1. Identitas
Identifikasi merupakan kegiatan untuk membedakan identitas pasien yang satu dengan
yang lainnya secara unik. Identitas minimal terdiri dari: nomor rekam medis, nama pasien,
tanggal lahir dan nama orangtua (untuk pasien anak-anak atau belum menikah), Nomor
Induk Kependudukan atau Passport/ KITAS.
a. Identitas Pasien Umum
Pasien yang datang di tempat pendaftaran adalah pasien yang karena penyakitnya
harus mendapat pelayanan. Petugas rekam medis di TPP menerima pasien dari
semua jenis umur, jenis kelamin dan jenis penyakit. Identitas pasien umum minimal
terdiri dari : Data identitas paling sedikit berisi nomor rekam medis, nama pasien,
Nomor Induk Kependudukan atau Passport/ KITAS, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, dan alamat. Identitas lain dapat ditambahkan sesuai kebutuhan fasilitas
pelayanan kesehatan. nomor rekam medis, nama lengkap pasien, tanggal lahir,
tempat lahir, nama orang tua (bagi anak2 dan atau belum nikah), alamat asal,
alamat domisili, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
tanggal kunjungan pertama.(golongan darah, Nomor HP, alamat email)
b. Identitas Bayi Baru Lahir
1) Pemberian identitas bayi di TPP rawat inap terdiri dari:
a) Nama bayi (bayi, nama ibu kandung), jika Belum Punya Nama
b) Nama ibu
c) Nama ayah
d) Nomor rekam medis
e) Nama dokter atau bidan yang menolong persalinan
f) Tanggal lahir bayi
g) Jam lahir
h) Jenis kelamin (lihat di Kata Hati: ada 5 pilihan⇒ 0=tidak diketahui, 1=laki,
2=perempuan, 3=tidak dapat dikategorikan, 9=tidak berlaku)
”Dalam NIK hanya ada laki dan perempuan”
i) Warna kulit bayi
j) Berat badan
k) Panjang badan
l) Cap ibu jari tangan kanan ibu
m) Cap telapak kaki bayi kanan kiri
Gambar: 3.2.
Gambar 3.3:
Pembukaan isi Rekam Medis untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum:
a. dapat dilakukan pada proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
sidang pengadilan.
b. harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang; dan
c. dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum,
keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis.
Dalam hal pembukaan isi rekam medis dilakukan atas dasar perintah
pengadilan, salinan dokumen rekam medis dapat diberikan dan dokumen asli dapat
diperlihatkan. Pembukaan isi Rekam Medis untuk kepentingan penegakan etik atau
disiplin diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi,
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, atau Konsil masing-masing profesi
tenaga Kesehatan. Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan audit medis
dilakukan melalui kajian terhadap isi rekam medis untuk kepentingan peningkatan
mutu pelayanan. Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan kejadian luar
biasa/wabah penyakit menular dilakukan untuk pelacakan dan pemeriksaan orang
yang pernah kontak dengan pasien dan upaya penanggulangan lain untuk dilakukan
tindak lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembukaan
isi rekam medis dilakukan oleh tenaga kesehatan atau institusi yang berwenang dan
tanpa membuka identitas pasien kepada publik. Pembukaan isi rekam medis untuk
kepentingan penelitian kesehatan sesuai dengan kebutuhan negara dilakukan oleh
peneliti yang diberi kewenangan khusus dari institusi pemerintah pusat. Pembukaan
isi rekam medis untuk kepentingan pendidikan dilakukan oleh peserta didik pada
rumah sakit pendidikan atau wahana Pendidikan bidang kesehatan. Pembukaan isi
rekam medis dilakukan hanya untuk lingkungan terbatas. Pembukaan isi rekam
medis karena adanya ancaman keselamatan orang lain secara individual atau
masyarakat dilakukan oleh tenaga Kesehatan dengan tujuan tindakan pencegahan
terhadap keselamatan Pasien, orang lain, dan masyarakat untuk dilakukan tindak
lanjut oleh institusi dan/atau pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pembukaan isi rekam medis dilakukan oleh Dokter atau Dokter Gigi
penanggung jawab pelayanan pasien. Dalam hal Dokter atau Dokter Gigi penanggung
jawab pelayanan pasien berhalangan, Pembukaan rahasia isi rekam medis dilakukan
oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal pelayanan kesehatan
diberikan oleh tim di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pembukaan rahasia isi rekam
medis dilakukan oleh ketua tim pemberi pelayanan kesehatan. Dalam kondisi ketua
tim berhalangan, pembukaan rahasia isi rekam medis dilakukan oleh salah satu
anggota tim yang ditunjuk.
Pasien dan/atau keluarga pasien yang menginformasikan isi rekam medis
kepada publik melalui media massa dianggap telah melakukan pelepasan hak rahasia
atas isi Rekam Medis. Pelepasan hak memberikan kewenangan kepada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan untuk membuka isi Rekam Medis sebagai hak jawab Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2. Hak Akses
Hak akses pasien terhadap rahasia kedokteran didasarkan pada:
a) Data medis yang tercantum dalam rekam medis. Rekam medis adalah data pribadi
pasien yang merupakan tindak lanjut dari pengungkapan penyakit yang diderita oleh
pasien kepada dokternya. Maka ia pun berhak untuk memperoleh informasi untuk
mengetahui apa saja yang dilakukan terhadap dirinya dalam rangka
penyembuhannya.
Hal ini sudah dijabarkan dalam Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 tersebut
pengaturan tentang persetujuan tindakan kedokteran, dalam melakukan tindakan
kedokteran, dokter harus memberikan penjelasan sekurang-kurangnya mencakup:
1) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
2) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
3) Altematif tindakan lain, dan risikonya;
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
6) Perkiraan pembiayaan.
b) Hubungan hukum antara dokter-pasien untuk berdaya upaya menyembuhkan pasien
(inspanning verbintenis). Hak akses terhadap rahasia kedokteran bisa disimpulkan
sebagai kelanjutan dari hak atas informasi. Atau berdasarkan itikad baik dari pihak
dokter untuk memberikan akses terhadap rekam medisnya yang di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 diberikan dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
c) Hak akses terhadap rekam medis adalah sebagai kelanjutan dari kewajiban dokter
untuk memberikan informasi kepada pasien.
Menurut Markenstein maka kepentingan pasien untuk melihat data rekam medis
adalah :
1) kepentingan yang terletak di bidang finansial dalam arti untuk dapat menilai
apakah ia boleh memperoleh pembayaran kembali ataupun ganti kerugian;
2) kepentingan proses peradilan yang menurut rasa keadilan kedua pihak yang
berperkara seharusnya mempunyai hak akses yang sama terhadap informasi
yang relevan untuk diajukan pada proses peradilan;
3) kepetingan pengobatan yang diperlukan untuk meneruskan pengobatannya pada
pemberi pelayanan lain atas dasar data yang ada;
4) kepentingan yang bersangkutan dalam pengamanan yang menyangkut data
pribadinya (privacy).
Pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan dan memiliki Hak Akses untuk melihat isi
rekam medis:
a. PPA, Dokter dan Dokter Gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan Lain yang memiliki
akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien;
b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;
e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan; dan
f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan, perawatan,
dan/atau manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali:
1) risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
2) risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan
3) risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
e. Penjelasan tentang prognosis meliputi:
1) Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
2) Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
f. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam)
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau
cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan dimaksud dicatat
dan didokumentasikan dalam rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan
penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi
penjelasan dan penerima penjelasan. Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa
penjelasan tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan
penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga
kesehatan lain sebagai saksi.
g. Penjelasan dokter atau dokter gigi
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah satu
dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya. Dalam hal dokter atau dokter
gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung,
maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain
yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan
sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan
yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
h. Perluasan tindakan kedokteran
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang
akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan. Penjelasan kemungkinan
perluasan tindakan kedokteran merupakan dasar daripada persetujuan.
i. Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya
Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien. Setelah perluasan tindakan kedokteran
dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau
keluarga terdekat.
j. Yang berhak memberikan persetujuan
Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat. Pasien yang
kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang-
undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi)
mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan
secara bebas. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. Penilaian terhadap
kompetensi pasien dilakukan oleh dokter pada saat diperlukan persetujuan.
k. Ketentuan pada situasi khusus
Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life support)
pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien. Persetujuan
penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien diberikan setelah
keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan. Persetujuan harus
diberikan secara tertulis. Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai
dengan program pemerintah dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan
masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan.
l. Penolakan tindakan kedokteran
Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan. Penolakan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis. Akibat
penolakan tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien. Penolakan tindakan
kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dan pasien.
m. Tanggung jawab
Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi tanggung
jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran. fasilitas pelayanan
kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran.
Pembukaan isi Rekam Medis tanpa persetujuan pasien dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan meliputi :
1) untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum;
2) audit medis;
3) kejadian luar biasa/wabah penyakit menular;
4) penelitian kesehatan sesuai dengan kebutuhan negara;
5) pendidikan;
6) adanya ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat;
7) kepentingan penegakan etik atau disiplin; dan
8) kepentingan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembukaan isi Rekam Medis untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum:
1) dapat dilakukan pada proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang
pengadilan;
2) harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang; dan
3) dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan
ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis.
Dalam hal pembukaan isi rekam medis dilakukan atas dasar perintah pengadilan, salinan
dokumen rekam medis dapat diberikan dan dokumen asli dapat diperlihatkan.
Pembukaan isi Rekam Medis untuk kepentingan penegakan etik atau disiplin diberikan atas
permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi, Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia, atau Konsil masing-masing profesi tenaga Kesehatan.
Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan audit medis dilakukan melalui kajian
terhadap isi rekam medis untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan.
Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan kejadian luar biasa/wabah penyakit menular
dilakukan untuk pelacakan dan pemeriksaan orang yang pernah kontak dengan pasien dan
upaya penanggulangan lain untuk dilakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pembukaan isi rekam medis dilakukan oleh tenaga kesehatan atau institusi yang berwenang
dan tanpa membuka identitas pasien kepada publik.
Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan penelitian kesehatan sesuai dengan
kebutuhan negara dilakukan oleh peneliti yang diberi kewenangan khusus dari institusi
pemerintah pusat.
Pembukaan isi rekam medis untuk kepentingan pendidikan dilakukan oleh peserta didik pada
rumah sakit pendidikan atau wahana Pendidikan bidang kesehatan.
Pembukaan isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dilakukan hanya untuk
lingkungan terbatas.
Pembukaan isi rekam medis karena adanya ancaman keselamatan orang lain secara
individual atau masyarakat dilakukan oleh tenaga Kesehatan dengan tujuan tindakan
pencegahan terhadap keselamatan Pasien, orang lain, dan masyarakat untuk dilakukan
tindak lanjut oleh institusi dan/atau pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pelepasan informasi medis mengikuti prosedur yang berlaku. Pelepasan informasi medis
untuk pihak ketiga harus disertai surat permohonan pihak ketiga dan surat persetujuan pasien.
Hal ini bertujuan untuk melindungi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dari
tuntutan hukum atas terjadinya pelepasan informasi medis tersebut.
Pada saat ini makin banyak usaha-usaha yang bergerak dibidang asuransi, diantaranya
ada asuransi sakit, kecelakaan, asuransi tenaga kerja, asuransi pendidikan dan lain-lain. Untuk
dapat membayar klaim asuransi dari pemegang polisnya perusahaan asuransi terlebih dahulu
memperoleh informasi tertentu yang terdapat dalam rekam medis seorang pasien selama
mendapat pertolongan, perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Informasi banyak dapat
memberikan apabila ada surat kuasa/persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pasien yang
bersangkutan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi
sehingga makin banyak jumlah pemegang polis, fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menyediakan formulir persetujuan tertulis atau surat kuasa yang memberikan perlindungan
maksimum kepada pasien dan mempercepat waktu pengisiannya oleh petugas fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan berkonsultasi dengan unit kerja rekam medis dan
panitia rekam medis, untuk menetapkan suatu peraturan pemberian informasi medis dari unit
kerja rekam medis. Peraturan-peraturan tersebut hendaklah disebar luaskan kedalam
lingkungan kerja fasilitas pelayanan kesehatan maupun perorangan atau organisasi-organisasi
yang sering berhubungan dengan bagian rekam medis untuk meminta informasi yang berkaitan
dengan rekam medis.
Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman bagi setiap fasilitas
pelayanan kesehatan kecuali jika ada ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh
peraturan perundangan yang berlaku.
a. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh fasilitas pelayanan kesehatan tidak
boleh disebarkan oleh pegawai fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan mengizinkan.
b. fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan rekam medis dengan cara yang dapat
membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri
akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.
c. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab dapat berkonsultasi dengan unit kerja
rekam medis dengan catatan yang ada hubungannya dengan pekerjaannya. Andaikata ada
keragu-raguan di pihak staf rekam medis, maka persetujuan masuk ke tempat penyimpanan
rekam medis itu boleh ditolak, dan persoalannya hendaknya diserahkan kepada keputusan
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Bagaimanapun salinan rekam medis tidak boleh
dibuat tanpa persetujuan khusus dari kepala unit kerja rekam medis yang akan
bermusyawarah dengan fasilitas pelayanan kesehatan(jika ada keragu-raguan). Tidak
seorang pun boleh memberikan informasi lisan atau tertulis kepada seorang di luar
organisasi fasilitas pelayanan kesehatan tanpa persetujuan tertulis dari pihak pimpinan
rumah sakit (perkecualian: mengadakan diskusi mengenai kemajuan dari pada kasus
dengan keluarga atau wali pasien yang mempunyai kepentingan yang sah).
d. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan lain
untuk memperoleh rekam medis.
e. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis, apabila mempunyai
alasan-alasan yang sah untuk memperoleh informasi, namun untuk data medisnya tetap
diperlukan surat persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
f. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya diserahkan
kepada dokter yang merawatnya.
g. Permohonan permintaan informasi harus secara tertulis, permohonan informasi secara lisan
sebaiknya ditolak.
h. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditanda tangani dan
diberi tanggal oleh pasien (Walinya jika pasien tersebut secara mentak tidak berkompeten)
atau keluarga terdekat kecuali jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa
hendaklah juga ditandatangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan informasi
medis seorang pasien dan disimpan di dalam rekam medis tersebut.
i. Informasi di dalam rekam medis beleh diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit yang sah
untuk melindungi kepentingan fasilitas pelayanan kesehatandalam hal-hal yang
bersangkutan dengan pertanggungjawaban.
j. Informasi boleh diberikan kepada fasilitas pelayanan kesehatanlain, tanpa surat kuasa yang
ditandatangani oleh pasien berdasarkan permintaan dari fasilitas pelayanan kesehatan itu
yang menerangkan bahwa pasien sekarang dalam perawatan mereka.
k. Dokter dari luar fasilitas pelayanan kesehatanyang mencari keterangan mengenai pasien
pada suatu fasilitas pelayanan kesehatan, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut.
Tidak boleh seorang beranggapan bahwa karena pemohon seorang dokter ia seolah-olah
lebih berhak untuk memperoleh informasi dari pemohon yang bukan dokter. fasilitas
pelayanan kesehatandalam hal ini akan berusaha memberikan segala pelayanan yang
pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha lebih memperhatikan kepentingan pasien
dan fasilitas pelayanan kesehatan
l. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi unit kerja rekam medis, tetapi juga berlaku bagi semua
orang yang mangani rekam medis di bagian perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.
m. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas permintaan
pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
n. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa ke unit kerja lain
dari fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan
rumah sakit itu. Apabila mungkin rekam medis ini hendaknya diperiksa di bagian setiap
waktu dapat dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.
o. Dengan persetujuan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, pemakaian rekam medis untuk
keperluan penelitian atau riset (research) diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis
rumah sakit, apabila ingin melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
p. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim
minta yang asli tanda terima harus diminta dan disimpan di folder sampai rekam medis yang
asli tersebut kembali.
q. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar
ongkos fasilitas pelayanan kesehatan bagi seorang pegawainya tidak dapat dijadikan alasan
bagi rumah sakit untuk memberikan informasi medis pegawai tersebut kepada majikan
tersebut tanpa surat kuasa/persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang sah.
r. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode-
periode perawatan tertentu. Surat kuasa/persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi
medis termasuk dalam jangka waktu/tanggal yang ditulis di dalamnya.
2. Visum et repertum
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik
hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan
interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.
Tujuan :
Untuk memperkuat bukti sebagai data penunjang atau alat pembuktian atas suatu
kejadian pada diri seseorang yang kemungkinan ada penyimpangan atau kecelakaan
lainnya oleh pihak yang tidak mau bertanggung jawab.
a. Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et
repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat
dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum.
b. Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan
langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan
penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan
waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
c. Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan
pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak
berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan
dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
d. Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap
hasil pemeriksaan, berisi:
a) Jenis luka
b) Penyebab luka
c) Sebab kematian
d) Mayat
e) Luka
f) Tempat kejadian perkara (TKP)
g) Penggalian jenazah
h) Barang bukti
i) Psikiatrik
e. Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum
et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara
pidana/KUHAP”.
Dasar hukum
Dalam KUHAP pasal 186 dan 187 (adopsi: Ordonansi tahun 1937 nomor 350 pasal1)
a. Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
b. Pasal 187 (c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP.