapi masalahnya
sama. Nama itu adalah Ram Shankar Nikumbh.. Sebagai anak-anak, aku juga
memiliki masalah dalam belajar. Ayahku tak pernah mengerti saya. Dia
mengira aku nakal, membuat alasan untuk tidak belajar. Dia tidak
menginginkanku. Apa yang orang idiot bisa capai? Dan, disini aku
sekarang.” Kalimat tersebut memberi penguatan terhadap Ishaan yang
kesulitan dalam membaca dan menulis dan merasakan hal yang sama seperti
yang Nikumbh katakan dan dari hal itu secara tidak langsung Nikumbh
mengakui kelebihan yang dimiliki oleh Ishaan. Selain itu, indikator ini juga
dapat dilihat pada saat Nikumbh mengapresiasi lukisan yang dibuat oleh
Ishaan.
Pada indikator ketiga, yaitu menumbuhkan sikap toleransi dapat dilihat
pada menit ke-1 jam 28 menit (1.28.40) saat Nikumbh menemani siswa yang
berkebutuhan khusus bermain. Selain itu, pada menit ke-1 jam 51 menit
(1.51.49) Nikumbh memberikan pertanyaan tentang tokoh-tokoh terkenal
yang mengidap disleksia dan memberikan siswa kebebasan untuk menjawab.
Hal ini salah satu bentuk dari sikap toleransi dan menghargai pendapat yang
dikemukakan oleh siswa.
Pada indikator ke-empat, yaitu guru sebagai fasilitator dapat dilihat pada
menit ke-1 jam 17 menit (1.17.45) dimana Nikumbh memberikan siswa
kebebasan untuk menggambar sesuai keinginan siswa. Pada menit ke-1 jam 19
menit (1.19.20), Nikumbh juga membimbing dan memonitor setiap siswa saat
kelas melukis. Dan pada menit ke-1 jam 56 menit (1.56.59) Nikumbh
membantu para siswa yang memiliki kendala di kolam. Dari ketiga pernyataan
tersebut, dapat dilihat bahwa Nikumbh sudah memenuhi syarat sebagai
fasilitator karena dapat membimbing dan memonitoring siswa selama jam
pelajaran.
Pada indikator kelima, yaitu menciptakan suasana pedagogi-dialogis,
dapat dilihat ketika perlakuan Nikumbh kepada para siswa sangat santai,
merangkul, bercanda layaknya teman, bernyanyi dan menari bersama sehingga
terlihat tidak ada pembatas interaksi antara guru dengan siswa, salah satunya
seperti pada menit ke-1 jam 17 menit (1.17.58) saat Nikumbh berkata,
“bersenang-senanglah. Di sini, kalian bebas.” sambil mengusap kepala salah
satu siswa. Nikumbh memahami siswa secara mendalam, melaksanakan
pembelajaran serta mengembangkan siswa untuk dapat mengaktualisasikan
dirinya di berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Pada indikator ke-enam, yaitu mengkombinasikan perasaan dengan bahasa
pengajaran dapat dilihat dari perilaku Nikumbh terhadap para siswa yang
berbicara dengan halus sembari tersenyum dan melakukan kontak fisik seperti
mengelus kepala, merangkul siswa yang menunjukkan kasih sayang,
menemani siswa yang berkebutuhan khusus bermain serta mengajari Ishaan
cara membaca, menghitung dan menulis dengan sabar agar Ishaan bisa
melewati ujian kenaikan kelas.
Pada indikator terakhir, yaitu adanya transparansi antara guru dan siswa
dapat dilihat pada menit ke-1 jam 19 menit (1.19.20) saat Nikumbh
membimbing dan memonitoring siswa pada saat kelas melukis tanpa
memberikan perlakuan khusus kepada siswa lain. Selain itu, pada menit ke-1
jam 41 menit (1.41.04), Nikumbh juga memberitahu orang tua Ishaan
mengenai keadaan Ishaan yang sebenarnya dan sikap ini menunjukkan
keterbukaan mengenai kondisi yang dialami oleh Ishaan kepada kedua orang
tuanya.
Perilaku mengajar yang dilakukan oleh Nikumbh sangat berbeda dengan
cara mengajar guru lainnya di dalam film “Taare Zameen Par” ini dilihat dari
bagaimana Nikumbh memperlakukan para siswa terutama Ishaan yang di
setiap pelajaran lain terlihat selalu berdiri di luar kelas karena mendapat
hukuman. Hal ini menyatakan bahwa Nikumbh merupakan seseorang yang
mengerti akan kondisi dan keadaan setiap anak yang memiliki potensi yang
berbeda serta menghargai perbedaan tersebut.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setiap anak memiliki potensi dan minatnya masing-masing sehingga
seseorang tidak bisa menyamakan hal tersebut, bukan hanya anak-anak, orang
dewasa juga memiliki perbedaan tersebut termasuk perilaku mengajar.
Seorang guru harus mengerti, memahami dan menghargai setiap potensi yang
dimiliki oleh masing-masing siswa untuk menjadikannya guru yang humanis.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, Nikumbh menerapkan perilaku
mengajar yang humanis sesuai dengan indikator yang telah dijabarkan dan
sesuai dengan lembar observasi pada lampiran. Hal ini dibuktikan dari total
keseluruhan indikator perilaku mengajar yang berjumlah 7, seluruh indikator
tersebut tercentang pada kolom “Ada” yang berarti perilaku yang ditunjukkan
oleh Nikumbh pada film tersebut sesuai dengan indikator perilaku mengajar
humanis yaitu, 1) Memunculkan rasa empati terhadap siswa. 2) Mengakui
konsep diri siswa. 3) Menumbuhkan sikap toleransi. 4) Guru sebagai
fasilitator. 5) Menciptakan suasana pedagogi-dialogis. 6) Mengkombinasikan
perasaan dengan bahasa pengajaran serta 8) Adanya transparansi antara guru
dan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Mas’ud. (2002). Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik:


Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Gama Media.
Al-Haddad, M., Abidin, Z., & Ulfa, M. (2014). Perilaku guru dalam mengajar
dan motivasi belajar siswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Anwas, O. M. A. O. M. (2011). Pembudayaan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Di Sekolah. Jurnal Teknodik, 75-83.
Burns, D.D. (1988). Terapi Kognitif. Pendekatan Baru Bagi Penanganan depresi.
Penerbit Erlangga. Jakarta
DePorter, Bobbi, dkk. (2003). Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang - ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Endang, B. (2009). Mengembangkan sikap toleransi dan kebersamaan di
kalangan siswa. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 1(2), 89-105
Hariyadi, A., & Darmuki, A. (2019). Prestasi dan motivasi belajar dengan konsep
diri. In Prosiding Seminar Nasional Penguatan Muatan Lokal Bahasa
Daerah sebagai Pondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial (pp. 280-
286).
Kau, M. A. (2010). Empati dan perilaku prososial pada anak. Jurnal Inovasi,
7(03).
Mas’ud, F. A. (2016). PROFESIONALISME GURU PADA FILM TAARE
ZAMEEN PAR. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Munawar, W. (2010). Pengembangan Model Pendidikan Afeksi Berorientasi
Konsiderasi untuk Membangun Karakter Siswa yang Humanis di Sekolah
Menengah Kejuruan. In Makalah dalam Proceedings of The 4th
International Conference on Teacher Education.
Novianti, R. (2012). Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini. Jurnal
Educhild: Pendidikan Dan Sosial, 1(1), 22-29.
Rachmawati, T. (2017). Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif.
UNPAR Press. Bandung.
Rachmawati, T. (2017). Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif.
UNPAR Press. Bandung.
Susetyo, Y. F. (2004). Mengembangkan Perilaku Mengajar yang Humanis.
Universitas Gadjah Mada
Syahrani, S. (2018). Manajemen Kelas yang Humanis. Al-risalah, 14(1), 57-74.
Yudesthira, R. E., Sa’dullah, A., & Sulistiono, M. (2019). Implementasi
Pendidikan Humanis Religius Dalam Membangun Karakter Siswa di MTs
Hasyim Asy’ari Batu. Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam, 4(6), 60-67.
Zaini, N. (2019). Konsep Pendidikan Humanis dan Implementasinya dalam
Proses Belajar Mengajar. Karangan: Jurnal Bidang Kependidikan,
Pembelajaran, Dan Pengembangan, 1(01), 62-72.
LAMPIRAN
Lembar Observasi

Observer : Ni Putu Mirah Pramitha Sari


Subjek : Ram Shankar Nikumbh
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Januari 2023
Durasi Film : 2 jam 42 menit 33 detik
Tempat : Gg. Padang Satri I, Padang Sumbu Kaja, Padangsambian Klod,
Denpasar Barat. (tempat tinggal observer).

Petunjuk Pelaksanaan :
Berikan tanda centang (✔) pada kolom yang sudah disediakan untuk menentukan
perilaku yang diamati sesuai keterangan pada tabel. Centang (✔) pada kolom
Ada jika terdapat perilaku yang telah dijelaskan dan centang (✔) pada kolom
Tidak Ada jika tidak terdapat perilaku yang telah dijelaskan pada kolom
deskripsi.

Tidak
No. Indikator Perilaku Deskripsi Ada
Ada

1 Memunculkan rasa Bagaimana guru memahami, ✔


empati terhadap siswa. menerima, menghargai siswa
berdasarkan apa yang siswa rasakan
dan pikirkan.

Memberikan kebebasan dalam ✔


belajar dan menaruh minat terhadap
siswa.

Menjadi pendengar yang baik dan ✔


memperhatikan siswa saat bicara.

Catatan:
- (1.17.45) Nikumbh membiarkan siswa kebebasan untuk menggambar
sesuai keinginan siswa.
- (1.23.27) Nikumbh berkata, “mereka anak-anak, itu wajar. Dan jika
anak-anak tidak mengekspresikan emosi di kelas seni, di mana
seharusnya?” kepada seorang guru yang mengejek bahwa kelas seni
dari Nikumbh sangat ribut seperti pasar ikan.
- (1.25.36) Nikumbh menghampiri Rajan dan mendengarkannya saat
berbicara.
- (1.29.20) Nikumbh terlihat menangis saat berada di sekolah anak yang
berkebutuhan khusus.
- (1.41.40) Nikumbh memahami kondisi yang dialami Ishaan dengan
memberitahu orang tua Ishaan.
- (1.46.11) Salah satu sikap Nikumbh dalam berempati dapat dilihat saat
ia berkata, “bahwa setiap anak memiliki keterampilan yang unik,
kemampuan dan impian.”
- (1.56.56) Nikumbh memberikan kebebasan untuk siswa untuk bermain
dan belajar di kolam.
- (2.01.56) Nikumbh yang memahami keadaan Ishaan menjelaskan
kepada kepala sekolah bahwa Ishaan merupakan anak yang berbakat.

2 Mengakui konsep diri Memberikan penguatan ✔


siswa. (reinforcement) dan menunjukkan
konsep diri yang positif kepada
siswa.

Memberikan umpan balik (feedback) ✔


berupa nilai, komentar, saran atau
bimbingan kepada siswa.

Catatan:
- (1.55.02) Nikumbh berbicara kepada Ishaan dan berkata, “kau tahu, ada
seseorang yang tidak kusebutkan namanya. Mungkin karena tidak
terkenal seperti semuanya. Tapi masalahnya sama. Nama itu adalah
Ram Shankar Nikumbh.. Sebagai anak-anak, aku juga memiliki masalah
dalam belajar. Ayahku tak pernah mengerti saya. Dia mengira aku
nakal, membuat alasan untuk tidak belajar. Dia tidak menginginkanku.
Apa yang orang idiot bisa capai? Dan, disini aku sekarang.” Kalimat
tersebut memberi penguatan terhadap Ishaan yang kesulitan dalam
membaca dan menulis dan merasakan hal yang sama seperti yang
Nikumbh katakan.

3 Menumbuhkan sikap Sikap saling menghargai, menerima, ✔


toleransi. menghormati setiap pendapat dan
perbedaan antara siswa.

Memberikan kebebasan berpendapat, ✔


berdiskusi atau mengadakan sesi
tanya jawab kepada siswa.

Catatan:
- (1.28.40) Terlihat saat Nikumbh menemani siswa yang berkebutuhan
khusus bermain.
- (1.51.49) Nikumbh memberikan pertanyaan tentang tokoh-tokoh
terkenal yang mengidap disleksia dan memberikan siswa kebebasan
untuk menjawab.

4 Guru sebagai fasilitator. Membantu siswa dalam kegiatan ✔


yang telah dipilih.

Membiarkan siswa untuk mencari ✔


sendiri apa yang disukainya.

Memonitor dan tetap membimbing ✔


siswa jika terjadi kendala.
Catatan:
- (1.17.45) Nikumbh memberikan siswa kebebasan untuk menggambar
sesuai keinginan siswa.
- (1.19.20) Nikumbh membimbing dan memonitor setiap siswa saat kelas
melukis.
- (1.56.59) Nikumbh membantu para siswa yang memiliki kendala di
kolam.

5 Menciptakan suasana Bersikap sebagai teman kepada ✔


pedagogi-dialogis. siswa.

Catatan:
- (1.17.58) Nikumbh berkata, “bersenang-senanglah. Di sini, kalian
bebas.” sambil mengusap kepala salah satu siswa.
- (1.18.49) Nikumbh berkata, “kehilangan sesuatu, teman? Cari
inspirasi? Tidak masalah, tidak perlu terburu-buru.” kepada Ishaan
sambil mengusap kepalanya.
- (1.19.43) Nikumbh merangkul siswa selayaknya merangkul teman dan
bermain dengannya.
- (1.25.36) Nikumbh menghampiri Rajan dan berbicara selayaknya teman.
- (2.04.12) Nikumbh mengajari Ishaan sembari bercanda dan bermain
layaknya seorang teman.

6 Mengkombinasikan Memberikan perasaan yang positif ✔


perasaan dengan bahasa dan menunjukkan rasa sayang kepada
pengajaran. siswa.

Sabar dan memberikan perhatian ✔


lebih.

Catatan:
- (1.17.58) Nikumbh berkata, “bersenang-senanglah. Di sini, kalian
bebas.” sambil mengusap kepala salah satu siswa.
- (1.18.49) Nikumbh berkata, “kehilangan sesuatu, teman? Cari
inspirasi? Tidak masalah, tidak perlu terburu-buru.” kepada Ishaan
sambil mengusap kepalanya.
- (1.23.52) Nikumbh berkata, “Ya aku bernyanyi, memainkan seruling,
anak-anak bahagia, aku bahagia” kepada seorang guru.
- (1.27.17) Mengecek kembali dan membaca semua buku Ishaan dan
menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan Ishaan.
- (1.28.40) Terlihat saat Nikumbh menemani siswa yang berkebutuhan
khusus bermain dan menunjukkan rasa sayang kepada siswa tersebut
dengan memangkunya.
- (1.31.12) Nikumbh menemani seorang siswa yang berkebutuhan khusus
di atas panggung.
- (1.38.45) Nikumbh datang ke rumah orang tua Ishaan.
- (2.03.06) Nikumbh mengajari Ishaan membaca dan menulis dengan
sabar agar bisa melewati ujian kenaikan kelas.

7 Adanya transparansi Adanya keterbukaan mengenai ✔


antara guru dan siswa. perasaan benci, sedih, senang, suka,
marah, jengkel dan gembira terhadap
siswa tanpa membedakan.

Tidak membedakan perlakuan ✔


terhadap siswa yang satu dengan
yang lainnya.

Catatan:
- (1.19.20) Nikumbh membimbing dan memonitoring siswa pada saat
kelas melukis tanpa memberikan perlakuan khusus kepada siswa lain.
- (1.41.04) Nikumbh memberitahu orang tua Ishaan mengenai keadaan
Ishaan yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai