Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini ditinjau dari tujuan penelitian adalah descriftif research.1
Pada penelitian descriftif research, pusat perhatian adalah untuk menggambarkan
keadaan yang sedang diteliti secara seksama. Dengan demikian penelitian ini
bertujuan untuk meneliti bagaimana kesdaran hukum masyarakat muslim
minoritas yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil penelitian ini nantinya
akan tergambar secara rinci dan jelas bagaimana kesadaran hukum masyarakat
muslim minoritas di provinsi Sumatera Utara. Dari penelitian ini akan tergambar
bagimana proses hukum Islam dilaksanakan oleh masyarakat muslim minoritas
yang hidup dan beraktivitas pada masyarakat yang mayoritas tidak beragama
Islam.
Untuk mencapai tujuan penelitian di atas maka jenis penelitian yang
dipergunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong, penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, mislanya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain.2Peneliti akan berusaha sekuat tenaga untuk memahami secara mendalam
tentang apa saja yang terjadi pada saat penelitian yang dialami oleh subjek
penelitian. Dengan demikian pada penelitian ini, informasi akandikumpulkan dari
responden dengan menggunakan interview terarah, yang datanya dikumpulkan
dari informan.3 Peneliti akan melakukan observasi secara langsung terhadap
subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan instrumen pengumpulan
data akan segera dianalisa dan dikaji sehingga dapat dipahami secara jelas tentang
perilaku hukum masyarakat muslim minoritas di Sumatera Utara.

Jenis-jenis penelitian dapat ditinjau dari beberapa aspek, ditinjau dari tujuannya terdiri
dari eksploratif, developmental, operation research, dan verifikatif.Lihat Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet.V ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.6.
2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), h.6.
3
Ibid.,h.9-10.

84
Sebagaimana dijelaskan oleh Burhan Bungin, penelitian kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi suatu objek penelitian,
kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang
kondisi, situasi atau variabel tertentu. 4Peneliti akan berusaha sekuat tenaga untuk
melakukan penggambaran pola-pola perilaku masyarakat muslim minoritas di
Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini akan ditunjukkan bagaimana
masyarakat muslim melaksanakan hukum Islam di tengah masyarakat yang
mayoritas berbeda dengan mereka. Tingkah laku masyarakat dalam hal-hal
tertentu akan digambarkan secara jelas dan dianalisa latarbelakang perilaku
hukum mereka tersebut.
Penelitian ini ditinjau dari data yang diperoleh dan tempat penelitian
adalah termasuk penelitian lapangan (field research)5, di mana peneliti melakukan
penelitian tentang pengetahuan, pengamalan dan perilaku hukum masyarakat
muslim minoritas di tengah masyarakat yang berbeda hukumnya di Provinsi
Sumatera Utara. Data-data yang ada dalam penelitian ini lebih banyak diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap informan dengan
tetap mengacu kepada unit analisa.
Adapun pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di
dalam masyarakat.6Dengan demikian studi yang menggunakan pendekatan
kualitatif menggunakan khasanah dari fenomena empiris, seperti studi kasus,
pengalaman pribadi, life history, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks
4

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 48.
5
Penelitian lapangan (field research) adalah salah satu jenis penelitian terapan yang
memfokuskan diri berada langsung pada obyeknya, terutama dalam usaha mengumpulkan data
dan berbagai informasi. Lihat Hadari Nawawi dkk, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996), h. 24.
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 306.

85
visual maupun konten pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika
serta makna kehidupan individu.
Pada penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
sosiologi antropologi hukum.Pendekatan sosiologi hukum yang dimaksud adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh Soerjono Seokanto. Menurut Soekanto, bahwa
sosiologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya.7Dalam penelitian ini akan dikonsentrasikan pada
analisa hubungan hukum terhadap gejala-gejala sosial atau mungkin sebaliknya,
hubungan gejala-gejala sosial masyarakat muslim minoritas di Provinsi Sumatera
Utara terhadap proses pelaksanaan hukum Islam.
Penelitian ini berkaitan dengan kesadaran hukum Islam masyarakat
muslim minoritas yang hidup dan bergaul di tengah masyarakat mayoritas non
muslim. Dengan demikian sebagaimana juga disampaikan oleh Satjipto Raharjo,
bahwa sosiologi hukum ini merupakan pengetahuan hukum terhadap pola perilaku
masyarakat dalam konteks sosial.8
Di samping pendekatan sosilogi hukum, pada penelitian ini juga didekati
dengan pendekatan antropologoi hukum. Pada penelitian ini berkaitan dengan
budaya hukum masyarakt muslim minoritas yang hidup di Provisnsi Sumatera
Utara. Hilman Hadikusuma menjelaskan bahwa antropologi hukum akan
mempelajari manusia dengan kebudayaan yang khusus di bidang hukum. Pada
antropologi hukum ini akan dipelajari bagaimana manusia dalam kaitannya
dengan kaidah-kaidah sosial yang bersifat hukum.9 Dengan demikian pendekatan
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi dan

Soerjono Soekoanto, Mengenal Sosiologi Hukum (Bandung: Ciotra aditya Bakti, 1989),
h. 11.
8
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: Alumni, 1982), h. 310.
9
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia (Bandung: Alumni, 2010) h. 10.

86
antropologi hukum, sehingga teori-teori yang dipergunakan banyak teori sosilogi
dan antropologi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini termasuk
penelitian dalam bidang hukum dengan menggunakan model pendekatan
penelitian kualitatif. Peneliti akan berusaha untuk menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi dan situasi yang berkaiatan dengan kesadaran hukum masyarakat
muslim pada masyarakat muslim minoritas di Sumatera Utara.Sedangkan apabila
ditinjau dari objek yang akan diteliti, penelitian ini termasuk kepada penelitian
lapangan (field research),10di mana peneliti akan melakukan penelitian tentang
bagaimana kesadaran hukum masyarakat muslim pada masyarakat minoritas
muslim di Sumatera Utara tentang hukum Islam? Bagaimana mereka menerapkan
hukum Islam di tengah-tengah masyarakat yang heterogen dan juga di tengah
masyakat yang menganut sistem hukum yang berbeda? Dan juga bagaiamana
eksistensi hukum Islam di tengah masyarakat yang menganut berbagai sistem
hukum? Inilah yang akan peneliti kaji di tengah masyakat muslim minoritas di
Sumatera Utara.
Apabila ditinjau dari tujuan penelitian, dapat disebutkan penelitian ini
adalah eksploratif deskriftif, karena peneliti berangkat dari ketidaktahuan tentang
kesadaran hukum masyarakat muslim pada masyarakat muslim minoritas di
Sumatera Utara. Dengan demikian pelaksanaan penelitian ini relevan
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Dalam ilmu hukum, ada dua jenis penelitian hukum secara garis besar,
yaitu penelitian hukum doktrinal dan non-doktrinal. Penelitian hukum doktrinal
adalah penelitian-penelitian atas hukum yang diokonsepkan dan dikembangkan
atas dasar doktrin yang dianut sang pengonsep dan/atau sang pengembangnya.
Sedangkan penelitian hukum non-doktrinal adalah penelitian hukum yang bersipat

10

Penelitian lapangan (field research) adalah salah satu jenis penelitian terapan yang
memfokuskan diri berada langsung pada obyeknya, terutama dalam usaha mengumpulkan data
dan berbagai informasi. Lihat Hadari Nawawi dkk, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996), h. 24.

87
empiris.11 Dengan demikian penelitian hukum ini adalah termasuk penelitian
hukum non-doktrinal.
Sedangkan apabila ditinjau dari bidang penelitian ini, maka penelitian ini
termasuk penelitian sosiologi hukum. Penelitian hukum yang akan dilakukan
adalah menggunakan tipe kajian socio legal dengan perspektif emik.12Hal ini
karena kajian yang dilakukan adalah bagaiamana sekelompok masyarakat
melakukan sebuah tindakan hukum dalam sebuah masyarakat yang terdiri dari
beberapa sistem hukum.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih
karena pada pada provinsi ini terdapat 25 Kabupaten dan 8 Kota yang di dalamnya
ada masyarakat muslim. Secara keseluruhan masyarakat muslim adalah mayoritas
di Provinsi Sumatera Utara, yaitu mencapai 66,09 %, tetapi pada beberapa daerah
Kabupaten terdapat sedikit atau minoritas beragama Islam, seperti Kabupaten
Toba Samosir, Pakpak Bharat, Dairi, Nias Utara dan sebagainya, sehingga sangat
menarik untuk diteliti bagaimana mereka melaksanakan hukum Islam pada daerah
mereka masing-masing.
Adapun waktu yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sekitar 4
(empat) bulan, yakni mulai dari bulan Juni 2016 sampai Oktober 2016. Waktu
penelitian ini dipergunakan untuk mengumpulkan data, baik melalui instrumen
observasi maupun wawancara.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan penelitian
secara langsung, yaitu dari informan dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data. Hal ini dijelaskan pada instrumen pengumpulan data.
11

SoetandyoWignjosoebroto,Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika (Jakarta: Lembaga


Studi dan Advokasi Masyrakat, 2002), h. 147-161.
12
Sabian Usman, Dasar-dasar Sosiologi Hukum; Makna Dialog antara Hukum dan
Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 382.

88
Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui
kajian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan data dan
membaca buku-buku atau dokumen yang berkaitan hukum Islam, Sosiologi
Hukum dan Antropologi Hukum.
D. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif
sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan cara
mendeskripsikan sesuatu masalah. Objek penelitian ini adalah kesadaran hukum
Islam masyarakat muslim minoritas pada Provinsi Sumatera Utara. Namun karena
menurut peneliti jumlah ini terlalu banyak untuk diteliti, sedangkan kemampuan
peneliti sangat terbatas, maka wilayah pada penelitian akan dibatasi hanya
Kabupaten Karo, Dairi, Phakpak Barat, Humbang Hasundutan, dan Toba Samosir.
Karena wilyah hanya dibatasi pada lima wilayah tersebut, maka informan
dalam penelitian ini tokoh masyarakat muslim serta ulama yang hidup dan tinggal
pada lima wilayah tersebut. Informan penelitian adalah seseorang yang, karena
memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai
informasi mengenai objek penelitian tersebut. Di antara sekian banyak informan
tersebut, ada yang disebut narasumber kunci “key informan”–seorang ataupun
beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai
informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti
tersebut.Penunjukan ulama atau tokoh agama Islam setempat adalah karena
mereka lebih sering berinteraksi dengan ummat muslim yang ada pada wilayah
setempat, juga mereka lebih sering berinteraksi dengan tokoh agama lain yang ada
pada wilayah tersebut dan serta lebih sering berinteraksi dengan pemerintah.
Penunjukan ulama dan tokoh agama setempat sebagai informan adalah karena
mereka memiliki informasi lebih banyak dibandingkan yang lain berkaitan dengan
hukum Islam dan bagaimana penerapannya di tengah masyarakat moritas non

89
muslim. Sebagai informan dari penelitian ini adalah ulama yang berasal dari
Kantor Kementerian Agama Kabupaten, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan
Majelis Ulama Indonesia. Para informan tersebut adalah:
Tabel 2
Daftar Ulama, Tokoh Agama, Masyarakat
Sebagai Informan Penelitian
No Nama Kabupaten Jumlah Keterangan
Informan
1 Karo 4 Orang Kandepag,
Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
2 Dairi 4 Orang Kandepag,
Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
3 Pakpak Bharat 4 Orang Kandepag,
Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
4 Humbang 4 Orang Kandepag,
Hasundutan Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
5 Toba Samosir 4 orang Kandepag,
Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
6 Nias Utara 4 orang Kandepag,
Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Majelis Ulama
Indonesia
Jumlah 24 Orang

Namun walaupun demikian, informan kunci dalam penelitian ditambah


dari mereka yang mempunyai informasi tambahan tentang masyarakat muslim
pada wilayah setempat, seperti Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan apabila
dirasa perlu. Hal ini tidak bisa dilepaskan karena yang lebih mengetahui
bagaimana pelakasanaan hukum perkawinan menurut hukum nasional adalah

90
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagai Pegawai Pencatat Nikah bagi
masyarakat muslim. Adapun alasan untuk mendapat informasi dari Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten adalah karena mereka yang mengetahui situasi
dan fasilitas masyarakat umat beragama yang ada pada wilayahnya. Dari lima
kabupaten yang diteliti empat diantaranya Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten adalah beragama Islam, sedangkan yang beragama non muslim hanya
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Toba Samosir.
E. Instrumen Pengumpul Data
Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga)
tahap kegiatan, yaitu pertama; proses memasuki lokasi penelitian (getting in).
Pada tahap ini peneliti akan mempersiapkan diri agar proses pengumpulan data
dan informasi berjalan sesuai rencana. Peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan bersifat administratif maupun semua
masalah dan persoalan berhubungan dengan setting dan subyek penelitian untuk
mencari relasi awal. Ketika berusaha memasuki lokasi penelitian, peneliti harus
menempuh pendekatan informal dan formal, serta juga harus mampu menjalin
hubungan yang akrab dengan informan. Untuk itu agar diperoleh suatu data yang
valid, peneliti melakukan adaptasi dan proses belajar dari sumber data tersebut
dengan berlandaskan yang etis dan simpatik sehingga bisa mengurangi jarak
antara peneliti dengan para informan. Peneliti berperilaku dengan sopan, baik
dalam kata bahasa dan bertindak.Pada tahap ini yang diutamakan adalah
bagaimana peneliti dapat diterima dengan baik pada waktu memasuki setting
area. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan diri dengan mempersiapkan surat
penelitian dari Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara.
Setelah surat ini diterbitkan, peneliti mencoba untuk mengenal nama-nama Kepala
Kantor Kementerian Agama, Ketua Majelis Ulama dan Tokoh Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama. Dari key informan ini peneliti akan memperoleh nama-
nama Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan, atau bisa juga sebaliknya dari
nama-nama Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan peneliti akan memperoleh
nama-nama ulama dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten. Setelah

91
penelitian ini dilakukan ternyata banyak pegawai Kantor Kementerian Agama,
baik itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan adalah merangkap menjadi ulama pada daerah
setempat. Bahkan masyarakat lebih mengakui mereka sebagai ulama karena
dianggap berilmu dan berpendidikan tinggi.
Tahap kedua; selanjutnya ketika peneliti berada di lokasi penelitian
(getting along). Disaat peneliti memasuki situs lokasi penelitian, maka hubungan
yang terjalin harus tetap dipertahankan. Kedudukan subjek harus dihormati dan
diberikan kebebasan untuk mengemukakan semua persoalan, data serta informasi
yang diketahui, peneliti tidak boleh mengarahkan dan melakukan intervensi
terhadap worldview subyek penelitian. Imajinasi dan daya nalar peneliti harus
diasah dan dikembangkan untuk menangkap apa yang disampaikan, tindakan apa
yang dilakukan, apa yang dirasakan serta kerangka mental dari dalam yang
dimiliki subyek (emic). Berdasarkan emic yang diperoleh, peneliti mencoba
memahami, menafsirkan dan mencoba untuk membuat pemaknaan baru atas
worldview peneliti.Pada tahap ini pendekatan terhadap pihak-pihak yang terlibat
dalam pengelolaan data statistik perceraian di Pengadilan Agama di Sumatera
Utara sehingga dapat diyakini informan dapat memberikan data dan informasi
yang lengkap dan akurat.
Tahap pengumpulan data yang ketiga dan merupakan tahap terakhir adalah
tahap pengumpulan data (logging the data). Untuk mengumpulkan informasi dan
data yang diperlukan, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang
terdiri dari (1) observasi; (2) wawancara secara mendalam (in-dept interview); dan
(3) dokumentasi. Selama dalam tahap ini, peneliti berusaha sekuat tenaga untuk
memperoleh data-data dan informasi tentang kesadaran hukum masyarakat
muslim yang hidup dan menetap pada masyarakat minoritas muslim di Sumatera
Utara. Di samping mewawancarai informan, peneliti juga mencoba tinggal
bersama mereka untuk melihat langsung bagaimana kehidupan sosial mereka.
Jadi, semua data dan informasi dikumpulkan termasuk di dalamnya dokumen-
dokumen penting.

92
Untuk mendapatkan data sebagai acuan dalam laporan hasil penelitian ini,
maka peneliti mempersiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.
Ditinjau dari bagaimana cara memperoleh data dan informasi suatu penelitian ini ,
maka alat atau instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
a. Wawancara
Cara yang dilakukan untuk pengambilan data yaitu dengan
melakukanwawancara. Moeloeng mengartikan wawancara sebagaipercakapan
dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan olehdua pihak, yaitu
pewawancara (orang yang mengajukan pertanyaan) danyang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yangdiberikan oleh pewawancara.13Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan dialog dengan nara sumber atau informan
sehingga diperoleh data secara detail. Peneliti akan melakukan wawancara dengan
para ulama dan tokoh agama, Kepala Kantor Kementerian Agama, Kepala
Pengadilan Agama dan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.
sebagai informan.
Wawancara juga sering disebut dengan interview atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang oleh pewawancara (interviwer) untuk memperoleh
informasi dari informan. Wawancara dalam penelitian ini berbentuk wawancara
bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat
akan data apa saja yang akan dikumpulkan 14. Sebelum melakukan wawancara,
terlebih dahulu peneliti melakukan studi pustaka. Peneliti akan mengakaji secara
detail tentang konsep Hukum Islam dan penerapan hukum dalam sebuah
masyarakat. Selanjutnya peneliti akan membaca semua peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan hukum Islam di Indonesia.

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…., h.36.


14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ......, h. 174.

93
Di samping itu, peneliti juga mengkaji hukum adat masyarakat Batak pada
bidang perkawinan dan kewarisan. Hal ini dilakukan untuk memahami penjelasan
masyarakat nantinya tentang proses hukum yang dilakukan oleh masyarakat
minoritas muslim. Kajian ini dilakukan agar pemahaman peneliti bisa terarah dan
juga bisa melakukan interview yang lebih mendalam dan detail. Hal ini juga harus
diakui bahwa tidak semua masyarakat Batak, baik muslim maupun non muslim
yang mengerti hukum adat. Oleh karena itu, jauh sebelum melakukan penelitian,
peneliti juga harus mengakji hukum adat masyarakat Batak sebelum melakukan
interview.
b. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau metode tersebut
dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti
daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada penelitian ini dilakukan
observasi structured or controlled observation, dimana observasi yang
direncanakan, terkontrol. Pada penelitian ini, peneliti memperhatikan aspek-aspek
ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu
dilakukan. Misalnya, peneliti mengobservasi bagaimana masyarakat muslim
melakukan permulaan pernikahan, hukum dalam pernikahan dan juga hukum
warisan. Peneliti juga mengobservasi bagaimana masyarakat muslim
melaksanakan hukum Islam di tengah masyarakat, khususnya yang berkaitan
dengan hukum perkawinan dan hukum waris. Dengan demikian, sebelum
dilakukan observasi, peneliti lebih awal telah menyusun daftar observasi atau
check-list yang merupakan daftar isian ketika melakukan observasi.
Sebelum melakukan observasi, terlebih dahulu peneliti sudah menyusun
dafatr atau locus observasi. Adapun locus observasi dalam bidang pernikahan

94
adalah pendahuluan perkawinan, peminangan, pelaksanaan akad nikah, dan
pencatatan akad nikah. Sedangkan dalam bidang warisan adalah siapa yang
memimpin pembagian harta warisan, apa sebab mendapat harta warisan, berapa
bagian harta warisan yang diperoleh.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis, berupa buku-buku, majalah, sumber dan buku-buku.15Dalam penelitian
ini, peneliti akan mencari informasi dan data pada dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pelakasanaan hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan
perkawinan dan warisan. Dokumen-dokumen tersebut bisa dalam bentuk
peraturan perundang-undangan-surat keputusan, surat edaran dan juga bisa dalam
bentuk photo dan gambar, baik yang sioft copy maupun hard copy. Dokumen ini
bisa diperoleh sumber informasi dan pustaka. Dokumen-dokumen yang sangat
perlu dalam penelitian ini adalah profil kabupaten, data-data dari Kantor
Kementerian Agama Kabupaten dan Kantor Urusan Agama Kecamatan. Peneliti
banyak menemukan data dari dokumen-dokumen tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka kemudian
dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan untuk menemukan makna setiap
data, hubungan-hubungan antara satu dengan yang lainnya dan memberikan
tafsirannya yang dapat diterima akal sehat (common sense) dalam konteks
masalahnya secara keseluruhan.16
Dalam penelitian ini, setelah dkilakukan studi dokumentasi, wawancara
dan observasi maka peneliti akan mengumpulkan semua data tersebut untuk
dilakukan analisa data. Secara garis besar analisis data terdiri dari beberapa
langkah. Langkah pertama adalah persiapan, dimana kegiatan dalam langkah
15

Ibid, h. 131.
16
Hadari Nawawi dkk, Penelitian...,h.189.

95
persiapan ini antara lain menentukan sumber rujukan. Peneliti akan melakukan
klasifikasi data berdasarkan sumber data. Peneliti akan mengumpulkan data yang
diperoleh dari wawancara, dari studi dokumentasi dan data dari hasil observasi.
Ini dilakukan agar mudah merujuknya.
Sedangkan langkah kedua adalah tabulasi, dalam hal ini bukan
memberikan kode-kode sebagaimana lazimnya penelitian kuantitatif, tetapi upaya-
upaya untuk memahami permasalahan-permasalahan di lingkungan obyek
penelitian, kemudian mengungkapkan alasan-alasan utama maupun pengiring dan
memisahkannya dan lain sebagainya. Peneliti akan menyusun laporan hasil
penelitian ini dalam berdasarkan beberapa masalah, yaitu perencanaan,
pelaksaanan, evaluasi dan kinerja. Jadi tabulasi data adalah disusun berdasarkan
rencana laporan hasil penelitian. Peneliti akan menyusun laporan hasil penelitian
mulai dari tahap perencanaan, kajian pustaka, pelaksanaan wawancara, pelaksaan
observasi.
Langkah ketiga adalah analisis data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif (analitical
description)17, yaitu menyajikan atau menggambarkan keadaan obyek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya secara sistematik
setelah sebelumnya memberikan arti dan tafsiran pada data tersebut. Pada tahap
ini peneliti akan melaporkan kajian teori-teori sosiologi dan antropologi hukum
kemudian melaporkan hasil penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan
analisa bagaimanamasyarakat muslim minoritas melaksanakan hukum Islam pada
wilayah mereka masing-masing.
Karena penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan
akurat data yang telah diperoleh, kemudian pada tahap penyajian kesimpulannya
menggunakan metode induktif karena bertitik tolak dari data yang bersifat khusus
17

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1989), h. 192.

96
untuk merumuskan kesimpulan secara umum.18 Peneliti akan mengumpulkan data
yang berasal dari informan-informan di atas kemudian dijadikan sebuah
pernyataan sebagai hasil penelitian. Jadi kasus-kasus yang ada di lapangan saat
penelitian dilakukan akan dikumpul dan dianalisa sehingga menghasilkan sebuah
atau beberapa pernyataan yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini.
Dalam penelitian ini untuk menghasilkan sebuah laporan dilakukan
dengan penalaran induktif yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
generalisasi, analogi, hubungan kausal (sebab akibat).Generalisasi adalah proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk
menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui
pengalaman, observasi, wawancara atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat
berupa dokumen-dokumen informan, statistik-statistik dan kesaksian-kesaksian
yang berkaitan dengan kesdaran hukum masyarakat muslim minoritas di Provinsi
Sumatera Utara.
Adapun rambu-rambu untuk menguji keabsahan hasil sebuah generaliasi
dalam penelitian adalah:
1. Apakah jumlah gejala atau peristiwa khusus yang dijadikan dasar
generalisasi tersebut cukup memadai. Agar generalisasi yang dibuat
dapat diterima, pertama mencari data tambahan agar representatif,
kedua penyimpulan diawali dengan kata atau frase pembatas tertentu,
seperti sebagian besar, dari hasil penelitian itu, bertolak dari data di
atas, dan cenderung. Dalam penelitian ini nantinya akan memberikan
kesimpulan berupa deskripsi dengan menyajikan data secara kualitatif
bukan kuantitatif. Peneliti akan menggambarkan bagaimana kesadaran
hukum masyarakat muslim minoritas yang hidup dan beraktivitas pada
masyarakat mayoritas non muslim Provinsi Sumatera Utara.

18

Hadari Nawawi dkk, Penelitian....,h. 175.

97
2. Apakah gejala atau peristiwa yang digunakan sebagai bahan
generalisasi merupakan contoh yang baik, yang dapat mewakili
keseluruhan atau bagian yang dikenal generalisasi.
3. Seberapa banyak pengecualian yang sesuai dengan generalisasi yang
dilakukan. Jika jumlah pengecualian terlampau banyak maka
generalisasi itu tidak sah. Jika jumlahnya sedikit, maka perumusan
generalisasi itu harus dilakukan dengan hati-hati. Kita harus cermat
menggunakan kata atau frasa semua, setiap, seluruh, selalu, biasanya,
cenderung, pada umumnya, sebagian besar, rata-rata, atau kenyakan.
Peneliti akan mencoba membandingkan antara hasil wawancara yang
satu dari informan yang satu kepada informan yang lain.
4. Apakah perumusan generalisasi itu sesuai dengan data-data yang
diteliti. Jika generalisasi itu menggunakan kata semua atau setiap,
betulkah semua data yang sudah diteliti, jangan-jangan sebagian kecil
saja.

Kedua, dengan cara analogi. Analogi dilakukan karena sesuatu yang


dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran.
Melalui analogi, peneliti dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit
secara konkrit dan lebih mudah dicerna.Analogi yang dimaksud di sini adalah
analogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain
memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak
penalaran ini adalah sebuah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan  apa yang berlaku pada suatu hal akan berlaku
pula untuk hal lainnya. Dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan
merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang
danalogikan. Peneliti akan melakukan analogi antara data yang diperoleh dari
Peraturan Perundang-undangan, hasil wawancara dari informan dan kasus-kasus
yang ada di tengah masyarakat muslim minoritas di Provinsi Sumatera Utara.

98
Ketiga adalah dengan cara hubungan kausal. Menurut hukum kausalitas
semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab
akibat.Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab.Pertama,
satu atau beberapa gejala yang timbul dapat berperan sebagai sebab akibat, atau
sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala
sesudahnya.Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu
sebab atau lebih, dan menghasilkan satu akibat atau lebih.
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan Keautentikan
penelitian, maka peneliti mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data
yang terdiri dari: credibility, transperability, dependability dan comfirmability.
1. Keterpercayaan(creadibility), yaitu menjaga keterpercayaan penelitian
dengan cara:
a) Melakukan pendekatan persuasif dengan semua pihak terutama
informan dalam penelitian ini seperti Tokoh Agama atau ulama,
Kepala Kantor Kemnterian Agama dan juga Kepala Pengadilan
Agama dan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan, sehingga
pengumpulan data dan informasi tentang semua aspek diperlukan
dalam penelitian ini diperoleh secara sempurna,
b) Ketekunan pengamatan (persistent observation), karena informasi
dan aktor-aktor itu perlu ditanya secara silang untuk memperoleh
informasi yang sahih. Peneliti berusaha dengan sekuat tenaga
untuk mendengarkan langsung keterangan-keterangan dari
informan Peneliti juga berusaha merekam tindakan-tindakan
hukum masyarakat muslim minoritas di Provinsi Sumatera Utara.
c) Melakukan triangulasi (triangulation), yaitu informasi yang
diperoleh dari beberapa sumber perlu dibandingkan dengan data
pengamatan,
d) Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta
dalam penelitian, sehingga penelitian ini mendapat masukan dari

99
orang lain.
e) Analisis kasus negatif (negative case analysis),menganalisis dan
mencari kasus atau keadaan yang menantang atau menyanggah
temuan penelitian, sehingga tidak ada lagi bukti yang menolak
temuan-temuan hasil penelitian.
2. Dapat ditransfer (transferability). Pembaca laporan penelitian ini
diharapkan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai situasi yang
bagaimana agar hasil penelitian dapat diaplikasikan atau diberlakukan
kepada konteks atau situasi lain yang sejenis.
3. Keterikatan (defendability). Peneliti mengusahakan konsistensi dalam
keseluruhan proses penelitian ini agar dapat memenuhi persyaratan
yang berlaku. Semua aktivitas penelitian harus ditinjau ulang terhadap
data yang diperoleh dengan memperhatikan konsistensi dan dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Kepastian atau dapat dikonfirmasikan (comfirmability). Data harus
dapat dipastikan keterpercayaannya atau diakui oleh banyak orang
(objektivitas) sehinga kualitas data dapat dipertanggungjawabkan
sesuai fokus penelitian yang dilakukan. Peneliti akan melakukan
konfirmaski tentang data-data yang perlu mendapatkan perhatian
penting atau khusus sehingga tidak menghasilkan laporan penelitian
yang salah atau mengalami deviasi.

100

Anda mungkin juga menyukai