Ketika kamu membuat project atau sequence di software editing, ada satu parameter
yang harus ditentukan, yaitu Field Dominance.
(Di software editing, kamu bisa melihatnya dengan meng-klik-kanan sequence, lalu pilih
Settings)
Pentingkah pengaturan ini? Penting banget!
Field Dominance ini akan berpengaruh pada cara monitor menampilkan video.
Field Dominance ini merujuk pada dua cara monitor menampilkan video,
yaitu interlace dan progressive.
Banyak sekali yang tidak paham soal ini. Akibatnya banyak tayangan (TV) yang
bergetar, gerakan objek tidak mulus, seakan berbayang.
Ada juga yang sok tahu.. “ah gue mah selalu setting progressive, karena progressive
lebih bagus”
Karena interlace dan progressive bukan soal selera. Tapi ada latar belakang teknis di
belakangnya.
(Mungkin cukup panjang. Karena itu siapkan kopi dan rokok sambil baca artikel ini :D)
Frame rate adalah banyaknya gambar yang diputar dalam satu detik.
Yaitu flicker.
Logikanya sederhana..
Yang mungkin kamu gak sadar adalah.. sebetulnya cahaya dari proyektor itu tidak terus
menerus menyinari film. Tapi ada jeda di mana cahaya itu di-blokir ketika frame
diganti. Itu diperlukan supaya pergantian frame tidak terlihat ‘ngeblur’.
Tidak perlu menambah frame. Cukup menjalankannya dua atau tiga kali setiap frame.
Simpel bukan!?
Lalu bagaimana dengan TV?
Sama. TV pun harus memutar frame rate yang cukup agar flicker tidak terlihat. Flicker
di TV terjadi karena monitor pun harus me-refresh setiap gambar di layar (diukur dalam
refresh rate).
Masalahnya.. proses ini dibatasi oleh bandwidth (lebar pita frekuensi), di mana gambar
ditransmisikan melalui gelombang radio (UHF) yang pada akhirnya mengendalikan arus
listrik di dalam TV.
Akibatnya proses scanning pun terbatas. Frame rate tidak bisa terlalu tinggi karena
bandwidth membatasinya. Sementara itu dia harus menghindari flicker.
(Ingat hukum Thomas Edison bahwa flicker bisa dihindari kalau frame rate di atas 46
fps)
Maka ditemukanlah teknik interlace.
Dengan teknik ini, seolah-olah frame rate jadi dua kalinya (karena di jalankan dua
tahap) dan flicker tidak tampak lagi.
Karena itu 25 fps dalam mode interlace disebut 50i, karena 2 x 25 fps (i=interlace).
Dampak interlace terhadap monitor digital
Dari uraian di atas harusnya kamu sudah paham bahwa interlace hanya berlaku di TV.
Karena kendala bandwitdh dan flicker tadi.
Makanya mode interlace ini tidak akan berjalan normal kalau diputar di monitor
komputer. Karena monitor komputer (dan layar-layar digital lainnya) bekerja
secara progressive.
Karena itu.. kalau kamu memutar video ber-interlace di monitor komputer, maka akan
tampak bergaris.
Sekarang kamu bisa menjawab: Mana yang lebih bagus kualitasnya, interlace dan
progressive?
Persoalan ini harus dipahami karena masih banyak yang salah kaprah. Orang TV yang
tidak paham teknis menganggap bahwa interlace itu jelek karena tampak berbayang
(bergaris). Kalau dia melihatnya di layar komputer, ya iya pasti bergaris. Video itu kan
untuk TV, maka lihatlah hasilnya di monitor TV.
1. Upper
2. Lower
3. None
Kalau kamu memilih upper atau lower.. itu artinya video yang dihasilkan akan ada
dalam mode interlace. Sedangkan none artinya progressive.
Upper tidak lain adalah baris ganjil. Sedangkan lower adalah baris genap.
Apa maksudnya field dominance? Dan mana yang harus dipilih antara upper dan
lower?
Sebetulnya dalam mode interlace tidak dikenal istilah frame. Yang ada adalah field.
Field yang dimaksud baris ganjil dan baris genap, atau upper dan lower.
Ilustrasi di atas mungkin akan membuat pertanyaan: gambarnya jadi aneh dong? Tidak!
Karena ke dua field ini tidak berjalan secara simultan. Tapi berjalan selang
seling: upper, lower, upper, lower, dst secara cepat. Sehingga akan tampak normal
(kecuali di montior progressive).
Yang menjadi masalah adalah field satu itu upper atau lower. Kalau field 1 adalah
upper, berarti field 2 adalah lower. Kalau field 1 adalah lower, berarti field 2 adalah
upper.
Kalau menggunakan source progressive (misalnya dari DSLR), tidak jadi masalah
memilih upper atau lower di sequence setting. Yang sering menimbulkan masalah
adalah yang source-nya sudah ber-interlace (misalnya hasil capture dari miniDV atau
DV Cam).
Field dominance di source dan sequence harus sama. Kalau tidak, gambar akan
tampak bergetar atau berbayang.
(Kalau tidak percaya, coba tonton beberapa program TV di beberapa stasiun televisi!
Masih banyak tayangan yang seperti ini. Heran.. kenapa lolos QC? )
Semua format video yang memiliki mode interlace adalah Upper, kecuali DV.
(Bagi yang tidak paham format, sebaiknya baca dulu artikel Tentang Codec)
Mengetahui format yang benar penting ketika melakukan setting kamera, setting project
di software editing, dan setting di software converter.
Kalau ada huruf ‘i’ itu artinya interlace. Sedangkan ‘p’ adalah progressive.
Seperti dalam format HD.. 1080i adalah interlace, sedangkan 1080p adalah
progressive.
Kamu harus tahu juga bahwa semua format yang ada dalam kategori MPEG-4 seperti
h.264 adalah progressive. Sedangkan semua format yang ada dalam kategori MPEG-2
bisa interlace bisa progressive.
(kalau kamu belum paham MPEG-2 dan MPEG-4, baca lagi artikel Tentang Codec)
(Ingat.. getaran ini tidak akan tampak di monitor komputer. Kamu harus melihatnya di
TV)
Itu terjadi karena gambar hanya terdiri dari satu frame (dan sudah pasti progressive).
Software editing tidak terlalu baik dalam ‘menggerakan’ gambar yang pada dasarnya
diam. Karena dari frame ke frame, objeknya tidak berubah sama sekali (kecuali hanya
posisinya saja ketika digerakkan oleh keyframe). Sementara dalam mode interlace, field
1 dan field 2 saling bersusulan. Maka akan tampak seolah-olah gambar itu maju
mundur (bergetar).
Filter De-Interlace di Photoshop
De-Interlace di Premiere
Kesimpulannya
Interlace dan Progressive bukanlah persoalan sepele. Terutama buat Kamu yang
memproduksi tayangan untuk TV (TV Commercial, program TV, Videoklip, dll).
Catat selalu:
Kalau artikel ini belum cukup menjelaskan.. kunjungi situs ini yang membedah seluk
beluk interlace. Tapi siap-siap muntah :p