Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif-yuridis. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu

pada norma hukum segala peraturan perundang-undangan yang relevan

dengan judul penelitian. Penelitian ini menggunakan bersifat kualitatif,

serta sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat

deskriptif-analitis.

B. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada sejarah perjalanan ketatanegaraan

Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Pilihan kurun waktu tertentu ini, di

dasarkan pada pertimbangan. Pertama, Perjalanan ketatanegaraan

Indonesia dari waktu ke waktu mengalami pergeseran atau perubahan

mengenai konsep kewenangan pemerintah daerah, dalam pelaksanaan

pemerintahan di NKRI. Pergeseran atau perubahan konsep kewenangan

pemerintah daerah tersebut, sangat dipengaruhi oleh cita bernegara,

konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat itu, serta

kondisi sosial politik yang terjadi pada saat itu. Kedua, konsep

kewenangan pemerintah daerah yang dirumuskan diwarnai oleh proses

dan dinamika perdebatan yang sangat panjang dan alot, yang mengacu

pada penerapan paham-paham demokrasi, negara hukum, kedaulatan

23
proposal penelitian
3
rakyat, keadilan, sistim pemerintahan yang pernah berlaku dan berlaku di

Indonesia, serta interpretasi dan pemahaman penyelenggaran negara dan

pemerintahan, mengenai batasan-batasan kewenangan yang harus

diberikan kepada daerah dalam menjaga kelangsungan dan keutuhan

pelaksanaan pemerintahan di NKRI. Ketiga, perumusan konsep

kewenangan pemerintah daerah dijiwai oleh nilai-nilai keseimbangan dan

keadilan (kollektif dan personal) ditengah-tengah masyarakat dan antar

masing-masing daerah di Indonesia, serta sebagai salah satu wahana

dalam memberdayakan hak-hak politik rakyat di daerah, sebagai realisasi

proses demokratisasi yang berporos pada rakyat di daerah.1

Secara riil, setting penelitian diletakkan pada pergeseran atau

perubahan kewenangan pemerintah daerah, baik pada saat dirumuskan

dan digodok landasan hukum pendirian negara, rumusan cita bernegara,

risalah-risalah penetapan konstitusi sebagai norma hukum dasar negara,

dan pada saat peraturan-peraturan organik pelaksanaan pemerintahan di

daerah digodok di parlemen. Esensi dari setting ini adalah, memahami

perbedaan dan persamaan dalam mengapresiasi konsep kewenangan

pemerintah daerah dalam pelaksanaan pemerintahan di NKRI, oleh para

1
Pemilihan kurun waktu-waktu tertentu ini dibagi dalam beberapa kategori : (1) Masa
keberlakuan konstitusi (hukum dasar) dalam penyelenggaraan negara Indonesia yaitu ; Masa
pemberlakuaan UUD Tahun 1945 (UUD 1945) sebagai hukum dasar negara Indonesia,
pemberlakuan UUD Republik Indonesia Serikat Tahun 1949 (UUD/Konstitusi RIS 1949),
pemberlakuan UUD Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950), pemberlakuan kembali UUD Tahun
1945 (setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 05 Juli 1959) beserta hasil amandemen UUD 1945
pada Tahun 1999 dan selesai pada Tahun 2002. (2) Masa pemberlakuan UU yang mengatur
secara khusus mengenai pelaksanaan pemerintahan di daerah, yaitu sejak dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan KNIP sampai dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (3) Masa periodisasi
pelaksanaan pemerintahan presiden, yang diawali periodisasi pemerintahan Presiden Soekarno,
Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid sampai periodisasi
Presiden Megawati Soekarnoputri, dan terakhir Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

23
proposal penelitian
4
pendiri dan penyelenggara pemerintahan, para anggota parlemen, dan

interpretasi yang diberikan oleh pemerintah, serta aspirasi masyarakat

yang mengemuka pada saat itu. Sehingga konsep kewenangan

pemerintah daerah yang ideal dalam NKRI dapat dipahami secara

komprehensif.

C. Pendekatan Penelitian.

Konsepsi pemerintahan daerah, selain sebagai tema kajian Hukum

Tata Negara (khususnya Hukum Pemerintahan di Daerah) dan Hukum

Administrasi Negara, juga sebagian unsur-unsurnya dijadikan tema kajian

cabang ilmu lainnya (Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial dan Budaya).

Walaupun dijadikan tema kajian cabang ilmu lain, akan tetapi penelitian ini

bertolak dari Ilmu Hukum, khususnya Ilmu Hukum Tata Negara dan

Hukum Administrasi Negara yang terletak pada sub-bidang kajian Hukum

Pemerintahan di Daerah.2 Disisi lain, dari proses perkembangan sejarah

ketatanegaraan dari waktu ke waktu, rumusan konsep pelaksanaan

pemerintahan di daerah mengalami proses dinamisasi, maka dibutuhkan

suatu pendekatan yang lebih fungsional dalam mengkajinya secara

mendalam.

2
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 42. Penelitian hukum sebagai suatu aktifitas ilmiah, yang dikaitkan dengan arti yang
diberikan pada hukum, yaitu : hukum dalam arti ilmu, hukum dalam arti kaidah atau norma, hukum
dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis, hukum dalam arti keputusan pejabat, hukum
dalam arti proses pemerintahan. Hukum menurut Bruggink adalah sebuah sistim konseptual kaidah
hukum dan keputusan-keputusan hukum (rechtsbeslissingen). Lihat juga JJH. Bruggink/alih bahasa
Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1966), hlm. 3.

23
proposal penelitian
5
Sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum,3 maka penelitian dalam

penulisan ini dipergunakan pendekatan secara dogmatis yang berorientasi

pada pemaknaan kaidah dalam aturan hukum, meliputi: 4 penelitian

terhadap asas-asas hukum,5 sistematika hukum, dan sejarah hukum, yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

sebagai bahan hukum primer dan/atau data sekunder belaka. Pendekatan

dogmatis,6 dipandang tidak cukup memadai untuk menjelaskan fenomena

yang akan diteliti, berkenaan kewenangan pemerintah daerah bertalian

dengan nilai, kepentingan, orientasi dan harapan, yang pada dirinya

bukan hanya terletak pada aturan hukum, tetapi bahan-bahan lainnya, 7

juga merupakan sesuatu yang mendorong terbentuknya hukum.

3
Kajian yang dilakukan oleh Friedmann misalnya merupakan hukum yang mengintegrasikan
hal-hal yang lazim dipahami sebagai kajian bidang politik, sebagaimana terpetik dalam Edwin
Chemerinsky, Constitutional Law Principles and Politics (New York : Apen Law & Business, 1997),
hlm. 127. Lihat Joseph Hart, The Authority of Law (Oxford : Oxford University Press, 1983), hlm.
139.
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Press, 1986), hlm. 44.
5
Menurut Scholten bahwa asas-asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di
dalam dan di belakang sistim hukum masing-masing, dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-
undangan dan putusan-putusan hakim yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan
keputusan-kepututsan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya. Sementara Karl Larenz
memandang bahwa asas hukum adalah gagasan yang membimbing dalam pengaturan hukum.
Sedangkan Ron Jue berpandangan bahwa, asas hukum adalah nilai-nilai yang melandasi kaidah-
kaidah hukum, menjelaskan dan melegitimasi kaidah hukum, bertumpu muatan ideologis dari
tatanan hukum.
6
Pendekatan ini memiliki kelemahan yang sangat mendasar karena hanya didasarkan pada
teks undang-undang. Walaupun harus diakui bahwa hal itu masih menimbulkan perdebatan
terhadap pilihan pendekatan. Esensi perdebatan antara kelompok interpretivism dan non-
interpretivism misalnya terletak pada pandangan bahwa norma hukum telah lengkap sehingga
tidak perlu diinterpretasi. Demikian juga perdebatan antara kelompok originalisme dan non-
originalisme. Lihat Jan Gijssels dan Mark Van Hoece, Apakah Hukum itu?. Diterjemahkan oleh B.
Arief Sidharta, (Bandung : Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahiyangan, 2000),
hlm. 21. Ajaran Hukum (rechtslehre) atau dogmatik hukum juga sering disebut ilmu hukum. Dalam
arti sempit bertujuan untuk memaparkan dan mensistematisasi dan dalam arti tertentu juga
menjelaskan hukum positif yang berlaku. Sebagai suatu ajaran hukum, dogmatik hukum berkenaan
dengan tata hukum.
7
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni,
1994), hlm. 79. Suatu metode penelitian yang berkembang dikalangan sarjana Indonesia sebagai
suatu penelitian yang berkaitan dengan kenyataan dilapangan. Jadi penelitian Sosio-Legal
merupakan salah satu metode terbaik. Lihat C.M. Schuyt, dalam Soejono Soekamto, Op. Cit., hlm.
57. Bahwa penelitian sosiologi bertitik tolak dari pengertian yang abstrak yang diujikan pada
kenyataan, sedangkan penelitian yuridis bertitik tolak pada hal konkrit untuk diujikan pada suatu
kaidah yang abstrak.

23
proposal penelitian
6
Mendiskripsikan pertautan nilai yang begitu besar, maka penelitian

ini juga menggunakan pendekan yuridis-filosofis (filsafat) yang akan

membedah makna dibalik kaidah hukum yang menjiwai aturan tersebut

dibuat dan diberlakukan. Disamping itu, untuk menjembatani pertautan

antara tema kjian hukum dan non-hukum (politik, ekonomi, sosial dan

budaya), maka penelitian ini juga mempergunakan pendekatan yuridis-

sosiologis yang sangat membantu dalam mendiskripsikan pertautan antar

beberapa elemen dalam proses keberlakuan hukum (elemen diluar hukum

yang mempengaruhi proses pembuatan dan pemberlakuan hukum). Lagi

pula, hukum pada esensinya merupakan bagian dari social order.8

Pendekatan sosiologis, memungkinkan penelaahan secara kritis

terhadap issu-issu hukum. Pendekatan ini juga dipilih, karena setting

politik, ekonomi, dan budaya mengenai perumusan konsep pemerintahan

di daerah, setidak-tidaknya didahului dan ada pembahasan diluar hukum

yang menyertainya. Perubahan pada hukum, baru akan terjadi apabila

dua unsurnya bertemu pada satu titik singgung. Kedua unsur tersebut

8
Soetandyo Wignyosubroto, 1994, “Keragaman dalam Konsep Hukum, Type Kajian dan
Metode Penelitiannya”, Kertas Kerja (makalah), Penataran Metode Penelitian Hukum, Fakultas
Hukum Udayana, 24-25 Nopember 1994, Dempasar-Bali, hlm. 7. Dalam upaya memperoleh
kelengkapan data yang mendukung analisis, dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan hukum
lainnya, untuk memperoleh bahan sebagai bahan hukum sekunder, yang terdiri dari karya-karya
akademis, mulai dari deskriptif sampai pada komentar-komentar yang penuh kritik, yang
memperkaya pengetahuan orang tentang hukum positif yang berlaku. Lihat Adnan Podgorecki dan
Anthoni J. Whelan (ed), Pendekatan Sosiologis Terhadap Hukum, (Jakarta : Bina Aksara, 1981),
hlm, 215-216. Studi teoritis mengenai hukum yang berlandaskan penelitian empiris cenderung
untuk menentang suatu ketetapan yang sering tersebunyi. Sosiologis secara terang-terangan
melakukan kritikan yang diintrodusir kedalam hukum atau mempengaruhi perumusan hukum
dibahas dalam studi sosiologis. Lihat Roberto Unger, Law in Modern Society, Toward Criticism of
Social Theory, (New York : Free Press, 1976), hlm. 44.

23
proposal penelitian
7
adalah : 1. keadaan atau suasana baru timbul; 2. kesadaran akan

perlunya perubahan pada masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.9

Menurut Zinseimer, syarat bagi terjadinya perubahan pada hukum,

baru ada manakalah dengan terjadinya perubahan-perubahan (timbulnya

hal baru) itu, timbul disebabkan emosi-emosi pada pihak-pihak yang

terkena. Dengan demikian akan mengadakan langkah-langkah

menghadapi keadaan itu, serta menuju kepada bentuk-bentuk kehidupan

baru. Sejalan dengan proposisi sosiologis, studi ini dikembangkan sesuai

perspektif penelitian kualitatif. Studi kualitatif dapat difokuskan pada

pemaknaan atas kasus, defenisi dan deskripsi atas kasus khusus. Fakta

sosial harus diungkap sebagaimana adanya, untuk menemukan relasi

antar unsur dari penomena yang dijadikan tema penelitian.10

Jadi jenis penelitian termasuk dalam kategori, antara lain : 1.

Penelitian ini termasuk kategori penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

bermaksud mendeskripsikan satu atau beberapa fenomena sosial yang

terjadi dalam masyarakat. 2. Penelitian ini juga dikategorikan sebagai

penelitian yuridis-normatif. 3. Penelitian ini juga dikategorikan sebagai

9
William Aubert, In Search of Law; Sociological Aproach to Law, (Oxford : Martin Robertson,
1983), hlm. 105-106. Lihat Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung : Angkasa, 1986),
hlm. 101.
10
Lawrence Newman, Social Research Method : Qualitative and Quantitative Aproach,
(Boston : Allyn and Bacon, 1994), hlm. 329. Ciri-ciri penelitian Kualitatif, antara lain : (1)
menggambarkan dan menemukan makna dan dijadikan sebagai data penelitian; (2) konsep
disajikan berdasarkan tema-tema, motif dan selanjutnya digeneralisasi; (3) Pengukuran dapat
dilakukan secara spesifik sesuai setting penelitian atau sesuai setting yang dikembangkan oleh
peneliti; (4) data disajikan dalam bentuk dokumen atau transkrif; (5) teori dapat dikembangkan
berdasarkan logika kausalitas dan non-kausalitas, walaupun sering kali bersifat induktif; (6)
prosedur penelitian dilakukan secara partikular dan replikatif; (7) analisis dikembangkan selaras
dengan tema-tema atau fakta yang ditemukan serta disajikan secara kohoren dan digambarkan
secara konsisten. Lihat Norman K. Denxin and Yvonna S. Lincol (eds), Handbook of Cualitative
Research, (United State of America, Sage Publication Inc, 1994), hlm. 23. Lihat Satjipto Rahardjo,
Ibid., hlm 102.

23
proposal penelitian
8
penelitian eksplanatoris, yaitu penelitian yang bermaksud menguji

kebenaran teori-teori11 dalam Hukum Tata Negara, khususnya Hukum

Pemerintahan di daerah, dan Hukum Administrasi Negara mengenai

perspektif konsep kewenangan daerah dalam sistim pemerintahan di

NKRI.

Demikian juga, bahwa penelitian ini mempergunakan pendekatan :

Pertama, Pendekatan Yuridis-Filosofis, yaitu memahami konsep

pemerintahan di daerah dari sudut nilai-nilai yang melandasi

pembentukannya dan kepentingan yang terkandung di dalamnya dan

mencari kesesuaian dalam cita bernegara dan sistim pemerintahan di

Indonesia. Kedua, Pendekatan Yuridis-Normatif, yaitu mengkaji kaidah-

kaidah hukum12 yang berlaku mengenai pelaksanaan pemerintahan di

daerah dalam pelaksanaan sistim pemerintahan di Indonesia. Ketiga,

Pendekatan Yuridis-Historis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji kaidah-kaidah hukum yang pernah berlaku, mengkaji sejarah

(risalah) pembentukan (penyusunan) konsep pemerintahan di daerah,

11
Teori Hukum menurut Bruggink adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan
berkenaan dengan hukum. Teori Hukum adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling
berkaitan berkenaan dengan sistim konseptual aturan-aturan hukum dan keputusan-keputusan
hukum yang untuk suatu bagian penting, sistim tersebut memperoleh bentuk dalam hukum positif.
Teori Hukum dapat dibagi dalam dua, yaitu teori hukum sebagai produk, karena merupakan hasil
kegiatan teoritik bidang hukum dan teori hukum sebagai proses, yang diarahkan pada kegiatan
teoritik tentang hukum atau kegiatan penelitian teoritik bidang hukum. Lihat dalam JJH.
Bruggink/alih bahasa Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1966),
hlm. 3-4. Menurutnya bahwa teori adalah sekumpulan pemahaman-pemahaman, titik tolak dan
asas-asas yang saling berkaitan, yang memungkinkan kita memahami lebih baik terhadap sesuatu
yang kita coba untuk mendalaminya.
12
Kaidah hukum adalah isi aturan hukum, yang dapat bersifat tertulis maupun bersifat tidak
tertulis atau Kaidah Hukum adalah kaidah sosial yang hidup dalam masyarakat hukum, berkaitan
dengan para justisiabel yang mempertautkan harapan-harapan yang sah, terlepas dari apakah
aturan hukum itu secara lansung ditujukan kepada mereka atau tidak. Sementara menurut
Stromholm, bahwa kaidah hukum dibagi dalam Kaidah Hukum Primer (syaratnya terdiri atas
perilaku manusia tertentu) dan Kaidah Hukum Sekunder (jika akibat hukum terdiri atas suatu sanksi
tertentu).

23
proposal penelitian
9
serta mengungkapkan sejarah perkembangan pranata pergeseran-

pergeseran yang mempengaruhinya. Keempat, Pendekatan Yuridis-

Sosiologis, yang dipergunakan untuk meneliti pertautan elemen hukum

dan non-hukum yang turut mempengaruhi konsep pelaksanaan

pemerintahan di daerah yang tidak dapat dijelaskan secara komprehensip

pendekatan lainnya.

D.Sumber bahan hukum dan Instumen penelitian.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas dua

jenis, yaitu; data primer (primary data) dan data sekunder (secondary

data). Data sekunder akan dijadikan data utama atau bahan utama dalam

penelitian ini. Bahan utamanya diklasifikasi dalam bahan hukum primer

(primary sources outhority)13 yaitu peraturan perundang-undangan dan

bahan hukum sekunder (secondary sources outhority) yaitu buku-buku,

makalah yang ditulis oleh pakar/ahli hukum. Disamping itu juga digunakan

bahan hukum tertier, yaitu koran, majalah dan penerbitan lainnya, untuk

memetakan dimensi empiris perdebatan ide dan pemikiran seputar

kekuasaan dan kewenangan pemerintah daerah melalui studi dokumen.

13
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Alumni, 1986), hlm. 6. Diantara Bahan Hukum
Primer adalah, undang-undang, penetapan presiden, peraturan pemerintah, keputusan presiden,
instruksi presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya yang pernah berlaku positif. Baik yang
berkaitan dengan penataan sistem pemerintahan, penataan tertib hukum, penataan kelembagaan
negara dan pemerintahan dalam konstalasi ketatanegaraan, maupun rekonstruksi realisasi
pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia, yang menurut kebanyakan pakar adalah melihat
sebagai sebuah sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka hasilnya adalah hukum dianggap
sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yang bisa dibicarakan sebagai subyek
tersendiri. Bahan Hukum Primer seperti undang-undang, putusan-putusan pengadilan dan lain-
lain. UUD dan Ketetapan MPR (S) dikualifikasi sebagai bahan hukum primer. Sedangkan Bahan
Hukum Sekunder, misalnya makalah-makalah dan buku-buku yang ditulis oleh para ahli, karangan
para ahli hukum. Lihat juga Soerjono Soekamto dan Sri Mamujie, Penelitian Hukum Normatif,
(Jakarta : Rajawali Press, 1985), hlm. 34-35. Disisi lain bahan-bahan berupa kertas kerja konfrensi,
lokakarya, seminar, simposium, laporan penelitian, laporan tekhnis, majalah, disertasi dan paten
bibliografi, penerbitan pemerintah dan bahan lainnya.

24
proposal penelitian
0
Ketiga bahan hukum tersebut, merupakan sumber tertulis penelitian

ini.14 Sedangkan data primer, sesuai dengan logika penelitian pada

umumnya, adalah data yang diperoleh dari lapangan. Instrumen dalam

pengumpulan data primer adalah wawancara dan pengedaran kuisioner.

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur atau secara bebas. Nara

sumber dalam penelitian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok,

yaitu; kelompok birokrasi, kelompok anggota parlemen, kelompok politisi,

kelompok lembaga swadaya masyarakat, kelompok akademisi hukum,

politik, ekonomi, dan budaya. Pilihan terhadap nara sumber, ditentukan

secara purposive, sesuai dengan tujuan penelitian ini.15

E. Tekhnik Analisis Data.

Analisis penelitian diletakkan pada tekanan “makna” yang dianalisis

secara kualitatif yang bertumpu pada metode analisis data dalam

penelitian normatif. Oleh karena itu, maka analisis data dilakukan

bersamaan dengan proses pengumpulan data. Langkah-langkah analisis

data diawali dengan membentuk konsep (consept formation) atau

mengelaborasi konsep yang telah tersedia berdasarkan dengan data-data

yang tersaji. Langkah ini meliputi pengorganisasian data dan diselaraskan

atau dituangkan ke dalam kategori-kategori serta tema-tema yang tersedia

atau tema baru. Selanjutnya akan diabstraksikan secara detail dan

14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.
113-114. Buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Demikian juga jurnal dan
disertasi. Dokumen resmi instansi pemerintah, berupa laporan rapat, buku, tata tertib dan lain-lain.
15
Arlina Gunawan, Wawasan Dasar Metodologi Penelitian, (Bandung, 1985), hlm. 108. Tekhnik
ini dipilih karena memungkinkan responden/narasumber memberikan informasi sesuai dengan
yang dikehendaki. Responden juga dapat menyatakan pikirannya secara bebas.

24
proposal penelitian
1
diselaraskan dengan konteks data tersebut.16 Pada dasarnya, langkah

tersebut di atas merupakan reduksi data yang merupakan bagian integral

dari analisis data. Selanjutnya akan dilakukan interpretasi yang mengikuti

bentuk interpretasi dalam ilmu hukum (normatif).17

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian

ini adalah dengan Penelitian Kepustakaan. Metode pengumpulan bahan

dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini

dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang ada yaitu dengan

mengumpulkan data dan informasi yang baik berupa buku, karangan

ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan cara mencari, mempelajari,

mencatat serta menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

G. Definisi Operasional
16
W. Lawrence Newman, 1997, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative
Research, (Boston : Allyn and Bacon, 1997), hlm. 420-421. Penelitian yang sifatnya yuridis-
normatif, untuk memperoleh hasil penelitian yang mencapai sasarannya, analisa data dilakukan
secara kualitatif. Analisa data dilakukan secara kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif.
17
Matthew B.Miles & A.Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru, diterjemahkan Tjetjep Rohendi, (Jakarta : UI, 1996), hlm. 16. Interpretasi
hukum terbagi dua, yaitu Pertama; Interpretasi Restriktif yang memberikan arti yang sempit pada
suatu istilah tertentu dalam sebuah aturan hukum, dengan menambahkan ciri yang baru pada
kaidah hukum, sehingga wilayah penerapan kaidah hukum tersebut menjadi diperkecil. Interpretasi
Ekstensif memberikan arti yang lebih luas pada suatu istilah dalam aturan hukum dengan
menghilangkan ciri tertentu dan kaidah hukum, maka wilayah penerapan kaidah hukum menjadi
lebih besar. Analisis bahan yang telah dikumpulkan tentu saja harus dilakukan menurut cara-cara
analisis atau penafsiran (interpretasi) hukum yang dikenal sebagai penafsiran autentik, gramatikal,
penafsiran berdasarkan sejarah hukum, sistematis, sosiologis, teleologis, fungsional atau
penafsiran futuristik. Oleh karena dalam rangka penemuan dan pembentukan hukum baru, kita
harus menengok ke masa yang lalu dahulu, sebelum dapat melihat ke masa depan. Dengan
demikian, hukum baru akan tetap berpijak pada bumi sendiri dan berakar pada kepribadian sendiri.
Oleh sebab itulah, pembentukan hukum tidak pernah terlepas dari cara penafsiran autentik,
gramatikal, dan historis.

24
proposal penelitian
2
1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang

dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi

kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh

kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk

melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan

masyarakat.

24
proposal penelitian
3
6. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

7. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah berdasarkan Otonomi Daerah.

8. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh

Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.

9. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah

tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai

penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

10. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada

daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah

Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan

sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

provinsi.

11. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

24
proposal penelitian
4
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

12. Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah

Pusat termasuk gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah kerja gubernur dan

bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum di

Daerah.

13. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh semua Daerah.

14. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang

wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang

dimiliki Daerah.

15. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi

kebutuhan dasar warga negara.

16. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan

mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib

yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

17. Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut

Forkopimda adalah forum yang digunakan untuk membahas

penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.

18. Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan adalah Daerah provinsi yang

memiliki karakteristik secara geografis dengan wilayah lautan lebih

24
proposal penelitian
5
luas dari daratan yang di dalamnya terdapat pulau-pulau yang

membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu kesatuan geografis

dan sosial budaya.

19. Pembentukan Daerah adalah penetapan status Daerah pada wilayah

tertentu.

20. Daerah Persiapan adalah bagian dari satu atau lebih Daerah yang

bersanding yang dipersiapkan untuk dibentuk menjadi Daerah baru.

21. Cakupan Wilayah adalah Daerah kabupaten/kota yang akan menjadi

Cakupan Wilayah Daerah provinsi atau kecamatan yang akan menjadi

Cakupan Wilayah Daerah kabupaten/kota.

22. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD

dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah.

23. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut

dengan nama lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.

24. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah

peraturan gubernur dan peraturan bupati/wali kota.

25. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode

20 (dua puluh) tahun.

26. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk

periode 5 (lima) tahun.

24
proposal penelitian
6
27. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut

Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD

adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

28. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah

suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,

demokratis, transparan, dan bertanggung jawab.

29. Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.

30. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan

tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.

31. Mandat adalah Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung

jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat.

32. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan Administrasi

Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan,

pembangunan, pemberdayaan, dan pelindungan.

33. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-Undangan adalah jenis dan

hierarki peraturan sebagaimana tertuang dalam Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 12 tahun 2011.

24
proposal penelitian
7
34. Kepala Negara adalah sebuah jabatan individual atau kolektif yang

mempunyai peranan sebagai wakil tertinggi dari sebuah negara.

35. Kepala Pemerintahan adalah pemimpin atau pemerintah dari suatu

kabinet yang telah disusun.

36. Kewenangan adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil

keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

37. Pemerintah adalah pemerintah eksekutif selaku kepala administrasi.

38. Pemerintahan adalah keseluruhan pemerintahan negara, termasuk

kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, serta kekuasaan

eksaminatif.

39. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang

memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk

atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang

melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-

undangan.

40. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

41. Sistem Ketatanegaraan adalah suatu sistem yang diatur dan

disepakati yang berfungsi untuk menata struktur dan pelaksanaan

pemerintahan negara.

24
proposal penelitian
8
42. Sistem pemerintahan adalah suatu sistem sebagai alat untuk

mengatur jalannya pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan

tujuan menjaga kestabilan negara.

43. Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sistem pemerintahan

dengan ciri-ciri: Presiden bertindak sebagai kepala negara (head of

state) dan sekaligus kepala pemerintahan (head of government/chief

of executive); Presiden dipilih dan diangkat berdasarkan pemilihan

umum; Presiden memiliki masa jabatan yang tetap (fix term); Presiden

memiliki hak prerogative.

44. Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil

keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

24
proposal penelitian
9

Anda mungkin juga menyukai