Anda di halaman 1dari 18

Menjawab Misteri Interlace dan Progressive

Dalam Video (Jangan disepelekan!)


12/03/2016 - 13 Comments.

Ketika kamu membuat project atau sequence di software editing, ada satu parameter
yang harus ditentukan, yaitu Field Dominance.

Begitu pun ketika menggunakan software konverter.

(Di software editing, kamu bisa melihatnya dengan meng-klik-kanan sequence, lalu pilih
Settings)
Pentingkah pengaturan ini? Penting banget!

(terutama bagi yang mengerjakan program-program TV)

Field Dominance ini akan berpengaruh pada cara monitor menampilkan video.

Coba perhatikan gambar berikut!


Kamu lihat gambar yang bergetar?

Itulah yang terjadi kalau kamu salah memilih Field Dominance.

Field Dominance ini merujuk pada dua cara monitor menampilkan video,
yaitu interlace dan progressive.

Banyak sekali yang tidak paham soal ini. Akibatnya banyak tayangan (TV) yang
bergetar, gerakan objek tidak mulus, seakan berbayang.

Ada juga yang sok tahu.. “ah gue mah selalu setting progressive, karena progressive
lebih bagus”

Tidak sesimpel itu Guys!

Karena interlace dan progressive bukan soal selera. Tapi ada latar belakang teknis di
belakangnya.

Ingat.. ada dua standar format Full HD: 1080i dan 1080p. Huruf i dan p di sana pun


mewakili dua mode itu, interlace atau progressive.
Karena itu, di artikel ini kita coba gali lebih dalam.

(Mungkin cukup panjang. Karena itu siapkan kopi dan rokok sambil baca artikel ini :D)

Kembali ke frame rate


Untuk memahami dari mana munculnya interlace dan progressive, kamu harus
mengerti dulu seluk beluk frame rate.

Frame rate adalah banyaknya gambar yang diputar dalam satu detik.

Biasa diukur dalam fps (frame per second).

Diputar maksudnya.. gambar diganti setiap sepersekian detik sehingga otak manusia


mempersepsikannya sebagai gambar bergerak, bukan sebagai deretan foto.

Maka aturannya sederhana..

Semakin tinggi frame rate, semakin realistis gerakan objek dalam video.


Ahli psikologi menyebutkan bahwa 16 fps, yaitu 16 gambar dalam satu detik,  sudah
cukup untuk menipu otak mempersepsikan gerakan (perception of motion).

Maka di jamannya (sekarang pun masih dipake).. digunakanlah standar 24 fps.

Tapi ada masalah yang muncul ketika itu.

Yaitu flicker.

Flicker itu seperti ini..


 

Logikanya sederhana..

Proyektor menyinari film (seluloid) untuk menampilkan gambar ke layar.

Yang mungkin kamu gak sadar adalah.. sebetulnya cahaya dari proyektor itu tidak terus
menerus menyinari film. Tapi ada jeda di mana cahaya itu di-blokir ketika frame
diganti. Itu diperlukan supaya pergantian frame tidak terlihat ‘ngeblur’.

Itulah yang menimbulkan flicker. Karena cahayanya ‘putus-putus’.


Maka Thomas Edison ketika itu membuat perhitungan bahwa frame rate harus lah 46
fps atau lebih supaya flicker ini tidak terlihat.

Masalahnya.. itu berarti membutuhkan gambar atau film-strip yang lebih banyak.

Ujung-ujungnya balik lagi ke biaya. Biayanya mahal.

Tapi ada yang berfikiran jenius!

Tidak perlu menambah frame. Cukup menjalankannya dua atau tiga kali setiap frame.

Artinya.. kalau menggunakan shutter blade ganda (perhatikan animasi di bawah), maka


24 fps akan tampak seperti 48 fps dan flicker tidak akan terlihat.

Simpel bukan!?
Lalu bagaimana dengan TV?

Sama. TV pun harus memutar frame rate yang cukup agar flicker tidak terlihat. Flicker
di TV terjadi karena monitor pun harus me-refresh setiap gambar di layar (diukur dalam
refresh rate).

Dari sinilah muncul teknik interlace dalam TV.

Apa itu interlace?


Supaya lebih paham, kita harus kembali ke jaman TV tabung (CRT).

Gambar yang terbentuk di TV tabung dijalankan dengan cara menembakkan elektron


ke layar. Ketika elektron itu menyentuh layar, maka sebuah titik di layar akan bercahaya
(dalam LCD disebut piksel). Si penembak elektron itu harus menyusun setiap titik di
layar sampai penuh dari kiri ke kanan di setiap barisnya sampai penuh. Dan itu harus
dilakukan setiap frame.

Proses ini disebut scanning.


Dalam standar PAL (Phase Alternating Lines), dia harus menyelesaikan 625 baris
setiap frame.

Masalahnya.. proses ini dibatasi oleh bandwidth (lebar pita frekuensi), di mana gambar
ditransmisikan melalui gelombang radio (UHF) yang pada akhirnya mengendalikan arus
listrik di dalam TV.

Akibatnya proses scanning pun terbatas. Frame rate tidak bisa terlalu tinggi karena
bandwidth membatasinya. Sementara itu dia harus menghindari flicker.

(Ingat hukum Thomas Edison bahwa flicker bisa dihindari kalau frame rate di atas 46
fps)

Maka ditemukanlah teknik interlace.

Yaitu membagi frame menjadi dua baris: baris ganjil dan baris genap.

Pertama, si penembak elektron akan menyelesaikan baris 1, 3, 5, dst sampai baris


ganjil terbawah. Kemudian dia kembali ke atas untuk mengisi baris 2, 4, 6, dst sampai
baris genap terbawah.

Dengan teknik ini, seolah-olah frame rate jadi dua kalinya (karena di jalankan dua
tahap) dan flicker tidak tampak lagi.

Karena itu 25 fps dalam mode interlace disebut 50i, karena 2 x 25 fps (i=interlace).
Dampak interlace terhadap monitor digital
Dari uraian di atas harusnya kamu sudah paham bahwa interlace hanya berlaku di TV.
Karena kendala bandwitdh dan flicker tadi.

Makanya mode interlace ini tidak akan berjalan normal kalau diputar di monitor
komputer. Karena monitor komputer (dan layar-layar digital lainnya) bekerja
secara progressive.

Dia tidak mengenal interlace.

Progressive membentuk gambar dengan cara normal, yaitu menyusunnya secara


berurut.

Karena itu.. kalau kamu memutar video ber-interlace di monitor komputer, maka akan
tampak bergaris.
Sekarang kamu bisa menjawab: Mana yang lebih bagus kualitasnya, interlace dan
progressive?

Jawabannya adalah tergantung kamu mau menayangkannya di mana. Kalau di monitor


komputer, HP, internet, LED (dengan mencolok flashdisk).. kamu harus
pilih progressive. Tapi kalau video itu harus kamu kirim ke stasiun televisi untuk
dibroadcast, pilihlah interlace.

Persoalan ini harus dipahami karena masih banyak yang salah kaprah. Orang TV yang
tidak paham teknis menganggap bahwa interlace itu jelek karena tampak berbayang
(bergaris). Kalau dia melihatnya di layar komputer, ya iya pasti bergaris. Video itu kan
untuk TV, maka lihatlah hasilnya di monitor TV.

Upper dan lower dalam software editing


Dalam software editing, kalau kamu memperhatikan sequence setting.. kamu disuruh
menentukan Field Dominance. Yang terdiri dari tiga pilihan:

1. Upper
2. Lower
3. None

Kalau kamu memilih upper atau lower.. itu artinya video yang dihasilkan akan ada
dalam mode interlace. Sedangkan none artinya progressive.

Upper tidak lain adalah baris ganjil. Sedangkan lower adalah baris genap.
 

Apa maksudnya field dominance? Dan mana yang harus dipilih antara upper dan
lower?

(yang gak mau pusing sebaiknya lewat bagian ini)

Sebetulnya dalam mode interlace tidak dikenal istilah frame. Yang ada adalah field.
Field yang dimaksud baris ganjil dan baris genap, atau upper dan lower.

Jangan salah paham.. kedua field ini tidak dihasilkan dengan memecah satu


gambar yang sama jadi dua! Tapi dihasilkan dari dua gambar yang berbeda. Field
upper diambil dari gambar yang satu tapi diambil baris genapnya, sedangkan field
lower diambil dari gambar berikutnya, tapi diambil baris ganjilnya.

Ilustrasinya seperti ini..

Ilustrasi di atas mungkin akan membuat pertanyaan: gambarnya jadi aneh dong? Tidak!
Karena ke dua field ini tidak berjalan secara simultan. Tapi berjalan selang
seling: upper, lower, upper, lower, dst secara cepat. Sehingga akan tampak normal
(kecuali di montior progressive).
Yang menjadi masalah adalah field satu itu upper atau lower. Kalau field 1 adalah
upper, berarti field 2 adalah lower. Kalau field 1 adalah lower, berarti field 2 adalah
upper.

Inilah yang dimaksud field dominance.

Kalau menggunakan source progressive (misalnya dari DSLR), tidak jadi masalah
memilih upper atau lower di sequence setting. Yang sering menimbulkan masalah
adalah yang source-nya sudah ber-interlace (misalnya hasil capture dari miniDV atau
DV Cam).

Field dominance di source dan sequence harus sama. Kalau tidak, gambar akan
tampak bergetar atau berbayang. 

(Kalau tidak percaya, coba tonton beberapa program TV di beberapa stasiun televisi!
Masih banyak tayangan yang seperti ini. Heran.. kenapa lolos QC? )

Buat kamu yang kerja di TV.. ini rumusnya!

Semua format video yang memiliki mode interlace adalah Upper, kecuali DV.

Yap, DV PAL pasti selalu lower. Selainnya adalah Upper.

Bahkan di software converter MPEG Streamclip ada peringatannya..


Format-format video yang memiliki interlace
Ingat.. format video bukan sekedar menetukan file: mp4, mov, avi, dan sejenisnya. Tapi
yang dimaksud format video adalah karakteristik apa saja yang ada dalam video,
seperti codec, frame rate, frame size, dll. Termasuk apakah video itu memiliki interlace
atau tidak.

(Bagi yang tidak paham format, sebaiknya baca dulu artikel Tentang Codec)

Mengetahui format yang benar penting ketika melakukan setting kamera, setting project
di software editing, dan setting di software converter.

Cara mengetahui interlace dan progressive dalam format video gampang!

Kalau ada huruf ‘i’ itu artinya interlace. Sedangkan ‘p’ adalah progressive.

Seperti dalam format HD.. 1080i adalah interlace, sedangkan 1080p adalah
progressive.
Kamu harus tahu juga bahwa semua format yang ada dalam kategori MPEG-4 seperti
h.264 adalah progressive. Sedangkan semua format yang ada dalam kategori MPEG-2
bisa interlace bisa progressive.

(kalau kamu belum paham MPEG-2 dan MPEG-4, baca lagi artikel Tentang Codec)

Foto, gambar, dan grafis dalam interlace


Video progressive (tidak ber-interlace), tidak akan menimbulkan masalah ketika
digunakan dalam sequence editing interlace.

Tapi gambar diam (foto, logo, grafis, dll) lain cerita.


Hati-hati! Gambar itu kemungkinan akan tampak bergetar atau flicker kalau kamu
menggerakkannya di software editing.

(Ingat.. getaran ini tidak akan tampak di monitor komputer. Kamu harus melihatnya di
TV)

Itu terjadi karena gambar hanya terdiri dari satu frame (dan sudah pasti progressive).
Software editing tidak terlalu baik dalam ‘menggerakan’ gambar yang pada dasarnya
diam. Karena dari frame ke frame, objeknya tidak berubah sama sekali (kecuali hanya
posisinya saja ketika digerakkan oleh keyframe). Sementara dalam mode interlace, field
1 dan field 2 saling bersusulan. Maka akan tampak seolah-olah gambar itu maju
mundur (bergetar).

Ada beberapa teknik untuk menghindarinya:

1. Kalau gambar itu Kamu buat di Photoshop, Illustrator, dan sejenisnya.. berikan


filter De-Interlace sebelum digunakan di software editing.
2. Atau Kamu juga bisa memberikan filter De-Interlace pada gambar itu di software
editing.
3. Kalau kamu mau menggerakkan gambar-gambar itu (termasuk teks) supaya halus,
sebaiknya gerakkan di After Effects, setelah itu kamu bisa menggunakannya di
software editing.

 
Filter De-Interlace di Photoshop
 

Filter De-Interlace di FCP 7


Untuk Premiere, Kamu bisa memberikan De-Interlace dengan cara meng-klik kanan klip
yang ada di timeline, lalu pilih Field Option dan pilih Always Deinterlace.

De-Interlace di Premiere

Kesimpulannya
Interlace dan Progressive bukanlah persoalan sepele. Terutama buat Kamu yang
memproduksi tayangan untuk TV (TV Commercial, program TV, Videoklip, dll).

Catat selalu:

1. TV selalu dibroadcast dalam mode intelace (setidaknya sebelum TV Digital resmi


digunakan)
2. Video ber-interlace akan tampak bergaris di monitor komputer, tapi normal di TV
3. Untuk selain tayang di TV, gunakan progressive
4. Pastikan setting Upper dan Lower benar untuk sequence interlace
5. Foto, logo, grafis.. pastikan diberi filter De-Interlace sebelum digunakan di sequence
interlace

Kalau artikel ini belum cukup menjelaskan.. kunjungi situs ini yang membedah seluk
beluk interlace. Tapi siap-siap muntah :p

Anda mungkin juga menyukai