Anda di halaman 1dari 6

BAHASA INDONESIA

A. Pengantar
1. Tujuan Mempelajari Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
a. Tujuan Umum: Mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa
Indonesia.
1) Kesetiaan bahasa: mendorong mahasiswa memelihara bahasa
nasional dan apalbila perlu mencegah adanya pengaruh asing.
2) Kebanggaan bahasa: mendorong mahasiswa mengutamakan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas
bangsanya.
3) Kesadaran akan adanya norma bahasa: mendorong mahasiswanya
menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah yang berlaku.
b. Tujuan Khusus: Mahasiswa calon sarjana terampil menggunakan
bahasa Indonesia dengan benar, baik secara tertulis maupun secara
lisan.
1) Tujuan jangka pendek: mahasiswa mampu menyusun sebuah karya
ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dapat
membuat tugas-tugas (karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen
dengan menerapkan dasar-dasar yang diperoleh dari kuliah bahasa
Indonesia.
2) Tujuan jangka pannjang: mahasiswa mampu menyusun skripsi
sebagai syarat ujian sarjana. Lebih terampil menyusun kertas kerja,
laporan penelitian, surat, dan karya ilmiah lainnya setelah lulus.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia


berasal dari bahasa Melayu. Hal ini ditegaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia
di Medan tahun 1954. Beberapa faktor yang memengaruhi bahasa Melayu
diangkat mejadi bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana dan mudah dipelajari karena tidak mengenal
tingkatan bahasa.
3. Suku Sunda, suku Jawa, dan suku lainnya menerima dengan sukarela bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal terdapat fakta-fakta


historis hingga sekarang sebagai berikut.

A. Sebelum Masa Kolonial


Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini
terbukti dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Keempat batu bersurat itu ditemukan di Kedukuan Bukit (680), di Talang Tuo
(dekat Palembang) (684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi
(Jambi) (688).
Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan
sebuah prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832). Berdasarkan
penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa
Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.
B. Masa Kolonial suatu
Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII mereka
menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa melayu digunakan sebagai bahasa
resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan. Keyika bangsa
Protugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur
dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Protugis dan Belanda
Dancerta sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan
Belanda Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di
Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

C. Masa Pergerakan Kebangsaan


Waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa
nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. suatu
pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikut
sertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh
semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan
menjadi bahasa persatuan tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk
mempersatukan berbgai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Javamengakui dan
memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya
pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Sumpah
Pemuda Indonesia di Jakarta dihasilkan ikrar bersama, ”Ikrar Sumpah Pemuda”.
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu – tanah air
Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu – bangsa Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan – bahasa Indonesia.

D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan


Setelah perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa
Indonesia telah menduduki tempat yang pentiepangng dalam perkembangan
bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai
pengganti bahasa Belanda tidak terlaksana . Bahasa Indonesia juga dipakai
sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan
ilmu pengetahuan.

E. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
1) Lambang kebanggaan kebangsaan
2) Lambang identitas nasional
3) Alat perhubungan
4) Alat penyatuan suku bangsa
2. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
a) Bahasa resmi kenegaraan
b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
c) Alat perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pembangunan
d) Alat pengembangan kebudayaan dan IPTEK
RAGAM BAHASA INDONESIA

Ragam Bahasa merupakan variasi bahasa yang terbentuk karena


pemakaian bahasa. Ragam bahasa memperhatikan aspek situasi, permasalahan,
latar belakang pendengar/pembaca, dan sarana bahasa.
Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki ragam sesuai dengan
fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri
atas ragam lisan dan ragam tertulis. Baik ragam lisan maupun tulis, terdiri atas
ragam baku dan ragam tidak baku. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam karang
mengarang, pembicaran pada situasi formal, pembicaraan di depan umum, dan
pembicaraan di depan orang yang dihormati. Bahasa Indonesia tidak baku dipakai
dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu dapat hidup berdampingan. Berikut
ragam bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk bagan.

Bagan 1.
Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan situasi dan media

Adapun ciri-ciri ragam bahasa baku sebagai berikut.


1. Kemantapan dinamis : kaidah dan aturan yang tetap
2. Kecendekiaan/kejelasan: Penalaran/pemikiran yang teratur, logis, dan
masuk akal
3. Keseragaman: Penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa,
atau penyeragaman variasi bahasa
4. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
5. Tidak dipengaruhi bahasa asing
6. Bukan ragam percakapan
7. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
8. Tidak terkontaminasi/tidak rancu
9. Tidak pleonasme
10. Tidak hiperkorek

Berdasarkan ciri-ciri ragam bahasa baku dapat kita ketahui bahwa fungsi dari
ragam bahasa baku sebagai berikut.
1. Pemersatu: menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa
2. Pemberi kekhasan: memperbedakan bahasa dengan bahasa lain
3. Pembawa kewibawaan: usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban
lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri
4. Kerangka acuan: norma dan kaidah yang jelas sebagai tolok ukur betul
tidaknya pemakaian bahasa

Dari penjelasan mengenai ragam bahasa baku dapat kita simpulkan bahwa bahasa
yang baik dan benar sebagai berikut.

a. Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
b. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai rasa yang tepat dan sesuai
dengan siatuasi pemakainya.

Anda mungkin juga menyukai