Anda di halaman 1dari 120

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY)

MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6
TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

TESIS

OLEH

ALBERT DJALIUS
107005111/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY)
MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6
TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

OLEH

ALBERT DJALIUS
107005111/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY)
MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6
TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

Nama Mahasiswa : Albert Djalius

Nomor Pokok : 107005111/HK

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH


Ketua

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum
Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

Lulus Tanggal : 27 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal 27 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH,M.Hum.
2. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum.
3. Prof. H. Syamsul Arifin, SH, MH.
4. Dr. Jelly Leviza,SH, M.Hum

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada


peningkatan lalu lintas orang dan barang antar Negara, sehingga batas-batas negara
semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia, seperti perdagangan,
industri, pariwisata dan sebagainya. Konsep kedaulatan menetapkan bahwa suatu
negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (hak teritorial) serta hak-hak yang
kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial tersebut. Konsep tersebut di
atas merupakan konsep klasik dari konsep kedaulatan. Pada perkembangannya
kemudian muncul konsep modern yang melihat bahwa kedaulatan negara tidak
terbatas pada wilayah suatu negara tetapi kekuasaan itu akan berakhir ketika
kekuasaan negara lain dimulai. Berangkat dari uraian latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke
Indonesia dalam peraturan keimigrasian di Indonesia?
2. Bagaimana peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif
(Selective Policy) terhadap orang asing ke Indonesia?
3. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan
kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.
Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam Penelitian ini adalah
Teori Kedaulatan dari Jean Bodin dan Thomas Hobbes yang menyatakan bahwa
“the doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara
adalah mutlak. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil
penelitian, baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara
utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang
berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di bidang Keimigrasian.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian, baik
yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara utuh/menyeluruh
dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang berkenaan dengan
kebijakan Selektif (Selective Policy) di bidang Keimigrasian.
Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan Kebijakan Selektif,
yang mencakup masuk, berada, serta ke luar dari wlayah Indonesia, berdasarkan
prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan Indonesia yang dapat diberi
ijin masuk di Indonesia, sedangkan untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan
kewajibannya di Indonesia barulah ia boleh keluar dari Indonesia. Dengan terciptanya
Kebijakan Selektif (Selekivef Policy) masuknya Orang asing ke Indonesia akan
menambah devisa bagi negara, Diharapkan petugas Keimigrasian lebih selektif dalam
menjalani perannya yakni mengawasi setiap orang asing mulai dari pengawasan
hingga pencegahan dan penangkalan bagi orang asing yang masuk kewilayah
Indonesia Sebaiknya pemberian fasilitas bebas Visa ditinjau ulang kembali dan
pemberian fasilitas tersebut yaitu hanya untuk wisata.

Kata Kunci : Warga Negara Asing, Kebijakan Selektif, Keimigrasian.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The immigration of foreigners to Indonesia should be in accordance with the


selective policy which includes their coming, presence, and going from the
Indonesian territory. This should be based on the principle that the foreigners who
give the benefit to Indonesia are permitted to immigrate, permitted to stay in
Indonesia, and permitted to emigrate from Indonesia after they have fulfilled their
obligation in Indonesia. It can be asserted that the law on Immigration follows
the selective policy which investigates the foreigners who immigrate, presence,
and emigrate from the Indonesian territory. This policy uses two approaches:
prosperity approach which investigates how far the foreigners give benefit to the
nation and the state and security approach which investigates how far the foreigners
do not disturb the security and public order and the State.
The role of the Immigration officials in the selective policy is indicated by
on-site supervision in which their role in the field is very crucial for the coming and
going of foreigners to and from the Indonesian territory. The job of the Immigration
officials is to watch intelligently, to trace, and to raid jointly with the agency
concerned in order to gather information, reports from the people and the media,
searching for people and evidence which is related to immigration criminal act.
Some obstacles in the implementation of the Selective Policy are about permit
in which most of the foreigners who immigrate to Indonesia misuse the resident
permit; they usually use it for another purpose. The tourism permit has to be used to
tourism, but some tourists do not use the tourism permit for tourism, instead it is used
fore another purpose.
The immigration workers attempt to perform preventive and repressive
actions in order to prevent and to enforce law in foreigners’ activities.
The theoretical framework as a means to analyze in this research was
the theory of sovereignty from Jean Boldin and Thomas Hobbes which says that
“the doctrine of absolute state sovereignty.” Bodin as the founder of the doctrine of
sovereignty scientifically states that a state sovereignty indicates that the legislative
sovereignty is different from other communities since a state has the highest
sovereignty which is called summa potesta. Bodin’s idea is supported by Hobbes who
states that there is no limitation in making law by a state which has sovereignty;
there is no natural law but the capability to order effectively, absolute, and sovereign.
The research was descriptive analytic, judicial normative approach. The data
consisted of secondary data as the main data and primary data as the supporting
data.

Keywords: Foreigners, Selective Policy, Immigration

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata Dua (S2) Magister Hukum di Program Studi Magister Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wataalla saja, karena dengan izinNya

jualah tesis ini selesai berjudul “Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya

Orang Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian”.

Terima kasih untuk Bapak/Ibu yang telah mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, memberi bahan data dan kesempatan kepada penulis sehingga tesis ini

selesai, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada kami

menimba pendidikan dan pengajaran di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perhatian dan bimbingan

kepada kami di Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum,

dan seluruh Staf Pengajar yang dari beliau kami menerima pelajaran, bimbingan,

arahan, dan motivasi sehingga tesis ini selesai.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

serta Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., selaku Pembimbing yang

dengan sabar dan penuh perhatian telah banyak memberikan petunjuk, arahan,

bimbingan dan masukan serta motivasi berharga bagi penulis terutama selama

penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Lilik Bambang Lestari., selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I

Polonia dan Bapak Edi Firyan SH, MH., selaku Kepala Seksi Infokim yang sudah

memberikan bahan dan data terutama selama penelitian berlangsung sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh Staf Sekretariat Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan informasi terutama

kepada Ibu Juli, Ibu Fitri, Ibu Fika, Ibu Danti, Bapak Hendra dan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

7. Orang tua tercinta Papa Djalius Naulah yang memberikan dorongan dan semangat

untuk terus menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi.

8. Teristimewa Eni Oktarina, SE. Isteri penulis yang setia dan sabar menghadapi

situasi dan kondisi penulis selama menyelesaikan tesis ini.

9. Khusus untuk anak Papa Vannyana Albert dan Muhammad Kazza Mensha Albert

yang telah menjadi motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

10. Akhirnya kepada semua pihak, teman sejawat, handaitolan, karib kerabat yang

telah memberi bantuan sehingga selesainya tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Dengan harapan semoga usaha kita yang sedikit ini diridhoi dan dirahmati

Allah untuk kita semua umat manusia dan alam ini. Amin Ya Mujibassailiin.

Medan, 27 Agustus 2012


Penulis,

ALBERT DJALIUS

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI

Nama : Albert Djalius

Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Karang/7 Oktober 1967

Alamat : Jl. STM Sukapura No. 83-C Lk. VI Medan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

II. PENDIDIKAN FORMAL

a. Sekolah Dasar Negeri 18 Tanjung Karang (1975-1981).


b. Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Negeri 5 Tanjung Karang
(1981-1984).
c. Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Negeri 2 Tanjung Karang
(1984-1987).
d. Fakultas Hukum Universitas Wiraswasta Indonesia (2000-2004).
e. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (2010-2012).

Medan, 27 Agustus 2012


Penulis,

ALBERT DJALIUS

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..…………………………………………………………………… i

ABSTRACT ..………………………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR ..……………………………………………………… iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..…………………………………………….. vi

DAFTAR ISI .……………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

E. Keaslian Penelitian ............................................................. 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ............................................. 10

1. Kerangka Teori ............................................................ 10

2. Konsepsi ...................................................................... 16

G. Metode Penelitian ................................................................ 18

1. Spesifikasi Penelitian dan sifat penelitian .................... 19

2. Sumber Data/Bahan Hukum .......................................... 19

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 20

4. Alat pengumpulan data ................................................ 21

5. Analisis Data ................................................................ 22

Universitas Sumatera Utara


BAB II KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA
ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN
KEIMIGRASIAN DI INDONESIA ......................................... 24
A. Kebijakan Selektif masuknya orang asing ke Indonesia ........ 24
1. Masuk, Berada Dan Keluar Dari Indonesia ...................... 24
2. Perizinan Keimigrasian ................................................... 28
B. Keimigrasian dalam Sistem Hukum Indonesia ..................... 28
1. Keimigrasian di Indonesia .............................................. 31
2. Fungsi Keimigrasian ....................................................... 32
3. Ruang Lingkup Keimigrasian .......................................... 36
C. Hukum Keimigrasi Indonesia dalam Sistem Hukum Nasional 42
1. Kedudukan Keimigrasian dalam sistem hukum Nasional .. 42
2. Ruang Lingkup Hukum Keimigrasian dalam sistem Hukum
Nasional ........................................................................ 44
D. Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia ............................... 47
BAB III PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN
KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY)
TERHADAP
ORANG ASING KE INDONESIA .......................................... 50
A. Penerapan Kebijakan Selektif (Selektive policy) .................. 50
1. Aspek Pelayanan Keimigrasian ....................................... 51
2. Lalu Lintas Keimigrasian................................................ 53
B. Peran Petugas Imigrasi......................................................... 55
1. Operasi Pengawasan Keimigrasian ................................... 55
2. Operasi Intelijen Keimigrasian ......................................... 58
3. Peraturan Lalu-Lintas Keimigrasian ................................. 60
4. Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian ....................... 60
5. Penyidikan Keimigrasian ................................................. 62
6. Pencegahan dan Penangkalan ........................................... 64

Universitas Sumatera Utara


BAB IV KENDALA DAN UPAYA MENGATASI KENDALA
DALAM RANGKA PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF
(SELECTIVE POLICY) TERHADAP ORANG ASING
KE INDONESIA ..................................................................... 77

A. Kendala-Kendala dalam Penerapan Kebijakan Selektif ......... 77

1. Ruang Lingkup fasilitas bebas visa ................................ 78

2. Tenggang Waktu fasilitas bebas visa ............................... 79

3. Petugas Imigrasi ............................................................. 82

B. Upaya Petugas Imigrasi Terhadap Keimigrasian ................... 85

1. Upaya Preventif .............................................................. 85

2. Upaya Represif ............................................................... 92

C. Pengawasan Keimigrasian .................................................... 97

1. Pemantauan Keimigrasian dan Operasional Keimigrasian 98

2. Penindakan Keimigrasian ............................................... 103

3. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana ...............


Penyalahgunaan Izin Keimigrasian ................................. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 110

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia serta

Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik dan merupakan negara kepulauan yang

terbesar di dunia yang terdiri dari kurarng lebih 17.590 pulau memiliki luas 18

juta kilometer persegi. Perairan Indonesia terdapat sekurang-kurangya tujuh buah

selat penting bagi pelayaran internasional. Ketujuh selat itu adalah Selat Malaka,

Selat Singapura, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar. 1

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada

peningkatan lalu lintas orang dan barang antar Negara, sehingga batas-batas

negara semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia, seperti

perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya. Fenomena ini sudah menjadi hal

atau perhatian negara-negara di dunia sejak dahulu sebab setiap negara

mempunyai kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan

keluar wilayah negaranya dan bahkan untuk berkunjung maupun untuk berdiam

sementara.

Konsep kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan

atas suatu wilayah (hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari

penggunaan kekuasaan teritorial tersebut. Konsep kedaulatan mengandung arti

bahwa negara mempunyai hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak

teritorialnya dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan. Konsep

tersebut di atas merupakan konsep klasik dari konsep kedaulatan. Pada

1
Romli Atsmasasmita, Tindak Pidana Transnasional dalam Sistem Hukum
Pidana Indonesia, (Bandung: CitraAditya Bhakti, 1997), hal. 2.

Universitas Sumatera Utara


perkembangannya kemudian muncul konsep modern yang melihat bahwa

kedaulatan negara tidak terbatas pada wilayah suatu negara tetapi kekuasaan itu

akan berakhir ketika kekuasaan negara lain dimulai. Dengan demikian secara

implisit dibuka kemungkinan bagi suatu negara untuk memperluas yurisdiksi

sepanjang, tidak bertentangan dengan hukum internasional dan tidak berbenturan

dengan kekuasaan atau yurisdiksi negara lain, kedaulatan juga dibatasi melalui

Perjanjian-Perjanjian Internasional yang disepakati oleh negara.

Era globalisasi yang terjadi dalam dekade terakhir mengakibatkan

adanya perubahan hubungan antar negara dan “dalam” negara. Arus informasi,

modal dan manusia bergerak sangat cepat melintasi semua batasan wilayah

Negara. Tidak ada satu negara pun yang dapat melingkupi semua aspek

ketatanegaraan dalam satu mekanisme dan sistem kontrol yang berdiri sendiri
2
tanpa adanya kerjasama dengan negara lain.

Terjadinya peningkatan arus migrasi antar negara dapat memberikan

dampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain seperti modernisasi

masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi negara bagi negara-negara,

yang mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya arus migrasi ke luar masuk

wilayahnya. Dampak negatif arus migrasi adalah ketika arus migrasi dengan pola

(scheme) legal menjadi sangat sulit untuk dijadikan pilihan oleh para migran,

maka muncul upaya perpindahan penduduk antar negara secara tidak sah (migrasi

dengan pola ilegal). Keadaan ini mendorong meningkatnya perkembangan

kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika dilihat dari aspek kualitas,

kejahatan domestik telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara

2
Syahrial Loetan, “ Millenium Development Goals (MDG) dan Program
Pembangunan di Indonesia “ Artikel dalam Jurnal Hukum Internasional Lembaga Kajian
Hukum Internasional FH UI, (Volume 1 tanggal 1 Oktober 2003), hal 61.

Universitas Sumatera Utara


(transnational crimes), kejahatan individu menjadi kejahatan berkelompok,

Kejahatan yang tidak teroganisasi menjadi kejahatan yang terorganisasi

(organized crime).

Dalam upaya untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan

dampak negatif atas arus migrasi, Selective Policy dapat dipergunakan sebagai

salah satu unsur pelaksana dalam mengawasi lalu-lintas orang ke luar masuk

wilayah negara adalah institusi keimigrasian. Terkait dengan pengaturan hukum

atas masalah keimigrasian maka telah diundangkan Undang-undang Nomor 9

Tahun 1992 yang dirubah dengan undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, selanjutnya disebut dengan undang-undang Keimigrasian.

Pengertian keimigrasian, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6

Tahun 2011 menyatakan: “ Keimigrasian adalah hal ihwal lalu-lintas orang yang

masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia serta pengawasannya

dalam rangka menjaga tegaknya Kedaulatan Negara.”

Dengan meningkatnya arus lalu-lintas orang serta hubungan antar negara,

diperlukan berbagai pengaturan keimigrasian. Sebagaimana dijelaskan dalam

Konsiderans huruf b dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 “Perkembangan

global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang

menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang

merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia,

sehingga diperlukan peraturan Perundang-undangan yang menjamin kepastian

hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak azasi

manusia.

Maksudnya ialah penyelenggaraan perlintasan orang merupakan perpaduan

antara aspek nasional dan internasional. Namun demikian melihat pada

Universitas Sumatera Utara


universalitas fungsi dan peran keimigrasian, maka titik berat tetap terletak pada

aspek kedaulatan masing-masing negara. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, bahwa untuk menjamin kemanfaatan dan

melindungi berbagai kepentingan nasional, maka perlu ditetapkan prinsip tata

pengawasan dan pelayanan atas keluar masuk setiap orang ke dan dari wilayah

Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai dan tugas nasional negara kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

Pasal 1 angka 6 dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2011 Tentang Keimigrasian menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Imigrasi

adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Azasi

Manusia di bidang Keimigrasian. Selanjutnya Pasal 8 angka 2 dari tersebut juga

ditegaskan bahwa setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib

memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan

Undang-undang ini dan perjanjian internasional, sehingga bukan hanya orang

asing saja tetapi Warga Negara Indonesia yang akan keluar wilayah Indonesia

juga harus memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku.

Untuk ijin masuk dan keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia

dilakukan pemeriksaan oleh pejabat imigrasi ditempat pemeriksaan imigrasi,

Pemeriksaan dimaksud meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau

identitas diri yang sah sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 dari Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Hasil dari Pengawasan yang dilakukan oleh pejabat imigrasi dapat ditindak

lanjuti dengan tindakan yustisial atau non yustisial. Hal-hal yang bersifat non

yustisial akan ditindak lanjuti dengan tindakan Keimigrasian, sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


ketntuan Undang-undang keimigasian. Adapun bagi yang terkena pelanggaran
3
tindak pidana imigrasi akan diproses sesuai dengan jalur yustisial/peradilan.

Seiring dengan banyaknya kajahatan transnasional yang melakukan

pemalsuan dokumen keimigrasian seperti paspor, visa, cap keimigrasian atau izin

tinggal, yang dilakukan untuk memudahkan operasionalisasi kejahatan

transnasional, seperti perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak-anak

dan penyelundupan manusia, maka dituntutlah sebuah peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang Keimigrasian yakni Undang-undang Nomor 6

Tahun 2011.

Beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah judul tentang

” Analisis Hukum tentang Selective Policy (Kebijakan Selektif ) Masuknya Orang

Asing Ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian.

B. Perumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

4. Bagaimana kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke

Indonesia dalam peraturan keimigrasian di Indonesia ?

5. Bagaimana peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif

(Selective Policy) terhadap orang asing ke Indonesia ?

6. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan

kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.

3
Ibid hal. 56.

Universitas Sumatera Utara


C. Tujuan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan

merupakan pernyataan-pernyataan Tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan

tersebut 4. Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis kebijakan selektif (selective policy) masukya orang

asing ke Indonesia dalam peraturan Keimigrasian di Indonesia.

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan peranan petugas imigrasi dalam

penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke

Indonesia.

3. Untuk menganalisis kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka

penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke

Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam

memproses ilmu pengetahuan. 5Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,

mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia. 6

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang

timbul. Oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka

know-how di dalam hukum. Dengan melakukan penelitian hukum diharapkan hasil yang

dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang

diajukan. 7 bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan

4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986,)
hal.118
5
Bahder Johan Nasution , Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar
Maju, 2008) hal.10
6
Ibid hal.77
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2007) hal.41

Universitas Sumatera Utara


dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan

praktis di bidang hukum yaitu :

a. Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan

paradigma berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum

yang berkaitan dengan Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya

orang asing ke Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun

2011 Tentang Keimigrasian Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta

dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam

perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

b. Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada Pemerintah Indonesia

melalui Kementrian Hukum dan Hak Azasi Manusia yang mengatur

Tentang Keimigrasian yakni Direktorat Jenderal Imigrasi untuk lebih

memahami dan lebih selektif terhadap Warga Negara Indonesia ataupun

Warga Negara Asing yang masuk dan keluar dari Wilayah Kesatuan

Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi

penyempurnaan dan harmonisasi berbagai perangkat perundang-undangan

yang mengatur tentang kebijakan selektif (selective policy) masuknya

orang asing ke Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan

Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan sekolah pasca sarjana

Universitas Sumatera Utara


Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul

“Analisis hukum Tentang Kebijakan Selektif (Selective policy) Masuknya Orang

Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian Indonesia “ belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

Hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut

Keimigrasian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister

Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu :

1. Hamzah, Nim 037005074, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengaturan

Izin Keimigrasian dalam kaitannya dengan Penanaman Modal asing.

2. Syafaruddin, Nim 982105030, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Aspek

Hukum Tenaga Kerja asing pada perusahaan Swasta di Kota Medan.

3. Ratna Wilis, Nim 077005019, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis

Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin tinggal orang asing di

Indonesia : Studi di Kantor Imigrasi kelas I Khusus Medan.

4. Heru Hartono, Nim 087005049, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Peran

Imigrasi dalam penanganan pengungsi warga negara asing di Kota Medan.

Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan

penelitian yang akan dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang akan dilaksanakan adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

Peneliti bertanggung jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat

dibuktikan adanya plagiat dalam hasil penelitian ini.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena

Universitas Sumatera Utara


8
tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya, dan suatu

teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh

partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang

dapat menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain, 9 sedangkan

kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, thesis

mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan

perbandingan pegangan teoritis 10.

Menurut W.L. Neuman, yang berpendapat dikutip dari Otje Salman dan

anton F Susanto menyebutkan bahwa : “ Teori adalah suatu sistem yang tersusun

oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide

yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan Tentang dunia, ia adalah cara

yang ringkas untuk berfikir Tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja” 11

Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian Teori

menurut pendapat beberapa ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “ Teori adalah

seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk

memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan Kontribusi

parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum. 12”

Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam Penelitian ini

adalah Teori Kedaulatan dari Jean Bodin dan Thomas Hobbes yang menyatakan

bahwa “ the doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan

negara adalah mutlak. Bodin yang merupakan penggagas (founder) doktrin

kedaulatan secara ilmiah mengemukakan bahwa kedaulatan negara menunjukkan

8
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung, Refika
Aditama 2005) hal 23.
9
Ibid hal 23
10
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, 1994)
hal 80.
11
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, opcit hal 22.
12
Ibid hal 23.

Universitas Sumatera Utara


adanya kekuasaan legislatif dan negara berbeda dengan komunitas lainnya karena

negara mempunyai kekuasaan tertinggi atau disebut summa potestas. Kedaulatan

adalah kekuasaan membuat hukum dan sebagai alat untuk melaksanakan


13
kedaulatan dengan efektif.

Pendapat Bodin ini diperkuat oleh Hobbes bahwa tidak ada pembatasan

untuk membuat hukum oleh negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip

hukum alam, yang ada adalah kemampuan mengatur secara efektif pembatasan

kekuasaan mutlak dan peguasa (the ruler). Jadi Bodin dan pengikutnya lebih

melihat kedaulatan dari azas ketertiban dalam negeri. Sekalipun ada beberapa

perbedaan pendapat antara Bodin dengan para pengikutnya namun pada dasarnya

mereka masih sependapat bahwa kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi, ia harus ada

dalam satu kesatuan, Jean Bodin dapat dikatakan bahwa ia melihat kedaulatan dari

aspek intern, yaitu kekuasaan tertinggi negara untuk mengurus wilayah dan

rakyatnya. 14

Sesuai dengan konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek

utama, yaitu ekstern, intern dan teritorial.

1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas

menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok

lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain.

2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk

menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut

dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-

tindakan untuk mematuhi.

13
Iman Santoso, iman santoso, Perspektif imigrasi, dalam United
nationconvention Against Transnational organized crime, (Perum Percetakan Negara RI,
Jakarta 2007), hal 33 .
14
Ibid, hal 34.

Universitas Sumatera Utara


3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang

dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di

wilayah tersebut. 15

Prinsip kedaulatan negara merupakan prinsip penting dalam Piagam PBB,

seperti terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa “ the organization is based on the

principle of the sovereign equality of all its members” Prinsip yang terdapat

dalam piagam PBB ini dipertegas lagi dalam Resolusi Majelis Umum Nomor

2625/1970 yang menyatakan bahwa :

“Setiap negara menikmati persamaan kedaulatan dan setiap negara


mempunyai hak dan keajiban yang sama sebagai anggota masyarakat
Internasional tanpa membedakan sistem ekonomi, sosial dan politik.” 16

Negara memiliki kemerdekaan dan kedaulatan atas warga negaranya dan

urusannya dalam batas wilayahnya, Negara yang berdaulat memiliki hak dan

kewajiban seperti yang dikemukakan diatas, Disamping itu ada juga beberapa hak

lain berupa kekuasaan, yaitu :

1. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik.

2. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing.

3. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya dinegara lain.

4. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya, negara-

negara anggota PBB merefleksikan persamaan didepan hukum (equality before

the law) yaitu : Setiap negara menikmati personalitas hukum yang sama tanpa

membedakan ukuran greografis, jumlah penduduk, kekuatan militer, kekuatan

ekonomi dan sebagainya.

“ Prinsip kedaulatan mencakup pengertian kedaulatan intern dan ekstern

15
Nkambo Mugerwa, subjecsts of International law, edited by max sorensen,
mac Milan, New York, 1968 dalam Boer Mauna, Hukum Internasional, pengertian
peranan danfungsi daam era dinamika global, (Bandung PT. Alumni, , 2005) hal. 24.
16
Iman Santoso, opcit, hal. 35.

Universitas Sumatera Utara


(internal dan external sovereignity) kedaulatan internal dan eksternal ini

saling terkait dan bahkan kedaulatan eksternal merefleksikan kensekuensi


17
logis adanya kedaulatan internal.

Yurisdiksi adalah kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum


nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian implementasi
kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam batas-batas wilayahnya akan
tetap melekat pada negara berdaulat. 18

Mengenai Yurisdiksi, masyarakat internasional mengakui bahwa setiap

negara mempunyai hak eklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam

batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterikatan atau pembatasan

dari hukum Internasional. Yurisdiksi ini bersumber pada kedaulatan negara

yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum

Internasional untuk mengatur segala sesuatu yang ada terjadi dalam negara.

Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara. Yurisdiksi suatu

negara menunjuk kepada kompetensi negara tersebut untuk mengatur orang-

orang dan kekayaan dengan hukum nasionalnya (pidana dan perdata).

Kompetensi ini mencakup yurisdiksi untuk menentukan (dan melarang), untuk

mengadili dan melaksanakan undang-undang. Yurisdiksi merupakan refleksi

atau pencerminan dari prinsip dasar kedaulatan negara, kesamaan derajat dan

tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing. 19

Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara juga diartikan

sebagai peran dari pemerintah Indonesia untuk mengatur dan mempunyai

kedaulatan penuh secara yuridis terhadap setiap orang yang masuk maupun

keluar, baik itu warga negaranya ataupun juga warga negara asing dibidang

17
Brunno simma, (ed), the carter of yhe united nations ; a Commentar, oxford
university, press, 1995 hal 73-89 dalam Boer Mauna, opcit, hal 38.
18
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bungsu rampai, (Bandung;
Alumni, 1999) hal. 16.
19
Iman Santoso, opcit hal. 45

Universitas Sumatera Utara


Keimigrasian berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective Policy)

berdasarkan pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.


20

Dalam kaitannya dengan prinsip dasar kedaulatan negara, suatu negara

yang berdaulat menjalankan jurisdiksi/kewenangannya dalam wilayah negara

itu. Kedaulatan dan jurisdiksi mempunyai keterkaitan yang erat. Kedaulatan

adalah kekuasaan tertinggi dari suatu negara, ini berarti diatas kedaulatan itu

tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi

Hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu

lintas manusia masuk keluar ataupun pengawasan orang asing disuatu negara,

tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan

penangkalan orang masuk wilayah Indonesia. 21

Selain fungsi regulasi yang mengandung aspek hukum administratif,

hukum Keimigasian juga memiliki fungsi penegakan hukum polisional

keimigrasian. Fungsi ini mencakup hal-hal seperti penolakan orang asing untuk

masuk wilayah republik Indonesia karena tidak memenuhi syarat, pengenaan

tindakan keimigrasian, serta pembatalan izin tinggal, selain tindakan keimigrasian

dapat juga dikenakan tindakan administrtif seperti denda administratif. Harus

dibedakan bahwa putusan denda disini adalah bersifat administratif yang

dinyatakan dengan pejabat administartif bukan pidana denda yang dimaksud

dalam pasal 10 KUHP yang diputuskan oleh hakim peradilan pidana.

Fungsi penegakan hukum keimigrasian yang bersifat pro yustisia yang

merupakan salah satu rangkaian dalam proses peradilan pidana oleh karena itu

tunduk pada hukum acara pidana. Keberatan terhadap tindakan penyidikan dapat

20
Ibid, hal 46
21
Bagir Manan “Hukum Keimigrasian dalam sistem hukum nasional” (makalah)
disampaikan pada rapat kerja nasional Keimigrasian, (Departemen Hukum dan
Perundang-undangan, Jakarta 14-15 Januari 2000, ) hal. 7-9.

Universitas Sumatera Utara


mengajukan peradilan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 merupakan bagian

hukum pidana administrasi yaitu hukum pidana dibidang pelanggaran administrasi


22
yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana administrasi (administrative law)

Penggunaan sanksi pidana pidana dalam hukum administrasi (administrative penal

law) pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana (penal

policy). 23

Sejalan dengan perkembangan Keimigrasian, lahirlah Undang-undang

tentang keimigrasian terbaru yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 yang

mengatur tentang hal ihwal keimigrasian, baik itu tentang orang asing yang masuk

dan keluar ataupun warga negara asing yang masuk dan keluar dari wilayah

kesatuan republik Indonesia.

Teori Kedaulatan digunakan dalam penulisan Tesis ini ialah dikarenakan

fungsi dan peranan Keimigrasian dalam Konteks perkembangan dunia saat itu dan

sekarang memiliki aspek nasional dan aspek Internasional, Fungsi Keimigrasian

memiliki aspek Nasional karena peraturan Perundang-undangan Keimigrasian

berfungsi mengatur lalu lintas orang dan melindungi kepentingan nasional. Di sisi

lain fungsi keimigrasian juga memiliki aspek Internasional, karena peraturan

perundang-undangan Keimigrasian mengatur lalu lintas orang asing dengan

menggunakan pendekatan kerjasama Internasional dan harus tetap berpegang

teguh prinsip Kedaulatan negara.

2. Konsepsi

Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep

dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara

22
Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung, Citra Aditya
Bhakti, 2003) hal. 14.
23
Ibid, hal. 15.

Universitas Sumatera Utara


abstraksi dan realita. 24Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi

yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi

operasional 25

Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi subyektif

konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan

dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek

tersebut. Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep. 26

Konsep merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain,
seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk
konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam
hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk
keperuan analitis”. 27

Dalam kerangka konseptional diungkapkan beberapa konsepsi atau

pengertian yang akan dopergunakan sebagai dasar penelitian hukum. 28 Selanjutnya

konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau

masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui

pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep

sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu.

Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan

antara variable-variable yang ingin menetukan adanya gejala empiris. 29

24
Masri Singarimbun dkk. Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES,1989)
hal.34
25
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo, 1998)
hal.307
26
Komaruddin, Yooke Tjuparmah S Komaruddi. Kamus Istilah Karya Tulis
Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006) hal.122
27
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,1996)
hal.70
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hal.7
29
Koentjoro Ningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997) hal.21

Universitas Sumatera Utara


Beranjak dari judul tesis ini yaitu “Analisis hukum Tentang Kebijakan

Selective (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia berdasarkan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia maka

dapatlah dijelaskan konsepsi ataupun pengertian dari kata demi kata dalam judul

tersebut, yaitu sebagai berikut ;

a. Hukum ialah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan

larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat. Oleh

karena itu harus ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, Dalam

penelitian ini hukum dimaksud adalah peraturan Perundang-undangan di

bidang Keimigrasian.

b. Kebijakan Selektif (Selective Policy) ialah sebuah kebijakan pemerintah

yakni Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (KemenkumHam) dalam

hal keimigrasian sehingga berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang

bermanfaat bagi negara Indonsia yang dapat diizinkan masuk ke wilayah

Indonesia.

c. Keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah

Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedauatan

negara.

d. Imigrasi ialah Pindah, datang atau pemboyongan orang-orang masuk ke suatu

negara dalam hal imigrasi diartikan sebagai masuknya orang asing ke wilayah

negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Petugas Imigrasi adalah Pegawai yang telah melalui pendidikan khusus

keimigrasian dan memiliki keahlian khusus keimigrasian dan meiliki keahlian

tekhnis keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab berdasarkan undang-undang keimigrasian.

Universitas Sumatera Utara


f. Orang asing ialah orang yang bukan warga negara Indonesia.

g. Pelanggaran Imigrasi ialah suatu tindakan keimigrasian yang dilakukan dalam

bentuk tindakan pidana keimigrasian.

h. Kedaulatan Negara ialah Kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya

khususnya tentang keimigrasian.

i. Tindak Pidana Keimigrasian ialah segala tindakan yang dilakukan baik itu

tindak pidana pelanggaran ataupun tindak pidana Kejahatan di bidang

Keimigrasian

j. Tindakan Keimigrasian ialah segala perbuatan yang dilakukan seseorang, baik

itu berdasarkan Undang-undang ataupun melanggar Undang-undang tentang

Keimigrasian.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian,

baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara

utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan

hukum yang berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di

bidang Keimigrasian.

Berkenaan dengan judul Tesis ini yakni “Analisis hukum Tentang

Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia

berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Indonesia, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode

pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan.

Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian

Universitas Sumatera Utara


ini adalah hukum yang berkenaan/berkaitan dengan Kebijakan Selektif

(Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia ditinjau dari

Undang-undang maupun Peratuan-peraturan yang berkaitan dengan

Keimigrasian, Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti

sempit (value), Peraturan hukum konkrit.

Penelitian ini sering disebut juga penelitian dokumenter untuk memperoleh

data sekunder dibidang hukum. Penelitian lebih meliputi penelitian asas-

asas hukum, sumber-sumber hukum, Peraturan perundang-undangan yang

berlaku, literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Titik berat

penelitian tertuju pada penelitian dokumenter, yang berarti lebih banyak

menelaah dan mengkaji data sekunder yang diperoleh dari penelitian.

2. Sumber Data/Bahan Hukum.

Data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder

sebagai data utama dan data primer sebagai data pendukung. Data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Studi kepustakaan dari arsip-

arsip, bahan pustaka, yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer, 30 yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu :

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian dan peraturan-peraturan pelaksananya.

2. Bahan hukum sekunder, 31 yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum primer, antara lain berupa jurnal, buku-buku dan sebagainya.

3. Bahan Hukum Tertier yaitu bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus,

Ensiklopedia, dan sebagainya.


30
Ronny Hanitijo Soemitro, Mestodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
(Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988) hal. 55.
31
Ibid.hal 56

Universitas Sumatera Utara


Selain data sekunder, juga digunakan data primer sebagai data penunjang

yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya yang dihadapi oleh para

Petugas keimigrasian dilapangan dikaitkan dengan peraturan-peraturan

ataupun perundang-undangan tertulis bahagian dari data sekunder, yaitu

data yang diambil langsung dengan wawancara dengan kepala Kantor

Imigrasi klass I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi

Imigrasi Bandara Polonia Medan.

3. Tekhnik Pengumpulan Data.

Sebagai penelitian hukum Normatif, penelitian ini menitikberatkan pada studi

kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penulisan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder dan didukung oleh data

primer. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari

arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi Pemerintah, Undang-Undang,

makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti,

Selain data sekunder, penulis juga menggunakan data primer, yaitu data yang

diambil langsung dengan wawancara yang dilakukan secara terarah (directive

interview), 32 yaitu Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala Seksi

Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan. Wawancara

dilakukan penulis dikarenakan peraturan-peraturan tentang keimigrasian baik itu

pelaksanaan maupun kebijakan tertulis yang ada berbeda dengan fenomena

dilapangan, sehingga penulis melakukan wawancara dengan nara sumber,

sehingga penulis mendapatkan kebenaran dari fenomena dilapangan disingkronkan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hal. 60.

Universitas Sumatera Utara


4. Alat Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini

diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan

cara :

a. Studi dokumen.

Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca,

mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang

berkaitan dengan materi penelitian. 33

b. Pedoman Wawancara (guide interview).

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan

percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang berkepentingan

guna memperoleh keterangan atau data-data yang diperlukan. Alat yang

dipergunakan adalah pedoman wawancara (guide interview) dengan

melakukan wawancara langsung dimana wawancara yang dilakukan ialah

dengan sistem wawancara terbuka, yakni dalam memberikan pertanyaan-

pertanyaan kepada nara sumber penulis tidak meyediakan jawabannya.

Wawancara dilakukan pada Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala

Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan, wawancara

menurut penulis perlu dilakukan dikarenakan data yang perlu diambil ataupun

kebenaran yang ingin penulis dapat dilapangan untuk memperbanyak literatur

dari pada tesis ini, sehingga penulis dapat menambah apa saja data yang ada

dilapangan yang tidak dapat penulis temukan didalam Bahan-bahan hukum

Sekunder.

33
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas
Indonesia Press, 1986) hal. 21.

Universitas Sumatera Utara


5. Analisis Data.

Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui

verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya dilakukan

pengelompokkan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah

sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang

sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata. 34

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan

mengumpulkan data primer dan sekunder, selanjutnya dilakukan pemeriksaan

dan pengelompokan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehingga

mudah dibaca dan dimengerti. Selanjutnya dilakukan klasifikasi data menurut

jenisnya dalam bentuk persentase.

Kemudian data yang telah disusun secara sistematik dianalisis secara

kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh

gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam

Kebijakan Selektif (Selective police) masuknya orang asing ke Indonesia.

Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode

induktif sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.

34
Erickson dan Nosanchuk. Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta
: LP3ES, 1996) hal.17

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA

ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN

DI INDONESIA

A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia.

Migrasi sebagai suatu gerak pindah manusia memasuki wilayah suatu

Negara dengan niat untuk mencari nafkah dan tinggal menetap disana, defenisi

mana telah sama disetujui dalam konfrensi Internasional tentang Emigrasi dan

Imigrasi pada tahun 1924 di Roma. 35 Setelah Indonesia merdeka, Politik

imigrasi diselaraskan dengan politik Negara kita. Demi keselamatan Negara

dan kesejahteraan bangsa maka imigrasi Indonesia memakai politik saringan,

(Selective Policy) Artinya harus teliti dengan perizinan orang asing yang masuk

kewilayah Indonesia, yakni hanya tenaga ahli yang dibutuhkan saja yang boleh
36
masuk.itupun dibatasi, baik jumlah maupun jangka waktu menetapnya.

Kebijakan selektif (Selective Policy) tidak terlepas dari Keimigrasian,

dimana Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya

perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara

lain. Ada istilah emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan

penduduk dari suatu wilayah atau negara ke luar menuju wilayah atau negara

lain. Sebaliknya, immigratio dalam bahasa latin mempunyai arti perpindahan

penduduk dari suatu negara untuk masuk kenegara lain. Pada hakekatnya

emigrasi dan imigrasi menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk

antar negara, tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang

35
Direktorat Jenderal Imigrasi, Buku kenangan 50 tahun Imigrasi, hal 15.
36
Ibid, hal 16.

Universitas Sumatera Utara


pindah ke negara lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi,

namun bagi negara yang didatangi orang tersebut peristiwa ini disebut sebagai
37
peristiwa imigrasi.

Sekalipun pada mulanya kata imigrasi berarti perpindahan orang atau

kelompok orang dari tempat asal ke tempat baru untuk tujuan menetap, namun

dewasa ini mempunyai arti yang lebih luas. Mengacu pada lalulintas orang

antar negara, baik bersifat permanen maupun temporer. Perkembangan

kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi yang makin cepat dan

kompleks, semakin memungkinkan hubungan antar negara dalam jangkauan

waktu yang relatif singkat.

Jika pada periode primitif pola migrasi lebih dimaksudkan pada usaha

untuk menghindarkan diri dari kemungkinan bahaya yang mengancam, seperti

bencana alam disamping berusaha memperoleh lebih banyak sumber makanan,

maka pola migrasi dewasa ini tidak terlepas dari aspek sederhana diatas.

Naluri manusia selalu berusaha terus menerus mencari lingkungan yang lebih

memungkinkan memberikan ketenteraman dan kenikmatan yang cenderung

tiada terbatas. Dengan demikian, sejalan dengan perkembangan kemampuan

intelegensia manusia, motivasi untuk melakukan migrasi pun semakin

beragam.

Sejarah perkembangan Imigrasi di Indonesia dimulai dari masa

sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan, dimana masa sesudah

kemerdekaan hingga sekarang keberadaan Imigrasi di Indonesia amat

dibutuhkan dalam upaya menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai

kepentingan nasional. Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh


37
M. Iman Santoso, 2004, Prespektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan
Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, hal 14 - 15

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah Penjajahan dan sebagian dibentuk sesudah Proklamasi 17 Agustus

1945. Selain kehadiran berbagai peraturan perundang-undangan yang tersebar,

terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi tugas dan wewenang

Keimigrasian seperti turut menjaga keseinambungan pembangunan kemajuan

ilmu dan tekhnologi serta berkembangnya kerjasama regional dan

Internasional yang pada gilirannya mendorong meningkatnya arus menusia

untuk masuk dan keluar wilayah Indonesia. 38

1. Masuk, Berada Dan Keluar Dari Indonesia

Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan kebijakan

selektif, yang mencakup masuk, berada, serta keluar dari wilayah Indonesia,

berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan Indonesia

sajalah yang dapat diberi ijin masuk, ijin berada di Indonesia, sedangkan

untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan kewajibannya di Indonesia barulah

ia boleh keluar dari Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka, dalam Pasal 3 Undang-undang

nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa : untuk melaksanakan fungsi

keimigrasian, pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian dimana

kebijakan keimigrasian dilaksanakan oleh menteri yang bertanggung jawab

hingga sepanjang garis perbatasan wilayah Indonesia dilaksanakan oleh

Pejabat Imigrasi yang meliputi tempat pemeriksaan imigrasi dan pos lintas

batas.

Ditegaskan bahwa Undang-undang tentang Keimigrasian menganut

kebijakan yang bersifat selektif, yaitu kebijakan yang meneliti setiap

kedatangan, keberadaan dan keluarnya orang asing dari dan wilayah

38
Ibid, hal 17-18.

Universitas Sumatera Utara


Indonesia.Kebijakan ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kesejahteraan

(Prossperity Approach) yang meneliti sejauh mana orang asing memberikan

manfaat keuntungan bagi bangsa dan Negara. Pendekatan Keamanan (security

Approach) yaitu meneliti sejauh mana orang asing tidak mengganggu


39
keamanan dan ketertiban masyarakat dan Negara.

Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui

pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan

imigrasi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau

identitas diri yang sah. Adapun dokumen yang diperlukan untuk masuk,

tinggal dan keluar dari wilayah Republik Indonesia yang merupakan dokumen

negara terdiri dari :

a. Paspor; dan

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor.

Paspor terdiri atas:

a. Paspor diplomatik;

b. Paspor dinas; dan

c. Paspor biasa.

Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri atas:

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia;

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing; dan

c. Surat perjalanan lintas batas atau pas lintas batas;

2. Perizinan Keimigrasian.

39
Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention Against
Transnastional Organized Crime, opcit, hal 76.

Universitas Sumatera Utara


Dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang,

Keimigrasian disebutkan bahwa :

1) setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin

tinggal.

2) Izin tinggal diberikan kepada orang asing sesuai dengan visa dimilikinya.

3) Izin tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Izin tinggal diplomatik.

b. Izin tinggal dinas

c. Izin tinggal kunjungan.

d. Izin Tinggal Terbatas

e. Izin Tinggal Tetap.”

1. Izin tinggal diplomatik.

Pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa

Izin tinggal diplomatik diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah

Indonesia dengan visa Diplomatik.

2. Izin tinggal Dinas

Pada Pasal 49 ayat (2) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa

Izin tinggal Dinas diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah

Indonesia dengan visa Dinas.

3. Izin tinggal Kunjungan.

Pada Pasal 50 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin

tinggal kunjungan diberikan kepada :

a. Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa kunjungan

b. Anak yang baru lahir diwilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah

dan/atau ibunya pemegang izin kunjungan.

Universitas Sumatera Utara


Didalam Pasal 51 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa izin

tinggal kunjungan berakhir karena pemegang izin tinggal kunjungan :

a. Kembali kenegara asalnya.

b. Izinnya telah habis masa berlaku

c. Izinnya beralih status menjadi izin tinggal terbatas

d. Izinnya dibatalkan oleh menteri atau pejabat imigran yang ditunjuk.

e. Dikenai deportase atau

f. Meninggal dunia.

4. Izin Tinggal Terbatas

Izin tinggal terbatas diberikan kepada :

1) Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa tinggal terbatas

2) Anak yang pada saat lahir di wilayah Indonesia ayah dan/atau ibunya

pemegang izin tinggal terbatas.

3) Orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia ; atau

4) Anak dari orasng asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia.

Visa tinggal terbatas diberikan kepada mereka yang bermaksud untuk : 40

1) Menanamkan modal;

2) Bekerja;

3) Malaksanakan tugas sebagai rohaniawan;

4) Mengikuti pendidikan dan latihan atau melakukan penelitian ilmiah;

5) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan atau

anak sah dari seorang Warga Negara Indonesia;

40
Lihat Pasal 1 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah RI no. 32 tahun1994
tentang Visa, Izin masuk dan izin Kemigrasian.

Universitas Sumatera Utara


6) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi istri dan anak-anak

sah di bawah di bawah umur dari orang asing sebagaimana dimaksud dalam

huruf e angka 1, angka 2, angka 3, dan anga 4;

7) Repatriasi.

5. lzin Tinggal Tetap

Izin tingal tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di

Indonesia. Perpanjangan izin tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh)

hari sebelum izin tinggal tetap berakhir.

Dalam hal izin tinggal tetap berakhir sedangkan keputusan Direktur

jenderal Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing yang

bersangkutan dapat memberikan perpanjangan sementara izin tinggal tetap paling

lama (90) hari terhitung sejak izin tinggal tetap berakhir.

B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia

1. Keimigrasian di Indonesia

Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan

Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama

Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh

kawasan Hindia Belanda. 41

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada

tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst diserah terimakan dari H. Breekland

kepada kepala jawatan imigrasi dari tangan pemerintah Belanda ke tangan

Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut

merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia,
41
Abdullah Sfahriful, Memperkenalkan hukum Keimigrasian (Jakarta; Grafika
Indonesia, 2005) hal 50.

Universitas Sumatera Utara


yaitu perubahan dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door

policy) untuk kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum

keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional

Indonesia.

Dianggap Keimigrasian tersebut masih bersifat “tambal sulam”karena

sebagaian besar masih dari peraturan tersebut merupakan warisan dari pemerintah

Hindia Belanda yang diberlakukan , bedasarkan pasal II aturan peralihan UUD

1945. Selain itu pembentukan hukum dibidang Keimigrasian baik Undang-undang

maupun Peraturan Pemerintah dilakukan secara Parsial. Hal ini dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, akibatnya pembentukan hukum dibidang

Keimigrasian menjadi tumpang tindih dan tidak tertata secara Sistematis, sehingga

dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011yang menjawab permasalahan

tersebut, dimana keimigrasian menurut Undang-undang tersebut bersifat Selektve

Policy.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1

menyebutkan : “Keimigrasian adalah hal-ikwal lalu lintas orang yang masuk atau

keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Republik

Indonesia”.

Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan

tinggal dari dan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di wilayah

Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Unsur pertama, pengaturan lalu-lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan

wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan

sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak

membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas

keluar-masuk wilayah Indonesia harus melewati tempat pemeriksaan imigrasi

(TPI), yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain

yang ditetapkan menteri kehakiman sebagai tempat masuk atau keluar wilayah

Indonesia (entry point).

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki

wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk

wilayah tidak melalui tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), merupakan tindakan

yang dapat dipidana.

Unsur kedua dan pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di

wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan” adalah keseluruhan proses

kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah

sesuai dengan rencana atau aturan yang telah ditentukan 42. Dengan demikian

pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang

ditujukan untuk mengontrol apakah keluar-masuknya serta keberadaan orang asing

di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan

dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah

Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada

42
Ibid, hal 45

Universitas Sumatera Utara


dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa. Pengawasan selanjutnya

dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) ketika

pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau

memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya. Selanjutnya

pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal warga asing tersebut. Dari keseluruhan prosedur keimigrasian yang

ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan

politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif. 43

2. Fungsi Keimigrasian

Berdasarkan pengertian umum, dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya

keimigrasian merupakan : “suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan

dan penegakan hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknva

setiap orang dari dan kedalam wilayah Republik Indonesia, serta pengawasan

terhadap keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia” 44.

Secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam

konsep trifungsi imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem

keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum.

(peraturan hukum.) kemigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum

keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian, dalam

operasionalisasinya harus selalu mengandung trifiungsi yaitu: 45

a. Fungsi pelayanan masyarakat

43
Abdullah Sfahriful, Memperkenalkan hukum Keimigrasian (Jakarta; Grafika
Indonesia) hal 64.
44
Ibid hal. 21
45
Iman Santoso, opcit, hal 56-57

Universitas Sumatera Utara


Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan pemerintah atau

administrasi negara yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari aspek itu,

imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik

kepada Warga negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari :

1) Pemberian paspor/pemberian surat perjalanan laksana paspor (SPLP)/pas

lalu lintas batas (PLB), dan

2) Pemberian tanda bertolak/ masuk

Pelayanan bagi Warga Negara Asing terdiri dari :

1. Pemberian dokumen keimigrasian berupa: kartu izin tinggal terbatas

keimigrasian (KITAS), kartu izin tinggal tetap (KITAP), kemudahan

khusus keimigrasian (DAHSUSKIM).

2. Perpanjangan izin tinggal meliputi: visa kunjungan wisata (VKM), visa

kunjungan sosial budaya (VKSB), visa kunjungan usaha (VKU).

3. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM

4. Pemberian izin masuk kembali, izin bertolak

5. Pemberian tanda bertolak dan masuk.

b. Fungsi penegakan hukum

Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum

keimigrasian itu ditegakkan kepada, setiap orang yang berada di dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia

(WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

Penegakan hukum keimigrasian terhadap Warga Negara, Indonesia (WNI),

ditujukan pada permasalahan :

1. Pemalsuan identitas

Universitas Sumatera Utara


2. Pertanggung jawaban sponsor

3. Kepemilikan paspor ganda

4. Keterlibatan dalam pelaksanaan aturan keimigrasian

Penegakan hukum kepada Warga Negara Asing (WNA) ditujukan pada,

permasalahan :

1. Pemalsuan identitas Warga Negara Asing (WNA)

2. Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing

3. Penyalahgunaan izin tinggal

4. Masuk secara ilegal atau berada secara ilegal

5. Pemantauan/razia

6. Kerawanan keimigrasian secara geografis dalam pelintasan

Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh institusi

imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin

bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan

bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif.

Dalam hal penegakan hukum yang bersifat proyustisia, yaitu kewenangan

penyidikan, tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan,

penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemberkasan perkara,

serta pengajuan berkas perkara ke penuntut umum. 46

c. Fungsi keamanan

Imigrasi berfungsi secara penjaga pintu gerbang negara. Dikatakan demikian

karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring

kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik

Indonesia. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara

46
JG. Starke, Pengantar Hukum Internasional (Jakarta; Sinar Grafika, 2000) hal
253.

Universitas Sumatera Utara


Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga

Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung.

Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Asing

(WNA) adalah :

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing

melalui pemeriksaan permohonan visa.

2. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya

khususnya di dalam memberikan supervise perihal penegakan hukum

keimigrasian.

3. Melakukan operasi intelijen keimigrasian bagi kepentingan keamanan

negara.

4. Melaksanakan pencegahan dan penangkalan, yaitu larangan bagi

seseorang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu

tertentu dan/atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam

waktu tertentu.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, harus diingat bahwa di era globalisasi

aspek hubungan kemanusiaan yang selama ini bersifat nasional berkembang

menjadi bersifat internasional terutama di bidang perekonomian, demi

peningkatan kesejahteraan. Untuk mengantisipasinya, perlu menata atau

mengubah peraturan perundangan, secara sinergi baik di bidang ekonomi,

industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di

bidang lalu lintas orang dan barang yang dapat memfasilitasi pertumbuhan

ekonomi. Perubahan itu diperlukan guna meningkatkan intensitas hubungan

negara Republik Indonesia dengan dunia internasional yang mempunyai

dampak sangat besar pada pelaksanaan fungsi dan tugas kemigrasian.

Universitas Sumatera Utara


3. Ruang Lingkup Keimigrasian

Paradigma lama hanya melihat esensi keimigrasian sebatas hal-ihwal orang

asing, sehingga muncul pendapat seolah-olah masalah keimigrasian sebatas

masalah yang berporos pada atau paling tidak bertalian dengan negara asing.

Sebaliknya, paradigma baru melihat bahwa keimigrasian itu bersifat

multidimensional, baik itu dalam tatanan nasional maupun internasional. Hal

ini lebih disebabkan karena dunia telah menjadi semakin kecil dan bahwa

subjek masalah keimigrasian adalah manusia yang bersifat dinamis. Hal itu

dapat dijelaskan sebagai berikut : 47

1) Bidang Politik

Ada berbagai pendapat yang menyatakan di mana sebenarnya fungsi

keimigrasian itu berada. Di satu sisi sebagai bagian dari sistem hukum

Administrasi Negara, hukum keimigrasian sering disertai dengan sanksi

pidana yang kadangkala terasa janggal. Di sisi lain, hukum keimigrasian

juga mengatur kewarganegaraan seseorang. Di samping itu hukum

keimigrasian mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hubungan

internasional. Berbagai pendapat tersebut ada benarnya karena segalanya

bergantung pada cara memandang fungsi keimigrasian itu. Di bidang

politik sering fungsi keimigrasian ditempatkan pada hubungan-hubungan

internasional, disisi lain hak seseorang untuk melintasi batas negara dan

bertempat tinggal di suatu negara dilihat sebagai hak asasi manusia.

Meskipun demikian, kedaulatan negara penerima juga tidak dapat di

abaikan. Berbagai konvensi internasional, seperti United Nations

Convention Concerning of Refugees Status 1951 (selanjutnya disebut

47
Bagir Manan, Hukum Keimigrasian dalam System Hukum Nasional (Jakarta;
Ghalia Indonesia, 2000) hal 30.

Universitas Sumatera Utara


konvensi PBB Tahun 1951) menyebutkan hak-hak seorang pengungsi serta

kewajiban negara penerima. Pencari suaka politik (asylum seekers) akan

mendapatkan hak-hak hidupnya dan perlindungan atas dirinya di negara

terakhir ia berada. Itu berarti bahwa ia mendapatkan suatu perlakuan

khusus di bidang keimigrasian. Seorang warga negara asing dapat

bertempat tinggal di suatu negara tanpa mengikuti ketentuan umum

mengenai keimigrasian. Pada kesempatan ini sering hukum keimigrasian

digunakan untuk melindungi kepentingan politik suatu negara, seperti yang

menyangkut masalah sentimen ras, agama, dan sebagainya.

2) Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi tampak jelas sekali keterkaitan fungsi imigrasi dalam

rangka melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Hal itu terkait

dalam kerangka pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global

yang ditandai dengan peningkatan arus investasi sehingga menciptakan

lapangan kerja, mengalirkan teknologi baru, dan akan meningkatkan arus

manusia ke kawasan tersebut, atau dengan kata lain, ke mana investasi

ditanam kesana pula arus manusia mengikutinya. Di dalam kaitan ini

sangatlah jelas bahwa jasa keimigrsian di suatu negara merupakan bagaian

yang tidak dapat dipisahkan dari kepentingan ekonominya Sektor

peronomian membutuhkan jasa infrastruktur lain, seperti jasa fasilitas

tranportasi, jasa fasilitas komunikasi, jasa fasilitas pengelolaan sumber

daya alam dan manusia serta jasa fasilitas perbankan. Maka, sudah dapat

dipastikan bahwa kini jasa fasilitas keimigrasian merupakan bagian dari

infrastruktur perekonomian.

Universitas Sumatera Utara


Pemberian fasilitas jasa keimigrasian seperti pemberian izin masuk, izin

masuk kembali (re-entry permit), izin masuk beberapa kali perjalanan

(multiple re-entry permit) serta bermacam-macam izin tinggal (izin

singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap)

merupakan bagian dari infrastruktur perekonomian. Begitu pula dengan

aspek pengawasan orang asing, termasuk pembatasan yang diberlakukan

terhadap seorang asing untuk memperoleh izin atau tinggal di suatu negara

baik sebagai pencari kerja maupun investor, yang dimaksudkau untuk

melindungi warga negaranya dari sisi perekonomian dalam menghadapi

persaingan hidup.

Sebagai infrastruktur perekonomian, pembentukan pola-pola keimigrasian

dengan alasan perekonomian dalam memberikan izin masuk dan bertempat

tinggal bagi warga negara asing ke negaranya, tentu saja memiliki

persyaratan yang ketat dan menguntungkan negara tersebut. Begitu pula

negara yang termasuk dalam kategori migrant country. Sebagai contoh,

Australia, dengan alasan perekonomian, mensyaratkan bahwa orang asing

yang mengajukan permohonan untuk masuk dan bertempat tinggal disana

harus memiliki rumah dan dana dalam jumlah tertentu sebagai modal kerja

yang ditanam dalam suatu perusahaan. kemudian, kinerja perusahaan akan

dinilai setiap Tahun sebelum pihak imigrasi Australia memutuskan untuk

memberikan izin tinggal tetap bagi orang asing tersebut.

3) Bidang Sosial Budaya

Pergerakan dan perpindahan manusia sebagai individu atau kelompok akan

mempunyai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif pada

individu atau kelompok penerima. Pengaruh sosial dan budaya terjadi

Universitas Sumatera Utara


karena ada interaksi diantara mereka, baik di lingkungan pendatang

maupun penerima. Negara berkepentingan, melalui fungsi keimigrasian,

untuk tetap menjaga kondisi sosial dan budaya yang ada di dalam

masyarakat agar pengaruh dari luar tidak merusak straktur sosial budaya

masyarakatnya. Fungsi keimigrasian, melalui kebijakan yang diberlakukan

oleh pemerintah, harus mampu menyaring serta mengatur hal-hal

dimaksud. diatas.

4) Bidang Keamanan

Permasalahan yang timbul dan berkaitan dengan aspek politis, ekonomis,

sosial dan budaya pada masyarakat akan sangat berpengaruh pada

stabilitas keamanan negara tersebut. Fungsi keimigrasian yang mengatur

serta mengawasi keberadaan orang di negara tersebut akan memiliki peran

yang signifikan. Secara universal imigrasi dijadikan sebagai penjuru (vocal

point). Kebijakan yang salah atau tidak tepat di dalam menangani masalah

ini akan mempunyai dampak yang sangat besar pada bidang lain. Sebagai

contoh, kebijakan keimigrasian untuk mengatasi kejahatan terorganisasi

lintas negara, harus dapat menjangkau juga bidang lain seperti politik,

ekonomi sosial, dan budaya, baik yang berskala nasional regional, maupun

Internasional. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian mempunyai

keterkaitan substansial yang berdampak beruntun (multiplier effect).

C. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional

1. Kedudukan Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional.

Dalam ilmu hukum terdapat beberapa ilmu hukum positif sebagai induk,

yaitu ilmu hukum kepidanaan, ilmu hukum keperdataan, ilmu hukum kenegaraan,

Universitas Sumatera Utara


dan ilmu hukum internasional 48. Sejalan dengan perkembangan zaman, telah

tumbuh pula berbagai cabang ilmu hukum sebagai disiplin hukum baru, seperti

hukum administrasi negara, hukum agraria, hukum pajak, hukum lingkungan,

hukum ekonomi, dan hukum keimigrasian. Jika dikaitkan dengan ilmu hukum

yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum

kenegaraan, khususnya merupakan ilmu dari hukum adminisitari negara. 49 Hal itu

terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi

penyelenggara pemerintahan atau administrasi negara (bestuur) dan pelayanan

masyarakat (publiek dienst), bukan pembentuk undang-undang (wetgever) dan

bukan juga fungsi peradilan (rechtspraak).

Dengan demikian, keimigrasian dapat dilihat dalam persfektif hukum

administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan

sebagian kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan

pemerintahan (administrasi negara). Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran

dari perbuatan hukum pemerintah (overheads handeling). Contoh kewenangan

imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang yang hendak masuk atau keluar

wilayah Indonesia. 50

Dalam ilmu pengetahuan hukum dikenal istilah pembidangan hukum yang

secara khusus terbagi menurut fungsi pengaturannya. Pembidangan hukum

tersebut dalam praktiknya dapat dijabarkan sebagai berikut : 51

1. Bidang hukum materil, terdiri atas:

48
A. Ridwan Halim, Flora Limau Mangestu, “Persoalan Praktis Filsafat Hukum
dalam Himpunan Distingsi”, (Jakarta : UKI, 1992) hal. 22
49
Iman Santoso, Op. cit, hal. 39
50
Lili Rasjidi, hukum sebagai suatu sistem (Bandung; Remadja Rosdakarya,
2001) hal 86.
51
Pumadi Pubacaraka, “Penggarapan Disiplin Hukum Dan Filsafat Hukum Bagi
Pendidikan Hukum”, (Jakarta : Rajawali 1987) hal. 15

Universitas Sumatera Utara


1) Hukum negara yang mencakup : hukum tata negara, dan hukum

administrasi negara

2) Hukum perdata yang mencakup: hukum pribadi hukum benda, hukum

perjanjian, hukum keluarga, hukum waris, hukum objek immaterial, dan

hukum penyelewengan perdata dan sikap tindak lain

3) Hukum pidana

2. Bidang hukum formil

1) Hukum tata negara formil atau hukum acara tata negara

2) Hukum administrasi negara formil atau hukum acara administrasi negara

3) Hukum perdata formil atau hukum acara perdata

4) Hukum pidana formil atau hukum acara pidana

4. Bidang Hukum Hubungan Antar Tata Hukum (HATAH), khusus mengatur

penyelesaian perkara yang mengandung pertemuan antara dua atau lebih

sistem hukum (HATAH intern dan HATAH ekstern).

2. Ruang Lingkup Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional

Ruang lingkup keimigrasian tidak lagi hanya mencakup pengaturan,

penyelenggaraan keluar masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, serta

pengawasan orang asing yang berada di wilayah Indonesia, tetapi telah bertalian

juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang

masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan

terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan

mekanisme pemberian izin keimigrasian. Maka, dapat dikatakan bahwa fungsi

keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau

penyelenggaraan administrasi pemerintahan (besturr) 52. Oleh karena itu, sebagai

52
Imam Santoso, Opcit, hal. 41

Universitas Sumatera Utara


bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif yaitu fungsi administrasi negara

dan pemerintahan, maka Hukum Keimigrasian dapat dikatakan merupakan bagian

dari bidang hukum administrasi negara 53. Hukum administrasi negara mengatur

tata cara menjalankan pemerintahan atau administrasi negara serta mengatur

hubungan antara aparatur administrasi negara dan masyarakat yang mencakup dua

hal pokok. Pertama, mengatur tata cara administrasi negara (diperkenankan atau

diwajibkan) yang mencampuri kehidupan masyarakat, seperti tata cara bepergian

ke luar negeri, pemberian izin masuk ke dalam negeri, dan izin bertempat tinggal

di Indonesia. Kedua, mengatur tata cara melindungi masyarakat dari pelanggaran

hak warga negara ataupun dari bahaya yang ditimbulkan atau berkaitan dengan

orang asing.

Berhubung hukum keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-

asas dan kaidah hukum administrasi negara umum (algemene administratiefrecht),

terdapat dua asas umum yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran

keimigrasian, yaitu : 54

1. Asas-asas umum penyelengaraan administrasi yang baik (general principles of

good administration) yang mencakup asas persamaan perlakuan, asas dapat

dipercaya, asas kepastian hukum, asas motivasi yang benar, asas larangan

melampaui wewenang, asas tidak sewenang-wenang, asas keseimbangan, dan

asas keterbukaan.

Oleh karena itu setiap tindakan yang bertentangan dengan asas

penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan bagi

koreksi dan pelaksanaan kewajiban hukum aparatur keimigrasian atau ganti

53
Bagir Manan, “ Makalah hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”,
disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, (Jakarta, 14 januari 2000) hal. 7
54
Wahyudin Ukun, Deportasi sebagai Instrumen penegakan Hukum dan
Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, (Jakarta; PT. Adi Kencana Aji, 2004) hal
27.

Universitas Sumatera Utara


rugi apabila sudah tidak mungkin lagi dipulihkan. Setiap keputusan yang

bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat

dijadikan dasar tuntutan atau pembatalan, disertai ganti rugi.

2. Asas legalitas, yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan

menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan, ukuran

isi tindakan atau isi keputusan, ukuran tata cara melakukan tindakan atau

membuat keputusan, sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan

asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang

bersangkutan batal demi hukum.

Dalam perspektif yang lebih besar lagi, dapat dikatakan bahwa hukum

keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi. Dalam perspektif

pembangunan nasional, hukum mempunyai peranan yang penting bagi

keberhasilan pembangunan ekonomi, sebab melalui hukum, selain ditetapkan hak

dan kewajiban, proses, serta kelembagaan dari setiap kegiatan interaksi ekonomi,

jugs diberikan kepastian mengenai subjek dan objek hukum dalam setiap kegiatan

ekonomi. Karena semakin banyak peraturan yang mengatur bidang perekonomian

dengan menggunakan kaidah hukum administrasi negara ini, terbentuklah bidang

hukum baru yang disebut hukum ekonomi dalam arti sempit, yang diberi nama
55
droit economique.

Hal yang membuktikan bahwa kaidah hukum keimigrasian merupakan

bagian dari hukum ekonomi dalam arti sempit adalah ketika kepemilikan hak

orang asing atas satuan rumah susun (apartemen dan kondominium) di Indonesia

hanya diberikan apabila orang asing tersebut adalah pemegang, KITAS (Kartu Izin

Tinggal Terbatas). KITAS ini merupakan produk administrasi negara yang berasal

55
Ibid, hal 9-10

Universitas Sumatera Utara


dari kaidah keimigrasian. Demikian pula dengan pemberian izin keimigrasian,

seperti izin kunjungan, izin tinggal terbatas, ataupun tetap, yang dikaitkan dengan

investasi pekerjaan, aktivitas padagangam dan pembicaraan transaksi bisnis. 56

D. Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia

Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu

lintas masuk dan keluarnya orang. Dalam pengaturan ini harus dengan sungguh-

sungguh memperhatikan secara seimbang antara kepentingan nasional dan

kepentingan global. Untuk menjamin keseimbangan tersebut, dalam melaksanakan


57
fungsi keimigrasian perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut :

1. Prinsip bahwa Indonesia adalah non immigrant state

Prinsip ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membatasi apalagi menolak

kehadiran orang asing di wilayah Indonesia. Prinsip ini bermaksud membatasi

semaksimal mungkin pertambahan penduduk (warganegara) melalui proses

kewarganegaraan yang berpangkal pada hak-hak keimigrasian.

2. Prinsip Selective Policy

Fasilitas keimigrasian terhadap orang asing hendaknya dengan sungguh-

sungguh memperhatikan kemanfaatannya bagi usaha-usaha pembangunan dan

usaha mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan security

56
Bagir Manan, “hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional, opcit hal
87
57
Bagir Manan, Makalah Memantapkan Peranan Imigrasi Dalam Pelayanan, Penerapan
dan Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi, disampaikan pada ceramah rapat
kerja Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, di Jakarta 21 Agustus 1996 dikutip
dari http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=VlxXWlEEBQFS pada tanggal 06 Juni 2012 pukul
20.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Adalah prinsip keseimbangan antara pengawasan, pengendalian dan

pelayanan. Orang asing adalah tamu, dan karena itu harus diperlakukan secara

layak baik dalam hubungan yang bersifat hukum maupun dalam hubungan

sosial. Namun demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu

untuk berlaku wajar sesuai dengan kepentingannya, sehingga kepentingan

security bagi masyarakat dan Negara senantiasa terlaksana secara wajar.

4. Prinsip the right of movement.

Setiap orang yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia dijamin

dan dilindungi hak-haknya untuk melakukan perjalanan termasuk hak untuk

berkomunikasi, sepanjang tidak membahayakan diri atau kepentingan Negara

yang khusus.

5. bahwa keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara,

pada prinsip ini Keimigrasian harus senantiasa berjalan di atas asas-asas

umum penyelenggaraan Negara yang layak (general principle of good

administration) .

Bahwa pada hakikatnya keimigrasian Indonesia bertujuan untuk

kesejahteraan warga Indonesia umumnya dan warga negara asing khususnya

sebagaimana dituangkan dalam Konsidrens dari Undang-undang nomor 6 tahun

2011 antara lain menerangkan bahwa keimigrasian merupakan bagian dari

perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Indonesia dalam

rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 begitu juga dengan perkembangan global dewasa

ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan

berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan

Universitas Sumatera Utara


dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan

peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan

dengan penghormatan, pelindungan, dan pemajuan hak asasi manusia, sehingga

diundangkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) TERHADAP ORANG

ASING KE INDONESIA.

A. Penerapan Kebijakan Selektif (Selective Policy)

1. Aspek Pelayanan Keimigrasian.

Aspek pelayanan keimigrasian mengandung makna melancarkan dan

memudahkan orang masuk dan keluar dari wilayah Indonesia. Dalam aspek

pelayanan termasuk pengaturan pembebasan visa bagi orang asing dari negara-

negara tertentu. Berbagai bentuk pelayanan ini tidak terlepas dari kepentingan

nasional, karena itu setiap kemudahan keimigrasian yang diberikan kepada warga

negara asing dari satu atau beberapa negara tertentu dilakukan dengan sedapat

mungkin mengupayakan penerapan prinsip resiprositas yang memungkinkan

Warga Negara Indonesia menikmati kemudahan-kemudahan yang sama dari negra-

negara yang mendapat kemudahan keimigrasian di Indonesia. 58

Menurut Lilik Bambang L, “ Makna Selective Policy dibidang keimigrasian


adalah suatu kebijakan pemerintah Indonesia terhadap masuknya orang asing ke
wilayah Indonesia berdasarkan asas manfaat dalam arti hanya orang asing yang
bermanfaat bagi rakyat, bangsa dan negara yang di izinkan masuk ke wilayah
Indonesia. Namun dalam kenyataannya prinsip tersebut terkadang tidak dapat
diterapkan secara murni karena ada kepentingan dari pihak lain yang tidak
memahami dampak yang akan ditimbulkan oleh orang asing bilamana sudah
berada di wilayah Indonesia, Sebagai contoh Jajaran Imigrasi Bandar Udara
Polonia yang diberi kewenangan oleh Undang-undang untuk memeriksa dokumen
keimigrasian bagi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia melalui
Bandar Udara Internasional terkadang mengalami kesulitan untuk menerapkan
prinsip tersebut karena adanya kepentingan dari pihak lain yang menginginkan

58
Iman Santoso, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan
Ketahanan Nasional, Opcit hal 122.

Universitas Sumatera Utara


orang asing sebanyak-banyaknya dapat masuk ke daerah ini, tetapi mereka tidak
memahami akan istilah selective policy dan dampak negatip yang lebih besar.” 59

Keimigrasian di Indonesia menyangkut 2 (dua) hal yaitu :

1. Lalulintas orang antar negara Republik Indonesia dengan negara lain;

2. Pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah negara Republik

Indonesia.

Keimigrasian di Indonesia menyangkut hal ihwal masuk dan ke luar wilayah

Negara Republik Indonesia dari orang-orang baik Warga Negara Indonesia

maupun orang asing. Jadi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia,

akan berhubungan dengan keimigrasian melalui tempat yang dinamakan Tempat

Pemeriksaan Imigrasi atau disebut juga TPI, dimana dilakukan pemeriksaan oleh

Pejabat Imigrasi.

2. Lalu Lintas Keimigrasian

Keimigrasian sangat berkaitan erat dengan lalu lintas orang yang ke luar

atau masuk ke suatu negara dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1992 yang telah dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang

Keimigrasian yang menyatakan bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu

lintas orang masuk atau keluar wilayah Indonesia merupakan hak dan wewenang

Negara Republik Indonesia serta merupakan salah satu perwujudan dari

kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Perangkat dokumen yang lazim digunakan bagi orang yang ke luar atau

masuk ke suatu negara adalah Paspor yaitu dokumen perjalanan resmi atau travel

document yang diterbitkan oleh Pemerintah yang memuat identitas pemegangnya

59
Wawancara dengan LIlik Bambang L, Kepala Kantor Imigrasi Klass I Polonia
pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 10.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


dan dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar negara menurut

kepentingannya misalnya untuk keperluan dinas, perdagangan, wisata dan lain-


60
lain.

Dalam hal seseorang hendak melakukan perjalanan ke luar negeri, harus

mengurus terlebih dahulu ijin masuk ke negara yang hendak dituju melalui

Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal atau perwakilan yang ditunjuk oleh negara

yang bersangkutan. Izin masuk ke suatu negara tertentu lazim disebut dengan
61
istilah ”visa”.

Lilik Bambang L juga mengatakan “ berbicara selective policy bagi orang


asing yang telah berada di wilayah Indonesia yang memegang izin keimigrasian
seperti Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Izin Tinggal Tetap dan perizinan
lainnya yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi baik di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
atau pada Kantor-kantor Imigrasi di seluruh Indonesia bilamana mereka akan
mengajukan permohonan perpanjangan izin keimigrasiannya tersebut ada hal-hal
yang akan memfilter mereka dan akan diseleksi kembali dengan cara-cara:
1. Secara Administratif.
1. Pengawasan Terhadap Permohonan Perpanjangan Izin Kunjungan dan Izin
Keimigrasian lainnya.
Dalam rangka mengamankan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian
izin keimigrasian yang dilakukan di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia
agar memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :
1. Dalam proses pemberian perpanjangan izin tinggal harus memeriksa
secara teliti tentang kebenaran maksud keberadaan dan kegiatan
pemohon, misalnya : kepada mereka yang potensial akan melakukan
praktek prostitusi, kegiatan illegal dan lain-lain yang bertentangan
dengan norma-norma dan budaya daerah;
2. Dalam hal kecurigaan terhadap sponsor fiktif, perlu mengadakan
pemeriksaan lapangan untuk melihat kebenaran dan keberadaan
sponsor;
3. Memeriksa dengan teliti seluruh persyaratan formil dan materiil yang
diajukan oleh pemohon atau penjamin, apakah disetujui atau ditolak
permohonannya.
2. Pembatasan Perpanjangn Izin Kunjungan kepada orang asing dari
Negara-negara tertentu yang dianggap rawan keimigrasian dan
(ideologi, Politik, ekonomi, sosial dan budaya) Pertahanan Dan Keamanan
(Hankam).
Sehubungan dengan banyaknya pelanggaran keimigrasian berupa
penyalahgunaan izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing yang masuk
ke Imdonesia dengan visa yang diberikan melalui proses Clearance House
60
Koerniatmanto, Soetoprawiro, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian
Indonesia, (Jakarta; Gramedia,1996) hal 17
61
Ibid, hal 21

Universitas Sumatera Utara


sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor M.193-PR.09.03
Tahun 2007 tanggal 08 Oktober 2007 tentang Tim Koordinasi Penilai
pemberi Visa Bagi Warga Negara Asing Rawan dan Surat Departemen
Luar Negeri Nomor 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12 April 2006,
disampaikan hal sebagai berikut :
1. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian
dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pelanggaran hukum
seperti peredaran narkoba dan lain-lain, agar para Kepala Kantor
Imigrasi menolak setiap permohonan perpanjangan izin kunjungan
yang diajukan oleh sponsor dan atau orang lain yang berasal dari
negara-negara yang dianggap rawan sosbud/keimigrasian sebagaimana
dimaksud dalam Surat DEPLU No. 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12
April 2006;
2. Tindak lanjut penolakan pemberian perpanjang dilakukan dengan
cara :
a. Memberikan kepada yang bersangkutan izin berangkat atau
exit permit only keluar wilayah indonesia/ke negara asalnya;
b. Melakukan pengawasan terhadap keberangkatan yang
bersangkutan keluar wilayah Indonesia/ke negara asalnya;
c. Melaporkan keberangkatan yang bersangkutan kepada
Direktur Jenderal Imigrasi Up Direktur Intelijen
Keimigrasian;
3. Negara-negara yang dianggap rawan dipandang dari sudut
Ipoleksosbud Hankam tersebut antara lain :
a. Rawan Ideologi : Angola, Kuba, dan Korea;
b. Rawan Politik : Israel;
c. Rawan Ekonomi : Kuba, Ethiopia. Irak dan Somalia;
d. Rawan Sosial Budaya /
Keimigrasian : Albania, Afganistan, Bangladesh
Kamerun, Ethiopia,
Ghana, Irak, Nigeria dan
Pakistan.

3. Edaran Daftar Komite Sanksi Resolusi Dewan Keamana Perserikatan


Bangsa-bangsa
Berdasarkan Surat Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia perihal Daftar Komite Sanksi
Resolusi 1267 (1999) DKPBB , sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan
No 1455 (2003), dengan ini di informasikan bahwa :
1. Daftar Komite Sanksi Resolusi 1267 (1999) merupakan daftar
yang berkenaan dengan orang-orang dan organisasi yang
terkait dengan Usama bin Laden dan Jaringan Al-Qaida
dapat diakses melalui situs
http:/www.un.org/Docs/commitees/1267/1267ListEng.4.1.3.2
2. Daftar ini terdiri dari 2 (dua) format yaitu pdf yang
memuat daftar nama dan organisasi yang terkait dengan Usama
bin Laden dan jaringan Al-Qaida dalam bentuk paragraph, dan
format html dalam bentuk tabel.
3. Diharapkan Daftar Komite Sanksi Resolusi 1267 (1999) dapat
diakses oleh semua Kantor Imigrasi sebagai tindakan preventif

Universitas Sumatera Utara


mengenai kemungkinan ditemukan orang atau organisasi yang
terlibat dengan jaringan Al-Qaida di wilayah Indonesia.

4. Pemanfaatan Perangkat Intelijen Keimigrasian


Sebagai salah satu upaya dalam mengatasi pelanggaran dan tindak pidana
keimigrasian yang terjadi di wilayah Indonesia. Pemanfaatan perangkat
intelijen tersebut sangat mendukung pelaksanaan tugas-tugas keimigrasian
dengan cara :
1. Kepala Kantor Imigrasi dapat langsung mengirim data
informasi intelijen kepada Direktur Intelijen dan Bina TPI;
2. Kepala Kantor Imigrasi dapat mengirim informasi intelijen
tersebut kepada Kepala Divisi Imigrasi;
3. Untuk acuan dalam mengisi informasi intelijen agar
memperhatikan masalah terkait dengan antara lain :
a. Terorisme, dilakukan oleh orang asing dan juga melibatkan
warga negara Indonesia dengan tujuan mengganggu
stabilitas negara;
b. Pencucian uang atau money laundring, juga dilakukan oleh
warga negara asing yang mencari keuntungan dengan cara
tidak wajar atau melanggar hukum;
c. Peredaran narkoba, merupakan sindikat internasional,
terorganisir dan Indonesia merupakan salah satu
sasarannya;
d. Perdagangan manusia, kejahatan seperti ini dilakukan antar
negara dan terorganisir korbannya wanita dan anak-anak
dibawah umur;
e. Penyelundupan manusia, merupakan kejahatan lintas negara
dan pelanggaran keimigrasian;
f. Pelanggaran perbatasan, hal ini menyangkut lintas batas
negara, atau kedaulatan negara;
g. Dokumen palsu, dokumen yang bukan dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang dan dipergunakan untuk tujuan
tertentu;
h. Dokumen yang didapat dengan tidak sah, artinya tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

B. Peran Petugas Imigrasi

Peran dari petugas Imigrasi dalam selektive policy ditunjukkan pula

dengan salah satunya yakni pengawasan dilapangan, dimana peran petugas

dilapangan sangatlah menentukan bagi keluar dan masuknya orang asing

diwilayah negara Indonesia.

”Pengawasan yang dilakukan oleh petugas Keimigrasian berupa


pemantauan secara intelijen dan pelacakan, razia gabungan dengan instansi
terkait mengumpulkan bahan keterangan, laporan masyarakat maupun
media, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak

Universitas Sumatera Utara


pidana keimigrasian. Sumber Data Pengawasan Lapangan meliputi Hasil
pengamatan, pembuntutan, penyusupan wawancara, intelijen dan
pelacakan, hasil penilaian sumber data yaitu Sumber data pengawasan
administratif, hasil penilaian laporan masyarakat, berita mas media cetak
dan elektronik, Hasil laporan instansi pemerintah maupun swasta, dan
hasil pengembangan semua sumber data yang ada.” 62

1. Operasi Pengawasan Keimigrasian.

Upaya awal yang dilakukan oleh imigrasi yang merupakan tugas

pokok dan fungsi keimigrasian adalah pengawasan keimigrasian dalam hal ini

terhadap orang asing. Memberikan perizinan kepada orang asing jauh lebih mudah

dibandingkan melakukan pengawasan perizinan tersebut. Pengawasan sebagai

salah satu upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang dilakuakan oleh

orang asing, karena keimigrasian sangat berkaitan erat dengan lalu lintas orang

yang ke luar atau masuk ke wilayah Indonesia serta keberadaan dan kegiatannya

di Indonesia.

Pengawasan dibidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang

bersifat selektif atau selective policy, artinya untuk terwujudnya hal tersebut maka

dilakukan pengawasan orang asing. Maka pelaksanaan pengawasan orang asing

pada dasarnya telah dilakukan sejak orang asing tersebut mengajukan permohonan

Visa di Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, kemudian yang

bersangkutan masuk dan berada di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dan

keberadaan/kegiatannya di wilayah Republik Indonesia.

Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan, atau upaya yang

dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung

unsur-unsur pelanggaran atau kejahatan keimigrasian, baik mengenai keberadaan

maupun kegiatan orang asing yang lazim dikenal dengan istilah penyelidikan.

62
Wawancara langsung dengan Edy Firyan selaku Kepala Seksi Informasi dan
Komunikasi kantor imigrasi Klass I Polonia Medan pada tanggal 07 Juni 2012 pukul
13.05 WIB

Universitas Sumatera Utara


Pemantauan dan penyelidikan ini merupakan tindakan permulaan dari rangkaian

penyidikan tindak pidana keimigrasian apabila perkara tersebut akan diajukan ke


63
penuntut umum dan diteruskan ke pengadilan.

Operasi adalah suatu kegiatan terhadap suatu objek tertentu yang dibatasi

oleh tempat, waktu serta dana. Untuk mengetahui setiap peristiwa yang diduga

mengandung unsur pelanggaran atau kejahatan keimigrasian terhadap ketentuan

yang berlaku dibidang Keimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan

yang mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing, baik lalulintas, keberadaan

maupun kegiatannya.

Dalam mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan


peristiwa dimaksud agar diupayakan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis dan
macam pelanggaran keimigrasian dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia
dan senantiasa disertai dasar hukum dan dilengkapi dengan surat perintah tugas.
Cara yang dilakukan dapat berupa :
1. Pengamatan dengan panca indera secara teliti, cermat terhadap surat-
surat, benda dan tempat kejadian untuk mendapat gambaran yang
lebih jelas baik secara keseluruhan atau lebih rinci;
2. Pembuntutan terhadap obyek yang berkaitan atau berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang akan, sedang dan atau telah terjadi;
3. Penyusupan dalam ruang lingkup peristiwa atau golongan kegiatan
peristiwa yang akan, sedang atau telah terjadi unsur pelanggaran;
4. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui atau patut
diduga mengetahui terjadinya peristiwa pelanggaran atau kejahatan
keimigrasian dengan memperhatikan sumber dan nilai keterangan.
Wilayah sasaran pemantauan operasi pengawasan Keimigrasian
menyangkut seluruh wilayah Republik Indonesia, sesuai Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah Negara Indonesia.
Sasaran pemantauan dimaksud yaitu : 64

1. Orang asing pemegang izin singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas,

izin tinggal tetap, tanpa izin keimigrasian, over stay, imigran ilegal, dan

orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan izin yang

diberikan;

2. Alat angkut niaga, non niaga, alat apung;


63
Leden Marpaung, Asas Teori Praktek hukum Pidana, (Jakarta; Sinar grafika,
2005), hal 57.
64
Iman santoso, opcit hal 98

Universitas Sumatera Utara


3. Bangunan Hotel, wisma, dan sejenisnya, Kantor pemerintah, perusahaan,

pabrik;

4. Rumah, asrama tempat orang asing bertempat tinggal.

2. Operasi Intelijen Keimigrasian.

Intelijen Keimigrasian ialah setiap usaha dan upaya penyelidikan, penyidikan

serta penindakan untuk mengamankan pelaksanaan ketentuan dan peraturan

keimigrasian berdasarkan Tri Fungsi Imigrasi.” 65 Untuk dapat menghadapi,

mencegah, menanggulangi dan secara terbuka maupun secara tertutup yang

dilakukan baik oleh badan-badan intelijen negara asing maupun oleh sindikat-

sindikat kejahatan internasional atau domestik maka diperlukan suatu sistem

Sekuriti Umum yang tepat. Peranan dan kemampuan sistem sekuriti umum

baik secara terbuka pada daerah-daerah perbatasan negara sangat diharapkan,

wilayah pedalaman/teritorial maupun didalam lingkungan sendiri serta sistem

kontra intelijen terbuka dan tertutup. Namun masih ada satu usaha kegiatan

lain yang dapat membantu secara tidak langsung atas kegiatan Sekuriti Umum

dan Kontra Intelijen tersebut diatas yang disebut kegiatan “Intelijen”.

Sebagai suatu subsistem dari sistem Sekuriti Nasional maka kegiatan

intelijen merupakan usaha “imbang” atau mengimbangi kegiatan intelijen

atau kejahatan intelijen dari pihak lain, yang mempergunakan pola-pola

operasional yang serupa atau sama. Oleh karena itu maka kegiatan intelijen

yang dilakukan selaku aparat atau badan negara akan dinilai sebagai suatu

“kejahatan intelijen” oleh pihak negara lain yang dijadikan sasaran. Kegiatan
65
John Sarodja Saleh, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian Hasil Suatu Kajian
Tim, (Jakarta; Direktorat Jenderal Imigrasi Depkum dan Ham RI, 2008) Hal 90

Universitas Sumatera Utara


intelijen di bidang keimigrasian terutama dalam rangka penegakan hukum

keimigrasian, ini sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak di

inginkan terutama masuknya rang asing ke wilayah Negara Republik

Indonesia. Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F-

914.PW.01.10 Th 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Intelijen Keimigrasian.

Dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan keimigrasian

yang dilakukan oleh orang asing, melalui sistem peringatan deteksi dini atau

early warning detection dipandang perlu dilakukan kegiatan operasi intelijen

keimigrasian dengan membentuk Tim Operasi Intelijen Keimigrasian yang

bertugas :

1. Merencanakan dan menyelenggarakan pelaksanaan tugas-tugas operasi

intelijen keimigrasian dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan,

pelanggaran dan kejahatan keimigrasian baik dalam bentuk kegiatan rutin

operasional maupun insidentil di wilayah kerjanya yangmeliputi

pengamatan, penelusuran, penelitian dan pemantauan serta pengumpulan

bahan keterangan;

2. Menindaklanjuti laporan, informasi baik lisan maupun tertulis dari

sumber-sumber laporan;

3. Menetapkan pola operasi, baik terbuka maupun tertutup;

4. Menetapkan penugasan personil Tim untuk melakukan operasi intelijen

keimigrasian;

5. Melaksanakan pengumpulan bahan keterangan dan pengolahan informasi

yang berkaitan dengan penyimpangan, pelanggaran maupun kejahatan

keimigrasian;

6. Menyajikan laporan intelijen keimigrasian;

Universitas Sumatera Utara


7. Melaksanakan tugas intelijen berdasarkan Surat Perintah

Operasi;

8. Membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan

operasi kepada pimpinan.

3. Pengaturan Lalu Lintas Keimigrasian

Keimigrasian adalah menyangkut perpindahan setiap orang dari suatu negara

ke negara lain yang berarti terjadi lalu lintas antar negara. Tiap negara yang

mengalami lalu lintas orang tidak tertutup kemungkinan terjadinya

pelanggaran atau kejahatan keimigrasian. Hal ini dikenal sebagai lalu lintas

keimigrasian yang terdiri dari Izin Masuk atau entry permit maupun Izin

kembali atau Re entry permit, dan izin keimigrasian lainnya. Hal tersebut

dilakukan oleh petugas imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi.

4. Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian.

Pengawasan dimaksud adalah pengawasan secara menyeluruh baik warga

negara Indonesia maupun warga negara asing yang menggunakan dokumen

keimigrasian untuk melakukan perjalanan antar negara. Sedangkan

pengawasan orang asing dilakukan sejak orang asing mengajukan

permohonan visa di perwakilan Indonesia di luar negeri, lalu masuk ke

Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan selama berada di

wilayah Indonesia baik terhadap izin keberadaan maupun kegiatannya dan

hingga meninggalkan wilayah Indonesia tetap dalam pengawasan Imigrasi.

Pengawasan adalah suatu “proses kegiatan mengumpulkan data, menganalisa

dan menentukan apakah suatu yang diawasi sesuai dengan standar yang telah

ditentukan atau sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku”. 66

66
Moh Arif, Opcit., Hal 105

Universitas Sumatera Utara


Norma-norma yang berlaku bagi orang asing di Indonesia antara lain norma

hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti yang

menyangkut izin keberadaannya atau izin keimigrasian, izin kegiatannya

seperti yang menyangkut ketenagakerjaan, mengikuti pendidikan,

mengadakan penelitian dan sebagainya. Selain itu norma-norma yang

menyangkut norma agama dan sosial budaya lainnya, seperti halnya norma

agama, kebudayaan, adat istiadat yang berlaku di Indonesia. Sebagai tindak

lanjut pengawasan orang asing, dilakukan penindakan jika terjadi

penyimpangan baik yang menyangkut izin keberadaannya, maupun

kegiatannya selama berada di wilayah Republik Indonesia. Tindakan yang

dilakukan dapat melalui tindakan keimigrasian dalam arti tanpa melalui

proses peradilan atau tindakan melalui proses peradilan artinya dengan

keputusan Hakim.

Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, darat, laut maupun

udara menjadi fokus pengawasan keimigrasian terhadap lalulintas orang antar

negara yang akan masuk ke wilayah Indonesia, melalui tempat pemeriksaan

imigrasi yang telah ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang

Wilayah Negara pasal 1 ayat (1) Dalam Undang-undang ini yang dimaksud

dengan :

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut


dengan Wilayah Negara adalah salah satu unsur negara yang merupakan satu
kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut
teritorial beserta dasar laut dan tanah dibawahnya, serta ruang udara di
atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara


Perbatasan wilayah Negara Indonesia dimaksud sesuai pasal 5 Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 yaitu :

Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah dibawahnya
serta ruang udara diatasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral
dan/atau trilateral mengenai batas darat, batas laut dan batas udara serta
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.

Batas wilayah Negara Republik Indonesia dengan negara-negara tetangga tersebut

sesuai pasal 6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 yaitu :

1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, meliputi :

a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini,


dan Timor Leste;
b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini,
Singapura, dan Timor Leste; dan
c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan
batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan
perkembangan hukum internasional.
2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan batas wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum Internasional.

5. Peyidikan Keimigrasian

Melakukan serangkaian kegiatan mencari tersangka, saksi, petunjuk dan surat

yang merupakan alat bukti, kelanjutan dari adanya laporan keimigrasian atau

kejadian yang diperoleh melalui laporan masyarakat atau diketahui langsung

oleh penyidik Imigrasi bahwa telah terjadi tindak pidana keimigrasian.

Penyidikan adalah salah satu proses peradilan terhadap suatu tindak pidana

yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana. Selain Polisi Negara Republik Indonesia

sebagai penyidik umum, juga dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang diangkat

sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Polisi dalam hal ini

sebagai Koordinator Pengawas atau korwas PPNS.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Hukum Acara Pidana ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) yang

dimaksud penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau

pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang untuk melakukan penyidikan. 67

Oleh karena itu dalam hal pelanggaran atau tindak pidana keimigrasian yang

tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

Tentang Keimigrasian maka dapat dilakukan penyidikan oleh penyidik

pegawai negeri sipil dalam hal ini oleh Pejabat Imigrasi yang telah diberi

wewenang khusus oleh Undang-undang.

Dalam hal melakukan pemeriksaan tentunya seorang penyidik tidak boleh

mengabaikan hak-hak orang lain seperti yang tercantum dalam Pasal 17

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia, yang dimaksudkan bahwa:

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan


dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam
perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum
acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur
dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

6. Pencegahan Dan Penangkalan

Salah satu tugas dan fungsi imigrasi ialah turut serta dalam menjaga ketertiban

dan keamanan negara dari gangguan dan ancaman baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri, bekerjasama dengan aparat keamanan lainnya.

Implimentasi dari tugas menjaga ketertiban dan keamanan itu ialah

melakukan tindakan preventif yang berupa pencegahan dan penangkalan, yaitu

melarang untuk sementara orang-orang tertentu dengan alasan tertentu untuk

67
Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

Universitas Sumatera Utara


meninggalkan atau masuk ke wilayah negara Indonesia. Dalam rangka

menjaga keutuhan dan tegaknya negara, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

30 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan

Penangkalan atau disebut Juga CEKAL.

Permintaan atau permohonan Pencegahan dan Penangkalan ini merupakan

keputusan dari : Menteri sepanjang menyangkut masalah keimigrasian,

Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang negara, Jaksa Agung

sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan

Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sepanjang menyangkut

pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia,

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.

Keputusan ini memuat nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin dan

kewarganegaraannya.

Pencegahan dan penangkalan bagi warga negara asing yang masuk ke


68
Indonesia dibedakan antara lain :

1) Pencegahan Penangkalan dan Hak Atas Kebebasan Bergerak

Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah

manusia, manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat

ketempat lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang

kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Kebebasan ini

68
Dwi Ari Listiyani, Artikel, Sistem Keimigrasian di Indonesia, Oleh, diakses dari
http://id.shvoong.com/humanities /history/2070240-Hukum Keimigrasian,, pada tanggal 07 Juni
2012 pukul 21.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


telah dinyatakan di dalam Universal Declaration of Human Rights. Namun

kebebasan ini bukan berarti bebas sebebas-bebasnya bergerak tanpa adanya aturan

yang membatasinya. Dunia internasional juga memahami keberadaan setiap Negara

mempunyai kepentingannya masing-masing, sehingga kebebasan bergerak itu

diseimbangkan dengan kepentingan-kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka

dunia internasional juga memberikan batasan terhadap kebebasan bergerak ini.

Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional, ketertiban umum,

kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat.

Setiap pembatasan yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus

berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan rasional. Pembatasan hak atas

kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara dengan cara pencegahan

dan penangkalan, Pencegahan dan penangkalan adalah untuk menghentikan

seseorang untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang bersangkutan atas dasar

alasan-alasan yang secara rasional untuk keamanan nasional, ketertiban umum,

kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Definisi Pencegahan

menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian adalah larangan

yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah

Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Sedangkan penangkalan adalah larangan yang

bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk kewilayah Indonesia

berdasarkan alasan tertentu. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini tidak boleh

digunakan sewenang-wenang oleh suatu Negara, Negara harus tetap menjamin hak

atas kebebasan bergerak setiap individu namun juga harus menjalankan kepentingan

nasionalnya. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar dengan

alasan yang kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan

Universitas Sumatera Utara


nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan

masyarakat yang sesuai dengan kovenan internasional dalam hak sipil dan politik.

2) Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia

Hukum Keimigrasian di Indonesia menganut prinsip selective policy.

Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat

bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak

membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap

rakyat, maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau

keluar wilayah Indonesia. Orang asing karena alasan-alasan tertentu seperti sikap

permusuhan terhadap rakyat dan Negara Republik Indonesia untuk sementara waktu

dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan selective policy,

secara selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan

tujuannya berada di Indonesia. Terhadap warga Negara Indonesia berlaku prinsip

bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah

Indonesia. Namun, hak-hak ini bukan sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena

alasan-alasan tertentu dan untuk jangka waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat

dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan dapat ditangkal masuk ke wilayah

Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan pada dasarnya ditujukan pada orang

asing, maka penangkalan terhadap warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam

keadaan sangat khusus.

Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh

petugas yang diberi wewenang. Menurut ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2011 wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh :

a. Menteri Hukum dan Ham, melalui Dirjen keimigrasian, sepanjang

menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian

Universitas Sumatera Utara


b. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang Negara

c. Jaksa Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32

huruf g Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia.

d. Panglima angkatan bersenjata Republik Indonesia, sepanjang

menyangkut pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan

Negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun

1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara

Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang

Nomor 1 tahun 1988.

Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya

memuat :

a. Identitas orang yang terkena pencegahan.

b. Alasan pencegahan.

c. Jangka waktu pencegahan

Keputusan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada

orang atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari

terhitung sejak tanggal penetapan. Keputusan pencegahan oleh Menteri Hukum dan

HAM serta oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1)

huruf a dan b berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat

diperpanjang untuk paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam

bulan. Keputusan pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11

ayat (1) huruf c berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung.

Sedangkan keputusan pencegahan oleh panglima ABRI (sekarang namanya menjadi

TNI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk jangka

Universitas Sumatera Utara


waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan

pencegahan tersebut tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan

perpanjangan pencegahan tersebut berakhir demi hukum.

Setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam

menggunakan kewenangannya untuk melakukan pencegahan harus benar-benar

didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral

masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas karena

hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang rasionil dan jelas ini bersifat

relatif, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan

moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara

tersebut. Disinilah kearifan dan kebijaksanaan para pejabat-pejabat tersebut dalam

melaksanakan kewenangannya harus dilandaskan pada pola fikir yang jernih dan hati

nurani mereka.

Disamping pencegahan, yang juga penting adalah penangkalan. Wewenag

dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang asing dilakukan oleh :

a. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian.

b. Jaksa agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang kejaksaan Republik Indonesia.

c. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut

pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan Negara

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan poko pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia,

sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 1 tahun 1988.

Pelaksanaan penangkalan didalam huruf c aturan di atas, dilakukan semata-

mata untuk mencapai tujuan dan dalam batas-batas seperti yang diatur dalam undang-

Universitas Sumatera Utara


undang nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan

Keamanan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan undang-undang

Nomor 1 Tahun 1988. Berdasarkan undang-undang ini, pertahanan dan keamanan

Negara bertujuan untuk tetap tegaknya Negara kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terhadap segala ancaman

baik dari luar maupun dari dalam negeri serta tercapainya tujuan nasional.

Pelaksanaan komando pertahanan keamanan Negara ada pada panglima Tentara

Nasional Indonesia (TNI). Dengan demikian, dalam rangka melaksanakan tugas di

bidang pertahanan keamanan, panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) berwenang

menolak orang asing untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia.

Wewewang dan tanggung jawab penolakan terhadap warga Negara Indonesia

dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh menteri dan anggotanya terdiri dari

unsur-unsur :

a. Markas besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

b. Kejaksaan Agung Republik Indonesia.

c. Departemen Luar Negeri.

d. Departemen Dalam Negeri.

e. Badan Kordinasi bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional

f. Badan Koordinasi Intelejen Negara

Penolakan terhadap orang asing dilakukan karena :

a. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegiatan sindikat kejahatan

internasional.

b. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di Negara lain bersikap

bermusuhan terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang

mencemarkan nama baik bangsa dan Negara Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


c. Diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan

ketertiban umum, kesusilaan, agama, dan adat kebiasaan masyarakat

Indonesia.

d. Atas permintaan suatu Negara, orang asing yang berusaha menghindarkan

diri dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di Negara tersebut karena

melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang

berlaku di Indonesia.

e. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia, dan

f. Alasan-alasan lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih

lanjut dengan peraturan pemerintahan.

Pada dasarnya setiap warga Negara Indonesia berhak untuk masuk atau

kembali ke Indonesia kapan saja. Oleh karena itu penangkalan terhadap mereka

hanya dilakukan berdasarkan keadaan yang khusus. Keadaan khusus tersebut adalah

bahwa mereka telah lama berada dan tinggal menetap di luar negeri, sehingga sikap

mental,ucapan dan tingkah laku mereka benar-benar sudah seperti orang asing dan

melakukan tindakan yang memusuhi Negara Indonesia serta bersikap anti pemerintah

Negara Republik Indonesia. Selain itu penangkalan terhadap warga Negara Indonesia

dapat juga atas pertimbangan masuknya mereka ke Indonesia dapat menimbulkan

gangguan terhadap pembangunan nasional, menimbulkan perpecahan bangsa, atau

menganggu stabilitas nasional dan dapat pula menimbulkan ancaman terhadap diri

atau keluarganya. Didalam Pasal 91 dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011

Tentang Keimigrasian ditentukan warga Negara Indonesia yang dapat dikenakan

penangkalan adalah terhadap warga Negara yang :

Universitas Sumatera Utara


a. Telah lama meninggalkan Indonesia atau tinggal menetap atau telah menjadi

penduduk suatu Negara lain dan melakukan tindakan atau bersikap bermusuhan

terhadap Negara atau pemerintahan Republik Indonesia.

b. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat menganggu jalannya pembangunan,

menimbulkan perpecahan bangsa, atau dapat menganggu stabilitas nasional.

c. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengancam keselamatan diri atau

keluarganya

Penolakan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang dikirimkan kepada perwakilan-

perwakilan Republik Indonesia dengan sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas orang yang terkena penangkalan.

b. Alasan penangkalan.

c. Jangka waktu penangkalan.

Keputusan penangkalan yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a dan

c, berlaku untuk jangka waktu paling lama satu tahun dan setiap kali dapat

diperpanjang untuk jangka waktu yang sama atau kurang dari waktu tersebut.

Keputusan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf b,

berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Apabila tidak ada

keputusan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penangkalan tersebut

berakhir demi hukum.

Keputusan penangkalan terhadap warga Negara Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pasal 19 dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 berlaku untuk

jangka waktu paling lama enam bulan dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling

lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan penangkalan tersebut

tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), penangkalan tersebut berakhir demi hukum. Sama seperti

Universitas Sumatera Utara


halnya dengan pencegahan, setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat

tersebut, dalam menggunakan kewenangannya untuk melakukan penangkalan harus

benar-benar didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan

moral masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas.

Kearifan dan kebijaksanaan pejabat-pejabat sangat menentukan karena sifat

relatifnya keamanan nasional,ketertiban umum, dan kepentingan masyarakat. Untuk

mengatasi relatifnya sifat ini diperlukannya kriteria-kriteria yang menjadi patokan

dalam menentukan,perlu adanya definisi lebih lanjut yang dituangkan didalam suatu

peraturan. Hal ini berguna untuk membatasi setiap diskresi pejabat-pejabat yang

berwenang yang terlampau jauh melanggar hak asasi manusia.

3) Penerapan dan Penggunaan Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia

Dalam sejarah Indonesia telah melakukan beberapa kali pencegahan dan

penangkalan (Pencekalan) kepada warga negaranya. Salah satu pencekalan yang

sangat berpengaruh ke sistem hukum keimigrasian adalah penangkalan terhadap

warga Negara Indonesia yang berada diluar negeri yang diduga sebagai bekas

anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Pencekalan terhadap warga Negara

Indonesia eks anggota PKI ini sangat tidak rasionil dan tidak manusiawi, mereka

hanya memiliki pandangan politik yang berbeda, bahkan ada warga Negara

Indonesia yang tidak tahu menahu mengenai ideologi komunis yang diduga

memiliki pandangan komunis juga turut di cekal.

Karena atas tuntutan hak asasi manusia ini maka Pemerintah Republik

Indonesia mencabut penangkalan terhadap warga Negara Indonesia yang berada

di luar negeri yang diduga eks anggota PKI. Aturan-aturan keimigrasian yang

perihal mengenai pencekalan terhadap warga Negara Indonesia eks anggota PKI-

pun di revisi oleh DPR dan Pemerintah. Sehingga tidak ada lagi aturan yang

Universitas Sumatera Utara


mengharuskan dilakukannya pencekalan yang tidak rasionil dan tidak manusiawi,

sebagaimana yang di adopsikan oleh Immigatie dients, warisan dari kolonial

Belanda, Berdasarkan Pasal 91 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011disebutkan

bahwa Menteri berwenang dan bertanggung jawab melakukan Pencegahan yang

menyangkut bidang Keimigrasian. Menteri melaksanakan Pencegahan

berdasarkan:

a. Hasil pengawasan keimigrasian dan keputusan tindakan administratif

keimigrasian;

b. Keputusan Menteri Keuangan dan Jaksa Agung sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Permintaan kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Perintah ketua komisi pemberantasan korupsi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. Permintaan kepala badan narkotika nasional sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan; dan/atau;

f. Keputusan, perintah, atau permintaan pimpinan kementerian/lembaga

lain yang berdasarkan undang-undang memiliki kewenangan

pencegahan.

Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepala Badan Narkotika

Nasional, atau pimpinan kementerian/lembaga yang memiliki kewenangan

Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f bertanggung jawab atas

keputusan, permintaan, dan perintah Pencegahan yang dibuatnya.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB IV

KENDALA DAN UPAYA MENGATASI KENDALA DALAM RANGKA

PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) TERHADAP

ORANG ASING KE INDONESIA.

A. Kendala-Kendala Dalam Penerapan Kebijakan Selektif

Kendala-kendala dalam penerapan Kebijakan Selektif kebanyakan

mengenai perizinan, dimana kebanyakan warga negara asing yang masuk ke

Indonesia salah menggunakan izin tinggal, izin tinggal disalahgunakan untuk

keperluan lain. Seharusnya izin wisata seharusnya dipergunakan untuk kunjungan

wisata, akan tetapi ada sebahagian wisatawan tidak menggunakan izin wisatanya

untuk berwisata, tetapi malah disalahgunakan untuk keperluan lain.

Warga Negara Asing (WNA) yang masuk ke Indonesia pada umumnya atau
kota Medan khususnya, menggunakan fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat
(BVKS) maupun menggunakan visa wisata akan mendapat izin kunjungan wisata
sesuai dengan izin masuk baik dengan visa atau bebas visa. Di dalam izin
kunjungan tersebut dijelaskan bahwa izin kunjungan digunakan penggunaannya
untuk berwisata, tetapi kenyataannya ada juga wisatawan yang
menyalahgunakannya untuk keperluan lain sebagai sampingan bahkan ada juga
wisatawan yang sama sekali tidak berwisata.
Penyalahgunaan tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor ruang lingkup
fasilitas bebas visa yang dinilai terlalu luas, dan pemberian tenggang waktu pada
izin kunjungan wisata yang terlalu lama atau karena faktor petugas migrasi
sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh Warga Negara Asing untuk menyalahgunakan
izin keimigrasian. 69

Adapun Penyalahgunaan izin keimigrasian tersebut yang menyangkut izin

warganegara asing yang berada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup fasilitas bebas visa

69
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Klass I Polonia Medan pada
tanggal 11 Juni 2012 pukul 14.15 Wib.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Keputusan Menteri Kehakiman, No. M.01-12.01.02 tahun 1993

tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS). Keputusan Menteri Kehakiman

tersebut mengatur pelaksanaan teknis bebas visa, yang meliputi:

a. Kunjungan wisata

b. Kunjungan sosial budaya

c. Kunjungan usaha

Kunjungan wisata adalah perjalanan mengunjungi Indonesia untuk berlibur,

menikmati objek-objek wisata dan lain-lain. Kunjungan sosial budaya adalah

kunjungan dalam rangka mengunjungi keluarga, melakukan penelitian dan

kunjungan yang bersifat sosial budaya, sedangkan kunjungan usaha adalah

kunjungan dalam rangka membina hubungan bisnis, pembicaraan bisnis dan


70
penjajakan memperluas usaha bisnis di Indonesia.

Keputusan Menteri Kehakiman ini merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah

yang memperluas pemberian fasilitas, bebas visa jika dibandingkan dengan

ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

No. M.01-12.01.02 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Pembebasan Keharusan

memiliki visa bagi wisatawan asing. yang merupakan fasilitas untuk kunjungan

khusus wisata. 71 Oleh karena itu, tujuan pemberian fasilitas Bebas Visa Wisata

(BVW) sudah diatur secara tegas.

Namun, masih saja ditemukan penyalahgunaan oleh Warga Negara Asing

(WNA) yang melakukan perjalanan wisata atau yang biasa disebut wisatawan

asing, misalnya bekerja atau berusaha atau bahkan ada yang mengedarkan ganja

70
Lukman Bratamidjaja Aspek Ilmu Perundang-undangan BVKS Bagian I, Pintu
gerbang nomor 44 Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2002) hal 25.
71
Tim Analisa dan Evakuasi(Antonius Ginting, dkk) “ Analisa dan Evaluasi
tentang pengaturan fasilitas bebas visa wisata bagi orang asing yang berkunjung ke
Indonesia (laporan Penelitian) Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Jakarta,
1984.hal 9

Universitas Sumatera Utara


atau narkotika. Hal ini yang mendasari diterbitkan Keputusan Menteri Kehakiman

No. M.01-12.01.02 tahun 1983 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS).

Keputusan Menteri ini bertujuan memperjelas kepastian dan batasan fasilitas

bebas visa.

Hasil penelitian Tim Evaluasi dan Analisa dari Badan Pembinaan Hukum

Nasional (BPHN) yang dilakukan sejak tahun 1992 – 1993 disejumlah daerah

wisata di Indonesia mengenai Pengaturan Fasilistas Bebas Visa Wisata (BVW)

bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia, menyebutkan adanya pelanggaran

terhadap pemberian Fasilitas Bebas Visa Wisata (BVW) yang telah diatur dalam

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, No. M.01-12.01.02 tahun

1983. Kemudian, setelah ruang lingkup fasilitas bebas visa dalam BVKS diperluas

tetap saja ditemukan pelanggaran yang sama. Sehingga kesempatan ini

dimanfaatkan orang asing sebagai salah satu cara masuknya imigran gelap ke

Indonesia. 72

2. Tenggang Waktu Fasilitas Bebas Visa

Sebagaimana telah diketahui mengenai tenggang waktu pemberian fasilitas

bebas visa untuk wisata telah beberapa kali di atur, yaitu dalam :

Tabel 1.
Masa Tenggang Waktu Pemberian Fasilitas Bebas Visa
Bentuk Peraturan Tahun Tenggang Waktu

PP No. 26 Tahun 1970 tentang Koordinasi 1970 7 (Tujuh) Hari


Pengawasan Ornag Asing yang berkunjung
ke Indonesia
SKB Menteri Luar Negeri dan Menteri 1979 30 (Tiga Puluh) hari + 15
Kehakiman tentang Peraturan Visa (Lima Belas) hari
Keputusan Menteri Kehakiman tentang 1983 60 (Enam Puluh) hari

72
I Wayan Tangun Susila, dkk “Usaha penanggulangan tindak pidana imigrasi
dan imigrasi gelap di Kota Denpasar” Laporan Penelitian, Universitas Udayana dan PDII
LIPI (Jakarta) Denpasar 1993, hal 23.

Universitas Sumatera Utara


Bebas Visa Wisata (BVW) atau 2 (Dua) bulan
Keputusan Kehakiman tentang Bebas Visa 1993 60 (Enam Puluh) hari
Kunjungan Singkat (BVKS) atau 2 (Dua) bulan
Sumber : Hasil Investarisasi Peraturan Perundang – undangan Bebas Visa
Wisata Tahun 1970 - 1993

Perkembangan tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa bagi wisatawan

dimaksudkan untuk mendukung pertmbuhan kepariwisataan dan meningkatkan

arus wisatawan. Tenggang waktu wisatawan di Indonesia selama 2 (dua) bulan

merupakan pendapatan bagi pengelola wisata.

Tetapi tenggang waktu 2 (dua) bulan ini dirasakan terlalu panjang atau lama.

Hal ini dikarenakan jarang sekali wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia

selama 2 (dua) bulan untuk berwisata saja. Lamanya jangka waktu ini ternyata

dapat memberikan peluang bagi wisatawan asing untuk melakukan pelanggaran

dengan berbagai motivasi seperti disalahgunakan untuk bekerja. Sedangkau bagi

orang asing yang akan bekerja di Indonesia sudah ada pengaturannya, yaitu

mempunyai Izin Tinggal Terbatas dan memiliki izin Kerja yang diberikan oleh

Menteri Tenaga Kerja. 73

Berdasarkan basil penelitian oleh Tim Evaluasi dan analisis terhadap

responden yaitu para wisatawan asing tentang waktu pemberian fasilitas bebas
74
visa adalah sebagai berikut :

1. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa untuk wisata yang paling ideal

adalah 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang selama 30 (tiga puluh) hari.

Alasan-alasan yang dikemukakan adalah :

a. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa lama masa kunjungan wisatawan

asing ke Indonesia rata-rata antara 3 (tiga) sampai 4 (empat) minggu saja;

73
H.S. Sjarif, Pedoman Penggunaan tenaga kerja Asing di Indonesia dan
peraturan-peraturannya, (Sinar Grafika, Jakarta, 1996) hal 6-8.
74
Tim Analisa dan Evakuasi(Antonius Ginting, dkk) opcit hal. 16-17.

Universitas Sumatera Utara


b. Pemberian fasilitas bebas visa selam 1 (satu) bulan dirasakan masih kurang

bagi sebagian besar wisatawan asing, sebab objek wisata. di Indonesia

sangat banyak dan menarik;

c. Pemasukan devisa dapat memenubi target yang diharapakan;

d. Pengawasan terhadap orang asing bisa terkendali.

2. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa selama 2 (dua) bulan apalagi 3

(tiga) bulan dipandang tidak ideal, sebab :

a. Terlalu lama;

b. Bisa disalahgunakan untuk tujuan lain selain berwisata;

c. Jarang sekali wisatawan asing yang berwisata sampai 3 (tiga) bulan;

d. Pengawasan terbadap orang asing memerlukan perhatian yang lebih

seksama.

3. Petugas Imigrasi

Peranan petugas imigrasi dalam hal pengawasan sangat besar. Tidak dapat

dipungkiri, meskipun aturan tentang keimigrasian telah baik, harus didukung oleh

mental petugas yang baik pula. Terutama para petugas yang bertugas di pintu-

pintu masuknya orang asing ke Indonesia, apabila mereka bertindak masa-masa


75
bodoh, maka orang asing tersebut akan leluasa berkeliaran di Indonesia.

Hasil pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung, khususnya yang

menggunkan fasilitas bebas visa untuk wisata menunjukkan perlu adanya

pemantauan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk

mengetabui secara dini setiap peristiwa yang dapat diduga mengandung unsur-

75
I Wayan Tangun Susila, dkk, Opcit hal 21.

Universitas Sumatera Utara


unsur pelanggaran keimigrasian. Mekanisme pengawasan tersebut adalah sebagai

berikut : 76

1. Tahap pengawasan, yaitu dilakukan mulai pada saat orang asing mengurus izin

masuk ke Indonesia di luar negeri, kemudian saat orang asing tersebut

mendarat di wilayah Republik Indonesia harus juga diperiksa dan ketika orang

asing tersebut berada tinggal di Indonesia.

2. Tekhnik pengawasan, yaitu secara administratif tentang perizinannya,

wawancara/ilicting untuk mencari mengetahui kebenaran materil terhadap

keberadaan orang asing yang berkunjung, dan diadakan peninjauan ke lokasi

3. System pelaporan sebaiknya memiliki satu sistem database diseluruh

Indonesia yang dapat diakses oleh semua petugas imigrasi dimanapun berada,

dan juga membuat daftar terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan

oleh orang asing yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

penindakan imigrasi.

4. Koordinasi dengan instansi terkait, karena dari segi kauntitas petugas imigrasi

sangat kurang untuk mengawasi keadaan setiap orang asing dalam segala

kegiatan mereka di Indonesia, maka Menteri Kehakiman sebagai yang

bertanggung jawab dalam pengawasan orang asing dan dalam dalam hal ini

lebih dititik beratkan kepada imigrasi, maka harus melakukan koordidasi

dengan instansi pemenntah lainnya, sepanjang yang menyangkut masalah. 77

a. Tenaga kerja; Departemen Kehakiman c. q Direktorat Jenderal Imigrasi

melakukan kerjasama dengan :

1) Departemen Tenaga Kerja

2) Departemen Luar Negeri

76
Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk) Opcit hal 25-30.
77
Ibid, hal 19-30.

Universitas Sumatera Utara


3) Badan Koordinasi Penanaman Modal

4) Polri

5) Pemda dan Departemen Tekhnis

b. Tourist; Departemen Kehakiman bekerja sama dengan:

1) Departemen Pariwisata. Pos dan Telekomunikasi

2) Departemen Luar Negeri

3) Departemen Dalam Negeri

4) Polri

c. Artis Asing; Departeman Kehakiman bekerja sama dengan:

1) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

2) BAKN (BIN)

3) Departemen Luar Negeri

4) Departemen Tenaga Kerja

5) Polri

6) Pemda / Departemen Luar Negeri

d. Awak Kapal; Departemen Kehakiman bekerja sama dengan :

1) Departemen Perhubungan

2) Departemen Luar Negeri

3) Departemen Pertanian

4) TNI Angkatan Laut

e. Masalah khusus; misalnya mengenai Cletering house mengenai masalah

izin masuk warga RRC dan lain-lam, Departemen Kehakiman melakukan

koordinasi dengan :

1) BAKN

2) BIN

Universitas Sumatera Utara


3) Polri

4) Kejaksaan Agung

5) Departemen Tenaga Kerja

6) Pemda

Meskipun pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia

sudah diatur dan mekanismenya sudah sedemikian rupa, namun dalam

pelaksanaannya masih saja terdapat orang asing yang melakukan pelanggaran atau

Penyalahgunaan. Hal ini terjadi karena pengawasan yang kurang efektif

dikarenakan jumlah dari petugas Imigrasi yang terbatas dibandingkan arus

wisatawan asing masuk ke Indonesia sangatlah besar, sehingga sangat penting

koordinasi dengan instansi lain. Karena salah satu faktor penyebab terjadinya

penyalahgunaan izin keimigrasian adalah kurangnya koordinasi petugas

keimigrasian dengan instansi lain.

B. Upaya Petugas Imigrasi Dalam Mengatasi Kendala Kebijakan Selektif

Terhadap Keimigrasian

Penanggulangan adalah cara mengatasi terjadinya sesuatu tindak pidana

keimigrasian. 78 Usaha penanggulangan terjadinya pelanggaran ketentuan

keimigrasian dibedakan atas dua upaya, yaitu :

1. Upaya Preventif

Terjadinya tindak pidana keimigrasian tidak terlepas dari masalah pengawasan

orang asing. Pengawasan yang kurang terhadap orang asing yang masuk ke

Indonesia dapat menimbulkan tindakan yang mengarah kepada kejahatan maupun

pelanggaran. Satu diantaranya adalah penyalahgunaan izin masuk ke Indonesia

78
I Wayan Tangun Susila, dkk, Opcit hal 28.

Universitas Sumatera Utara


yaitu izin kunjungan wisata yang pada dasarnya telah melanggar ketentuan

Undang-undang keimigrasian. 79

Dalam bagian Penjelasan Umum Undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang

dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian

ditegaskan bahwa terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang

keimigrasian dilakukan dengan prinsip yang bersifat “selektif” (selective policy).


80
Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang diizinkan masuk ke Indonesia

adalah orang asing yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa

dan negara Republik Indonesia serta tidak memyakan keamanan dan, ketertiban,

juga tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun terhadap Negara Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Dengan demikian orang asing yang ingin masuk dan menetap di wilayah

Indonesia harus dipertimbangkan dari berbagai segi, baik dari segi ekonomi

maupun sosial budaya bangsa dan negara Indonesia. Sikap dan cara pandang

seperti ini meupakan hal, yang wajar, terutama bila dikaitkan dengan

pembangunan nasional, kemajuan ilmu dan tekhnologi perkembangan kerja sama

regional maupun internasional, dan meningkatuya arus orang asing yang masuk

dan keluar wilayah Indonesia.

Untuk menjamin kemanfaatan orang asing tersebut dan dalam rangka

menunjang tetap terpelib\haranya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan

negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak

negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan kegiatan

orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi

79
Ibid,hal 28.
80
Arief Rahman Kunjono, “ Illegal Migrants dan Sistem Keimigrasian Indonesia;
suatu tinjauan Analisis Pintu gerbang nomor 44 Direktorat Jenderal Imigrasi, 2002, hal
27.

Universitas Sumatera Utara


orang asing dan tindakan kemigrasian secara tepat, cepat, teliti dan terkoordinir

tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan orang asing.

Makna dari pengawasan mempunyai pengertian yang luas dan mengandung

pengertian yang positif. Pengawasan berarti juga mengadakan pengendalian serta

bimbingan penyuluhan yang ditunjukkan untuk mengadakan perbaikan yang

diikuti dengan pemecahannya. 81

Kebijakan yang dilakukan kantor Imigrasi Klass I A Polonia Medan sudah

sesuai dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011, mulai dari pemeriksaan,

pengawasan, hingga pemeberian izin kepulangan, proses pengamatan dan

penghayatan seluruh kegiatan dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan,

instruksi, dan kebijaksanaan yang berlaku. Di dalam pengawasan yang penting

adalah mengetahui apakah dalam pelaksanaan tugas-tugas terjadi penyimpangan

atau kesalahan. Hal ini secara preventif agar dilaksanakan sedini mungkin supaya

tidak terjadi adanya pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan ketentuan

hukum yang berlaku. 82

Sistem pengawasan keimgrasian adalah suatu sistem pengawasan terhadap

orang asing, sistem itu meliputi pengamatan dan pemeriksaan segala kegiatannya

mulai dari rencan dan beradanya orang asing di Indonesia sampai dengan

meninggalkan Indonesia the equality of service and security. 83 Hal ini ditegaskan

Pasal 38 ayat (1), Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, yang dirubah dengan

Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian yaitu : (1) Pengawasan

terhadap orang asing di Indonesia meliputi:

a. Masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia

81
I Wayan Tangun Susila,dkk, opcit hal 34
82
Wawancara dengan Kepala kantor Imigrasi Klass I A Polonia Medan, pada
tanggal 20 Juni 2012, pukul 12.30 WIB .
83
Arif Rahman Kunjono, opcit hal 20.

Universitas Sumatera Utara


b. Keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Perihal pengawasan orang asing diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun

2011 yang dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang

keimigrasian, seperti pada Bab VI tentang pengawasan terhadap orang asing dan

tindakan keimigrasian. Pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada

di wilayah Indonesia dilakukan oleh Menteri Kehakiman dan HAM dengan

koordinasi bersama badan dan instansi yang terkait.

Dalam hal ini diadakan pemantapan mekanisme koordinasi dan operasi antara

instansi yang terkait dalam rangka pengawasan orang asing, instansi – instansi

tersebut akan melakukan tugas dan wewenangnya maisng-masing dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Koordinasi dimaksudkan untuk

memaksimalkan daya guna dan hasil guna pengawasan terhadap orang asing.

Tujuan pengawasan tersebut untuk mewujudkan prinsip selective policy yang

dipandang perlu dalam mengawasi orang asing. 84

Untuk kelancaran dan ketertiban dalam mengawasi orang asing, pemerintah

telah menyelenggarakan pendaftaran orang asing yang berada di wilayah

Indonesia sehingga dapat dihimpun data mengenai orang asing. Seperti

disebutkan, Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Kehakiman dan HAM

Republik Indonesia mengadakan pendaftaran ulang warga negara assign secara,

serentak di seluruh wilayah RI sejak tanggal 10 Agustus – 31 Oktober 2001.

Pada pasal 39 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang dirubah dengan

Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian disebutkan bahwa

dalam menyelenggarakan pendaftaran orang asing yang ada di Indonesia

berkewajiban untuk :

84
Koerniatmanto soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian
Indonesia, Gramedia, Jakarta, hal 90-91.

Universitas Sumatera Utara


a. Memberikan segala keterangan yang perlu mengenai identitas diri dan /atau

keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraan, serta perubahan

alamatnya.

b. Memperlihatkan Surat Perjalanan atau dokumen keimigrasian yang

dimilikinya pada waktu diperlukan dalam angka pengawasan.

c. Mendaftarkan diri jika berada di Indonesia lebih dari Sembilan puluh hari.

Pengumpulan data dengan cara pengawasan orang asing ini dilaksanakan bagi

setiap orang asing yang :

1. Masuk atau keluar wilayah negara Republik Indonesia;

2. Berada di wilayah negara Republik Indonesia;

3. Melakukan, kegiatan di wilayah negara Republik Indonesia.

1) Pengawasan orang asing yang masuk atau keluar wilayah Republik

Indonesia.

Pengawasan orang asing sebelum memasuki wilayah Indonesia

berhubungan dengan konsulat atau kedutaan RI khusus atas imigrasi untuk

melayani dan meneliti secara selektif setiap permohonan visa ke Indonesia

serta memutuskan apakah dapat diberikan atau tidak berdasarkan

pertimbangan kepentingan 1poleksosbudhankamnas. Setiap orang asing yang

akan datang atau masuk ke wilayah Indonesia haruslah memiliki visa yang

merupakan izin masuk ke Indonesia. 85

Pengawasan terhadap orang asing sebelum memasuki Indonesia

dilakukan oleh para atase imigrasi pads setiap perwakilan Indonesia di luar

negeri pada saat orang asing bersangkutan mengajukan permohonan untuk

85
I Wayan Tangun Susila, dkk, opcit hal 29.

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan visa. Oleh karena itu sebaliknya setiap atase atau KBRI di setiap

negara terdapat aparatur imigrasi yang bertugas disana. 86

Tahap akhir pengawasan adalah saat meninggalkan Indonesia. Hal itu

bertujuan untuk mencegah orang asing tersebut meninggalkan Indonesia

karena mereka telah menimbulkan suatu permasalahan selama berada di

Indonesia.

2) Pengawasan orang asing ketika berada di wilayah negara RI

Pada saat orang asing sedang menuju atau sudah di pelabuhan

pendaratan baik Bandar udara maupun pelabuhan laut, diadakan pengawasan

yang dilakukan oleh petugas imigrasi. Fungsi peugawasan ini sama juga

dengan pengawasan sewaktu hendak mengajukan permohonan mendapatkan

visa, yaitu pengawasan untuk mencegah mausknya orang-orang assign yang

akan menimbulkan perniasalahn setelah berada di Indonesia

3) Pengawasan orang asing yang melakukan kegiatan di wilayah RI

Pengawasan yang dimaksudkan disini merupakan tindak lanjut dari

pengawasan setelah orang asing mendapatkan izin tinggal di Indonesia, baik

yang mendarat melalui udara maupun laut.

Pengawasan terhadap orang asing yang telah mendapatkan izin masuk di


87
Indonesia dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

a. Dari segi kemigrasian yaitu mengawasi apakah orang asing tersebut

melakukan kegiatan. dan apakah lamanya tinggal sesuai dengan izin

keimigrasian yang diberikan kepadanya.

86
Saleh Wiramiharja, Langkah-langkah baru menunjang peningkatan
profesionalisme Keimigrasian” Pintu gerbang no. 45Dirjend Imigrasi, Jakarta, 2002, hal
21.
87
Ibid, hal 30.

Universitas Sumatera Utara


b. Dari segi 1poleksosbudbankamnas, yaitu mengawasi apakah kegiatan yang

dilakukan oleh orang asing tersebut menimbulkan benturan-benturan yang

mengganggu kepentingan ketahanan dan keamanan nasional atau tidak.

Dengan kegiatan diatas, jelaslah apa yang dimaksud dengan tindakan

preventif ini, yaitu tindakan yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau

menjaga kemungkinan terjadinya tindak pidana imigrasi dalam hal ini yaitu

tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian. Beberapa usaha preventif

sehubungan dengan hal tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pejabat pendaftaran dibekali pengetahuan tentang kerahasian/ ciri-ciri

khusus dari paspor-paspor negara lain dan dilengkapi dengan alas sinar

ultraviolet dan kaca pembesar maupun dengan teknologi modem;

2. Setiap pelabuhan pendaratan memilki contoh-contoh tanda tangan dari

pejabat konsuler pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, yang

berwenang menandatangani visa;

3. Meneliti setiap orang asing atau wisatawan yang hendak masuk lewat

wawancara singkat di setiap tempat pemeriksaan imigrasi;

4. Melakukan pengecekan data yang diperoleh dari tempat-tempat wisatawan

menginap,baik hotel, motel, losmen atau tempat kediaman teman.

2. Upaya Represif

Menurut Soedarto yang dimaksud dengan tindakan represif adalah segala

tindakan yang, dilakukan aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau
88
tindak pidana.

Dalam kaitannya dengan penggulangan terhadap orang asing yang

menyalagunakan izin keimigrasian dilakukan sesudah terjadinya atau terbukti

88
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1984,hal 10.

Universitas Sumatera Utara


adanya penyalahgunaan izin keimigrasian. Tindakan ini bisa bersifat yuridis, dan

bisa juga, bersifat administrasi.

Tindakan Represif yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Klass I A Polonia

Medan terhadap pelanggaran yang dilakukan Warga Negara asing di Indonesia

berupa pemalsuan Pasort, berupa tindakan Pendeportasian oleh Kantor

Keimigrasian klass I A Polonia Medan. 89

1) Tindakan Yuridis

Dalam pasal 50 undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang dirubah dengan

Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian disebutkan :

“orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan


yang tidak sesuai dengan pemberian izin keimigrasian yang diberikan
kepadanya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).”

Jadi tindakan yuridis adalah orang asing yang dengan sengaja

menyalahgunakan maksud pemberian izin keimigrasian dan harus dibuktikan di

pengadilan oleh hakim dan kemudian dapat dikenakan sanksi pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Tindakan administrative

Menurut pasal 42 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang dirubah dengan

Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian yang mengatur

mengenai tindakan keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu:

(1) Tindakan keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah

Indonesia yang melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut akan diduga

berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau

menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

89
Wawancara dengan Kepala Kantor Keimigrasian klass I A Polonia Medan, pada
tanggal 20 Juni 2012, pukul 12.30 WIB

Universitas Sumatera Utara


(2) Tindakan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan

b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah

Indonesia

c. Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di wilayah

Indonesia

d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke

wilayah Indonesia.

Dengan demikian penyalahgunaan izin keimigrasian dapat dilakukan dengan 4

(empat) alternative seperti disebutkan diatas dengan alasan bahwa orang asing

yang bersangkutan tidak mengindahkan peraturan yang mengatur keberadaan

orang asing di wilayah Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas tindakan-tmdakan represif yang dapat diambil

adalah pemidanaan, pengusiran (deportasi) dan memasukkan orang asing yang

terlibat ke dalam daftar pencegahan dan penangkalan atau cekal (black list).

a. Pemidanaan

Fungsi pemidanaan adalah sebagai penjeraan, pada Undang-undang nomor 6

tahun 2011 tentang keimigrasian terdapat perubahan dalam hal ancaman sanksi

pidana, begitu juga tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian yang

diberikan kepadanya, yaitu diatur pada pasal 110 yang berbunyi :

“Dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). orang asing yang dengan
sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya.”

Universitas Sumatera Utara


b. Pengusiran

Pengusiran atau deportasi (deportation) adalah suatu tindakan sepihak dari

pemerintah berupa, tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Republik

Indonesia karena berbahaya bagi ketentraman, kesusilaan. atau kesejahteraan

umum. Selain itu, bagi orang asing yang masuk serta berada di wilayah Republik

Indonesia dapat juga diusir. Menurut Sri Setianingsih bahwa : 90

“Deportasi adalah pengusiran orang asing keluar wilayah Indonesia (keluar

wilayah suatu negara) dengan alasan bahwa orang asing tersebut wilayahnya tidak

dikendaki oleh negara yang bersangkutan.”


91
Sedangkan menurut I Wayan Parthiana, bahwa :

“Hak suatu negara untuk mengusir orang asing yang berada di negaranya dikenal,

dengan pengusiran atau deportasi explution, pengusiran tersebut semata-mata

berdasarkan kepentingan negara, itu sendiri. Jadi tidak ada sangkut pautnya

dengan negara asal atau negara dari mana dia semula datang.”

c. Black list (daftar cekal)

Black list adalah istilah yang dipakai dalam bahasa sehari-hari untuk

menggantinya daftar orang-orang yang tidak diperbolehkan meninggalkan

Indonesia dan orang-orang yang tidak diperbolehkan memasuki wilayah

Indonesia. Di dalam keimigrasian daftar ini disebut “daftar pencegahan dan

penangkalan.” Di dalam pasal 1 angka 13 dan 14 Undang-undang Nomor 6 Tahun

2011, disebutkan pengertian dari:

“Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang

tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarlan alasan tertentu.”

90
I Wayan Tangun Susila dkk, dalam Sri Setianingsih, op cit, hal 37
91
Ibid, hal 38.

Universitas Sumatera Utara


“Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang

tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.”

Berdasarkan pasal 17 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, penangkalan

terhadap orang asing dilakukan karena :

a. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegitan sindikasi kejahatan

internasional;

b. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di negara lain bersikap bermusuhan

terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan

nama baik bangsa dan negara Indonesia;

c. Diduga, melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan

ketertiban umum, kesusilaan, agama dan adat kebiasaan masyarakat Indonesia;

d. Atas permintaan suatu negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri

dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di suatu negara tersebut karena

melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang berlaku

di Indonesia;

e. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia; dan

f. Alasan-alasan lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih

lanjut dengan peraturan pemerintah.

Mengenai pencegahan orang asing untuk memasuki wilayah RI diatur di dalam

pasal 11, 12, 13, dan 14 Undang-undang no. 9 tahun, 1992. Di dalam pasal

disebutkan bahwa :

(1) Pencegaban ditetapkan dengan keputusan tertulis

(2) Keputusan sebagaimana didalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya :

a. Identitas orang yang terkena pencegahan

b. Alasan pencegahan

c. Jangka waktu pencegahan

Universitas Sumatera Utara


(3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dengan surta

tercatat kepada orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya 7

(tuluh) hari terhitung sejak tanggal penetapan.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pencegahan ditujukan kepada

orang asing yang masih memiliki masalah di Indonesia, baik masalah politik,

ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanam keimigrasian. pidana, perdata

dan lain sebagainya yang dapat mengganggu dan mengancam stabilitas nasional.

Sedangkan penangkalan ditujukan hanya kepada orang asing yang hendak masuk

ke wilayah Indonesia, orang asing mana pernah terlibat masalah-masalah

sebagaimana disebutkan diatas.

C. Pengawasan Keimigrasian

Sesuai dengan undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,

pelayanan dan pengawasan dibidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan

prinsip-prinsip yang bersifat selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini

hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat,

bangsa dan Negara Indonesia serta tidak membahayakan keamanan, ketertiban

serta bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang

diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan prinsip “selective policy” diperlukan pengawasan

terhadap orang asing. Pengawasan ini tidak hanya pada saat mereka masuk, tetapi

selama mereka berada di Wilayah Indonesia termasuk kegiatan – kegiatannya.

Universitas Sumatera Utara


Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian baik yang

bersifat administratif maupun tindak pidana keimigrasian. 92

Dalam mewujudkan kebijaksanaan dimaksud serta mengantisipasi era

globalisasi dan informasi yang semakin meningkat selaras dengan peningkatan

arus lalu lintas orang asing, maka pelaksanaan pengawasan orang asing perlu

diberikan prioritas utama. Pengawasan orang asing dimulai dari pemantauan

terhadap keberadaan dan kegiatannya serta operasi-operasi baik operasi khusus

maupun rutin. Keberhasilan pengawasan orang asing sangat tergantuug kepada

berhasil tidaknya pelakasnaan pemantauan dilapangan. 93

1. Pemantauan Keimigrasian Dan Operasional Keimigrasian

Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan/ upaya yang dilakukan

untuk mengetahui secara dalam setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur -

unsur pelanggaran/kejahatan, baik mengenai keberadaan maupun kegiatan orang

asing.
94
Pemantauan keimigrasian dapat berupa:

1) Memantau terhadap setiap peristiwa yang dapat diduga dan atau mengandung

unsur-unsur terjadinya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin

tinggal sesuai visa yang bersangkutan.

2) Menginventarisir bahan keterangan berdasarkan modus operandi terjadinya

pelanggaran keimigrasian serta pembinaan teknis tempat-tempat pemeriksaan

keimigrasian

92
Direktur Pengawasan dan penindakan keimigrasian “ Petunjuk pemantauan
operasional Keimigrasian nomor : F4-IL.01.10-1.1044” tentang keberadaan dan kegiatan
orang asing di Indonesia, 1999, hal. 2
93
Ibid, hal 2
94
Ibnu suud,” Manajemen Keimigrasian” Amarja Press, 2005, hal 55.

Universitas Sumatera Utara


3) Mengumpulkan bahan keterangan tentang suatu peristiwa terjadinya

pelanggaran kemanusiaan, pengumpulan dan penilaian bahan keterangan dari

tempat-tempat pemeriksaan keimigrsian.

Operasi adalah suatu kegiatan suatu objek tertentu terhadap yang dibatasi oleh

tempat, waktu serta dana. 95 Untuk mengetahui setiap peristiwa yang diduga

mengandung unsur pelanggaran/kejahatan terhadap ketentuan yang berlaku

dibidang keimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan yang

mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing baik lalu lintas, keberadaan

maupun kegiatannya.

Dalam mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan peristiwa

dimaksud agar diupayakan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis dan macam

pelanggaran dalam bidang pembangunan, baik berupa pembangunan phisik

maupun non phisik, dengan memperhatikan hak-hak azasi manusia dan senantiasa

disertai dengan dasar hukum dalam artian dilengkapi dengan sudut perintah.

Keberhasilan dan penyelenggaraan, sangat ditentukan oleh kualitas dan kwantitas

pelaksanaan dalam menghadapi jenis dan macam pelanggaran kejahatan, seperi

halnya bentuk dan sifat pelanggaran politik ataupun pekerja terselubung. Oleh

karena itu, upaya dalam mencari dan menemukan bahan keterangan perlu

perencanaan melalui mekanisme adanya perencanaan yang matang, organisasi

serta pengawasan dan koordinasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi

medan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cermat, tepat,

berhasil guna dan berdaya guna.


96
Upaya/ cara pemantauan dan operasi keimigrasian dapat berupa :

95
Direktur Pengawasan dan penindakan Keimigrasian, Opcit hal. 2.
96
Ibid, hal 3

Universitas Sumatera Utara


2. Pengamatan dengan panca indera secara teliti cermat terhadap surat-surat,

benda dan tempat kejadian untuk dapat gambaran yang lebih jelas baik secara

keseluruhan atau lebih rinci.

3. Pembuntutan terhadap objek yang kaitan atau hubungan dengan peristiwa-

peristiwa yang akan, sedang dan atau telah terjadi

4. Penyusupan dalam ruang lingkup peristiwa atau golongan kegiatan peristiwa

yang akan, sedang atau telah terjadinya unsur pelanggaran.

5. Melakukan wawancara dengan pihak – pihak yang mengetahui atau patut

diduga mengetahui terjadinya peristiwa pelanggaran / kejahatan keimigrasian

dengan memperhatikan sumber dan nilai keterangau.


97
Adapun sasaran pemantauan adalah :

a. Orang asing

Orang asing pemegang izin singgah dan orang asing pemegang izin

kunjung wisata, izin kunjung sosial budaya dan izin kunjung

usaha/beberapa kali perjalanan

1) Orang asing pemegang izin tinggal terbatas

2) Orang asing pemegang tinggal tetap

3) Orang asing tanpa izin keimigrasian

4) Orang asing yang over stay

5) Orang asmg imigran gelap

6) Orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan izin yang

diberikan.

b. Alat angkut

1) Niaga

97
Ibid, hal 5

Universitas Sumatera Utara


2) Non niaga

3) Alat apung

c. Bangunan-bangunan

1) Hotel, wisma, hostel dan sebagainya

2) Kantor-kantor/pemisahaan yang mempekerjakau dan menampung

tenaga kerja/orang asing

3) Rumah/ Asrama tempat orang asing bertempat tinggal

Pelaksanaan pemantauan dilakukan baik secara terbuka maupun secara


98
tertutup (undercover) dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mendatangi orang/tempat yang telah ditentukan;

2. Melakukan pemerikasaan terhadap orang asing tersebut beserta

dokumen yang dimilikinya selanjutnya dilanjutkan dengan

pemeriksaan di lapangan;

3. Menindaklanjuti dari hasil pemeriksaan, apabila ditemukan bukti-bukti

keimigrasian;

4. Melakukan pemeriksaan terhadap orang asing yang diduga melakukan

pelanggaran/kejahatan yang diutangkan dalam berita Acara

Pemeriksaan dan Berita Acara Pendapat.

6. Kerjasama pengawasan

Untuk mensukseskan tugas pengawasan ini, jajaran Direktorat Jenderal

Imigrasi harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan aparat keamanan lainnya

seperti pemerintah daerah, polisi atau aparat yang terkait lainnya. Kerjasama ini

secara fungsi masing-masing tanpa mengganggu dan mencampuri teknis tugas

instansi masing-masing. Pengawasan yang tertuju terbadap kemungkinan

98
Ibid, hal, 6.

Universitas Sumatera Utara


terjadinya pelanggaran, penyalahgunaan perizinan dan pemberian perizinan

keimigrasian serta pengawasan atas imigran gelap.

Lingkup tugas ini meliputi :

a. Pengawasan

Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan perijinan dan pemberian

perijinan keimigrasian serta evaluasi dan laporan.

b. Imigran gelap

Mengawasi masuknya orang asing secara gelap (illegal) ke wilayah Indonesia

yang tidak didukung oleh dokumen resmi yang sah dan masih berlaku. Dan

orang asing yang karena peraturan perundang-undangan telah dideportasi

keluar Indonesia namun karena sesuatu dan lain hal behun dapat berangkat.

c. Pengawasan perlintasan

Mengawasi lalu-lalangnya orang asing maupun. Warga negara Indonesia yang

melintasi tempat (pos) lintas batas dengan tetaugga atas kemungkinan

terjadinya pelanggaran keimigrasian

d. Pengawasan orang asing

Adanya kerjasama antar instansi terkait dalam pengawasan orang asing di

dalam wadah koordinasi pengawasan orang asing (SIPORA).

Pelaksanaan kerjasama pengawasan ini diupayakan tanpa mengurangi tugas,

fungsi dan wewenang masing-masing instansi dan dilakukan dengan cepat

tepat, lengkap terpadu dan aman.

2. Penindakan keimigrasian

a. Penyidikan Keimigrasian

Dalam pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian disebutkan : “selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Universitas Sumatera Utara


Indonesia, juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkuugan

Departemen yang lingkup tugas dan tangung jawabnya meliputi pembinaan

keimigrasian diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Undangundang Nomor 8 tahun 1981 tentang hukum Acara

Pidana, untuk inelakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian.”

Di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 diatas, peuyidikan

keimigrasian adalah suatu proses penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia juga PPNS imigrasi terhadap

setiap orang yang melakukan perbuatan sebagai tindak pidana

keimigrasian. Dengan demikian penyidikan hanya dapat ddakukan oleh

kedua pejabat yang telah disebutkan di atas.

Dengan demikian disamping menjalankan tugas sebagai aparat pelayanan

keimigrasian aparat imigrasi juga bertugas sebagai aparat penegak

hukum. 99 Dalam pasal 47 ayat (2) disebutkan: “Penyidik Pejabat Pegawai

Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwewenang :

1. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian;

2. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, menahan sesorang

yang disangka melakukan tindak pidana keimigrasian;

3. Memeriksa dan/atau menyita Surat-surat, dokumen-dokumen, Surat

Perjalanan, atau benda – benda yang ada hubungannya dengan tindak

pidana keimigrasian:

4. Memanggil, orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;

99
Ramadhan, K.H dan Abrar Yusra “ Lintas sejarah Imigrasi Indonesia” Dirjen
Imigrasi Hukum dan HAM RI 2005, hal 152.

Universitas Sumatera Utara


5. Melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tertentu yang diduga

terdapat surat-surat, dokumen-dokumen. Surat Perjalanan, atau benda-

benda lain yang ada hubungannya dengan tindak pidana keimigrasian;

6. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka

Wewenang ini sudah sesuai dengan ketetuan dari pasal 7 ayat (2)

Undangundang no. 8 tahun 1981 (KUHAP) yang menyebutkan bahwa

penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b

mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar

hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di

bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1)

huruf a. Pejabat Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenaug sesuai

dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan

dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah tangan koordinasi dan

pengawasan penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Adapun,

wujud koordinasi dapat berupa:

1. Mengatur dan menerangkan lebih lanjut dalam keputusan instansi

bersama.

2. Mengadakan rapat-rapat berkala pada waktu-waktu yang dipandang

perlu.

3. Menunjuk seseorang atau lebih pejabat dari masing-masing

Departemen/isntansi yang secara fungsional dan menangani penyidik

Pegawai Negeri Sipil dengan penghubung

4. menyelenggarakan pendidikan dan latihan penyidik Pegawai Negeri

Sipil dengan penekanan dibidang pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan yang dimaksud dengan “pengawasan” adalah proses

pengamatan pelaksanaan penyidikan yang dilakukan dapat dibenarkan

secara materil maupun formal dan berjalan sesuai dengan yang berlaku

adapun wujud pengawasan ini meliputi:

1. Pengawasan kegiatan penyidik yang sedang dilakukan oleh penyidik

Pegawai Negeri Sipil serta memberikan pengawasan teknis.

2. Pengawasan teknis dalam rangka pembinaan dan peningkatan

kemampuan penyidik Pegawai Negeri Sipil dan memberikan petunjuk

bila terdapat kekurangan-kekurangan untuk disempurnakan.

Keseluruhan ini merupakan penjabaran dari pasal 7 ayat (1) UU No. 8

tahun 1981 (KUHAP) dan juga merupakan bantuan yang dapat diberikan

oleh penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a

KUHAP kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil seperti yang diatur oleh

pasal 47 UU Nomor 6 Tahun 2011.

Proses penyidikan ini dilakukan sebagai Pro Justisia yang akan segera

diajukan ke Pengadidan untuk diadili, dan bertugas melakukan identifikasi

pengumpulan, pemilahan, pengevaluasian tindak pidana pelanggaran dan

kejahatan kemugrasian yang diatur dalam Undang-undang no. 9 tahun 19

tentang keimigrasian. 100

3. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Izin

Keimigrasian

Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian dapat dilakukan dengan cara :

100
Ibnu suud, op cit hal 57.

Universitas Sumatera Utara


1) Pro justitia

Apabila kasus terhadap tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian yang

ditangani oleh pihak keimigrasian ingin ditempuh dengan cara pro justitia, maka

hal harus dilakukan oleh petugas keimigrasian adalah :

a. Membuat berkas basil penyelidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b. Menyampaikan hasil pemberkasan kepada Penuntut umum melalui polisi

c. Mengikuti perkembangan persidangan

d. Bila telah selesai melaksanakan keputusan Pengadilan. koordinasi dengan

Lembaga Pemasyarakatan untuk proses pemulangan.

Tetapi jalan ini jarang sekali ditempuh oleh pihak keimigrasian dalam kasus

penyalahgunaan izin keimigrasian. Hal ini dikarenakan apabila kasus tersebut

diajukan ke pengadilan akan menggunakan upaya hukum mulai dari banding,

kasasi dan jika perlu grasi yang akan digunakan oleh warga negara asing, yang

terlibat tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, akan sangat merugikan

negara, karena dalam hal ini negara akan mengeluarkan biaya besar untuk

menjalani proses pro justitia tersebut. Ditambah lagi orang asing tersebut tidak

memiliki uang untuk membayar ongkos, biaya perkara. Maka akan lebih efektif

apabila dilakukan dengan cara non pro justitia. 101

2) Non pro justitia

Menurut pertimbangan polits, ekonomis, serta sosial dan budaya serta

keamanan, maka akan lebih efektif apabila dilakukan tindakan keimigrasian.

Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dibidang keimigrasian yang

dilakukan oleh pejabat imigrasi berupa:

1) Pembatasan perubahan atau pembatalan izin keberdaan

101
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Klas I A Polonia Medan,
tanggal 11 Juni 2012 pukul 14.05 WIB.

Universitas Sumatera Utara


2) Larangan uutuk berada disuatu atau beberapa, tempat tertentu di wilayah

Indonesia;

3) Keharusan uutuk bertempat tinggal suatu tempat tertentu di wilayah

Indonesia,

4) Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke

wilayah Indonesia.

Tindakan keimigasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap orang

asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan ketentuan-ketentuan lainnya

mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret tahun

1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan

Tindakan Keimigrasian.

Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing pemegang izin

Keimigrasian atau tanpa izin keimigrasiam mulai saat masuk. berada dan alcan

meninggalkan wilayah Indonesia.

Dalam hal terjadi tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, maka

berdasarkan data yang diperoleh baik dari kantor kepolisian maupun kantor

imigrasi sangat sedikit yang ditindaklanjuti secara pro justitia. Hal ini bukan

menandakan bahwa kasus tentang penyalahgunaan izin keimigrasian sangat

sedikit, tetapi karena kedua instansi ini lebih banyak melakukan tindakan

keimigrasian yaitu berupa pendeportasian ke negara asal tanpa melalui proses pro

justitia walaupun telah ada pengaturannya dalam Undang- undang Nomor 6 Tahun
102
2011 tentang Keimigrasian.

102
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Klas I A Polonia Medan,
tanggal 11 Juni 2012 pukul 14.20 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Pihak Kepolisian dan Keimigrasian menyebutkan beberapa alasan dan
pertimbangan melakukan tindakan keimigrasian yang berupa pendeportasian yang
oleh pihak keimigrasian (walupun penangkapan dilakukan oleh pejabat imigrasi),
yaitu :
a. Masalah kepraktisan, yaitu penanganan suatu kasus dengan cara
pendeportasian tidak memakan waktu yang lama atau berlarut-larut, jika
dibandingikan dengan pro justitia. Ancaman hukuman penjara maksimum
hanya lima tahun sehingga hukuman akan selesai jika dikurangi dengan masa
penahanan. Selain itu jenis hukuman yang diancamkan berupa pidana,
alternative atau jika didenda belum tentu mereka memiliki uang. Karena itu
yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Masalah sumber daya manusia khususnya petugas imigrasi, baik dari segi
kualitas maupun kwantitas yang sangat kurang. Apabila penanganan masalah
ini untuk dilakukan secara pro justitia masih sedikit yang dilengkapi
pengetahuan sebagai PPNS.
c. Masalah anggaran dana yang dialokasikan untuk melakukan tindakan hukum
di kantor imigrasi sangat terbatas. Hal ini tentu saja menghambat tugas para
pejabat imigrasi atau PPNS dalam penyidikan
Tetapi apabila masalah penyalahgunaan izin keimigrasian tersebut
menyangkut masalah perampokan bersenjata, peredaran narkoba, terorisme atau
perdanggangan manusia (trafficking), maka sanksi hukum yang harus dijalankan
adalah dengan cara pro-justitia, hal ini dikarenakan tindakan tersebut sudah sangat
mengancam keamanan negara serta stabilitas nasional. 103

103
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Klas I A Polonia Medan,
tanggal 11 Juni 2012 pukul 14.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan Kebijakan

Selektif, yang mencakup masuk, berada, serta keluar dari wlayah

Indonesia, berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan

Indonesia sajalah yang dapat diberi ijin masuk, ijin berada di Indonesia,

sedangkan untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan kewajibannya di

Indonesia barulah ia boleh keluar dari Indonesia. Setiap orang yang masuk

atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan

oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Pemeriksaan

meliputi pemeriksaan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri yang

sah. Adapun dokumen yang diperlukan untuk masuk, tinggal dan keluar

dari wilayah Republik Indonesia yang merupakan dokumen negara terdiri

dari : Paspor; dan Surat Perjalanan Laksana Paspor, sedangkan Paspor

terdiri atas: Paspor diplomatik dan paspor dinas dan Paspor biasa, Surat

Perjalanan Laksana Paspor terdiri atas;

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia;

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing; dan

c. Surat perjalanan lintas batas atau pas lintas batas;

2. Peran dari petugas Imigrasi dalam selective policy adalah salah satunya

yakni pengawasan dilapangan, dimana peran petugas dilapangan sangatlah

menentukan bagi keluar dan masuknya orang asing diwilayah negara

Indonesia, Pengawasan yang dilakukan oleh petugas Keimigrasian berupa

Universitas Sumatera Utara


pemantauan secara intelijen dan pelacakan, razia gabungan dengan instansi

terkait mengumpulkan bahan keterangan, laporan masyarakat maupun

media, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak

pidana keimigrasian. Sumber Data Pengawasan Lapangan meliputi Hasil

pengamatan, pembuntutan, penyusupan wawancara, intelijen dan

pelacakan, hasil penilaian sumber data yaitu Sumber data pengawasan

administratif, hasil penilaian laporan masyarakat, berita mas media cetak

dan elektronik, Hasil laporan instansi pemerintah maupun swasta, dan

hasil pengembangan semua sumber data yang ada.

3. Kendala-kendala dalam penerapan Kebijakan Selektif kebanyakan

mengenai perizinan, dimana kebanyakan warga negara asing yang masuk

ke Indonesia salah menggunakan izin tinggal, izin tinggal disalahgunakan

untuk keperluan lain, Warga Negara Asing (WNA) yang masuk ke

Indonesia pada umumnya menggunakan fasilitas Bebas Visa Kunjungan

Singkat (BVKS) maupun menggunakan visa wisata Di dalam izin

kunjungan tersebut dijelaskan bahwa izin kunjungan digunakan

penggunaannya untuk berwisata, tetapi kenyataannya ada juga wisatawan

yang menyalahgunakannya untuk keperluan lain sebagai sampingan

bahkan ada juga wisatawan yang sama sekali tidak berwisata.

Penyalahgunaan tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor ruang lingkup

fasilitas bebas visa yang dinilai terlalu luas, dan pemberian tenggang

waktu pada izin kunjungan wisata yang terlalu lama atau karena faktor

petugas migrasi sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh Warga Negara Asing

untuk menyalahgunakan izin keimigrasian

Universitas Sumatera Utara


4. Upaya petugas imigrasi dalam mengatasi kendala kebijakan selektif

terhadap keimigrasian.Melakukan upaya Preventif dan tindakan Represif

dengan tindakan tersebut untuk mencegah terjadinya kejahatan maupun

pelanggaran atau penyalahgunakan izin keimigrasian.

B. SARAN

1. Dengan terciptanya Kebijakan Selektif (Selekivef Policy) masuknya Orang

asing ke Indonesia akan menambah devisa bagi negara, akibat dari kegiatan

yang dilakukan orang asing di Indonesia yang menguntungkan negara, sudah

seharusnya pemerintah menambah bekal pengetahuan yang lebih bagi para

petugas Keimigrasian yang berada di Lapangan untuk mengidintifikasi bagi

setiap orang asing yang masuk ke Indonesia, sehingga hanya orang asing yang

menguntungkan negara saja yang dapat masuk ke negara Indonesia.

2. Diharapkan petugas Keimigrasian lebih selektif dalam menjalani perannya

yakni mengawasi setiap orang asing mulai dari pengawasan hingga

pencegahan dan penangkalan bagi orang asing yang masuk kewilayah

Indonesia yang menyalahi aturan dan menindak tegas bagi para petugas yang

menyalahi aturan dengan dibuatkannya suatu peraturan ataupun Keputusan

menteri dari Kementerian Hukum dan Ham.

3. Sebaiknya pemberian fasilitas bebas Visa ditinjau ulang kembali dan

dikembalikan kepada latar belakang pemberian fasilitas tersebut yaitu hanya

untuk wisata dan juga pemberian fasilitas tersebut dilakukan secara reciplocal

atau prinsip timbal balik hal ini juga menunjukkan bahwa Indonesia bukan

hanya mengharapkan faktor ekonomi saja dari kunjungan wisatawan asing

tetapi juga menunjukkan martabat bangsa, tenggang waktu pemberian fasilitas

Universitas Sumatera Utara


bebas visa harus benar-benardikaji ulang sehingga orang asing yang masuk ke

Indonesia benar-benar sesuai dengan maksud dan tujuannya datang ke

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Bratamidjaja, Lukman, Aspek Ilmu Perundang-undangan BVKS Bagian I,


(Jakarta Pintu Gerbang Nomor 44 Direktorat Jendral Imigrasi, 2002)

Direktur Pengawasan dan penindakan keimigrasian “ Petunjuk pemantauan


operasional Keimigrasian nomor : F4-IL.01.10-1.1044” tentang
keberadaan dan kegiatan orang asing di Indonesia (Jakarta, Dirjend
Keimigrasian, 1999)

Ginting, Antonius, dkk (Tim Analisa dan Evakuasi) “ Analisa dan Evaluasi
tentang pengaturan fasilitas bebas visa wisata bagi orang asing yang
berkunjung ke Indonesia Jakarta: laporan Penelitian Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN) 1984)

Halim, A. Ridwan, Flora, Limau Mangestu, “Persoalan Praktis Filsafat


Hukum dalam Himpunan Distingsi”, Jakarta : UKI, 1992.

Komaruddin, Yooke Tjuparmah S. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,


(Jakarta : Bumi Aksara, 2006.)

Kunjono, Arief Rahman, “ Illegal Migrants dan Sistem Keimigrasian


Indonesia; suatu tinjauan Analisis (Jakarta: Pintu gerbang nomor 44
Direktorat Jenderal Imigrasi, 2002)

K.H, Ramadhan, dan Yusra Abrar “ Lintas sejarah Imigrasi Indonesia”


(Jakarta; Dirjen Imigrasi Hukum dan HAM RI 2005)

Koerniatmanto, Soetoprawiro, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian


Indonesia, Jakarta: Gramedia,1996

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju,


1994).

Loetan, Syahrial, Millenium Development Goals (MDG) dan Program


Pembangunan di Indonesia, Artikel dalam Jurnal Hukum
Internasional Lembaga Kajian Hukum Internasional (Jakarta, FH
Universitas Indonesia, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Lili, Rasjidi dan Ira, Rasjidi, Dasar-dasar filsafat dan teori hukum, Jakarta:
citra Aditya Bakti 2004.

Manan, Bagir, “hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”,


disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, (Jakarta,
14 Januari 2000).

Marpaung, Leden, Asas Teori Praktek hukum Pidana, Jakarta: Sinar grafika,
2005.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada


Media Group 2007.

Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung :


Mandar Maju, 2008)

Ningrat Koentjoro, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta :


PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997).

Pubacaraka Pumadi, “Penggarapan Disiplin Hukum Dan Filsafat Hukum


Bagi Pendidikan Hukum”, (Jakarta : Rajawali 1987)

Rahardjo Satjipto. Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,1996).

Rasjidi, Lili, Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung; Remadja


Rosdakarya, 2001).

Santoso Iman, “Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan


Ketahanan Nasional” Jakarta: UI-Press, 2004.

Sfahriful Abdullah, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian (Jakarta;


Grafika Indonesia)

Susila I Wayan Tangun, dkk “Usaha penanggulangan tindak pidana


imigrasi dan imigrasi gelap di Kota Denpasar” Laporan Penelitian,
Universitas Udayana dan PDII LIPI (Jakarta) Denpasar 1993.

Sarodja Saleh John, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian Hasil Suatu Kajian
Tim, (Jakarta; Direktorat Jenderal Imigrasi Depkum dan Ham RI,
2008)

Soetoprawiro, Koerniatmanto, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian


Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 2003)

Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung; Alumni, 1984).

Universitas Sumatera Utara


Suud, Ibnu,” Manajemen Keimigrasian” Jakarta : Amarja Press, 2005.

Sjarif, H.S, Pedoman Penggunaan tenaga kerja Asing di Indonesia dan


peraturan-peraturannya, (Jakarta, Sinar Grafika, 1996).

Starke JG, Pengantar Hukum Internasional Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Manan, Bagir, Hukum Keimigrasian dalam system hukum Nasional,


Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000

Sihombing, Sihar, Hukum Imigrasi, (Bandung, Nuansa Aulia, 2009).

Salman, H.R. Otje, S dan Susanto Anton F, Teori Hukum, (Bandung, Refika
Aditama 2005).

Singarimbun, Masri dkk. Metode Penelitian Survey (Jakarta : LP3ES,1989)

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo, 1998).

Soekanto, Soerjono dan Mamudi, Sri. Penelitian Hukum Normatif Suatu


Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995).

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,


Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Ukun, Wahyudin, Deportasi sebagai Instrumen penegakan Hukum dan


Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, Jakarta: PT. Adi
Kencana Aji, 2004.

Wiramiharja, Saleh, Langkah-langkah baru menunjang peningkatan


profesionalisme Keimigrasian Pintu gerbang nomor 45” Jakarta:
Dirjend Imigrasi, 2002.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara


Pencegahan dan Penangkalan.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang


Asing dan Tindakan Keimigrasian.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk


dan Izin Keimigrasian.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan RI.

Universitas Sumatera Utara


C. WAWANCARA

Wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Klass I Polonia Medan pada


tanggal 11 Juni 2012 pukul 14.15 Wib.

Wawancara langsung dengan Edy Firyan selaku Kepala Seksi Informasi dan
Komunikasi kantor imigrasi Klass I Polonia Medan pada tanggal 07
Juni 2012 pukul 13.05 WIB

D. INTERNET

Makalah Memantapkan Peranan Imigrasi Dalam Pelayanan, Penerapan dan


Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi, Oleh Bagir
Manan, disampaikan pada ceramah rapat kerja Direktorat Jenderal
Imigrasi, Departemen Kehakiman, di Jakarta 21 Agustus 1996 dikutip
dari http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=VlxXWlEEBQFS pada
tanggal 06 Juni 2012 pukul 20.30 WIB.

Artikel Keimigrasian, Oleh Dwi Ari Listiyani, diakses dari


http://id.shvoong.com/humanities /history/2070240-Hukum
Keimigrasian,, pada tanggal 07 Juni 2012 pukul 21.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai