Anda di halaman 1dari 2

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja bersama dengan sepuluh putrinya di

sebuah kerajaan yang makmur. Raja menamai putri-putrinya sesuai dengan warna pertama yang
terlihat olehnya saat putrinya lahir. Anaknya yang pertama dinamai Putri Jambon dan adik-
adiknya dinamai Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah
Merona, dan Putri Kuning. Raja adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan mencintai
rakyatnya, sehingga raja menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja dan benar-benar terjun
langsung memperhatikan kondisi rakyatnya. Semenjak permaisuri meninggal, raja lebih
mempercayakan pendidikan kesepuluh putrinya kepada pengasuh mereka.
Putri-putrinya lebih suka bermain-main dan tidak mematuhi jadwal belajar yang sudah
ditentukan raja, hanya Putri Kuning yang giat belajar dan taat. Saat Putri Kuning sedang belajar,
kakak-kakaknya seringkali mengganggu dan mengolok-oloknya. “Buat apa belajar?
Menghabiskan waktu saja. Kita anak raja, apapun yang kita inginkan pasti dikabulkan ayah!
Lebih baik kita bermain daripada belajar bersama si kutu buku itu!” Setelah itu, mereka akan
berlari sembari menertawakan Putri Kuning. Meskipun begitu, Putri Kuning tidak terpengaruh
dan tetap pada pendiriannya, yaitu patuh pada ayahnya dan terus belajar.
Suatu ketika, raja memanggil para pengasuh untuk mengetahui perkembangan belajar
putri-putrnya. Alangkah terkejutnya raja saat mendengar laporan bahwa hanya Putri Kuning
yang patuh mengikuti jadwal belajarnya. Saat itu juga, raja memerintahkan pengasuh untuk
memanggil putri-putrinya. Raja menanyakan alasan mereka tidak mematuhinya. Namun, para
putri hanya tertunduk diam dan tidak berani menatap ayahnya. Lalu, raja menasihati mereka
untuk mau belajar agar kelak memiliki karakter yang kuat dan pintar, sehingga mampu
menggantikannya memimpin kerajaan. Mereka meminta maaf dan berjanji akan mematuhi
ayahnya.
Semakin hari, kelakuan kesembilan putri semakin buruk. Mereka mau mengikuti kelas,
tetapi tidak untuk belajar, melainkan sibuk mengobrol, merias diri, dan hal-hal lain yang
mengganggu kegiatan belajar mereka. Ketika para pengasuh menegur, mereka marah lalu
menyuruh pengasuh untuk diam dan mengurus Putri Kuning saja. Melihat perlakuan kakak-
kakaknya, Putri Kuning yang selama ini diam, tergerak hatinya untuk bicara. Ia menegur mereka
dan berkata, “Tolong jaga sikap kalian! Meskipun hanya pengasuh, tetapi mereka yang
membantu ayah mendidik kita. Jadi, kita harus bersikap sopan dan menghormati mereka.”
Kesembilan putri mengabaikan teguran adiknya dan pergi begitu saja.
Tanpa menghiraukan olokkan kakak-kakaknya, Putri Kuning tetap belajar dan
mengembangkan wawasannya. Ia tumbuh menjadi seorang putri yang percaya diri, berwawasan
luas, dan tangguh. Diamnya selama ini bukan berarti takut, tetapi ia ingin menunjukkan bahwa
hasil dari ketekunannya dalam belajar akan menjadikannya seseorang yang hebat. Ketika kakak-
kakaknya sibuk bersenang-senang, ia justru ikut mendampingi ayahnya berkeliling memantau
kondisi rakyat dan kerajaan. Rakyat sangat menyukai pribadi Putri Kuning yang sopan dan
cerdas, seperti ayahnya.
Beberapa tahun kemudian, raja yang sudah semakin tua mulai berfikir untuk memilih
salah satu putri untuk menggantikannya memimpin kerajaan. Raja memanggil kesepuluh
putrinya untuk mengutarakan maksudnya. Setelah pertemuan itu, Putri Jambon, sebagai putri
tertua merasa percaya diri bahwa dialah yang akan dipilih untuk menggantikan ayah mereka.
“Kalau aku sudah diangkat menjadi ratu, aku akan menempatkan kalian di posisi-posisi
istimewa. Kita biarkan saja si kutu buku itu sendirian!” ujar Putri Jambon dengan angkuhnya.
Putri yang lain serentak tertawa mendengar perkataan kakaknya. “Selamat tinggal Putri Kuning!
Belajar saja terus sampai tua! Hahaha.” ujar mereka. Putri Kuning tersenyum diam mendengar
celotehan kakak-kakaknya.
Hari pengumuman pun tiba, rakyat sudah memenuhi halaman kerajaan dengan perasaan
tidak sabar menunggu pengumuman siapakah penerus raja selanjutnya. Dalam hati, mereka
berharap Putri Kuning yang terpilih menjadi ratu. Tak lama kemudian, raja dengan kesepuluh
putrinya dan seluruh penasihat kerajaan tiba di balkon kerajaan. Raja dan para putri
melambaikan tangan dan rakyat menyambut dengan sorak-sorai yang meriah.
“Wahai rakyatku, aku mengucapkan terima kasih atas dukungan kalian selama aku
memimpin. Setelah ini, aku akan mengumumkan putri yang aku percaya, pantas, dan mampu
untuk meimpin kerajaan. Aku berharap kalian akan mendukung ratu sebagai pemimpin yang
baru.” Ujar raja

Anda mungkin juga menyukai