Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS

DAN KASUS POSISI

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu bentuk penghargaan

khusus terhadap karya intelektual seseorang dan hak yang muncul

dari karya itu. Anugrah yang diberikan Tuhan kepada manusia,

yaitu memberikan kemampuan akal dan budi kepada manusia

untuk berkarya cipta tentang suatu yang dikehendakinya. Ia mampu

menciptakan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan teknologi,

dan juga mampu menciptakan seni yang sangat bernilai dan

bermanfaat untuk kehidupan manusia.1

Dalam konsep Kekayaan Intelektual, terdapat hak eksklusif

yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak atas suatu

ciptaan dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang disebut

dengan hak cipta.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut dengan UUHC)

dinyatakan bahwa:

1
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektuan dan Budaya
Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. hlm, 187.

1
2

“Hak cipta adalah hak ekslusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah ciptaan itu

diwujudkan secara nyata tanpa mengurangi pembatasan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Pasal 40 ayat (1) UUHC menelaskan beberapa macam

kategori ciptaan yang dilindungi oleh negara. Salah satu kategori

ciptaan tersebut adalah karya sinematografi. Karya sinematografi

adalah ciptaan berupa gambar bergerak (moving images) dapat

dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik

dan atau media lainnya yang memungkinkan untuk dipertunjukan di

bioskop, layar lebar, televisi, atau media lainnya. Berdasarkan

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran dijelaskan bahwa:

“Siaran merupakan pesan atau rangkaian pesan dalam

bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat

diterima melalui perangkat penerima siaran”.

Siaran Piala Dunia FIFA 2014 merupakan salah satu ciptaan

berbentuk karya sinematografi yang dilindungi oleh hak cipta yang

merupakan serangkaian pesan dalam bentuk gambar bergerak dan

suara terkait pertandingan sepak bola bertaraf internasional.

Pasal 4 UUHC menjelaskan bahwa Hak cipta terdiri atas hak

moral dan hak ekonomi. Hak ekonomi merupakan hak yang dimiliki
3

oleh seorang pencipta untuk mendapat manfaat ekonomi atas

ciptaannya. Hak ekonomi antara lain meliputi hak siar, hak

reproduksi, hak distribusi, hak adaptasi, dan hak pertunjukan.2

FIFA sendiri sebagai pencipta dan pemilik karya siaran

turnamen sepak bola Piala Dunia FIFA untuk dapat memanfaatkan

nilai ekonomi yang terkandung dalam hak ekonomi yang dimilikinya

tidak dapat melakukannya sendiri. Oleh karena itu pemegang hak

cipta diperbolehkan untuk memberikan hak ekonomi secara

sebagian maupun sepenuhnya kepada pihak lain melalui perjanjian

lisensi.3 Sebagaimana bunyi Pasal 1 UUHC dinyatakan bahwa:

“Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang

Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk

melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk

Hak terkait dengan syarat tertentu”.

Lisensi adalah suatu bentuk hak untuk melakukan satu atau

serangkaian tindakan atau perbuatan, yang diberikan oleh mereka

yang berwenang dalam bentuk izin pengalihan hak. Tanpa adanya

izin tersebut, maka tindakan atau perbuatan tersebut merupakan

suatu tindakan yang terlarang, yang tidak sah, dan merupakan

tindakan melawan hukum. Lisensi selalu dikaitkan dengan

2
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Right,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm, 4-5.
3
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Bandung: Alumni,
2006. hlm, 331.
4

kewenangan dalam bentuk privilege untuk melakukan sesuatu oleh

seseorang atau suatu pihak tertentu.

FIFA untuk mendapatkan pemasukannya dari hak ekonomi

yang dimilikinnya yaitu dengan mengkomersialisasikan hak media

dan hak pemasaran dari ajang dan turnamen yang

diselenggarakannya, FIFA selaku pemilik hak siar atas siaran Piala

Dunia FIFA akan menjual hak tersebut kepada perusahaan

pemasaran olahraga, melalui kontrak lisensi dalam jangka waktu

tertentu.

Dalam menjual hak siar, FIFA turut membedakan antara hak

siar TV, radio, ponsel dan internet. FIFA mencatat, pangsa

penyiaran dengan format digital yaitu seluler dan internet, memiliki

jumlah pangsa yang sebanding dengan format siaran tradisional

yaitu TV dan radio.

Dalam Piala Dunia FIFA 2014 sendiri FIFA telah

bekerjasama dengan 160 (seratus enam puluh) media pemegang

lisensi di seluruh dunia untuk menyiarkan turnamen Piala Dunia

FIFA 2014.4 FIFA sendiri memiliki empat poin pemasukan yang

didapatkan yakni broadcasting rights, marketing rights, licensing

rights, dan hospitality rights.

4
Siaran Piala Dunia Pecahkan Rekor Jumlah Penonton,
http://bola.kompas.com/read/2014/06/23/1641158/Siaran.Piala.Dunia.Pecahkan.Reko
r.Jumlah.Penonton, diakses pada 15 Februari 2019 pukul 22.10 WIB.
5

Lisensi Piala Dunia FIFA 2014 di Indonesia dimiliki oleh PT.

Inter Sport Marketing sekaligus sebagai master right holder Piala

Dunia FIFA 2014 di seluruh wilayah di Indonesia. Sebagai master

right holder Piala Dunia FIFA 2014, PT. Inter Sport Marketing

berhak atas beberapa hak media terkait turnamen sepak bola

tersebut, antara lain: hak-hak televisi, hak-hak mobil, hak-hak radio,

internet, periklanan dan promosi, branding FIFA dan perlindungan

merek dagang, properti intelektual, sub-lisensi, dan hak-hak

ekshibisi publik (areal komersial).

Dalam menjalankan hak master right holder yang

dimilikinnya PT. Inter Sport Marketing mempunyai hak untuk

menjalankan sendiri maupun menjual hak-hak media tersebut

melalui perjanjian sub lisensi kepada perusahaan-perusahaan

sponsor, atau kepada lembaga penyiaran, atau pihak lainnya

dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

PT. Inter Sport Marketing memberikan Hak media atas penyiaran

siaran Piala Dunia FIFA 2014 di Indonesia kepada sejumlah

lembaga penyiaran antara lain TVone, ANTV, K-Vision, dan Viva+.

PT. Inter Sport Marketing secara eksklusif telah menunjuk

PT. Nonton Bareng (Nonbar) terhadap hak-hak ekshibisi publik

(area komersial) di seluruh wilayah Indonesia sebagai koordinator


6

tunggal untuk aktifitas nonton bareng.5 Berdasarkan hak eksklusif

tersebut membuat tidak ada pihak lain termasuk para broadcaster

yang berhak untuk (namun tidak terbatas pada) melakukan

sosialisasi, pemasaran, dan pengawasan izin penayangan siaran

Piala Dunia FIFA 2014 di tempat komersial (seperti hotel, mall,

kafe, gedung, apartemen, lounge dan tempat-tempat berkumpulnya

masyarakat) maupun untuk kepentingan komersial.

Perjanjian lisensi pun dapat pula diperjanjikan bahwa

penerima lisensi boleh memberikan lisensi kepada orang lain,

namun demikian satu hal yang dilarang dalam pemberian lisensi

adalah memuat ketentuan dalam perjanjiannya yang langsung

maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan

perekonomian Indonesia atau membuat pembatasan yang

menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan

mengembangkan teknologi pada umumnya. 6 Melalui Pasal 9 ayat

(3) UUHC dinyatakan bahwa:

“Setiap orang dilarang melakukan penggunaan ciptaan secara


komersial tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan
demikian, pemegang hak cipta selain berhak mendapatkan royalti
juga berhak melarang pihak lain menggunakan ciptaan tersebut
secara komersial tanpa izin”.

Dapat dikatakan bahwa apabila ada pihak-pihak lain ingin

menayangkan siaran Piala Dunia FIFA 2014 di tempat komersial


5
Introduction, http://www.nonton-bareng.com/, diakses pada 15 Februari 2019
pukul 22.45 WIB
6
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. hlm, 302.
7

maupun kepentingan komersial harus mendapat izin terlebih dahulu

disertai pembayaran imbalan berupa royalti.

Berdasar ketentuan yang berlaku tersebut, dapat dikatakan

bahwa PT. Inter Sport Marketing mempunyai hak untuk melakukan

suatu tindakan hukum kepada pihak manapun yang dengan

sengaja maupun tidak sengaja yang diduga dan telah terbukti

sudah melanggar hak atas siaran Piala Dunia FIFA 2014 baik

secara perdata maupun pidana.

PT. Inter Sport Marketing sebagai pemegang eksklusif

tayangan Piala Dunia di seluruh Indonesia. PT. Inter Sport

Marketing juga mempunyai kerjasama khusus dan langsung

dengan FIFA dan hak lisensi itu sudah didaftarkan ke Kementrian

Hukum dan HAM.

PT. Inter Sport Marketing sebelumnya sudah memonitoring

acara-acara nonton bareng Piala Dunia FIFA 2014 di Semarang

dan menemukan kegiatan nonton bareng di kafe New Metro Hotel.

Setiap pengujung yang hendak menonton dimintai uang sebesar

nominal Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). New Metro Hotel

belum memiliki izin untuk menggelar kegiatan nonton bareng

tersebut sehingga PT. Inter Sport Marketing melayangkan gugatan

ke Pengadilan Niaga pada Negeri Semarang.


8

Apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam Hak cipta

menurut Pasal 99 UUHC ditentukan bahwa:

(1) “Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait


berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga
atas pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait”.
(2) “Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian
penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah,
pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya yang
merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait”.

Dasar gugatan ganti rugi sebagaimana diatur dalam Pasal

99 UUHC merupakan akibat dari perbuatan melawan hukum yang

dapat merugikan pihak pemilik Hak cipta atau produk Hak terkait,

pemilik hak-hak tersebut dapat mengalami kerugian berupa

kerugian materiil dan immateriil. Ganti rugi dalam hukum perdata

dapat timbul dikarenakan wanprestasi akibat dari suatu perjanjian

atau dapat timbul dikarenakan oleh Perbuatan Melawan Hukum.7

Perbuatan Melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 dan

Pasal 1366 Kitab Undang-Udang Hukum Perdata (selanjutnya

disebut dengan KUH Perdata). Di dalam Pasal 1365 KUH Perdata

dijelaskan bahwa:

“Tiap perbuatan melawan hukum, yang mendatangkan

kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena

7
M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1979. hlm 11.
9

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut”.

Atas kasus tersebut PT. Inter Sport Marketing mengajukan

gugatan dengan besaran nilai gugatan yaitu kerugian materil

sebesar Rp 3.200.000.000,00 (tiga koma dua miliar rupiah) dan

kerugian immateril Rp 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).

Kerugian immateril diberikan dikarenakan PT. Inter Sport Marketing

merasa nama baiknya tercoreng di dunia internasional dan

mendapatkan teguran langsung dari FIFA.

Pada 11 Juni 2015 Pengadilan Negeri Semarang

mengabulkan gugatan PT. Inter Sport Marketing dan menjatuhkan

denda sebesar nominal Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)

ke New Metro Hotel. Atas putusan itu, New Metro Hotel keberatan

dan mengajukan kasasi.

Di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 518/PDT.SUS-

HKI/2015 TAHUN 2015, Mahkamah Agung (MA) mengabulkan

permohonan kasasi dari New Metro Hotel, dan mencabut putusan

yang mewajibkan New Metro Hotel untuk membayar ganti rugi

kerugian materiil dan immateriil kepada PT. Inter Sport Marketing .

Majelis Hakim berpendapat bahwa sesuai fakta persidangan, New

Metro Hotel menggelar kegiatan nonton bareng di kafe miliknya dan

menyediakan siaran final Piala Dunia dari lembaga penyiaran


10

swasta tidak berbayar yaitu AnTV dan TvOne. Majelis hakim dalam

pertimbangannya menilai bahwa gugatan yang dilayangkan oleh

PT. Inter Sport Marketing terhadap New Metro Hotel adalah

gugatan tidak sempurna, dan sudah seharusnya gugatan tersebut

dinyatakan tidak dapat diterima.

Hakim berpendapat bahwa gugatan yang diajukan oleh PT.

Inter Sport Marketing terhadap New Metro Hotel adalah gugatan

tidak sempurna dikarenakan gugatan yang diajukan oleh PT. Inter

Sport Marketing adalah gugatan Plurium Litis Consortium atau

gugatan kurang pihak.

Plurium Litis Consortium atau gugatan kurang pihak

merupakan salah satu klasifikasi gugatan error in persona. Akibat

hukum yang ditimbulkan yaitu gugatan dianggap tidak memenuhi

syarat formil, oleh karena itu gugatan dikualifikasi mengandung

cacat formil. Dapat dinyatakan sebagai Plurium Litis Consortium

atau gugatan kurang pihak adalah ketika pihak yang bertindak

sebagai penggugat atau yang ditarik sebagai tergugat tidak

lengkap, masih ada orang yang harus bertindak sebagai penggugat

atau ditarik tergugat.8

Dalam perkara tersebut hakim berpendapat seharusnya PT.

Inter Sport Marketing menarik 2 lembaga penyiaran ANTV dan TV

8
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Gugatan, Penyitaan, Pembuktian,
dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, 2017, hlm. 119.
11

One dikarenakan New Metro Hotel menyediakan siaran Final Piala

Dunia FIFA 2014 dari Lembaga Penyiaran swasta.

Masalah mengenai pelanggaran kegiatan nonton bareng

Final Piala Dunia FIFA tanpa seizin pemilik Lisensi Master Right

Holder memang kerap terjadi, seperti pada PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR 518/PDT.SUS-HKI/2015 TAHUN

2015. Tinjauan pada kasus ini ialah saat Mahkamah Agung (MA)

membebaskan New Metro Hotel dari gugatan Rp 3.200.000.000,00

(tiga koma dua miliar rupiah). Hotel di Semarang itu digugat oleh

pemegang lisensi Master Right Holder Piala Dunia FIFA 2014 yaitu

PT. Inter Sport Marketing karena membuat acara nonton bareng

(nobar) Piala Dunia FIFA 2014 di kafenya.

Terdapat kasus yang serupa yaitu, Mahkamah Agung

menghukum Sun Star Motor Semarang sebesar Rp 500,000,000,00

(lima ratus juta rupiah), dikarenakan di lokasi kegiatan nonton

bareng, Sun Star Motor memasang berbagai spanduk di berbagai

titik sehingga seolah-olah Mitsubishi adalah sponsor resmi Piala

Dunia FIFA 2014 yang digelar di Brasil.

Putusan dari Mahkamah Agung ini berbeda dengan yang

didapatkan oleh Alila Villa Soori Hotel Bali. Alila Villa Soori Hotel

Bali tetap dihukum membayar ganti rugi sebesar nominal Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT. Inter Sport


12

Marketing karena menyiarkan Piala Dunia FIFA 2014 ke kamar-

kamar melalui saluran tv berbayar, akan tetapi hal itu dilakukan

tanpa memiliki izin kepada PT. Inter Sport Marketing .

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, ditemukan sedikitnya 2

(dua) judul skripsi yang memiliki persamaan terkait pelanggaran

hak cipta lisensi yakni:

1. Skripsi Karya Herry Priananda pada tahun 2009 dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Pemilik Lisensi Varietas

Tanaman Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana”

2. Skripsi Karya Nissa Sabrina pada tahun 2015 dengan Judul

“Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Lisensi Merek Dalam

Perjanjian Lisensi Yang Telah Lewat Waktu Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”

Adapun persamaan pada Penulis sebelumnya yaitu

mengenai Perlindungan Hukum bagi pemilik lisensi dan

Perlindungan Hukum dalam perjanjian bagi pemberi lisensi, namun

terdapat perbedaan pada obyek dari penulisan dan tinjauan

mengenai perlindungan hukum dan bentuk pelanggaran

perjanjiannya. Dengan demikian penyusunan tugas akhir ini dapat

terlihat keasliannya.
13

Berdasarkan keadaan-keadaan serta masalah-masalah yang

telah dijelaskan, maka Penulis berkeinginan untuk melakukan

penulisan hukum berupa studi kasus dengan judul ANALISIS

TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

518/PDT.SUS-HKI/2015 TAHUN 2015 MENGENAI

KOMERSIALISASI PIALA DUNIA FIFA 2014 YANG DILAKUKAN

TANPA SEIZIN PEMILIK LISENSI DITINJAU MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK

CIPTA DAN DAN HUKUM KEPERDATAAN.

B. Kasus Posisi

PT. Inter Sport Marketing selaku Penggugat adalah suatu

badan hukum yang berdasarkan Akta Pendirian Perseroan

Terbatas dengan nama PT. Inter Sport Marketing, dengan Nomor

Akta 02 tertanggal 05 Oktober 2010 yang dibuat dihadapan Notaris

Zacharias Omawele, S.H., Notaris di Jakarta. PT. Inter Sport

Marketing bergerak pada kegiatan-kegiatan di bidang

keolahragaan.

Dalam rangka kegiatan keolahragaan berskala internasional

yakni Piala Dunia FIFA 2014, PT. Inter Sport Marketing

mendapatkan lisensi selaku penerima Master Right Holder dari

FIFA yang merupakan sebuah organisasi sepak bola internasional

yang berkedudukan di Zurich, Swiss. PT. Inter Sport Marketing


14

telah mengajukan permohonan pencatatan Lisensi kepada Direktur

Hak Cipta Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan telah diterima

dan dicatatkan pada tanggal 23 Mei 2014.

Di dalam salah satu isi License Agreement antara PT. Inter

Sport Marketing dengan FIFA, PT. Inter Sport Marketing sebagai

Master Right Holder di seluruh wilayah Republik Indonesia

mendapatkan hak-hak media dan hak-hak untuk eksibisi publik

(hak-hak areal komersial);

Hak Media untuk penayangan Siaran Piala Dunia FIFA 2014

di Wilayah Republik Indonesia, PT. Inter Sport Marketing telah

memberikan Sub Lisensi kepada TV One dan ANTV secara

eksklusif untuk menyiarkan acara/program Piala Dunia FIFA 2014

dengan sistem Free to Air Broadcaster. Kemudian kepada K-Vision

dan Viva+ dengan sistem Pay TV Broadcaster serta untuk internet

mobile rights kepada Domikado.

Untuk hak-hak ekshibisi publik atau hak-hak komersial atau

untuk kepentingan komersial PT. Inter Sport Marketing telah

menunjuk PT. Nonton Bareng (Nonbar) secara eksklusif di wilayah

Republik Indonesia sebagai kordinator tunggal untuk aktifitas

nonton bareng. PT. Inter Sport Marketing melalui PT. Nonton

Bareng (Nonbar) melakukan sosialisasi baik melalui media masa


15

nasional, yaitu antara lain Surat Kabar harian Kompas tanggal 21

Januari 2014, hal. 14, Surat Kabar harian Superball tanggal 14 Juni

2014, hal. 4 dan bolanews.com tanggal 17 Juni 2014 yang

menyebutkan bahwa untuk dapat menayangkan siaran Piala Dunia

FIFA 2014 di area komersial, maka pihak penyelenggara haruslah

membayar sejumlah uang atau tarif kepada PT. Inter Sport

Marketing selaku pihak penerima lisensi.

Berdasarkan eksklusifitas ini, tidak ada pihak lain yang

berhak untuk (namun tidak terbatas pada) melakukan sosialisasi,

pemasaran dan pengawasan ijin penggunaan siaran Piala Dunia

FIFA 2014 secara komersial di tempat-tempat komersial (hotel,

mall, gedung pertemuan, restoran, kafe, lounge dan atau tempat-

tempat berkumpulnya masyarakat lainnya) yang mana

penyelenggara dan atau dikomersialkan dan atau pemilik

tempatnya akan dan atau mendapatkan keuntungan secara

komersial dengan adanya siaran Piala Dunia FIFA 2014.

Tergugat sendiri yaitu New Metro Hotel adalah perusahaan

yang bergerak dalam bidang jasa perhotelan yang meliputi jasa

penginapan dan pengadaan makanan serta minuman secara

komersial yang beralamat di Jalan H. Agus Salim No. 2-4,

Semarang, Jawa Tengah.


16

New Metro Hotel selaku Tergugat telah melakukan promosi

dan mengumumukan kepada khalayak umum termasuk kepada

pengunjung New Metro Hotel apabila di tempat New Metro Hotel

akan mengadakan kegiatan nonton bareng Final Piala Dunia 2014

pada tanggal 14 Juli 2014 secara komersial. Dan dalam kegiatan

acara nonton bareng tersebut New Metro Hotel telah pula menarik

sejumlah uang sebesar nominal Rp 50.000,00 (lima puluh ribu

rupiah) untuk tiket masuk bagi setiap orang yang ingin menyaksikan

siaran Final Piala Dunia 2014 di New Metro Hotel.

New Metro Hotel selaku Tergugat yang mengadakan

kegiatan nonton bareng secara tanpa hak juga telah

mendistribusikan atau menyalurkan siaran Piala Dunia 2014 di

kamar-kamar hotel milik New Metro Hotel.

Perbuatan yang dilakukan oleh New Metro Hotel yang telah

menayangkan siara Piala Dunia FIFA 2014 secara komersial dan

tanpa ijin dari PT. Nonton Bareng (Nonbar) yang telah ditunjuk oleh

PT. Inter Sport Marketing merupakan perbuatan melawan hukum

dan sangat merugikan.

Kerugian yang dialami oleh pihak PT. Inter Sport Marketing

baik secara materiil maupun immaterial akibat perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh New Metro Hotel apabila ditotal secara
17

keseluruhan berjumlah Rp 33.225.500.000,00 (tiga puluh tiga miliar

dua ratus dua puluh lima juta lima ratus ribu rupiah).

PT. Inter Sport Marketing juga mengalami kerugian

immateriil, yang mana PT. Inter Sport Marketing selaku Penggugat

yang merupakan penerima lisensi master right holder untuk seluruh

wilayah Republik Indonesia telah tercoreng nama baik, citra

maupun kredibilitas dimata dunia internasional khusunya FIFA,

yang mengakibatkan PT. Inter Sport Marketing mendapatkan

teguran langsung dari FIFA.

Dalam Putusan Pengadilan Niaga Semarang pada tanggal

11 Juni 2015, Hakim mengabulkan gugatan dari PT. Inter Sport

Marketing selaku Penggugat dan menyatakan New Metro Hotel

selaku Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan

hukum dan menimbulkan kerugian kepada PT. Inter Sport

Marketing .

New Metro Hotel selaku Tergugat mengajukan kasasi

kepada Mahkamah Agung (MA). Mahkamah Agung melalui putusan

Nomor 518/PDT.SUS-HKI/2015 tahun 2015 memberikan putusan

bahwa New Metro Hotel bebas dari semua gugatan ganti rugi

kerugian materiil dan imateriil yang dilayangkan oleh PT. Inter Sport

Marketing . MA berpendapat bahwa Tergugat mengadakan

kegiatan nonton bareng di kafe miliknya dan menyediakan siaran


18

Piala Dunia FIFA 2014 dari Lembaga Penyiaran swasta tidak

berbayar yaitu AnTV dan TV One sehingga objek gugatan bukan

mengenai hak cipta tetapi "hak terkait dengan hak cipta".

Mahkamah Agung menilai gugatan yang dilayangkan oleh PT. Inter

Sport Marketing terhadap New Metro Hotel adalah gugatan tidak

sempurna dikarenakan gugatan yang diberikan oleh PT. Inter Sport

Marketing adalah gugatan yang Obscuur libel terhadap objek yang

disengketakan dan gugatan yang Plurium Litis Consortium atau

gugatan kurang pihak.

Oleh karena itu untuk menilai ada atau tidak adanya

pelanggaran terhadap hak terkait dengan hak cipta tersebut maka

seharusnya Penggugat menarik 2 lembaga penyiaran yaitu AnTV

dan TV One, hal mana tidak terbukti adanya dalam gugatan a quo

sehingga gugatan Penggugat dalam perkara a quo adalah gugatan

tidak sempurna, karena itu sudah seharusnya dinyatakan tidak

dapat diterima.

Putusan MA ini jelas berbeda dengan kasus serupa yang

terjadi di Alila Villa Soori Hotel Bali. Alila Villa Soori Hotel Bali di

dalam putusannya tetap dihukum membayar ganti rugi Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT. Inter Sport

Marketing karena menyiarkan Piala Dunia FIFA 2014 ke kamar-

kamar melalui saluran tv berbayar, akan tetapi hal itu dilakukan

tanpa memiliki izin kepada PT. Inter Sport Marketing .


19

Dalam kasus yang sama, MA juga menghukum Sun Star

Motor Semarang sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah). Dikarenakan di lokasi kegiatan nonton bareng, Sun Star

Motor memasang berbagai spanduk di berbagai titik sehingga

seolah-olah Mitsubishi adalah sponsor resmi Piala Dunia yang

digelar di Brazil.

Anda mungkin juga menyukai