Anda di halaman 1dari 5

Nama : Pandu Yudistira Syahbani

NPM / No. Absen : 18.1.01.10.0009 / 05


Kelas : 3B
Mapel : Bahasa Indonesia

Tugas :
 Bacalah teks Mengungkap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kediri sebagai Upaya
Pelestarian Budaya Bangsa Indonesia!
 Tutuplah teks tersebut kemudian jawablah pertanyaan berikut!

Pertanyaan :
1. Jelaskan ide pokok tiap paragraf teks di tersebut!
2. Siapa nama tokoh tokoh yang diangkat dalam artikel tersebut?
3. Apa yang menyebabkan kearifan lokal Kediri tetap dijalankan oleh masyarakat Kediri?
4. Buatlah ringkasan isi teks diatas dalam beberapa kalimat!
5. Baca ringkasan isi teks milik temanmu kemudian tanggapi!
6. Temukan frasa dan kata majemuk yang terdapat dalam teks! 

Jawaban :
1. Ide pokok tiap paragraf
Latar Belakang Budaya
 Mayoritas masyarakat Kediri berasal dari suku Jawa.
 Ritual Larung Sesajiini dilakukan tiap tanggal 23 Suro.
 Larung sesaji Gunung Kelud merupakan ritual adat yang dilakukan tiap tahun di
Kawah Gunung Kelud.
 Gunung Kelud dalam legenda bukan berasal dari gundukan tanah yang meninggi
secara alami.Seperti halnya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, Gunung
Kelud terbentuk dari sebuat cerita penghianatan cinta seorang putribernama Dewi
Kilisuci terhadap Lembu Suro. Dewi Kilisuci adalah putri Jenggolo yang terkenal
akan kecantikannya.
 Lembu Suro adalah legenda rakyat berwujud seorang pemuda berkepala kerbau.
Dia adalah Raden Wimba, putera Adipati Blambangan yang dikutuk oleh sang
Ayah karena kelakuan buruknya. Karena rupanya yang aneh tersebut, Dewi
Kilisuci menolak lamarannya.
 Lembu Suro juga bersumpah akan merusak tanah kerajaan Jenggolo setiap dua
windu sekali. Mendengar sumpah Lembu Suro, Raja Jenggolo kemudian
berinisiatif melakukan Larung Sesaji untuk menolak balak sumpah Lembu Suro.
 Larung Sesajidijadikan sebagai wujud rasa syukur masyarakat lereng Gunung
Kelud atas hasil pertanian yang melimpah oleh tanah yang subur.
Latar Belakang Sosial
 Kediri adalah kota yang majemuk. Namun demikian, mayoritas penduduk Kediri
beragama Islam dan lainnya menganut Protestan, Katholik, Hindu, Budha, dan
Konghucu.
 Masyarakat Kediri dapat hidup berdampingan dengan damai adalah dengan di
bangunnya Gua Maria Lourdes di Desa Poh Sarang Kecamatan Semen Kabupaten
Kediri.
 Poh Sarang adalah nama sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Semen,
terletak di sekitar 10 km arah Tenggara Kota Kediri.
 Gua Maria Lourdes atau disebut juga Gereja Poh Sarang adalah gereja Katholik
Roma oleh Ir. Henricus Maclaine Pont pada tahun 1936 atas permintaan pastor
paroki Kediri pada waktu itu, yaitu Pastor H. Wolters, C.M.
 Di dalam area gereja terdapat mata air yang dipercaya oleh penduduk sekitar
mampu menyembuhkan segala macam penyakit.
Sistem Pertanian dan Irigasi
 Beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Timur berkembang pada kondisi
geografis yang didukung sungai Brantas.
 Sebelum kehadiran teknologi bercocok tanam modern prasasti, karya sastra, dan
relief terdapat keterangan yang berhubungan dengan pertanian di Jawa.
 Jenis-jenis pertanian pada dasarnya dapat dibedakan menjadi: pertanian lahan
kering dan lahan basah.
 Keberhasilan pertanian masyarakat Siman dimulai sejak jaman kerajaan
Kadiri.Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Harinjing.
 Prasasti Harinjing A adalah prasasti yang ditemukan paling tertua yang menyebut
nama Kediri pada Maret 804 Masehi.
2. Tokoh-tokoh yang diangkat dalam artikel :
Lembu Suro/Raden Wimba, Dewi Kilisuci, Raja Jenggolo, Adipati Blambangan, Ir.
Henricus Maclaine Pont, Pastor H. Wolters, C.M. Insinyur, M.M. Sukarton Kartoatmojo,
Sri Maharaja Rake Layang Dyah Tulodong, Bhagawanta Bari.

3. Penyebab kearifan lokal Kediri tetap dijalankan sampai saat ini :


Yaitu Mayoritas masyarakat Kediri adalah suku Jawa yang kental dengan adat Jawa
dengan melakukan beberapa ritual untuk pelestarian alam. Kediri tak hanya menyimpan
satu kearifan lokal. Contohnya Seni jaranan ialah salah satu kesenian yang masih eksis
dan digemari masyarakat Kediri hingga saat ini.

4. Ringkasan isi teks artikel :


 Masyarakat indonesia belum siap dalam menghadapi globalisasi dari berbagai
aspek.
 Mayoritas masyarakat kediri masih melestarikan budaya jawa misalnya ritual
adat di gunung kelud untuk menolak bala.
 Ritual Larung Sesaji untuk menolak balak dari sumpah Lembu Suro juga sebagai
wujud rasa syukur hasil pertanian yang melimpah.
 Mayoritas penduduk Kediri beragama Islam dan lainnya menganut Protestan,
Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
 Poh Sarang adalah nama sebuah desa yang ada di Kota Kedir.
 Poh Sarang terdapat gereja, di area gereja terdapat mata air yang dipercaya oleh
penduduk sekitar mampu menyembuhkan segala macam penyakit.
 Prasasti Harinjing membuktikan bahwa masyarakat Kediri memiliki tradisi
mengelola pertanian yang subur.

5. Tanggapan terhadap ringkasan isi teks milik temanmu :


Nama : Moch. Rizal Ma’arif
Tanggapan :
Menurut saya ringkasan milik Rizal sudah lengkap mulai ide pokok tokoh-tokoh dalam
cerita, penyebab kearifan local Kediri Tetap di jalankan sampai saat ini, ringkasan dan
kata frasa dan majemuk sudah lengkap. Tetapi ide pokok yang di tulis terlalu banyak.
Nama : Muhammad Hasan Basri
Tanggapan :
Bahwa menurut saya tokoh yang diangkat dari artiker kurang satu dan untuk penyebab
kearifan lokal Kediri yang masih dijalankan sampai sekarang tidak menyebutkan contoh
apa saja kearifan lokal Kediri yang masih dijalankan selain selain ritual pelestarian alam.

Nama : Wilsen Qurrota A’yun


Tanggapan :
Menurut saya Ringkasan milik Wilsen sudah lengkap, pembahasannya juga sudah bagus
tidak terlalu banyak. Tokohnya juga sudah lengkap.

6. Frasa dan kata majemuk :


Frasa :
 Agama Islam
 Budaya lokal
 Rasa syukur
 Kearifan Lokal
 Bercocok Tanam/Cocok Tanam
 Lahan kering
 Nasi Putih, Nasi Tumpeng, Nasi Kuning
 Ritual Larung Sesaji
 Lereng Gunung
 Dataran rendah
 Kitab Mahabarata

Kata Majemuk :
 Tolak Bala
 Turun Temurun
 Lauk Pauk
 Hasil bumi
 Laut Lepas
 Amukan banjir
 Cikal bakal
 Bapak aksa
 Protes alam
 Mata penceharian
 Ibu bumi
 Mata air

Anda mungkin juga menyukai