Anda di halaman 1dari 2

Jaminan Sosial

Kesenjangan ekonomi telah menciptakan masalah sosial seperti kemiskinan dan ketimpangan
sosial. Masalah tersebut merupakan permasalahan multi dimensional, setiap Negara pasti
mempunyai system, strategi, dan pendekatan yang berbeda-beda dalam menanganinya.

Jaminan sosial sendiri sebenanrya sudah muncul di AS pada tahun 1935 untuk mengatasi
permasalahan pengangguran, manula, orang sakit, dan anak-anak yang depresi ekonomi.
Sebagaimana dijelaskan oleh Cheyne, dkk, jaminan sosial pada dasarnya adalah pelaksanaan
fungsi sosial suatu Negara, yaitu bentuk nyata perlindungan Negara terhadap rakyatnya.
Perlindungan tersebut diberikan kepada rakyat yang lemah dalam bentuk santunan kepada orang
yang lemah karena tidak mendapat lapangan pekerjaan akibat mekanisme pasar yang gagal dan
rakyat yang lemah karena kondisi fisiknya.

Jaminan sosial tidak selalu dalam bentuk uang, bisa dalam bentuk barang atau pelayanan seperti
kesehatan, pendidikan, perumahan, dan sebagainya.

Jaminan sosial secara yuridis formal seharusnya bersifat universal karena setiap warga Negara
itu berhak mendapatkan perlindungan jika mencapai hari tua, sakit, cacat, menganggur, dan
meninggal dunia. Konsep tersebut sudah lama dijalankan oleh Negara-negara maju.

Secara formal, Indonesia memang bukan Negara kesejahteraan, namun secara konstitusional
kesejahteraan masyarakat telah dijamin. Ketentuan yuridis atau konstitusional tersebut tidak
terlalu berarti ketika pendekatan yang dilakukan terlampau birokratis atau mengabaikan peran
masyarakat dan pada saat yang bersamaan tidak didukung dengan pendanaan yang memadai.
Sehingga jaminan yuridis yang ada hanya berfungsi sebagai acuan tanpa adanya implementasi
yang jelas.

Secara konseptual, penyelenggaraan jaminan sosial dapat dilakukan melalui pendekatan formal
dan pendekatan informal. Dalam pendekatan formal hanya bergantung pada peran dan dana
Negara. Sehingga pendekatan formal tidak bisa berjalan dengan baik apabila Negara tidak
memiliki dana yang cukup. Selain itu, pendekatan formal cenderung berpihak kepada golongan
masyarakat kelas menengah yang memiliki akses ekonomi dan politik yang lebih baik.
Sementara pendekatan informal terdiri dari pendekatan kebutuhan dasar dengan memanfaat
sumberdaya Negara dan pendekatan sosial yang mengutamakan pemberdayaan dan emosional
antar masyarakat sehingga menciptakan nuansa gotong royong. Jaminan sosial melalui
pendekatan sosial ini baik untuk diimplementasikan di Negara berkembang.

Strategi agar jaminan sosial dapat diimplementasikan dengan baik adalah sebagai berikut.

1. Atur prioritas terlebih dahulu, apa saja yang akan diberikan dan siapa yang berhak
menerimanya
2. Keserimbangan hak dan tanggung jawab. Jaminan sosial akan lebih eektif apabila
berorientasi pada orang-orang yang dapat dikembangan menjadi produktif. Untuk
menjadi produktif, orang butuh pengetahuan, keterampilan, dan training. Selain itu, butuh
lapangan pekerjaan yang layak.

Berlakunya otonomi daerah, ada hal-hal penting yang harus ditanamkan

1. Pemerintah pusat memberikan wewenang penuh kepada daerah untuk mengelola asset-
aset ekonomi daerha. Jaminan sosial bukanlah wilayah ekonomi, melainkan wilayah
hukum atau pelrindungan, sehingga pemerintah pusat tidak bisa lepas tangan dalam
pelaksanaan jaminan sosial di daerah.
2. Otonomi daerah akan bermakna bagi masyarakat ketika pemerintah daerah mampu
menyelenggarakan jaminan sosial bagi segenap lapisan masyarakat
3. Kebijakan mengenai jaminan sosial akan bergeser pada upaya integrasi antar residual,
institusional, dan developmental.

Anda mungkin juga menyukai