PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini begitu banyak jenis cedera medis yang dialami oleh pasien
sehubungan dengan kesalahan identifikasi pasien. Berbagai bentuk kesalahan
identifikasi pasien dapat dijumpai dalam pelayanan, seperti:
Pemberian obat yang benar pada pasien yang salah
Pembedahan dilakukan pada salah pasien (wrong-person surgery)
Pembedahan pada sisi yang salah (wrong-site sugery) misal operasi pada
ginjal yang sehat, amputasi pada tungkai yang sehat
Penyerahan hasil patologi anatomi pada pasien yang salah
Pemeriksaan imaging pada pasien yang salah
Pemberian transfusi darah pada pasien yang salah
Pengambilan spesimen (darah, dsb) pada orang yang salah
Menyerahkan bayi pada orang tua yang salah
Penyerahan jenazah pada keluarga pasien yang salah
1
Pusat penelitian Departemen Bedah di John Hopkins (USA) pernah meneliti
21.351 spesimen bedah. Ditemukan 91 kesalahan identifikasi; di antaranya 18
spesimen tidak berlabel, 16 wadah kosong, 16 salah sisi, 14 salah lokasi
pengambilan jaringan, 11 salah pasien, 9 tidak tercantum nama pasien dan 7 tidak
tercantum lokasi jaringan. Kesalahan identifikasi terjadi sebesar 0,512 % pada
spesimen yang berasal dari bagian rawat jalan dan 0,346 % pada spesimen yang
berasal dari kamar operasi. Kejadian semacam ini umum terjadi dan
menimbulkan resiko bagi seluruh pasien. Angka prevalensinya sekitar 4,3 per
1000 spesimen bedah atau 182 spesimen dengan label yang salah per tahun.
Pada tahun 2002, the MEDMARX memperlajari 8.196 kasus salah obat yang
berhubungan dengan kesalahan identifikasi pasien. Syukur bahwa7,284 (89 %)
kesalahan tidak sampai merugikan pasien, hanya sekitar 1,4 % yang berdampak
serius pada pasien.
Menurut studi dari SHOT (Serious Hazard of Transfusion) selama lebih lima
tahun memperlihatkan bahwa 61 % dari insiden reaksi transfusi yang terjadi
berkaitan dengan pemberian transfusi pada pasien yang salah. Sebagai akibatnya
11 pasien meninggal dan sebagian kasus lain harus dirawat di ICU. Dari 15.503
kesalahan dalam laboratorium, kesalahan identfikasi terjadi pada 287 kasus.
Berdasarkan laporan dari Carraro dan Plebani kesalahan identifikasi laboratorium
pada fase preanalitik terjadi sebesar 8,8%.
Kesalahan identfikasi dimungkinkan oleh beberapa faktor, seperti:
kompleksitas dalam pelayanan dan keterbatasan petugas (baik fisik maupun
mental). Dalam sehari berapa ribu petugas laboratorium memproses pemeriksaan
spesimen, baik pada fase preanalitik (pengambilan, penandaan, pengumpulan,
interpretasi permintaan), analitik (pemrosesan sampel) maupun postanalitik.
Berapa puluh ribu kegiatan dalam sehari yang harus dilakukan oleh semua
perawat,bidan, petugas farmasi yang semuanya memerlukan interaksi petugas
dan pasien. Berapa ribu pengisian lembar permintaan pemeriksaan (laboratorium,
resep obat) dalam sehari yang dikerjakan oleh petugas kesehatan. Berapa ribu
komunikasi terjadi dalam sehari antara dokter-dokter, dokter dengan perawat
2
dokter-pasien, perawat dan petugas kesehatan lainnya dengan pasien. Semua
proses demi proses tersebut sangat memungkinkan untuk terjadinya suatu
kesalahan (human error) – kesalahan identifikasi salah satu di antaranya.
Melihat betapa kompleksnya persoalan di atas, maka akhinya WHO
Collaborating Centre for Patient Safety memasukkan identifikasi pasien sebagai
salah satu dari “Sembilan Solusi Life Saving Keselamatan Pasien” (Nine Life Saving
Patient Safety Solutions).
B. PEDOMAN AKREDITASI
Dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jendral Bina
Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada
Joint Commission International (JCI).
Pada penilaian keselamatan pasien sasaran I menyatakan bahwa Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau memberikan pengobatan/ tindakan
lain.
Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sediktinya dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti; nama pasein, nomor rekam medis, tanggal lahir,
gelang identitas pasien dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi
pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memberikan pelayanan yang aman dan nyaman kepada pasien dengan
cara mengidentifikasi pasien secara benar.
3
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan
Menyesuaikan pelayanan atau pengobatan terhadap individu
tersebut.
4
BAB II
5
2. Pada pasien rawat jalan: mencocokkan identitas (nama, tanggal lahir,
nomor rekam medis) pada kartu berobat pasien/ slip berobat dengan
stiker label identitas pada rekam medis (identitas di SIMRS, bon
pemeriksaan, atau resep pasien).
Keterangan:
Metode aktif dan pasif digunakan bersamaan pada seluruh pasien rawat inap/
rawat jalan (pasien klinik, penunjang medis, IGD) yang kompeten atau
didampingi keluarga/ petugas yang mengantar.
Metode aktif saja digunakan pada pasien rawat jalan yang kompeten atau
didampingi oleh keluarga/ petugas yang mengantar) dari luar yang tidak
mendapat nomor rekam medis, misalnya digunakan oleh bagian laboratorium.
Metode visual saja digunakan pada setiap pasien rawat inap/ rawat jalan yang
tidak kompeten (tanpa adanya pendampingan keluarga/ petugas yang
mengantar) atau pada pasien/ keluarga yang menolak untuk identifikasi secara
aktif.
Macam-macam warna gelang yang digunakan di RS Medika Utama Permata:
1. Gelang identitas
a. Merah muda: pasien rawat inap perempuan/ bayi perempuan (P).
b. Biru muda: pasien rawat inap laki-laki/ bayi laki-laki.
2. Gelang penanda
a. Kuning: pasien beresiko jatuh
b. Merah: alergi (obat/ makanan)
c. Ungu: Do Not Resuscitate
Yang termasuk ke dalam kategori pasien tidak kompeten adalah sebagai berikut:
a. Gangguan jiwa
b. Gangguan kesadaran
c. Retardasi mental
d. Hambatan berbicara (disartria)
e. Hambatan bahasa
f. Anak yang belum mengerti nama dan tanggal lahirnya
6
g. Tuna rungu
h. Tuna wicara
i. Meninggal dunia
Informasi yang tercetak pada gelang identitas pasien meliputi:
a. Nama lengkap pasien (sesuai identitas resmi: KTP/ SIM/ Paspor)
b. Tanggal lahir (bila tidak diketahui tanggal lahir digunakan tanggal MRS – sampai
diketahui identitas yang sebenarnya dan dilakukan perubahan data pada sistem
database RS/ rekam medis pasien. Sementara tanggal lahir belum jelas, proses
identifikasi pasien secara aktif tidak menggunakan tanggal lahir – tetapi
menggunakan identitas tambahan.
c. Nomor rekam medis
Informasi yang tercetak pada kartu berobat pasien meliputi:
a. Nama lengkap pasien (sesuai identitas resmi: KTP/ SIM/ paspor)
b. Tanggal lahir (atau menggunakan tanggal MRS, sampai diketahui identitas
yang sebenarnya dan dilakukan perubahan data pada sistem database rumah
sakit/ rekam medis pasien)
c. Jenis kelamin (L: laki-laki/ P: perempuan)
d. Nomor rekam medis
8
l. Penyerahan organ tubuh
m. Penyerahan bayi baru lahir
n. Pembagian makanan
o. Pelayanan administrasi
p. Penyerahan jenazah
9
e. Bayi baru lahir (SC), gelang dipasang di kamar operasi oleh bidan yang
mengikuti operasi, disaksikan ibu bayi atau bila ibu bayi tidak sadar
pemasangan gelang disaksikan oleh seorang perawat OK.
f. Pasien ODC dipasang gelang oleh perawat ODC. Pasien ODC operasi, gelang
dipasang di OK oleh perawat OK.
g. Pasien rawat jalan tidak dipasang gelang identitas.
10
F. PELEPSASAN GELANG PASIEN
Pelepasan gelang identitas dan/ atau gelang resiko dilakukan pada saat:
a. Pasien akan pulang
b. Pasien alergi dengan bahan gelang
c. Pasien dirujuk ke RS lain
d. Gelang longgar/ rusak (harus segera diganti baru) sesuai prosedur awal
pemasangan).
e. Perubahan identitas melalui bagian registrasi
f. Pasien meninggal dunia
g. Status pasien berubah menjadi resiko rendah jatuh melalui asesmen resiko
jatuh (gelang resiko berwarna kuning dilepas, sedangkan gelang identitas
pasien tetap terpasang).
WHO menyarankan materi edukasi standar untuk pasien dan keluarga meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Penjelasan tentang resiko kesalahan identitas yang mungkin terjadi.
11
2. Meminta pasien dan keluarga untuk turut memverifikasi identitasnya.
3. Meminta pasien untuk aktif bertanya dan mencocokkan pemeriksaan,
tindakan medis atau obat-obatan sebelum diberikan.
4. Mendorong pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam keseluruhan
proses identifikasi dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
ketepatan jenis layanan yang mereka terima.
12
BAB III
TATALAKSANA
13
1. Pada pasien yang kompeten dalam berkomunikasi: tanyakan langsung
kepada pasien; nama lengkap (sesuai KTP/SIM/paspor) dan tanggal lahir. Bila
tidak diketahui dengan jelas/ terdapat kesamaan nama lengkap dan tanggal
lahir, maka digunakan identitas tambahan berupa (berurutan):
Alamat tempat tinggal pasien
Nama orang tua/ isteri/ suami/ keluarga terdekat
Agama
Pekerjaan
No. Telpon/ HP
2. Pada pasien yang tidak kompeten dalam berkomunikasi: tanyakan identitas
pasien kepada keluarga dan atau petugas yang mengantar pasien.
3. Mencocokkan jawaban pasien/ keluarga/ petugas yang mengantar dengan
identitas yang tertera pada:
4. Khusus bagian administrasi: mencocokkan stiker label identitas pada form
pelayanan administrasi (nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, no.rekam
medis) dengan stiker label identitas pada lembar rincian biaya perawatan.
14
D. CARA MENGIDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR KEMBAR (GEMELLI)
Identifikasi bayi baru lahir kembar dilakukan secara:
1. Aktif: Menanyakan nama lengkap ibu bayi dan tanggal lahir bayi (identitas
tambahan: jenis kelamin bayi, tanggal lahir ibu).
2. Pasif: Mencocokkan identitas yang tertera pada gelang identitas ibu dan bayi:
Nama lengkap ibu, diikuti angka 1,2,3,dst. Sesuai dengan urutan
kelahiran bayi (mis; By.Ny.Mawar Harum 1, By.Ny.Mawar Harum 2, dst).
Apabila kemudian nama setiap bayi sudah diketahui, maka nama lengkap
ibu diganti dengan nama lengkap masing-masing bayi.
Tanggal lahir bayi
Nomor rekam medis masing-masing bayi.
15
2. Pasien yang menolak pemasangan gelang dan menolak diidennntifikasi
secara aktif: Tempel label identitas di baju pasien (pada dada sebelah kanan/
tempat yang mudah terlihat oleh petugas) melalui prosedur yang sama
dengan prosedur pemasangan gelang identitas.
3. Pasien alergi dengan bahan gelang:
a. Dokumentasikan di catatan keperawatan (rekam medis) pasien sebagai
bukti.
b. Gelang tidak dipasang, sebagai gantinya label identitas ditempelkan di
baju pasien (pada dada sebelah kanan/ tempat yang mudah terlihat oleh
petugas) melalui prosedur yang sama dengan prosedur pemasangan
gelang identitas.
c. Apabila pasien tidak kompeten berkomunikasi dan tidak didampingi oleh
keluarga, maka boleh dipasang tambahan papan identitas (berisi nama
lengkap pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor rekam medis) pada
tempat tidur pasien dengan syarat: pasien tidak dipindahkan dari tempat
tidur.
4. Kasus-kasus dengan penyakit (misalnya: luka bakar luas, fraktur
multiple,dsb):
a. Dokumentasikan di catatan keperawatan (rekam medis) pasien sebagai
bukti.
b. Gelang tidak dipasang dan proses identifikasi selanjutnya dilakukan
secara aktif.
c. Apabila pasien tidak kompeten berkomunikasi dan tidak didampingi oleh
keluarga, maka boleh dipasang papan identitas (berisi nama lengkap
pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor rekam medis) pada tempat
tidur pasien, dengan syarat: pasien tidak dipindahkan dari tempat tidur.
5. Pasien bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR):
Digunakan dua buah gelang identitas:
16
b. Gelang identitas kedua dipasang pada anggota tubuh selain pergelangan
tangan kiri (misal: paha kiri).
18
BAB IV
DOKUMENTASI
19
1. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi saat pemberian obat
2. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi saat penerimaan pasien operasi
3. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi saat penerimaan specimen
4. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi saat pengambilan specimen
5. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi sebelum melakukan pemeriksaan
radiologi
6. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi sebelum menerima pasien masuk
poli
7. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi sebelum menyerahkan darah
8. Ketepatan pelaksanaan proses identifikasi sebelum melakukan tindakan
9. Terlaksananya proses identifikasi saat pemberian obat pagi hari di unit
perawatan
10. Terlaksananya edukasi jenis-jenis gelang
H. SISTEM PELAPORAN
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan pencatatan dan
pelaporan yang meliputi: kondisi potensial cedera (KPC), kejadian nyaris cedera
(KNC), kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan sentinel events yang terjadi
sehubungan dengan kesalahan identifikasi pasien
2. Pencatatan dan pelaporan insiden mengacu pada Buku Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit-PERSI
3. KKPRS membuat form monitoring implementasi SKP 1 yang hasilnya
direkapitulasi setiap tahun kemudian dilaporkan kepada Direksi dan unit terkait.
4. Hal yang dilaporkan dalam laporan tahunan Keselamatan Pasien:
Kondisi potensial cedera
Kejadian nyaris cedera
Kejadian tidak diharapkan
Sentinel events
Indikator keselamatan pasien.
20
5. Waktu pelaporan:
Setiap terjadi Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dilaporkan ke tim KPRS
dalam waktu 1x24 jam (untuk insiden dengan risk grading merah dan
kuning) atau 2x24 jam (untuk insiden dengan risk grading hijau dan biru)
Indikator keselamatan pasien dilaporkan setiap bulan ke tim KPRS
21
BAB V
PENUTUP
22