Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aliza Yasmin Rasyidah

NPM : 21051010013
Kelas : Bela Negara G110
Dosen Pembimbing : Ir. AKMAL SURYADI, M.T

BUDAYA / JATI DIRI LINGKUNGAN SEKITAR


KEDIRI
Kota Kediri terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto, Kota, dan Pesantren seluas
63,40 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 240.979 jiwa, dan 46 kelurahan.
Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Mojoroto (24,6 km2 ) sedangkan
kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Kota (14,9 km2 ). Salah satu potensi
pariwisata yang ada di Kota Kediri adalah Jalan Dhoho. Jika dikelola secara profesional, maka
pengembangan jalan Dhoho dan sekitarnya sebagai obyek wisata belanja ini, bisa berhasil
semacam Jalan Malioboro di Jogjakarta. Karena keberadaan Dhoho sendiri sebagai pusat
keramaian, kini sudah tercipta. Aset obyek wisata-agama di Kabupaten Kediri, yaitu Gua Maria
Puh Sarang, bisa ”dimanfaatkan” untuk mengembangkan Dhoho.

 Kehidupan sehari hari

Menurut data Badan Pusat Statistik (2015), masyarakat Kediri memiliki mata
pencaharian sebagai petani , karyawan, pedagang, pengrajin/industri kecil, dan lain-lain.
Kabupaten Kediri empat potensi daerah, yaitu perikanan, pertanian, perkebunan, dan
produk-produk unggulan. Potensi perikanan mengembangkan beberapa sentra
pembenihan serta budidaya ikan lele dan ikan koi.

Petani
Komoditas pertanian yang didominasi oleh produk tanaman pangan.
Misalnya saja padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, sayur-
mayur, dan buah-buahan. Hasil pertanian yang merupakan produk unggulan
Kabupaten Kediri adalah tebu, nanas, mangga Podang, dan lain-lain.
Karyawan
Tidak hanya bertani maupun berkebun masyarakat Kediri juga ada yang sebagian
bekerja di pabrik maupun kantor.

Pedagang

Pengrajin/industri kecil
 Museum
Fungsi khususnya adalah mengoleksi benda cagar budaya yang berasal dari alun-
alun Kota Kediri. Peresmian museum diadakan pada tahun 1992. Koleksi museum telah
ada sejak tahun 1951, tetapi tempat awalnya di paseban alun-alun. Akibat
pembongkaran bangunan, koleksinya dipindahkan ke Pemandian Kuak atau Pemandian
Tirtoyoso. Bangunan yang menyimpan cagar budaya di Pemandian Tirtoyoso kemudian
dijadikan sebagai museum pada tahun 1982.
Namanya adalah Museum Tirtoyoso. Pada perkembangan berikutnya didirikan
bangunan baru yang disebut Museum Airlangga. Koleksi Museum Tirtoyoso kemudian
dipindahkan ke Museum Airlangga mulai tanggal 20 November 1991 hingga 31
Desember 1991. Landasan pemindahannya adalah kebijakan dengan nomor surat RIK
No.2/1982 tentang pengembangan objek pariwisata Kota Kediri ke arah barat Sungai
Brantas

 Adat & Tradisi

Upacara menolak bala jata suro : Larung sesaji Gunung Kelud


Larung sesaji Gunung Kelud merupakan ritual adat yang dilakukan tiap
tahun di Kawah Gunung Kelud. Menurut cerita dari narasumber, ritual ini
merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi oleh umat Hindu di
Kediri. Selain itu, ritual ini juga digelar sebagai bentuk penghormatan pada
penguasa Gunung Kelud dan untuk menolak balak sumpah Lembu Suro.
Upacara meminta hujan yang berubah jadi kesenian (Tiban)
Tiban merupakan rangkaian upacara ritual sakral, bertujuan untuk
meminta hujan ketika kemarau panjang. Dalam perkembangannya, Tiban
berubah menjadi sebuah kesenian pertunjukan. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kediri menetapkan kesenian Tiban sebagai budaya khas
Kabupaten Kediri.

 Makanan

Anda mungkin juga menyukai