Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Najib Aisar S

NIM : 19. 01. 1. 446

Semester : V

Prodi : Metodologi Islam Nusantara

Dosen Pembimbing : Ust. Reza Fahlepi, M. Hum

Judul TRADISI BUDAYA MASYARAKAT ISLAM DI TATAR


SUNDA (JAWA BARAT)
Volume dan Halaman Volume 1 Nomor 1 (2019) 37-51
Penulis Budi Sujati
Reviewer Muhammad Najib Aisar S
Tanggal 1 Januari 2022
Tujuan Meriview Jurnal 1. Untuk memperbanyak wawasan dan memperkuat akal.
2. Untuk melihat beberapa perkembangan adat istiadat dari
tahun ke tahun.
3. Supaya mengetahui lebih dalam lagi siapa, bagaimana,
Islam berkembang pada wilayah Jawa Barat.
4. Untuk meringkas sebuah jurnal agar mampu di baca
dengan mudah bagi si pembaca.
Inti dari Jurnal 1. Sejarah Masuknya Islam ke Tatar Sunda
Islam datang pada wilayah Tatar Sunda dengan aman dan damai.
Warga sekitar mampu menerima Islam dengan baik tanpa
pertumpahan darah. Islamisasi pada Tatar Sunda di lakukan
seorang wali sembilan (Walisongo) yaitu Sunan Gunung Djati.
Purwaka Caruban Nagari mengkisahkan bahwa wilayah-wilayah
yang berhasil di Islamkan selain kota Cirebon yaitu Kuningan,
Sindangkasih, Luragung, Talaga, Ukur, Indralaya, Imbanganten
dan Bantar.
Galuh dan Sumedang memeluk agama Islam yang dibawa oleh
salh satu utusan dari Cirebon pada era Sunan Gunung Dzati.
Warga wilayah Luragung memeluk agama Islam pada tahun
1481. Warga Galuh, Talaga, Kuningan memeluk agama Islam
pada tahun 1530. Warga Rajagaluh memeluk agama Islam ada
tahun 1528.
Rakyat Majalengka menceritakan bahwa wilayah Majalengka di
Islamkan oleh utusan dari Cirebon dibawah pimpinan Pangeran
Muhammad dan Siti Armila. Menurut warga Garut
mengkisahkan Prabu Kian Santang sempat berselisih dengan
ayahnya karena beliau ingin menyebarkan Islam pada wwilayah
dibawah kuasa Sunda. Akan tetapi, tidak diizinkan. Lambat laun
Kian Santang diperbolehkan untuk menyebarkan Islam di
wilayah kerajaan Sunda. Penyebaran agama Islam wilayah
Banten Pedalaman, dilakukan oleh Pangeran Hasanudin pada
tahun 1526-1552. Selepas meninggalnya Sultan Hasanudin
Banten, agama Islam di lanjutkan oleh anaknya yang bernama
Pangeran Hasanudin pada tahun 1570-1580. Kerajaan Sunda
pada tahun 1527 mengalami kesulitan berkomunikasi. Karena,
letak ibu kota kerajaan Sunda berada di plosok. Sehingga
kesulitan dengan suatu daerah yang telah di Islamkan tersebut.
Walaupun ibu kota kerajaan Sunda berada pada pedalaman,
kerajaan Sunda dapat mempertahankan suatu kerajaannya hampir
setengah abad. Masuknya Islam pada Tatar Sunda dibagi menjadi
2 bagian yaitu; bagian barat yang mana pusatnya adalah Banten
Selatan, Jakarta, Bogor, dan Sukabumi. Bagian Timur pusatnya
adalah Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Cianjur,
Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.
Peran pondok pesantren tidak luput dari penyebaran agama
Islam. Pesantren yang saat ini semakin banyak di Nusantara
mengajarkan tentang agama Islam. Pesantren sebagai basis
melahirkan ulama, karena dengan lahirnya ulama ajaran agama
Islam dapat berkembang mengiringi perekembangan zaman.
Para penyebaran agama Islam waktu zaman dahulu membuat
langgar untuk para masyarakat yang telah memeluk agama Islam.
Langgar tersebut dijadikan sebagai tempat untuk belajar agama
Islam. Semakin berkembangnya zaman, langgar tersebut sudah
mulai berkurang dan Pesantren sebagai modern nya semakin
pesat berkembang.
2. Hukum Islam di Tatar Sunda
Sejak masuknya Islam pada Tatar Sunda yang diterima dengan
baik tanpa menumpahkan darah yang mana Islam masuk dengan
membawa budaya yang di samakan dengan budaya Sunda tanpa
menghilangkan karakteristik kedua budaya tersebut. Dalam
akulturasi kedua budaya melahirkan suatu hukum Islam dan
budaya Sunda yang hingga samapai zaman ini masih terus
berkembang pada masyarakat sekitar, sehingga menimbulkan
kebiasaan. Diantara budaya tersebut ialah;
 Aqiqah
Aqiqah adalah penyembelihan hewan qurban selepas
melahirkan seorang anak. Hewan yang bisa disembelih
merupakan hewan yang tertentu saja seperti, kambing,
domba. Yang mana penyembelihannya tersebut dilaksanakan
ketika umur dari anak tersebut 7 hari dari kelahirannya.
Biasanya ketika waktu penyembelihan tersebut, di
barengkan dengan mencukur dari bayi tersebut dan diiringi
dengan maulid Nabi. Pada adat Sunda biasanya kegiatan
aqiqah tersebut mengadakan syukuran dan membuat
tumpengan. Tetangga dan kerabatnya pun turut di undang
untuk mendoakan bayi tersebut.
 Khitanan
Khitanan tersebut salah satu kewajiban umat Islam, yang
mana khitanan tersebut atau yang biasanya dikenal dengan
sunat, adalah memotong bagian kulit bawah kemaluan laki-
laki supaya bisa dibersihkan kotoran yang berada
dibawahnya. Dalam tradisi Sunda biasanya khitanan tersebut
di barengkan dengan hajatan. yang mana hajatan tersebut
mengundang warga kampung untuk memeriahkan hajatan
tersebut.
 Perkawinan
Perkawinan suatu kewajiban pada agama Islam. Adanya
seorang wali, mahar, saksi dan petugas pencatat nikah
merupakan bagian dari hukum agama Islam yang diterima
oleh kalangan Tatar Sunda. Pada adat Sunda sebelum
melaksanakan perkawinan, dari pihak laki-laki memberikan
sebuah seserahan, yang mana seserahan ini identik dengan
kebutuhan mempelai wanita. Adat seserahan ini biasanya
disebut dengan lamaran. Adat tersebut hingga saat ini masih
bertahan sampai zaman sekarang.
 Kematian
Kematian akan terjadi pada mahluk yang hidup di dunia ini.
Pada adat Sunda, ketika ada seseorang yang meninggal
dunia para warga sekitar memberikan bantuan dan
menghibur keluarga musibah tersbut. Adat yang diterapkan
oleh masyarakat Sunda ini sejalan dengan yang
diperintahkan Rasulullah. Yaitu ber Ta’ziyah. Warga sekitar
baik perempuan, laki-laki saling bergotong royong. Dari
pihak laki-laki membantu prosesi mayit. Diantaranya
memandikan (bagi mayit laki-laki), mensholatkan,
mengkafankan, dan mengkuburkan.dari pihak perempuan
menyediakan hidangan bagi para pelayat. Selepas dari itu
semua, pada esok harinya dilakukan slametan, yang mana
slametan ini tujuannya untuk mendoakan si mayit. Slametan
dilakukan pada hari tersebut, diantaranya 3, 7, 21, 40, 100
sampai 1000. Adat itu semua sampai saat ini masih
dijalankan.
 Warisan
Adat warisan ini masih dilakukan oleh masyarakat Sunda.
Warisan adalah harta peninggalan orang tua yang telah
meninggal dunia. Harta warisan tersebut dibagikan kepada
anggota keluarga mayit. Pembagian tersebut sama yang
diajarkan oleh agama islam, yang mana pembagian tersebut
disebut dengan faraid. Perempuan dan laki-laki
mendapatkan harta warisan yang berbeda jumlahnya.
Kesimpulan Zaman akan semakin berkembang, adat istiadat pun akan
semakin berbeda. Oleh karena itu bagi para pemuda agar selalu
menjaga budaya yang diajarkan oleh nenek moyang agar terus
berkembang dan terjaga budaya tersebut. Tantangan zaman akan
semakin sulit, tugas kita hanya terus menjaga suatu budaya.
Jangan sampai berkembangnya zaman, budaya yang dahulu kita
kerjakan dikemudian hari menghilang.
Letak Islam Nusantara Letak keislaman Nusantara terdapat dari beberapa budaya yang
telah di paparkan diatas seperti khitanan, perkawinan, aqiqah,
warisan.
Daftar Pusaka Abdurrahman. (2004). Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: Akademika Presindo.
Abdurrahman. (2015). Sunda the Islam. Bogor: Majelis Penulis.
Ekajati, E. S. (1984). Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan
Sejarah Jilid I. Jakarta: Girimukti Pustaka.
Hurgronje, C. S. (1931). Mekka in the Latter Part of the 19th
Century. (J. Monahan, Trans.) London: Luzac & Co.
Khaldun, I. (2000). Muqaddimah Ibnu Khaldun. (T. Ahmadie,
Trans.) Jakarta: Pustaka Firdaus.
Musthafa, H. H. (2010). Adat Istiadat Sunda. Bandung: Penerbit
Alumni. Nina Herlina Lubis, d. (2011). Sejarah Perkembangan
Islam di Jawa Barat. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan
Indonesia Cabang Jawa Barat. Noer, D. (2000). The Modernist
Muslim Movement in Indonesia: 1900-1942. Singapore : Oxford
University Press. Pals, D. L. (2012). Seven Theories of Religion.
(I. R. Munzir, Trans.) Yogyakarta: IRCiSoD. Raffles, T. S.
(2015). The History of the Java. (E. Prasetyaningrum, Trans.)
Jakarta: Narasi. Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian
Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya,.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rosidi, A. (1989). Kearifan Lokal
dalam Persfektif Bahasa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Suherman, Y. (1995). Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di
Tatar Sunda. Bandung: Penerbit Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai