Disusun Oleh:
Thito F. Lallo D011 20 1002
Yusriyyah. A D011 20 1017
M. Syahril D011 20 1041
Herli Hermansah D011 20 1108
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Miswar Tumpu. M. T.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
“Perhitungan Gaya Gempa Tingkat Dengan Analisa Statik Ekivalen (ASE)” ini.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan pembawa kebenaran dan ilmu pengetahuan.
Laporan “Perhitungan Gaya Gempa Tingkat Dengan Analisa Statik
Ekivalen (ASE)” ini dibuat berdasarkan pengetahuan melalui materi kuliah dan
berfungsi sebagai penunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa pada mata kuliah
Desain Struktur Beton. Sehingga dengan adanya laporan ini dapat membantu
penulis untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana Perhitungan Gaya Gempa
Tingkat Dengan Analisa Statik Ekivalen (ASE).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Miswar Tumpu. M.
T.selaku dosen asistensi Struktur Beton II yang telah banyak memberikan masukan,
dorongan serta pengarahan atas proses pengerjaan laporan penulis. Serta kepada Dr.
Eng. A. Arwin Amiruddin, ST, MT selaku dosen pengajar mata kuliah Struktur
Beton II. Tidak lupa juga kepada teman- teman yang telah memberi motivasi dalam
menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari laporan ini belum sempurna dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas segala bantuannya
penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
2.1 Preliminary Desain Dimensi Balok........................................................................... 4
2.2 Preliminary Desain Tebal Pelat................................................................................. 4
2.3 Analisa Statik Ekivalen (ASE) .................................................................................. 4
BAB III LANDASAN TEORI.......................................................................................... 4
3.1 Umum ...................................................................................................................... 5
3.2 Pembebanan Struktur .............................................................................................. 6
3.2.1 Beban Gravitasi ........................................................................................... 6
3.2.2 Beban Lateral .............................................................................................. 6
3.3 Aspek Perencanaan Terhadap Gempa ..................................................................... 7
3.3.1 Analisa Statik Ekivalen .............................................................................. 7
3.3.2 Kategori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor Keutamaan ...................... 7
3.3.3 Sistem Struktur ............................................................................................ 8
3.3.4 Faktor Redudansi ........................................................................................ 8
3.3.5 Kombinasi dan Pengaruh Beban Gempa .................................................... 9
3.3.6 Parameter Percepatan Gempa ................................................................... 11
3.3.7 Parameter Percepatan Gempa .................................................................... 12
3.3.8 Koefisien – koefisien Situs ........................................................................ 14
3.3.9 Parameter Percepatan Spektral Desain ..................................................... 15
PENDAHULUAN
Pada tahun 2012 standar baru tentang tata cara perencanaan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung telah diperbarui, yaitu SNI 1726:2012.
Dalam SNI tersebut disebutkan bahwa respon struktur akibat beban gempa yang
terjadi dapat dianalisis dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respon,
1
dan analisis Riwayat waktu (Time History).
Menurut Widodo (2001) analisis riwayat waktu (Time History) merupakan
metode yang paling mendekati untuk meramalkan respons parameter dari struktur
akibat gempa. Tetapi, untuk melakukan analisis riwayat waktu (Time History)
diperlukan banyak perhitungan dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu,
untuk keperluan praktis di lapangan digunakan analisis statik ekuivalen yang
merupakan penyederhanaan dari analisis dinamik dimana pengaruh gempa pada
struktur menjadi gaya statik horizontal yang bekerja pada pusat massa. Namun
analisis statik ekuivalen hanya diperbolehkan untuk bangunan yang reguler
horisontal maupun vertikal (SNI 1726:2012). Salah satu ciri bangunan reguler
adalah ketinggian tidak lebih dari 40 meter atau 10 tingkat yang diukur dari taraf
penjepitan lateral. Gaya gempa rencana pada bangunan dengan ketinggian lebih
dari 40 meter atau 10 tingkat harus dihitung menggunakan analisis dinamik (SNI
1726-2002).
Analisis ragam respons spektrum adalah suatu cara analisis dinamik struktur
dimana pada suatu model matematik dari struktur diberlakukan suatu spektrum
respons gempa rencana dan berdasarkan hal itu ditentukan respons struktur
terhadap gempa rencana tersebut melalui superposisi dari respons masing-masing
ragamnya.
Nasution dan Teruna (2014) telah melakukan penelitian Perbandingan
Analisis Statik Ekivalen dan Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons pada
Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa Sesuai RSNI 03-1726-201X.
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau sejauh mana keakuratan analisis statik
ekivalen dalam meramalkan respons parameter dari struktur akibat gempa
terhadap analisis dinamik spektrum respons. Dalam penelitian ini tidak digunakan
variasi jumlah tingkat dan analisis dan perhitungan kekakuan dibantu dengan
program SAP 2000.
Faizah, R (2013) telah melakukan penelitian Analisis Distribusi Vertikal
Gaya Gempa dan Implikasinya pada Respons Bangunan Bertingkat. Penelitian ini
mencari model distribusi vertikal gaya gempa menggunakan metode ekuivalen
statik, metode dinamik time history dan metode dinamik ragam respon spketra
pada bangunan beraturan dengan variasi tingkat 5, 10, 15,20, 25, dan 30.
2
Rekaman catatan gempa yang digunakan disesuaikan dengan respon spektra
desain kota Yogyakarta dan menggunakan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012,
Dalam penelitian ini digunakan metode kekakuan Shear Building.
Kekakuan tingkat dapat dihitung dengan menggunakan paket program
dengan cara memberikan beban horizontal pada tiap-tiap tingkat pada model
struktur. Setelah dilakukan analisis maka akan diperoleh simpangan antar tingkat
dan gaya geser antar tingkat. Sehingga kekauan dapat dihitung dengan cara gaya
geser tiap tingkat dibagi dengan simpangan tiap tingkat.
Dalam Tugas Besar ini perhitungan untuk bangunan kampus 3 lantai
menggunakan Software ETABS dan perhitungan gaya/beban gempa yang
bekerja dengan metode Analisis Statik Ekuivalen.
Dengan melihat uraian latar belakang diatas maka dalam penulisan laporan
tugas desain struktur beton ini terdapat permasalahan antara lain :
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
𝑓𝑦
𝐿𝑛 𝑥 (0.8 + )
ℎ2 = 1500
36 + 9𝛽
4
Keterangan :
𝛼 = Nilai rata – rata 𝛼 untuk semua balok pada tepi – tepi dari suatu panel
𝐸𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 × 𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝛼=
𝐸𝑝𝑙𝑎𝑡 × 𝐼𝑝𝑙𝑎𝑡
Dimana,
1
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = × 𝑘 × 𝑏 × ℎ3
12
ℎ𝑓 3
𝐼𝑝𝑙𝑎𝑡 = 𝐿𝑦 ×
12
𝑏𝑒 𝑡 𝑡 2 𝑏𝑒 𝑡 3
1+( − 1) ( ) [4 − 6 ( ) + ( − 1) ( )
𝑘= 𝑏𝑤 ℎ ℎ 𝑏𝑤 ℎ
𝑏𝑒 𝑡
1+( − 1)( )
𝑏𝑤 ℎ
a. Untuk balok dengan slab pada satu sisi saja, lebar sayap efektif dapat
dihitung melalui:
Be = bw + 4t
Be = bw + (h-t)
Be diambil yang terkecil
b. Untuk konstruksi balok-T, lebar slab efektif sebagai sayap balok-T
dihitung melalui:
Be = b + 8t
5
Be = bw + 2 (h-t)
Be diambil yang terkecil
Dengan demikian, jelas standar yang lama tidak dapat dipakai lagi untuk
perencanaan. Meskipun demikian, struktur bangunan gedung yang sudah ada yang
ketahanan gempanya telah direncanakan berdasarkan standar lama, ketahanan
tersebut pada umumnya masih cukup memadai. Untuk hal ini dapat dikemukakan
beberapa alasan. Pertama, faktor reduksi gempa R menurut standar lama adalah
relatif lebih kecil dari pada menurut standar yang baru. Misalnya untuk struktur
yang direncanakan bersifat daktail penuh, menurut standar lama besarnya faktor
reduksi gempa R = 6, sedangkan menurut standar yang baru R = 8,5, sehingga untuk
periode ulang gempa yang berbeda beban gempa yang harus diperhitungkan
menurut standar lama dan standar baru saling mendekati. Kedua, dengan definisi
jenis tanah yang baru. Banyak jenis tanah yang menurut standar lama termasuk jenis
tanah lunak, menurut standar baru termasuk jenis tanah sedang, sehingga beban
gempa yang perlu diperhitungkan lebih saling mendekati lagi. Ketiga, bangunan
gedung yang sudah ada telah menjalani sebagian dari umur rencananya, sehingga
dengan risiko yang sama terjadinya keruntuhan struktur bangunan gedung dalam
sisa umur rencananya, beban gempa yang harus diperhitungkan menjadi relatif
lebih rendah dari pada menurut standar yang baru untuk bangunan gedung baru.
6
Meskipun menggunakan periode ulang gempa yang berbeda, tetapi baik standar
gempa yang lama maupun standar gempa yang baru menggunakan falsafah
perencanaan ketahanan gempa yang sama, yaitu bahwa akibat gempa yang kuat,
struktur bangunan dapat mengalami kerusakan yang berat tetapi tidak
diperkenankan untuk runtuh, hal ini dapat mencegah jatuhnya korban manusia.
Sedangkan akibat gempa ringan sampai gempa sedang, kenyamanan penghunian
tetap terjamin, kerusakan yang terjadi masih dapat diperbaiki dan pelayanan dari
fungsi bangunan tetap dapat berjalan.
- Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
- Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung pada arah tonjolan tersebut
7
struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap
menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
- Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang
atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada
lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh
melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
8
dimana pada metode ini respons terhadap gempa dinamik merupakan superposisi
dari respons dinamik sejumlah ragamnya yang berpartisipasi. Analisis respon
dinamik dari struktur dapat dilakukan dengan menggunakan software ETABS,
SAP, atau SANS.
9
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Umum
Gempa bumi merupakan getaran yang bersifat alamiah yang disebabkan oleh
adanya pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) yang menghasilkan energi
gelombang yang diteruskan oleh media tanah sampai kepermukaan tanah. Tanah
yang bergetar akibat gempa akan mengakibatkan bangunan yang berada diatasnya
akan ikut bergetar. Kerusakan bangunan sering terjadi akibat peristiwa gempa
bumi, khususnya pada daerah-daerah tertentu.
Dengan Landasan diatas, maka kerusakan struktur pada saat gempa kuat
berlangsung harus didesain sehingga menjadi bangunan tahan gempa yaitu
bangunan yang mampu bertahan dan tidak runtuh jika terjadi gempa. Menurut
Widodo (2012) filosofi bangunan tahan gempa adalah sebagai berikut.
5
1. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi, maka
struktur utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan baik.
Kerusakan kecil yang masih dapat ditoleransi pada elemen non struktur
masih dibolehkan,
2. Pada gempa menengah (moderate earthquake) yang relatif jarang terjadi,
maka struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tapi masih dapat
diperbaiki. Elemen non struktur dapat saja rusak tetapi masih dapat diganti
yang baru,
3. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka bangunan
boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally collapse). Kondisi seperti
inijuga diharapkan pada gempa besar (great earthquake), yang tujuannya
adalah melindungi manusia/penghuni bangunan secara maksimum.
Beban gravitasi terdiri atas 2 yaitu, beban mati dan beban hidup. Beban mati
adalah berat seluruh bahan kontruksi bangunan gedung yang terpasang yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin -
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung itu.
Sedangkan beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian
atau penggunaan suatu gedung, atau struktur lain yang tidak termaksud beban
kontruksi dan kedalamnya termasuk beban beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah. Beban hidup untuk lantai adalah sebesar 0,25
T/m2 dan beban hidup untuk lantai atap adalah sebesar 0,1 T/m2.
Beban gempa dan beban angin termasuk ke dalam jenis beban lateral (beban
horisontal). Beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di
6
sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu. Sedangkan beban angin ialah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara
(PPPURG 1987). Untuk selanjutnya, yang akan dibahas lebih lanjut dalam
penelitian ini adalah beban gempa, sedangkan beban angin tidak dibahas lebih
lanjut.
7
3.3.3 Sistem Struktur
Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur
dan batasan ketinggian struktur yang diijinkan. Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem
penahan beban lateral dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Beban Lateral
8
Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, ρ
harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, dimana
ρ diijinkan diambil sebesar 1,0:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2D + 1,0W + L +0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0 E + L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D +1,0E
E = Eh + Ev (3.17)
9
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi, E harus ditentukan sesuai persamaan
berikut.
E = Eh – Ev (3.18)
Keterangan:
berikut.
Eh = ρQE (3.19)
Keterangan:
ρ = faktor redundansi
Ev = 0,2SDSD (3.20)
Keterangan:
10
Dalam perencanaan dicari kombinasi pembebanan yang paling kritis untuk
menentukan kuat perlu. Adapun kuat perlu yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. U = 1,4D
2. U = 1,2D + 1,6L
11
sampai 1 detik mengandung energi gempa terbesar. Nilai Ss dan S1 dapat dilihat
pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3.
12
adalah koefisien risiko terpetakan untuk spektrum respon periode 1 detik. Nilai
CRS dan CR1 dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.
Gambar 3.4 CRS, Koefesien Risiko Terpetakan, Periode Respon Spektra 0,2
Detik
13
3.3.8 Koefisien – koefisien Situs
Keterangan:
Sedangkan untuk koefisien situs Fa dan Fv dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel
3.4 berikut ini.
14
Tabel 3.4 Koefisien situs, Fv
15
Sa =𝑆𝐷1 𝑇 (3.25)
Dengan,
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik
T = periode getar fundamental struktur
𝑇0 = 0,2 𝑆𝐷1/ 𝑆𝐷𝑆 (3.26)
𝑇𝑠 = 𝑆𝐷1 /𝑆𝐷𝑆 (3.27)
3.3.11 Kategori Desain Seismik
16
untuk batasan atas pada Periode yang dihitung (Cu) sesuai Tabel 3.8, dan Periode
fundamental pendekatan (Ta) yang ditentukan dari Persamaan 3.13. Periode
fundamental diijinkan secara langsung menggunakan periode fundamental
pendekatan (Ta).
Ta = Ct . hn^x (3.28)
Dimana hn adalah ketinggian struktur (m) dan koefisien Ct dan x ditentukan dari
Tabel 3.7.
Tabel 3.8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
17
Besarnya periode struktur (T) diketahui dengan menggangap bahwa
momen inersia penampang (I) mengalami keretakan (crack).
Keterangan :
Nilai CS yang dihitung menggunakan Persamaan 3.32 tidak perlu lebih besar dari :
𝑆𝐷1
𝐶𝑆 = 𝑅 (3.30)
𝑇( )
𝐼𝑒
V= Cs W (3.32)
18
Keterangan:
(3.33)
(3.34)
(3.35)
3.3.17 Simpangan
Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Apabila
pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di
19
atasnya. Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C,D,E, atau F
yang memiliki ketidakberaturan horisontal tipe 1a atau 1b, simpangan antar lantai
desain, Δ, harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas dan
di bawah tingkat yang diperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal, di
sepanjang salah satu bagian tepi struktur.
(3.36)
Simpangan antar tingkat desain () seperti ditentukan dalam 0, atau 0, tidak
boleh melebihi simpangan antar tingkat izin (a) seperti didapatkan dari Tabel 20
untuk semua tingkat.
20
Tabel 3.9 Simpangan antar Lantai Ijin, Δa
21
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
22
Dilakukan cek :
𝐿 𝑓𝑦 3000 400
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 (0.4 + )= 𝑥 (0.4 + ) = 182.142 𝑚𝑚
2 700 16 700
Digunakan h = 400 mm, maka h pakai memenuhi.
2 2
𝑏𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 ℎ = 𝑥 400 = 266 𝑚𝑚
3 3
Digunakan b = 300 mm, maka b pakai memenuhi.
𝑏 400
≥ 0,3 → 300 = 0,75 (OK)
ℎ
𝑏 ≥ 250𝑚𝑚 (OK)
Dimensi balok yang digunakan = 30/40
2. Perencanaan Dimensi Kolom
L = 3600
Direncanakan : 40x40
Dilakukan cek :
B balok = 30 cm
H balok = 40 cm
L balok = 300 cm
1 1
I balok = 12 𝑥 𝑏 𝑥 ℎ3 = 12 𝑥 30 𝑥 403 = 160000 𝑐𝑚4
𝐿𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑥 𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 350 𝑥 160000
I kolom = = = 112000 𝑐𝑚4
𝐿𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 500
Karena besarnya beban gempa sangat dipengaruhi oleh berat dari struktur
bangunan, maka perlu dihitung berat dari masing-masing lantai bangunan. Berat
dari bangunan dapat berupa beban mati yang terdiri dari berat sendiri material-
material konstruksi dan elemen-elemen struktur, serta beban hidup yang
diakibatkan oleh hunian atau penggunaan bangunan. Karena kemungkinan
terjadinya gempa bersamaan dengan beban hidup yang bekerja penuh pada
bangunan adalah kecil, maka beban hidup yang bekerja dapat direduksi besarnya.
23
Berdasarkan standar pembebanan yang berlaku di Indonesia, untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa pada struktur bangunan gedung, beban
hidup yang bekerja dapat dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,3.
Berat Lantai 3
Beban Mati (DL) :
- Pelat atap = 243* 0,12* 2400 = 686,308 kN
- Balok = 0,3*0.4*64*2400 = 18432 kN
- Kolom = 0.4*0.4*39*2400 = 14976 kN
- Dinding = 99*2.45 = 242.55 kN
- Plafond = 225*1.2 = 270 kN
DL = 34606.858
Berat Lantai 2
Beban Mati (DL) :
- Pelat atap = 243* 0,12* 2400 = 686,308 kN
- Balok = 0,3*0.4*64*2400 = 18432 kN
- Kolom = 0.4*0.4*39*2400 = 14976 kN
- Dinding = 99*2.45 = 242.55 kN
- Plafond = 225*1.2 = 270 kN
DL = 34606.858
Berat Lantai 1
Beban Mati (DL) :
- Pelat atap = 243* 0,12* 2400 = 686,308 kN
- Balok = 0,3*0.4*64*2400 = 18432 kN
- Kolom = 0.4*0.4*39*2400 = 14976 kN
- Dinding = 99*2.45 = 242.55 kN
- Plafond = 243*1.2 = 270 kN
DL = 34628,458
24
Berdasarkan hasil perhitungan volume menggunakan software Tekla Structure
didapati nilai volume sebagai berikut :
25
4.3.2 Perhitungan Beban Hidup & Beban Mati Tambahan
26
Persentase Berat Lantai Bawah
103 %
99,69 %
27
(𝑇𝑚𝑖𝑛 ) = 𝐶𝑢 𝑥 𝑇𝑚𝑖𝑛
SDS 0,67
Cs Hitung = = = 0,08375
(R/I) 8/1
SD1 0,52
Cs Max = = = 0,11704
T (R/1) 0,56(8/1)
Kontrol
Csmin < Cs > Csmax
0,01473 < 0,08375 < 0,11704
Maka digunakan Cs 0,12
Sehingga, gaya geser dasar seismik, didapatkan sebagai berikut
.
V = Cs x Wt
V = 0,11704 x 7098,38
V = 830,76 kN
28
Berdasarkan hasil perhitungan didapati nilai Base Shear adalah sebesar
830.76 kN. Ketika dicek menggunakan aplikasi ETABS nilai geser yang didapatkan
adalah sebesar : 194.4915 kN.
2335,27 x 10,8^1.014
C3 x-y = = 0,5058 KN
51487,06821
2335,27 x 8^1.320
C2 x-y = = 0,3354 KN
51487,06821
2420,58 x 4^1.320
C1 x-y = = 0,1722 KN
51487,06821
29
Gambar 4.7 Hasil Perhitungan Menggunakan ETABS
30
BAB V
5.1 Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non-gedung. SNI 1726:2019. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional .2013. Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait
untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain. SNI 1727:2013. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur
Lain. SNI 1727:2020. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Bayyinah, DA.dan Faimun. 2017. Studi Perbandingan Analisis dan Time History
untuk Desain Gedung. Jurnal. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Pratiwi, G.A. dan Widodo. 2017. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertingkat
Banyak Berdasarkan Perbandingan Respons Spektrum dan Dinamik Riwayat
Waktu. Teknisia Vol.XXII No.1:281-293. Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Purnomo, E., dkk. 2014. Analisis Kinerja Struktur pada Gedung Bertingkat dengan
Analisis Dinamik Respon Spektrum Menggunakan Software ETABS.
Matriks Teknik Sipil Vol.2 No.4: 569-576. Universitas Sebelas Maret,
Solo.Tarigan, M. dan Teruna, D.R. 2014. Perbandingan Respon Struktur Beraturan
dan Ketidakberaturan Horizontal Sudut Dalam Akibat Gempa dengan
Menggunakan Analisis Statik Ekuivalen dan Time History. Jurnal Teknik Sipil
Vol.3 No.1:1-10. Universitas Sumatera Utara, Medan.