Anda di halaman 1dari 49

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hasil dari
penelitian ini ialah pendeskripsian, penjelasan, dan penyajian hasil analisis data
terhadap Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy Rachmawati. Aspek-
aspek yang akan dijelaskan yaitu (1) latar belakang sosial pengarang dalam
penciptaan buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler, (2) aspek sosial dalam buku
Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy Rachmawati, (3) nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya
Desy Rachmawati, dan (4) relevansi buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler
karya Desy Rachmawati sebagai bahan ajar sastra di sekolah dasar.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Buku Cerita Rakyat Nusantara Karya Desy Rachmawati
Buku yang digunakan oleh peneliti sebagai sumber utama data pada
penelitian ini berjudul Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler. Buku ini
berisikan 34 cerita rakyat yang berasal dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia. Pengarang buku ini merupakan seseorang dengan pengalaman
yang luas dibagian penulisan buku, terutama buku fiksi yakni bernama Desy
Rachmawati dengan dibantu oleh ilustrator buku yakni Yohansen.
Buku cerita rakyat ini mempunyai total halaman sebanyak 224
halanam yang terdiri dari cover buku, data penerbit, isi buku, serta riwayat
hidup pengarang buku. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Andaliman Books
yang berada di Kota Yogyakarta dan beredar di pasaran mulai tahun 2019.
Selain dilengkapi dengan cerita rakyat dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia, buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik
bagi pembacanya dan mudah untuk dipahami.
Cerita rakyat yang terdapat dalam buku ini telah mewakili pulau-pulau
yang ada di Indonesia. Mulai dari barat Indonesia sampai timur Indonesia.
Berikut penjelasan mengenai judul-judul cerita rakyat yang ada dalam buku
beserta provinsi asalnya.

37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

Tabel 4. 1 Daftar Judul Cerita Rakyat


No. Judul Cerita Rakyat Asal Provinsi
1 Putra Mahkota Amat Mude Aceh
2 Legenda Danau Toba Sumatra Utara
3 Bawang Merah dan Bawang Putih Riau
4 Malin Kundang Sumatra Barat
5 Putra Lokan Kepulauan Riau
6 Raden Atit Sumatra Selatan
7 Putri Gading Bengkulu
8 Si Kelingking Jambi
9 Sidang Belawan Lampung
10 Legenda Panglima Angin Bangka Belitung
11 Legenda Condet DKI Jakarta
12 Putri Kandita Jawa Barat
13 Pangeran Pande Gelang dan Putri Banten
Arum
14 Timun Mas Jawa Tengah
15 Bandung Bondowoso dan Seribu D.I Yogyakarta
Candi
16 Calon Arang Jawa Timur
17 Asal Mula Buleleng dan Singaraja Bali
18 Putri Anam dan Putri Bussu Kalimantan Barat
19 Nampang Datu Kalimantan Selatan
20 Ambun dan Rimbun Kalimantan Tengah
21 Siluq dan Kedua Adiknya Kalimantan Timur
22 Raja Bunu Kalimantan Utara
23 Ratu Adioa Sulawesi Utara
24 Sesentola Melawan Burung Garuda Sulawesi Tengah
25 Anak Gadis Nining Kubaea Sulawesi Tenggara
26 Ambo Upe dan Burung Beo Sulawesi Selatan
27 Panglima To Dilaling Sulawesi Barat
28 Asal Mula Danau Limboto Gorontalo
29 Ratna Ayu Wideradin dan Monyet Nusa Tenggara Barat
30 Lona Kaka dan Lona Rara Nusa Tenggara Timur
31 Batu Berdaun Maluku
32 Batu Belah Maluku Utara
33 Buaya Ajaib Sungai Tami Papua
34 Asal Usul Burung Cendrawasih Papua Barat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

2. Latar Belakang Sosial Pengarang Buku: Desy Rachmawati


a. Status Sosial Pengarang
Sebagai pengarang, posisi pengarang bisa dibilang menjadi
pengamat orang ketiga yang hanya menceritakan seluruh kejadian atau
tindakan yang dilakukan oleh setiap tokoh dalam cerita. Dalam
kelompok sosial masyarakat, pengarang posisinya hanya sebagai orang
biasa yang merasa prihatin dengan minimnya minat baca anak pada
waktu itu. Jujur saja, sejak duduk di bangku kuliah pengarang sudah
tertarik dengan sastra anak karena itulah dengan keberanian pengarang
coba menulis cerita rakyat yang memang sebelumnya sudah ada banyak
versinya.
Jika ditilik lagi, pengarang rasa banyak cerita anak khas daerah
yang belum diketahui oleh anak. Itu juga menjadi salah satu motivasi
pengarang untuk menulis buku ini. Pandangan pengarang waktu itu,
kebanyakan cerita rakyat yang diketahui anak, mungkin yang sudah
terkenal, seperti Malin Kundang atau Bawang Merah dan Bawang Putih.
Padahal masih banyak sekali cerita rakyat di setiap daerah yang
memiliki pesan moral dan dapat dijadikan sebagai petuah. Dari
pandangan itu, maka dalam buku yang ditulis, pengarang tambahkan
beberapa cerita rakyat yang mungkin kurang familiar bagi anak-anak
tapi tetap memiliki pesan moral yang baik. Tentu saja untuk
memudahkan anak memahami pesan moralnya, maka pengarang
menuliskan di bagian bawah setiap cerita.
b. Ideologi Sosial Pengarang
Jika dilihat dari buku sendiri, mungkin pembaca sudah menyadari
apa ideologi pengarang. Melalui buku ini, pengarang ingin
menunjukkan bahwa kebohongan atau hal-hal yang buruk pasti
memiliki balasannya sendiri. Pengarang juga ingin menunjukkan bahwa
hal-hal baik, seperti kejujuran, kerja keras, hingga rela berkorban akan
memberikan hidup yang bahagia. Itulah ideologi yang pengarang
genggam ketika menulis buku ini. Mungkin sedikit ideologi pengarang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar di mana pengarang tinggal.


Sejak kecil, pengarang dan mungkin anak-anak lainnya sudah
ditanamkan pikiran oleh orang tua kita bahwa perbuatan baik dan jahat
pasti memiliki balasannya sendiri, bisa dibilang sejak kecil orang tua
sudah berusaha membentuk watak dan karakter kita. Oleh karena itu,
pengarang berharap buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler ini bisa
menjadi salah satu sarana pembentukan watak dan karakter anak sejak
dini selain dijadikan sebagai sarana literasi anak.
c. Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang
Pengarang lahir dari orang tua dengan keyakinan yang berbeda,
meski begitu sejak kecil keluarga pengarang sudah menerapkan sikap
saling menghargai. Mungkin sikap saling menghargai ini juga menjadi
salah satu pengaruh untuk ideologi pengarang ketika menulis. Lahir dan
dibesarkan di kota Yogyakarta dengan banyak pelaku seni dan
pendidikan, tentu menjadi salah satu hal yang pengarang syukuri.
Karena dengan begitu, pengarang bisa mendapatkan akses lebih mudah
jika ingin mengamati atau melihat sebuah karya seni begitu pula dalam
segi pendidikan.
Dalam segi pendidikan, pengarang merupakan sarjana sastra bukan
salah jurusan tapi karena memang pengarang menyukai hal-hal yang
berkaitan dengan bahasa Indonesia dan sastra. Sejak kecil orang tua
pengarang secara tidak langsung sudah mengenalkan pengarang dengan
dunia sastra melalui majalah Bobo. Ingat sekali pengarang, waktu kecil
orang tua selalu membelikan majalah Bobo di mana pengarang sangat
suka kisah Oki dan Nirmala, Paman Kikuk, Bona dan Rongrong, dan
masih banyak lagi.
Di masa sekolah pun pengarang juga sangat suka dengan pelajaran
bahasa Indonesia pengarang selalu menantikannya. Pengarang juga
sempat menjadi juara dalam menulis cerpen—dan mungkin inilah salah
satu motivasi pengarang untuk mengembangkan skill menulis. Sampai
akhirnya pengarang berhasil belajar di salah satu PTN di Jogja pada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

jurusan Sasindo. Setelah lulus kuliah, pengarang masih berada di


lingkaran dunia sastra dan buku. Pengarang pernah bekerja di
perusahaan penerbitan selama beberapa tahun dan seringkali memang
menangani naskah-naskah anak, baik naskah cerita maupun materi
pelajaran. Untuk saat ini pengarang bekerja di bidang Digital Marketing,
tepatnya SEO Content dan Copywriting. Memang dasarnya tidak bisa
jauh-jauh dari tulis-menulis, jadi pekerjaan pengarang pun masih di
bidang menulis.
d. Posisi Sosial Pengarang dalam Masyarakat
Mungkin jawaban pengarang akan sama dengan jawaban di
pertanyaan nomor satu. Dalam masyarakat, posisi sosial pengarang
hanyalah masyarakat biasa seperti pada umumnya. Meski hanya
masyarakat biasa, tapi pengarang sadar ada banyak hal yang bisa
dipelajari dari kehidupan di lingkungan sekitar rumah pengarang.
Seperti banyaknya anak-anak yang saat ini sibuk bermain gawai, itu
menjadi salah satu konsen pengarang. Literasi pun juga makin minim.
Terkadang pengarang berpikir, bagaimana cara tepat untuk
meningkatkan minat baca anak.
Melalui buku ini pengarang harap menjadi salah satu sarana
meningkatkan minat baca anak. Karena itu, pembuatan buku ini sendiri
membutuhkan waktu yang cukup lama. Kalau pengarang tidak salah
ingat mungkin hampir satu tahun lamanya cukup lama bukan? Itu karena
untuk menyampaikan sebuah cerita atau pesan ke anak bukanlah hal
yang mudah. Ada standar-standar tulisan tertentu yang harus dipatuhi.
Pengarang sendiri menyadari masih ada banyak hal yang kurang dalam
buku ini.
e. Masyarakat Pembaca yang Dituju
Tentu saja pembaca yang pengarang tuju mengarah ke anak-anak
dan untuk mempermudah mereka membaca buku ini, maka orang tua
juga menjadi salah satu sasaran pengarang. Ketika menulis buku ini,
standar baca anak belum begitu pengarang perhatikan. Setelah buku ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

selesai ditulis dan sudah banyak pengalaman di bidang buku anak,


pengarang sendiri jadi menyadari jika sasaran buku ini lebih ke anak
dengan tingkat sekolah dasar ke atas. Sementara untuk anak dengan
tingkat usia di bawah tujuh tahun, mungkin harus dibantu oleh orang
tuanya. Bisa dibilang, buku ini menjadi salah satu bentuk quality time
orang tua dengan anaknya. Orang tua bisa membacakan kisah yang ada
dalam buku ini sebelum anak tidur. Pengarang rasa dengan begitu anak
semakin mudah memahami dan kedekatan antara keduanya pun
semakin terjalin baik.
f. Mata Pencaharian Sastrawan dan Profesionalisme dalam
Kepengarangan
Sejak lulus kuliah, 2017, profesi pengarang tidak jauh-jauh dari
bidang kepenulisan dan editing naskah. Jadi, mungkin bisa dibilang
kalau menulis adalah profesi utama pengarang, walau untuk hal fiksi,
pengarang jarang melakukannya. Kebanyakan karya yang pengarang
tulis dibilang nonfiksi. Memang ada beberapa karya fiksi yang telah
pengarang tulis, tapi mungkin bukan dalam bentuk buku, tapi karya
lainnya seperti cerpen atau puisi. Jadi, bisa dibilang buku fiksi Cerita
Rakyat Nusantara Terpopuler ini adalah karya fiksi pertama pengarang
yang dibukukan. Untuk karya nonfiksi, ada beberapa yang memang
sudah dibukukan oleh penerbit.
Pengarang selalu berusaha untuk profesional di setiap mengerjakan
karya buku tidak hanya buku, tapi juga pekerjaan. Walau sebenarnya
tidak menutup kemungkinan juga jika terkadang pengarang dan penulis-
penulis di luar sana juga menggunakan perasaan atau pandangan pribadi
ketika menulis. Namun, tetap saja pengarang berusaha untuk profesional
ketika mengerjakan sesuatu hal termasuk karya ini.

3. Aspek Sosial yang Terdapat dalam Buku


Berdasarkan dari tiga puluh empat judul cerita rakyat yang terdapat
dalam buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy Rachmawati,
peneliti menggunakan 34 cerita rakyat yang akan dikaji latar belakang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

sosialnya dengan penggunaan teori sosiologi dari Soerjono Soekanto.


Penjelasannya tertera di bawah ini.
a. Kemiskinan
Permasalahan yang terkait dengan kemiskinan yang terdapat dalam
cerita rakyat berikut ini.
1) Putra Mahkota Amat Mude (Aceh)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Suatu hari, Amat Mude pergi memancing di sungai. Amat
mude berhasil membawa ikan pancingan, Sebagian ikan
dimasak dan sisanya dijual ke pasar untuk membeli barang
lainnya.” (Desy, 2019:10)
Berdasar data di atas, permasalahan sosial kemiskinan
ditemukan dalam cerita rakyat yang berjudul Putra Mahkota Amat
Mude yang berasal dari Provinsi Aceh. Menurut Soerjono Soekanto
(2006: 322), munculnya permasalahan kemiskinan secara sosiologi
dikarenakan adanya unsur-unsur kehidupan di bidang ekonomi tidak
berfungsi dengan seutuhnya. Dari kutipan cerita rakyat yang ada di
atas, mampu diinterpretasikan dengan kondisi kehidupan
masyarakat yang miskin. Digambarkan dengan kehidupan tokoh di
dalam cerpen yang bernama Amat Mude yang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memancing ikan di sungai dan
menjualnya untuk kemudian menukarkannya dengan barang yang
lainnya.
2) Lagenda Danau Toba (Sumatra Utara)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Ia hidup sebatang kara tanpa ada keluarga yang
menemaninya. Sehari-hari, ia bekerja di ladang untuk bertahan
hidup. Terkadang ia juga memancing ikan untuk lauk makan.”
(Desy, 2019:17)
Berdasarkan data di atas, permasalahan kemiskinan yang
terdapat dalam cerita Lagenda Danau Toba adalah kehidupan tokoh
yang sebatang kara. Sehingga dia harus dengan bekerja kerasa dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

bersusah padah dalam mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara


bekerja di ladang dan juga memancing ikan untukk lauk makan.
Permasalahan kemiskinan ini tentunya sering dijumpai masalah
yang serupa di kehidupan saat ini.
3) Malin Kundang (Sumatra Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Tak tega melihat ibunya bersusah payah mencari uang, Malin
Kundang berniat merantau ke kota untuk mencari uang.”
(Desy, 2019:31)
“Malin terkejut, ada orang yang tiba-tiba memeluknya.
Rupanya seorang Wanita tua renta berpakaian compang-
camping. Ia tak percaya bahwa Wanita tua miskin dan renta itu
adalah ibunya.” (Desy, 2019:33)
“Wanita gila, kamu buukanlah ibuku. Ibuku adalah Wanita
bangsawan, sedangkan kamu hanyalah Wanita tua dan miskin!
Ucap Malin kepada Mande Rubayah” (Desy, 2019:33)
Berdasarkan data yang ada di atas, dapat dilihat masalah
kemiskinan yang menimpa tokoh Malin Kundang dan ibunya. Cerita
dari Sumatra Barat ini menggambarkan kehidupan miskin yang
dijalani oleh Malin. Sehingga membuat Malin berkeinginan untuk
merubah nasibnya dengan pergi merantau ke kota. Namun,
meskipun sudah tidak miskin lagi, malah membuat sifat Malin
berubah menjadi sombong serta tidak mengakui orang tuanya yang
telah merawatnya. Keadaan ibunya yang masih miskin dan
berpakaian compang-camping membuat Malin merasa malu kerea
dia merasa tidak sederajat dengan ibunya yang miskin tersebut.
4) Si Kelingking (Jambi)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Alkisah di Jambi, tinggllah sepasang suami istri miskin yang
belum memiliki anak. Walaupun hidup miskin, mereka tak
pernah mengeluh.” (Desy, 2019:59)
“Hal tersebut membuat orang tuanya mengalami kesulitan.
Bahkan orang tuanya seringkali kelaparan demi memberi
makan anaknya, Kelingking.” (Desy, 2019:59)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Berdasarkan data yang ada di atas, tokoh orang tua Kelingking


merupakan orang yang hidup dalam kemiskinan sejak dahulu kala.
Namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap berusaha dengan
keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua. Sampai
suatu ketika mereka dikaruniai oleh seorang anak. Namun,
permasalahan kemiskinan mereka justru semakin bertambah karena
anak mereka memiliki nafsu makan yang sangat besar. Padahal
untuk makan mereka sehari-hari saja kekurangan, sehingga
menyebabkan orang tua Kelingking seringkali merasakan kelaparan
demi memberi makan kepada Kelingking.
5) Ambun dan Rimbun (Kalimantan Tengah)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Alkisah di Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda
miskin dengan dua anak laki-lakinya. Anak pertama Bernama
Ambun, sedangkan anak kedua Bernama rimbun.” (Desy,
2019:133)
“Kakak sedang memikirkan nasib kita. Bagaimana kita akan
menjadi sukses jika tinggal di desa terus. Bagaimana jika kita
pergi ke kota? Di kota kita dapat mengubah nasib kita. Kakak
merasa kasihan dengan Ibu.” (Desy (2019: 133)
Berdasarkan data pada cerita rakyat yang berjudul Ambun dan
Rimbun yang berasal dari Kalimantan Tengah permasalahan
kemiskinan yang terjadi pada tokoh dalam cerita kerena orang
tuanya yang tidak lengkap. Sehingga ibu mereka kesulitan untuk
menghidupi mereka bertiga. Permasalahan ini yang kemudian
memunculkan ide dari Ambun dan Rumbun untuk pergi
meninggalkan ibunya untuk merantau demi memperbaiki kehidupan
mereka menjadi lebih baik.
b. Kejahatan
1) Lagenda Panglima Angin (Bangka Belitung)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

“Abang Daud bukanlah orang baik. Ia selalu membuat


keributan dan sika mencuri. Perilaku Abang Daud membuat
warga geram.” (Desy, 2019:71)
“Kakek menatap marah ke arah Abang Daud. Abang Daud
yang mulai kesal merampas dengan paksa keranjang itu. Tanpa
diduga, ternyata kakek balas melawan Abang Daud dengan
jurus silatnya.” (Desy, 2019:71)
“Saat melewati pinggiran sungai, tiba-tiba Abang Daud
mendorong Pek Long agar jatuh ke sungai. Untungnya, Pek
Long bisa melawan dan tidak jatuh ke dalam sungai dengan
arus yang sangat deras itu. “Tega betul kamu! Aku ini
gurumu!” teriak Pek Long.” (Desy , 2019:75)
Berdasarkan berberapa data dari kutipan dalam cerita rakyat
yang berjudul Lagenda Panglima Angin yang beradal dari Bangka
Belitung ini, maka didapat berberapa kejahatan yang dilakukan oleh
tokoh yang bernama Abang Daud. Masalah sosial berupa kejahatan
yang tergambar dalam cerita rakyat ini menyiratkan tindakan
kejahatan yang dapat terjadi di kehidupan bermasyarakat. Misalkan
yang dilakukan oleh Abang Daud, yang selalu melakukan kejahatan
dengan menindas orang yang lebih rendah dari dirinya dan
menganggap dirinya yang paling sakti. Bahkan Abang Daud
melakukan kejahatan dengan berusaha mencelakai gurunya sendiri,
yaitu Pek Long. Namun di akhir cerita, Abang Daud mendapatkan
balasan yang setimpal dari perbuatan jahat yang selama ini dia
lakukan.
2) Pangeran Pande Gelang dan Putri Arum (Banten)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Keputusan putri yang memilih Pangeran Sae Bagus Lana
membuat Pangeran Cunihin marah. Dengan kekuatannya.
Pangeran Cunihin mengubah Pangeran Sae Bagus Lana
menjadi seorang pria tua yang jelek.” (Desy, 2019:91)
Berdasarkan data di atas, perbuatan jahat yang dilakukan oleh
Pangeran Cunihin dilandaskan karena rasa iri dan dengki kepada
Pangeran Sae Bagus Lana. Rasa iri dan dengki tersebut timbul
karena penolakan cinta yang dilakukan oleh putri terhadap Pangeran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

Cunihin. Kemudian dari rasa iri dan dengki itu berujung dengan
timbulnya tindakan kejahatan, yaitu balas dendam. Perbuatan yang
dilakukan yaitu dengan menyihir Pangeran Sae Bagus Lana menjadi
orang jelek dan tua. Dengan demikian Pangeran Cunihin dapat
menikahi putri.

3) Putri Kandita (Jawa Barat)


Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Prabu Siliwangi sangat menyayangi Putri Kandita. Bahkan
Prabu Siliwangi akan mewariskan takhtanya kepada Putri
Kandita. Mengetahui hal itu, membuat para selir Prabu merasa
iri. Mereka berencana mengusir permainsuri dan Putri Kandita
dengan menggunakan bantuan dari dukun yang sakti.” (Desy,
2019:83)
Berdasarkan data pada cerita yang berjudul Putri Kandita yang
berasal dari Jawa Barat, tindakan kejahatan yang dilakukan oleh selir
raja dilandaskan karena ras cemburu akan Putri Kandita. Sehingga
mereka melakukan berbagai upaya untuk menyingkirkan Putri
Kandita dari istana. Kemudian mereka menggunakan bantuan dari
dukun yang membuat Putri Kandita menderita penyakit kulit yang
tidak bisa disembuhkan. Para selir juga menghasut raja jika penyakit
yang diderita oleh sang putri adalah penyakit mematikan dan
menular, sehingga jika tidak segera diamankan akan menyebabkan
kematian pada rakyat kerajaan yang lainnya.
4) Calon Arang (Jawa Timur)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Setelah dilakukan penyelidikan. Ternyata penyakit itu
merupakan sihir kiriman dari seorang yang bernama Serat
Asih yang dikenal dengan Calon Arang.” (Desy, 2019:111)
“Sementara itu, Calon Arang sangat marah mengetahui kitab
sakti miliknya diambil Bahula. Dengan kekuatan yang tersisa,
Calon Arang mendatangi pedepokan Empu Bharada. Ia
menggunakan ilmu sihir yang tersisa untuk menyerang Empu
Bhrada.” (Desy, 2019: 113-114)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Berdasarkan kutipan dari cerita di atas, Serat Asih atau yang


juga dikenal dengan Calon Arang melakukan tindakan kejahatan
terhadap warga di kerajaan Empu Bhrada. Hal tersebut
dilakukannya karena iri dengan keberhasilan dan kejayaan dari
kerajaan Empu Bhrada. Namun, perbuatan jahat yang dilakukan
oleh Calon Arang diketahui oleh Empu Bhrada dan menyerang
balik ke Calon Arang. Calon Arang tetap tidak mau mengakui
tindakan kejahatannya dan masih saja menyerang Empu Bhrada
dengan kekuatan sihirnya. Pada akhirnya Calon Arang tetap kalah
dari Empu Bhrada. Pelajaran yang dapat diambil yaitu setiap
perbuatan jahat yang dilakukan tidak akan pernah berakhir dengan
baik. Oleh karena itu kita harus senantiasa berbuat kebaikan kepada
siapapun.

5) Asal Mula Buleleng dan Singaraja (Bali)


Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Suatu hari, utusan istana datang ke rumah Kyai Bogol
Jelantik. Mereka meminta Kyai Bogol dan I Gede Pasekan
pergi dari wilayah kerajaan karena raja yang berkuasa tidak
ingin takhta jatuh ke tangan Putra Mahkota, yaitu I Gede.”
(Desy, 2019:117)
Berdasarkan kutipan cerita rakyat di atas, permasalahan sosial
yang ditemukan di dalamnya merupakan tindakan kejahatan. Jenis
kejahatan yang dilakukan yaitu white collar crime, kejahatan yang
dilakukan oleh penguasa atau para pejabat dalam menjalankan
peranan fungsinya. Golongan tersebut menganggap dirinya kebal
hukum dan sarana pengendalian sosial lainnya karena kekuasaan
dan keuangan yang dimilikinya sangat kuat (Soerjono Soekanto,
2006: 324). Pada cerita di atas, paman Pangeran I Gede
menyingkirkannya dari kerajaan karena tidak ingin takhta jatuh ke
pada Pangeran I Gede. Padahal Pangeran I Gede adalah penerus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

takhta kerajaan yang sebenarnya. Namun karena kekuasaannya, dia


menyingkirkan pangeran yang masih kecil.
Permasalahan sosial dalam cerita rakyat yang berkaitan
dengan kejahatan tentunya dapat juga terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Berberapa permasalahan sosial yang terjadi di
dalam lingkungan masyarakat seperti adanya kejahatan dalam
berbagai bentuk salah satunya yang dilakkukan oleh pada penguasa
atau white collar crime. Begitulah realitanya, bahwa tindakan
kejahatan dapat terjadi di mana saja dan oleh siapa saja.
6) Putri Anam dan Putri Bussu (Kalimantan Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Putri Anam meminta Pak Rusa untuk memakan bubur yang
telah matang. Pak Rusa Menolaknya karena bubur masih
panas. Namun, Putri Anam mengatakan kepada Pak Rusa
bahwa buburnya telah dingin, sehingga bisa dimakan.” (Desy,
2019:127)
Berdasarkan penggalan cerita rakyat di atas, Putri Anam
melakukan kejahatan terjadap Pak Rusa. Hal tersebut didasari rasa
iri dan dengki kepada adiknya, Putri Bussu yang diberikan labu
berisi perhiasan emas dan permata dari Pak Rusa. Namun, hal yang
tidak ikuti oleh Putri Anam yaitu Putri Bussu melakukan semua itu
dengan ikhlas tanpa meminta imbalan kepada Pak Rusa.
Perlakukan yang berbeda dilakukan oleh Putri Anam Ketika
dia diminta tolong oleh Pak Rusa. Putri Anam melakukannya dengan
asal-asalan demi cepat mendapatkan perhiasan juga. Sehingga, Pak
Rusa memakan bubur panas yang membuatnya kesakitan. Pada
akhirnya Putri Anam tetap diberikan labu oleh Pak Rusa, namun
Ketika dibuka labu itu berisi hewan yang mematikan dan membuat
Putri Anam lari ketakutan meninggalkan labunya.
7) Raja Bunu (Kalimantan Utara)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

“Pangeran Paninting Tarung menunjukan kekesalannya


dengan merobohkan rumah Nyai Jaya dan Mangku Amat.
Setelah berhasil merobohkannya, Pangeran Paninting Tarung
kembali ke istana membawa barang yang diambil dari rumah
Nyai Jaya dan Mangku Amat.” (Desy, 2019:144)
Berdasarkan penggalan cerita rakyat di atas, Pangeran
Paninting Tarung menghancurkan rumah dari Nyai Jaya dan
Manggu Amat. Tindakan kejahatan tersebut dilakukannya
dikarenakan kesal tidak menemui pemilik rumah itu. Padahal sang
Pangeran sedang ditugaskan untuk menemui keduanya agar bisa
mengobati ayanya yang sedang sakit di kerajaan. Namun karena
ketidaksabaran Pangeran Paninting Tarung, dia malah merobohkan
rumah Nyai Jaya dan Mangku amat. Hal ini kemudian berakibat
fatal, raja tidak bisa diselamatkan karena ramuan yang mampu
menyembuhkan raja ada di dalam rumah yang telah dihancurkan
oleh Pangeran Paninting. Berdasarkan kejadian ini, dapat pula
diambil pesan bahwa jangan gegabah dalam melakukan suatu
tindakan karena bisa saja hal tersebut mengakibatkan sesuatu yang
buruk dan fatal.
8) Ambo Upe dan Burung Beo (Sulawesi Selatan)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Saat akan pulang ke rumah, tiba-tiba Ambo Upe dihadang
dua orang pria dengan wajah seram yang muncul dari hutan
dekat bukit. Kedua orang tersebut adalah perampok yang
jahat.” (Desy, 2019:167)
“Kedua perampok tidak menyerah, mereka masih saja
melawan warga. Melihat hal itu, warga semakin geram. Lama-
lama, para perampok itu tidak bisa menghalau serangan dari
warga. Mereka lalu menyerahkan diri dan meminta maaf
karena telah mengganggu warga.” (Desy, 2019: 170)
Berdasarkan kutipan cerita rakyat di atas, Kejahatan itu terjadi
di masyarakat karena adanya hubungan dengan kondisi dan proses
ekonomi. Kejahatan tersebut dilakukan oleh kedua perampok yang
meresahkan warga di desa Ambo Upe, akibat yang harus ditanggung
oleh keduanya yaitu hukuman. Sejalan dengan pendapat Soerjono
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Soekanto (2006: 324) bahwa untuk mengatasi kejahatan, perlu


adanya tindakan baik preventif ataupun represif. Pada tindakan
represif ada program yang bersifat reformatif, yaitu yang memiliki
tujuan untuk menghukum pelaku tindakan kejahatan.
9) Anak Gadis Nining Kubaea (Sulawesi Tenggara)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Kecantikan anak gadis Nining Kubaea ternyata terdengar
hingga ke istana. Raja marah, tidak terima kecantikan putrinya
tersaingi anak gadis Nining Kubaea. Akhirnya mereka tiba di
istana. Betapa terkejutnya raja melihat kecantikan anak gadis
Nining Kubaea. Raja kemudian memerintahkan pengawal
kerajaan untuk menghukum gantung anak gadis Nining
Kubaea.” (Desy, 2019: 163)
Berdasarkan penggalan cerita pendek yang berasal dari
Sulawesi Tenggara di atas, raja melakukan tindakan kejahatan
terhadap anak gadis Nining Kubaea dengan hendak menghukum
gantung si gadis. Tindakan kejahatan tersebut dilakukan oleh raja
karena tidak suka melihat kecantikan putrinya yang tersaingi oleh
kecantikan putri Nining Kubaea.
10) Lona Kaka dan Lona Rara (NTT)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Lona Kaka tetap memaksa Lona Rara untuk memanjat pohon.
Dengan terpaksa, Lona Rara memberanikan diri memanjat
pohon. Lona Rara hampir sampai di atas pohon, namun tiba-
tiba Lona Kaka menginjak tangannya sehingga tangan Lona
Rara Terlepas dari pohon, lalu ia jatuh ke bawah. Tubuh Lona
Rara terguling hingga ke bawah bukit.” (Desy, 2019:194-195)
Berdasarkan kutipan dari cerita rakyat di atas, tindakan
kejahatan dilakukan oleh Lona Kaka terhadap Lona Rara yang
merupakan adiknya sendiri. Permasalahan yang menyebabkan Lona
Kaka melakukan tindakan kejahatan tersebut karena rasa
kekecewaan yang agresfi. Rasa kekecewaan itu timbul karena
persoalan mengenai pria yang disukai oleh Lona Kaka lebih memilih
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Lona Rara. Merujuk pada data itu, berdasarkan rasa kecewa yang
dirasakan oleh Lona Rara berujung pada tindakan kejahatan, yaitu
balas dendam kepada adiknya Lona Rara. Tindakan yang dilakukan
oleh Lona Kaka yaitu dengan menjatuhkan Lona Rara dari pohon.
Sehingga menyebabkan Lona Rara terluka. Pada akhir cerita,
kejahatan yang dilakukan oleh Lona Kaka tidak berakhir dengan
baik, malah mencelakakan dirinya sendiri.
11) Asal Usul Burung Cendrawasih (Papua Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Suatu ketika, orang tua mereka pergi ke kebun. Kedua adik
Keweiya lalu memutuskan untuk menjalankan rencananya.
Saat Kweiya sedang duduk santai di beranda rumah, tiba-tiba
dua adik laki-lakinya datang dan mengeroyok Kweiya hingga
badannya terluka.” (Desy, 2019: 218)
Berdasarkan pada kutipan cerita rakyat dari Papua di atas,
tindakan kejahatan yang dilakukan oleh kedua adik Kweiya
dikarenakan rasa iri dan dengki. Hal tersebut terjadi dikarenakan
kedua adiknya merasa bahwa kedua orang tua mereka lebih
menyayangi Kweiya dibandingkan dengan mereka berdua.
Sehingga dari rasa iri dan dengki itu timbul keinginan jahat untuk
mencelakai kakaknya, Kwieya.
Permasalahan sosial kejahatan seperti yang ada dalam cerita
rakyat Asal Usul Burung Cendrawasi membuktikan bahwa
tindakan kejahatan dapat terjadi dalam kehidupan bermasarakat,
bahkan dalam keluarga sendiri. Kejahatan yang didasarkan dari
rasa iri dan dengki atas sesuatu hal yang dirasakan seseorang
terhadap orang lain. Pada umumnya, timbulnya rasa iri dan dengki
merupakan perwujudan dari harapan seseorang yang tidak sesuai
dengan realitanya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

c. Disorganisasi Keluarga
1) Malin Kundang (Sumatra Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Tidak ingin membuat kecewa sang istri, Malin mendorong
Mande Rubayah hingga terjatuh ke tanah. Kemudian Malin
berkata. “Tidak istriku, wanita tua jelek ini bukab ibuku. Mana
mungkin aku memiliki ibu seperti dia.” (Desy, 2019:33)
“Mande Rubayah terjerembab ke tanah berusaha memeluk
kaki Malin dengan erat. Malin merasa rishi dan mengibaskan
kakinya, sehingga tangan tua rent aitu terlepas dari usaha
memeluk kaki sang anak.” (Desy, 2019: 33)
“Di tengah badai yang menyerang, Malin teringat wajah
ibunya. Ia sadar bahwa perilakunya yang tidak baik kepada
sang ibu, membuat alam marah kepadanya. Malin berteriak
meminta maaf kepada ibunya. Namun, teriakan itu tidak
berguna lagi. Pusaran angin menghancurkan kapalnya yang
besar dan mewah.” (Desy, 2019:35)
Berdasarkan data-data di atas, permasalahan sosial yang
terdapat pada cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari
Sumatra Barat merupakan disorganisasi keluarga dalam bentuk
krisis keluarga. Penjelasan dalam kutipan cerita rakyat tersebut,
tokoh Malin sebagai seorang anak tidak mengakui Mande Rubayah
sebagai ibunya. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor intern, yaitu
faktor sosial ekonomis dalam keluarga tersebut yang mengakibatkan
adanya ketidakstabilan jiwa (emosi yang terkontrol) dari tokoh
Malin. Malin tidak mengakui Made Rubayah sebagai ibunya
dikarenakan perbedaan status sosial dan ekonomi yang ada di antara
mereka. Malin merasa malu mempunyai ibu yang tua renta serta
terlihat miskin.
2) Bawang Merah dan Bawang Putih (Riau)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Namun, kedua perempuan itu tidak membawa kegembiraan
di hati Bawang Putih. Ketika sang ayah berdagang ke pasar,
ibu Bawang Merah mulai bersikap buruk kepada Bawang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Putih. Sikap baiknya hanya ditunjukan Ketika sang ayah ada


di rumah.” (Desy, 2019:23)
“Kehidupan Bawang Putih semakin sengsara ketika sang ayah
tiba-tiba sakit. Semenjak kematian ayahnya, ibu tiri dan
Bawang Merah semakin menyiksa Bawang Putih dengan
kejam.” (Desy, 2019: 24)
Berdasarkan pada data-data yang ada di atas, permasalahan
disorganisasi keluarga terdapat dalam cerita rakyat Bawang Merah
dan Bawang Putih. Permasalahan tersebut muncul pertama kali
karena meninggalnya ibu kandung Bawang Putih, sehingga ayahnya
memutuskan untuk menikah dengan wanita lain. Namun ketika
menikahi wanita itu, kehidupan Bawang Putih menjadi semakin
tidak bahagia. Hal tersebut terjadi karena ibu tiri dan saudara tirinya
berbuat semena-mena terhadap Bawang Putih terlebih ketika
ayahnya telah meninggal dunia.
Disorganisasi keluarga yang terjadi di kehidupan masyarakat
dapat disebabkan oleh masalah yang lebih kompleks, seperti
disorganisasi keluarga sebab hubungan di luar pernikahan,
perceraian, dan krisis keluarga yang diakibatkan ada anggota
keluarga yang meninggal dunia. Terjadinya disorganisasi keluarga
di masyarakat tentu mengakibatkan dampak pada bidang kehidupan
yang lainnya, seperti bidang sosial atau ekonomi.
3) Putra Lokan (Kepulauan Riau)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Baginda, bagaimana kalau Permaisuri dan anaknya dibuang
saja ke hutan untuk menghindari aib kerajaan, hasut bendahara
kepada sang raja.” (Desy, 2019:39)
“Raja memeluk Putra Lokan dengan sangat erat. Ia merasa
bersalah telah membuang dan menyia-nyiakan Putra Lokan.
Raja kemudian meminta permaisuri dan Putra Lokan untuk
kembali tinggal di istana.” (Desy, 2019: 43)
Berdasarkan pada data yang didapatkan dari cerita rakyat yang
berjudul Putra Lokan yang berasal dari Kepulauan Riau,
permasalahan terkait disorganisasi keluarga yang terjadi karena raja
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

sebagai pemimpin kerajaan tidak mampu untuk melindungi putra


mahkota karena hasutan dari orang lain, yaitu bendahara kerajaan.
Sehingga permaisuri dan pangeran hidup susah dan terpisah dari raja
yang tinggal di kerajaan.
4) Sidang Belawan (Lampung)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Bidadari bungsu pun bertanya kepada saudaranya yang lain,
namun mereka juga tidak tahu. Hari emakin sore, bidadari-
bidadari itu pun pergi ke kayangan meninggalkan bidadari
bungsu.” (Desy,2019: 65)
“Pernikahan berlangsung meriah. Sidang Belawan sangat
Bahagia mendapatkan istri yang sangat cantik.
Pengarangngnya, selir raja tidak menyukainya dan mencoba
berbagai cara agar Sidang Belawan dan istrinya keluar dari
istana. Hingga akhirnya Sidang Belawan dan istrinya pergi
dari istana dan tinggal di sebuah desa.” (Desy, 2019: 66)
“Bidadari bungsu sangat marah mengetahui seseorang yang
mencuri selendangnya adalah suaminya sendiri. Dengan
tergesa-gesa, bidadari bungsu memakai selendang dan
kembali ke kayangan.” (Desy, 2019: 67)
Berdasar dari data yang ada di atas, permasalahan
disorganisasi keluarga yang terdapat dalam cerita rakyat ini ada tiga
permasalahan. Pertama, yaitu perpisahan Putri Bungsu dengan
saudara-saudaranya karena kehilangan selendangnya sehingga dia
tidak dapat kembali ke kayangan. Permasalahan kedua yaitu
terusirnya Sidang Belawan dan istri dari kerajaan karena selir raja
yang iri dengan kecantikan Putri Bungsu. Kemudian, permasalahan
terakhir yaitu Sidang Belawan yang ditinggalkan oleh istrinya
karena sang istri mengetahui bahwa orang yang menyembunyikan
selendangnya selama ini adalah suaminya sendiri yaitu Sidang
Belawan.
Permasalahan-permasalahan di atas terkait dengan
disorganisasi keluarga terjadi karena berbagai penyebab, contohnya
perpisahan, krisis keluarga, dan perceraian. Berbagai permasalahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

ini tentunya memerlukan penyelesaian agar tidak terjadi masalah


yang lebih kompleks selanjutnya.
5) Panglima To Dilaling (Sulawesi Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Puang Mosso, aku harus berburu ke hutan. Jika nanti
permaisuri melahirkan sebelum aku kembali, tolong lihatlah
jenis kelamin anakku. Jika anak perempuan, rawatlah dia.
Namun, jika anak laki-laki, bunuhlah anak itu,” pesan Raja
Balanipa kepada Puang Mosso.” (Desy, 2019:173)
“Keesokan harinya, Puang Mosso membawa bayi laki-laki itu
pergi dari istana. Ia menitipkan bayi itu kepada seorang
pedagang di pasar.” (Desy, 2019:174)
Berdasar pada data-data di atas, permasalahan yang
berhubungan dengan disorganisasi keluarga yang terjadi yaitu
terpisahnya pangeran mahkota dari istana. Hal ini dikarenakan
ayahnya yang tidak lain Raja Balanipa tidak ingin kekuasaannya
nanti menjadi milik anaknya. Raja sangat takut jika suatu saat putra
makhota akan melawannya dam merebut kekuasaannya sebagai raja.
Sehingga raja memberikan perintah untuk membunuh anaknya jika
yang lahir adalah anak laki-laki. Namun, perintah itu tidak
sepenuhnya dilakukan oleh Puang Mosso. Puang Mosso hanya
membawa bayi itu pergi dari istana dan memberikannya ke orang di
desa lain untuk dirawat.
Permasalahan sosial yang terdapat dalam cerita rakyat di atas
merupakan bentuk disorganisasi keluarga berupa krisis keluarga.
Dalam cerita rakyat tersebut, tokoh raja sebagai kepala kerajaan dan
juga sebagai kepala keluarga gagal memenuhi tanggung jawabnya
yaitu melindungi putra mahkota. Alih-alih melindungi sang anak
yang baru lahir, raja justru memerintahkan untuk membunuh
anaknya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor intern, yaitu faktor
sosial dalam keluarga yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan jiwa dari sang raja.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

6) Sesentola Melawan Burung Garuda (Sulawesi Tengah)


Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Orang tuanya yang miskin tidak dapat lagi menuruti porsi
makan Sesentola. Bahkan, mereka rela kelaparan demi
anaknya itu. Mereka lalu memutuskan untuk membunuh
Sesentola.” (Desy, 2019: 155)
“Semakin lama, Sesentola mengetahui rencana orang tuanya.
Ia sangat sedih dan tak menyangka orang tuanya berencana
untuk membunuhnya. Tidak ingin menjadi beban bagi orang
tuanya, Sesentola memutuskan untuk pergi dari rumah.”
(Desy, 2019: 156)
Berdasar pada data-data dari cerita rakyat yang berasal dari
Sulawesi Tengah di atas, terjadinya permasalahan disorganisasi
keluarga antara orang tua dan anak. Orang tua Sesentola merasa
tidak mampu lagi menghidupi dan memberi makan anak mereka
karena keinginan makannya yang besar. Sehingga pada akhirnya
mereka memutuskan untuk membunuh Sesentola. Meskipun rencana
ini gagal karena diketahui oleh anaknya dan menyebabkan Sesentola
memutuskan untuk pergi dari rumah.
7) Anak Gadis Nining Kubaea (Sulawesi Tenggara)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Mengetahui anaknya akan dihukum gantung, membuat
Nining Kubaea menangis memohon agar sang anak tidak
dihukum gantung.” (Desy, 2019:163)
Berdasar pada data di atas, disorganisasi keluarga yang terjadi
dalam cerita rakyat dengan judul Anak Gadis Nining Kubaea yaitu
Ketika putri Nining Kubaea dipisahkan dengan ibunya karena akan
dihukum gantung oleh raja. Hal ini terjadi karena raja tidak suka
melihat kecantikan putrinya terkalahkan oleh cantiknya putri Nining
Kubaea.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

8) Lona Kaka dan Lona Rara (NTT)


Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Lona Kaka mengabaikan permintaan tolong dari Lona Rara.
Lama-kelamaan suara teriakan Lona Rara tidak terdengar lagi.
Lona Kaka kemudian turun dari pohon kelapa dan kembali ke
rumah. Ia yakin bahwa Lona Rara telah meninggal di hutan.”
(Desy, 2019: 195)
Berdasarkan data cerita rakyat di atas, permasalahan
disorganisasi keluarga terjadi antara Lona Kaka dan Lona Rara.
Lona Kaka mengajak adiknya yaitu Lona Rara untuk membantunya
memanjat pohon, kemudian dengan sengaja mendorong adiknya
agar terjatuh dari pohon. Hal itu dilakukan oleh Lona Kaka karena
adanya rasa iri terhadap Lona Rara yang mempunyai suami tampan.
Sehingga Lona Kaka menyusun siasat agar Lona Rara meninggal.
Permasalahan disorganisasi keluarga seperti ini tentu sering
dijumpai sampai saat ini. Antar saudara yang saling iri satu sama lain
menyebabkan disorganisasi berupa tidak akurnya dengan saudara
yang lain.
9) Asal Usul Burung Cendrawasih (Papua Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Sementara itu, seorang pria tua menatap kepergian istri dan
anak-anaknya yang telah berubah menjadi burung
cendrawasih. Ada kesedihan di wajah tuanya. Ia merasa
kehilangan mereka.” (Desy, 2019: 220)
Berdasar pada data dari cerita rakyat di atas, terjadinya
disorganisasi keluarga yaitu perginya anggota keluarga dari ( ) yang
lain karena mereka menjadi burung cendrawasih. Sehingga
menyebabkan sang suami menjadi hidup sebatang kara di rumah
mereka. Permasalahan ini terjadi karena adanya krisis keluarga
sebab ada anggota keluarga yang pergi atau berpisah. Dalam cerita
ini terjadi karena anak-anak mereka saling bertengkar karena saling
iri satu sama lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

d. Peperangan
1) Putri Gading Cempaka (Bengkulu)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Penolakan Putri Gading Cempaka membuat Pangeran Raja
Muda Aceh marah. Ia pun memerintahkan prajuritnya
menyerang Kerajaan Sungai Serut. Perperangan terjadi,
banyak korban berjatuhan.” (Desy, 2019: 55)
Berdasarkan data di atas, permasalahan perperangan terjadi
antara Pangeran Raja Muda Aceh dan Kerajaan Sungai Serut. Hal ini
dilandaskan karena kekecewaan dan kemarahan Pangeran Raja
Muda Aceh terhadap Putri Gading Cempaka yang telah menolak
lamarannya. Sehingga mengakibatkan pecahnya perperangan antara
dua kerajaan tersebut dan menyebabkan banyaknya korban jiwa.
2) Raden Alit (Sumatra Selatan)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Jawaban Raden Alit membuat Malim Hitam dan Malim Putih
marah besar. Mereka memerintahkan pengawalnya untuk
menyerang Raden Alit. Dengan kekuatannya, Malim Hitam
melempar Raden Alit hingga ke langit.” (Desy, 2019: 50)
Berdasarkan kutipan data di atas, perperangan terjadi antara
Raden Alit dan Malin Hitam serta Malin Putih. Raden Alit marah
karena kedua adiknya, yaitu dan diculik oleh kedua Malin. Raden
Alit kemudian menyerang Malin Hitam dan Malin Putih. Namun
ternyata Malin bersaudara tersebut dibantu oleh banyak pengawal
sehingga menyebabkan Raden Alit kalah.
3) Legenda Condet (DKI Jakarta)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Mendengar balasan Jan Ament, membuat Maemunah dan
warga Condet marah. Mereka kemudian menyerang Jan
Ament beserta anak buahnya. Singkat cerita, pertarungan itu
dimenangkan oleh pihak Maemunah sehingga membuat Jan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Ament memutuskan untuk pergi dari daerah Condet.” (Desy,


2019: 79)
Berdasarkan pada data yang ada di atas, permasalahan sosial
terkait perperangan yang terjadi yaitu perperangan antara
Maemunah dan Jan Ament. Perperangan antara mereka berdua
disebabkan karena pernyataan Jan Ament yang hendak menguasai
wilayah Condet dan mengusir warga asli situ. Hal itu tentunya
menimbulkan kemarahan dari Maemunah yang merupakan warga
asli Condet.
Permasalahan ini terjadi karena adannya kelompok
masyarakat atau negara lain yang mengusik kehidupan kelompok
masyarakat atau negara yang sedang baik-baik saja. Sehingga
timbullah konflik antar kelompok yang berkaitan dan menyebabkan
perperangan terjadi.
4) Bandung Bondowoso dan Seribu Candi (Yogyakarta)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Untuk memperluas wilayah kerajaannya, maka Bandung
Bondowoso berniat menyerang Kerajaan Prambanan.
Mengetahui Kerajaan Prambanan diserang, Prabu Baka pun
tidak tinggal diam dan memerintahkan pasukannya untuk
menghalau serangan dari Kerajaan Pengging. Namun, ternyata
perperangan dapat dimenangkan oleh Bandung Bondowoso.”
(Desy, 2019: 105)
Berdasarkan pada kutipan data cerita rakyat yang berjudul
Bandung Bondowoso dan Seribu Candi dari Yogyakarta,
perperangan terjadi antara Kerajaan Bandung Bondowoso
dengan Kerajaan Prabu Baka. Perperangan ini terjadi karena
Bandung Bondowoso hendak memperluas wilayah
kekuasaannya hingga ke wilayah kerajaan Prabu Baka.
Bandung Bondowoso tidak melakukan negosiasi terlebih
dahulu dan langsung menyerang ke kerajaan Prabu Baka. Hal
ini kemudian menimbulkan perperangan antara kedua kerajaan
ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

5) Calon Arang (Jawa Timur)


Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Pertarungan pun terjadi. Patih Narottama dengan pedangnya
berusaha untuk melawan Calon Arang. Anehnya, Calon Arang
tidak pernah terluka Ketika pedang mengenai tubuhnya.”
(Desy, 2019: 112)
Berdasarkan data cerita rakyat di atas, perperangan terjadi
antara Pati Narottama dan Calon Arang. Perperangan ini timbul
karena Calon Arang merasa telah ditipu dan dikhianati oleh yang
mengambil pusaka sakti miliknya.
6) Panglima To Dilaling (Sulawesi Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Setibanya di Kerajaan Balanipa, Panglima To Dilaling
dihadang oleh pasukan perang Kerajaan Balanipa.
Perperangan akhirnya terjadi. Melalui pertempuran yang
sangat sengit antara pasukan Kerajaan Balanipa dan pasukan
Panglima To Dilaling.” (Desy, 2019:)
Berdasarkan data pada cerita rakyat Panglima To Dilaling,
perperangan terjadi antara Panglima To Dilaling dengan Kerajaan
Balanipa. Perperangan ini pecah karena
7) Sesentola Melawan Burung Garuda (Sulawesi Tengah)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Kematian burung garuda membuat raja garuda murka. Ia
segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang
Sesentola. Serangan itu membuat Sesentola terluka tak
berdaya.” (Desy, 2019:158)
Berdasarkan data dari cerita rakyat di atas, permasalahan
perperangan terjadi karena raja garuda yang murka akibat kematian
hewan peliharaan kepengarangngannya, yaitu burung garuda.
Burung tersebut mati dibunuh oleh Sesentola. Sang raja kemudian
menyatakan perang dan memerintahkan seluruh prajurit kerajaan
untuk menyerang Sesentola.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

4. Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Karya Desy Rachmawati


Berdasarkan dari hasil kajian pada tujuh belas cerita rakyat karya Desy
Rachmawati ini ditemukan nilai pendidikan karakter yang dijelaskan
sebagai berikut.
a. Religius
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Mande Rubbayah menengadahkan tangan ke langit. Berdoa
kepada Tuhan, berharap belas kasihan dan memohon keadilan.”
(Desy, 2019: 34)
“Mendengar cerita istrinya, sang suami jadi ingin memiliki anak.
Kelak anak itu akan membantunya bekerja. Mereka pun berdoa
kepada Tuhan agar dikaruniai anak.” (Desy, 2019: 59)
Berdasarkan data di atas, terdapat nilai religius dalam bentuk
percaya kepada Tuhan. Meskipun cobaan yang diterima oleh Mande
Rubayah sangat berat, tetapi beliau tetap memiliki iman dan pedoman
yang kuat, yaitu dengan percaya dan menyerahkan semuanya kepada
Tuhan. Sebagai menusia, tentu yang paling penting adalah dengan tidak
menyerah dan selalu berusaha bertahan akan apapun yang terjadi dan
tentu diikuti dengan rasa percaya akan kehadirat Tuhan. Dengan begitu
termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman.
“Suatu hari, hasil panen penduduk melimpah ruah. Oleh karena
itu, mereka berencana mengadakan syukuran bersih desa.
Syukuran diadakan untuk menunjukan rasa syukur kepada
Tuhan.” (Desy, 2019:129)
Berdasarkan data yang ada dalam cerita rakyat, terdapat nilai
religius berupa sikap bersyukur terhadap keadaan yang dialami oleh
seorang manusia. Hal ini dalam agama termasuk sikap yang sesuai
dengan perintah Tuhan yaitu bahwa dalam keadaan apapun yang
dihadapi harus selalu bersyukur agar dapat menjalani kehidupan dengan
rasa bahagia dan damai.
Nilai religius berupa sikap bersyukur juga terdapat dalam cerita
rakyat. Ungkapan syukur kepada Tuhan terlihat dengan perasaan haru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

atas karunia yang Tuhan berikan sehingga dengan kesadaran penuh


menerima keadaan serta apapun yang dimiliki.
b. Jujur
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Maafkan aku, istriku. Memang benar selendang itu yang aku
ambil dulu, ucap Sidang Belawan sambil meminta maaf.” (Desy,
2019: 67)
“Permainsuri amat terkejut ketika melihat pemuda tampan di
kolam anaknya. “Siapa kamu?” tanya permaisuri. “Jangan takut
ibunda, pengarang adalah putramu,” ungkap pemuda tersebut.”
(Desy, 2019: 41)
Berdasar data di atas, terdapat nilai karakter jujur dengan bersikap
apa adanya dan terbuka perihal apa yang telah dialami oleh tokoh dalam
cerita. Seseorang dengan karakter juju adalah orang yang konsisten
dengan perkataannya sehingga dapat dipercaya. Nilai karakter jujur
tentu pantas untuk diterapkan dalam kehidupan sesungguhnya agar
mampu menjadi seseorang yang berkarakter baik dan tidak menjadi
seorang pembohong.
c. Toleransi
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Suatu hari, utusan istana datang ke rumah Kyai Bogol Jelantik.
Mereka meminta Kyai Bogol Jelantik dan I Gede Pasekan pergi dari
wilayah kerajaan. Beliau kemudian tetap pergi dari istana walaupunn
seharusnya Pangeran I Gede Pasekan yang meneruskan takhta
kerajaan.”

Berdasarkan data di atas, terdapat nilai toleransi dengan


menghargai keputusan yang diberikan orang lain. Meskipun seharusnya
Pangeran I Gede Pasekan yang menjadi penerus takhta, namun dia tetap
menghargai keputusan utusan kerajaan yang menginginkan dia untuk
menginggalkan kerajaan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

d. Disiplin
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Selama tujuh hari, Bawang Putih membantu nenek tua memasak
dan menyapu lantai rumah dengan teratur. Kehadiran Bawang
Putih membuat nenek senang.”
Berdasarkan dat tersebut, dalam cerita rakyat terdapat nilai
disiplin terhadap aktivitas yang dilakukan tepat waktu pelaksanaannya.
Hal tersebut baik untuk ditiru dan dijadikan teladan di kehidupan.
Dengan melaksanakan segala sesuati secara disiplin maka akan
membuat segala kegiatan berjalan dengan lancar.

e. Kerja Keras
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:

“Raja Muda pun sangat terkejut Amat Mude berhasil


mendapatkan buah kelapa gading. Berkat kegigihan Amat Mude
untuk mendapatkan buah kelapa gading, membuat Raja Muda
menyadari ketulusan Amat Mude dalam menjalankan tugasnya.”
(Desy, 2019: 15)
“Sidang Belawan dan istrinya keluar dari istana. Mereka memilih
tinggal di desa dan bekerja keras sebagai petani.” (Desy, 2019:
66)
“Berkat ilmu yang diberikan oleh guru dan kegigihannya,
Pangeran Sae Bagus Lana semakin pandai membuat gelang.”
(Desy, 2019: 92)
Berdasarkan data di atas, dalam cerita rakyat, terdapat nilai
pendidikan karakter kerja keras dalam hal memperjuangkan sesuatu,
yaitu menjalankan tugasnnya hingga selesai. Usaha yang dilakukan
tidak hanya satu usaha melainkan berberapa usaha telah ditempuh. Hal
tersebut membukatikan nilai kerja keras dalam melaksanakan sesuatu.
Begitu juga dalam kehidupan, seseorang harus menerapkan nilai kerja
keras dan sikap berjuang untuk mencapai tujuan. Segala upaya mesti
dilakukan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil sesuai
yang diharapkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

f. Kreatif
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Di tengah kegelisahannya, Roro Jonggrang mengetahui bahwa
jin tidak bisa bekerja saat matahari telah terbit. Pada akhirnya,
muncullah ide untuk menggagalkan Bandung Bondowoso. Roro
Jonggrang dibantu dayangnya mulai membakar jerami, sehingga
api yang muncul dari jerami akan menyerupai cahaya matahari
terbit.” (Desy, 2019: 107)

Berdasarkan data di atas, terdapat nilai kreatif dengan bentuk


banyak ide. Mempunyai banyak ide akan membuat kreatifitas semakin
tinggi sebingga banyak juga hal yang dapat dilakukan dan bermanfaat
bagi kehidupan. Meskipun ide yang dilakukan oleh Roro Jonggrang
untuk menggagalkan kencana Bandung Bondowoso. Hal ini
dikarenakan Roro Jonggrang mengetahui kelakukan jahat dari Bandung
Bondowoso itu sendiri.
g. Mandiri
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Kemudian, Kyai Bogol Jelantik membawa I Gede Pasekan pergi
dari wilayah kerajaan dan tinggal di sebuah desa dekat hutan.
Kyai Bogol Jelantik membangun sebuah kerajaan kecil di
wilayah desa itu.” (Desy, 2019: 118)
“Keesokan harinya, Ayus dan Ongo memutuskan ke hutan untuk
mengambil berberapa daun Serdang untuk mengganti atap rumah
mereka yang rusak.” (Desy, 2019: 139)
Berdasarkan data di atas, nilai mandiri yang terdapat dalam cerita
rakyat yaitu sikap tokoh utama yang mengerjakan segala sesuatu secara
mandiri. Meskipun tetap membutuhkan bantuan orang lain, jika
melakukan sesuatu secara mandiri akan menjadikan diri kita kuat dalam
menghadapi permasalahan jika terjadi sesuatu.
h. Demokratis
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

“Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi, suamiku. Tapi, apakah
anak-anak setuju jika kita tinggal di bumi?, balas sang istri. Ratu
Ageng memanggil ketiga anaknya dan meminta persetujuan
untuk tinggal di bumi.” (Desy, 2019: 45)

Berdasarkan data di atas, dalam kutipan cerita rakyat terdapat


nilai demokratis yaitu pencapaian kesepakatan bersama atas suatu
permasalahan sehingga menghasilkan kesimpulan. Dalam kehidupan
sehari-hari, sikap demokratis ini tentu layak untuk diteladani, terutama
dalam kehidupan bernegara yang berlandaskan pada hukum.
i. Rasa Ingin Tahu
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Bukankah dulu, kerajaan itu dipimpin Raja Balanipa? Lalu
bagaimana kondisi keluarga raja sekarang?, tanya I
Menyambungi.” (Desy, 2019: 175).

Sikap rasa ingin tahu mencerminkan seseorang yang berpikir


kritis dalam menghadapi keadaan. Oleh karena itu nilai tersebut pantas
untuk diteladani dan diterapkan dalam kehidupan agar mampu
digunakan dalam menganalisis keadaan dengan lebih tepat dan cermat.
Rasa ingin tahu dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk pertanyaan
dan tentunyna mempunyai suatu tujuan, baik itu untuk menambah
informasi ataupun mencari solusi dari suatu permasalahan yang sedang
terjadi.
j. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Bertahun-tahun kemudian, semua rakyat Bersatu melawan
serdadu Belanda demi kemerdekaan Indonesia. Begitu pula
rakyat Condet yang Bersatu melawan kekuasaan Jan Ament. Pada
Akhirnya, rakyat berhasil merebut Kembali wilayah Condet
setelah Indonesia merdeka.” (Desy, 2019: 81)

Berdasarkan data di atas, terdapat nilai kebangsaan dalam bentuk


perlawanan kepada penjajah yang hendak berkuasa di Indonesia. Dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

kehidupan bernegara, semangat kebangsaan dan cinta tanah air tentu


harus dimiliki seluruh warga negara dari semua golongan masyarakat.
Dengan adanya semangat kebangsaan yang melekat, maka dapat
menciptakan suatu negara yang kuat karena tingginya rasa persatuan
dan cinta tanah air.
k. Menghargai Prestasi
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Keberanian Kelingking terdengar hingga Kerajaan Jambi.
Kelingking dan orang tuanya diundang ke kerajaan. Kelingking,
aku sudah mendengar berita tentangmu. Aku sungguh salut akan
keberanianmu, ucap Raja Jambi. Kemudian raja memberikan
Kelingking hadiah dengan menjadikannya panglima kerajaan.”
(Desy, 2019: 61)
Nilai karakter menghargai prestasi sesuai data di atas
digambarkan dengan mengakui pencapaian orang lain yang ada dalam
cerita rakyat. Apresiasi yang diberikan yaitu berupa menjadikan tokoh
yang berprestasi sebagai panglima kerajaan. Dalam kehidupan sehari-
hari, memberikan apresiasi kepada orang lain merupakan sikap terpuji
dan layak untuk diteladani karena dengan begitu orang lain merasa
keberadaan dan usahanya dihargai serta mendapatkan pengakuan.
Dengan demikian dapat memberikan dampak positif kepada orang yang
mendapatkan apresiasi tersebut.
l. Bersahabat/ Komunikatif
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Mereka menyiapkan makanan di dalam lemari dapur. Setelah
itu, mereka sibuk membersihkan tempat untuk perayaan syukuran
secara gotong-royong.”

Berdasarkan data di atas, ditemukan nilai bersahabat/


komunikatif berupa interaksi sosial yang tercipta dengan baik dan
terjalin hubungan harmonis antara semua masyarakat desa. Sikap
tersebut pantas untuk diteladani dalam menjalani kehidupan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

bermasyarakat agar dapat tercipta keataan yang tentram antara anggota


masyarakat. Teralinnya komunikasi yang baik juga dibutuhkan agar
tidak menciptakan kesalahpahaman yang mungkin terjadi dan
mengganggu dalam kehidupan bermasyarakat.
m. Peduli Sosial
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Melihat itu, Ambun menawarkan bantuan kepada sang nenek.
Ambun membantu nenek memindahkan kayu bakar ke belakang
rumahnya.” (Desy, 2019: 134)
“Suatu hari, saat Ambo Upe menggembala kerbau, ada seekor
burung beo yang terjatuh dan terluka. Ambo Upe lalu
membawanya ke rumah dan mengobatinya sampai sembuh.”
(Desy, 2019: 167)

Berdasarkan cerita rakyat di atas, nilai peduli sosial yang ada


berupa sikap tokoh utama yang merasa iba melihat tokoh lain yang
kesulitan maupun kesakitan. Sehingga tokoh utama dalam cerita
tersebut menolong tokoh lain yang sedang mengalami kesulitan itu.
Perasaan peduli atas suatu keadaan yang terjadi tersebut dilakukan agar
tidak terjadi permasalahan yang lebih besar dan rumit.
n. Tanggung Jawab
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Anak dan menantunya telah meninggal dunia, sehingga kedua
cucunya tinggal dan dirawat oleh si nenek.” (Desy, 2019: 199)
“Sepeninggal Watuwe, Towjatuwa dan istrinya selalu menjaga
habitat buaya besar di Sungai Tami. Bahkan mereka juga
membersihkan Sungai Tami agar Watuwe merasa nyaman.”
(Desy, 2019: 215)

Berdasarkan pada data di atas, terdapat nilai tanggung jawab


berupa melaksanakan amanah sesuai dengan yang diberikan. Tanggung
jawab untuk melaksanakan amanah harus dijalankan dengan
semaksimal mungkin dalam kehidupan bermasyarakat. Walaupun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

memiliki banyak kegiatan untuk dilakukan, tapi meninggalkan amanah


bukan sesuatu yang terpuji.
5. Relevansi Buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy
Rachmawati dengan Sastra di Sekolah Dasar
Karya sastra mempunyai peran penting dan mampu memberikan
dampak yang positif untuk optimalisasi pembelajaran Bahasa Indonesia
yang hendak dicapai. Guru selaku tonggak utama penyelenggara pendidikan
di sekolah diharuskan unutuk memberikan bahan ajar bervariasi yang
mengandung nilai karakter di dalamnya.
Buku cerita rakyat nusantara karya Desy Rachmawatin ini dapat
direlevansikan menjadi materi ajar melewati nilai-nilai pendidikan karakter
yang ada di dalamnya. Terdapat pada kurikulum 2013 mengisyaratkan
bahwa setiap pembelajaran harus memuat nilai-nilai pendidikan karakter di
dalamnya. Hal ini bertujuan agar tertanamnya karakter yang kuat pada
individu peserta didik guna menciptakan generasi unggul.
Contoh terkait nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat nusantara
karya Desy Rachmawati ini dapat dijumpai dalam wujud kehidupan sehari-
hari. Hubungannya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia serta gambaran
kehidupan masyarakat dapat terlihat dalam karya sastra cerita rakyat. Cerita
rakyat merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya terkandung kisah-
kisah yang menggambarkan kehidupan sosial dalam masyarakat. Melalui
cerita rakyat ini, peserta didik dapat melihat dan meresapi pengalaman yang
dialami tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Bahkan dalam cerita tersebut
juga pasti ada nilai pendidikan karakter yang dapat dijadikan bahan
pelajaran di sekolah.
Berdasarkan hasil analisis dokumen berupa perangkat pembelajaran
yang digunakan untuk pembelajaran di UPTD SDN 4 Sungailiat peneliti
mendapati bahwa buku cerita rakyat ini dapat digunakan sebagai bahan ajar
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV (empat). Hal ini dikarenakan
ditemukannya Kompetensi Dasar yang membahas mengenai pembelajaran
sastra. Sehingga dengan digunakannya buku ini dapat menjadikan bahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

ajar yang dipakai guru ketia mengajar jadi bervariasi. Berikut ini peneliti
lampirkan kutipan Kompetensi Dasar yang relevan dengan penelitian yang
telah peneliti lakukan.

Tabel 4. 2 Kompetensi Dasar Pembelajaran

Mata Kompetensi
Kegiatan Pembelajaran
Pelajaran Dasar

Bahasa 3.9 Mencermati 1. Membaca teks cerita fiksi


Indonesia tokoh-tokoh 2. Mengidentifikasikan
yang terdapat tokoh-tokoh pada teks
pada teks fiksi. cerita fiksi
3. Mengidentifikasikan
4.9 tokoh utama dan tokoh
Menyampaikan tambahan
hasil identifikasi 4. Menganalisis amanat/
tokoh-tokoh pesan yang terkandung
yang terdapat dalam cerita fiksi
pada teks fiksi 5. Mengidentifikasi
secara lisan, berbagai jenis cerita fiksi
tulis, dan visual

Guna mendapatkan data yang lebih valid, setelah melakukan analisis


dokumen peneliti juga telah melaksanakan wawancara dengan guru kelas
IV di UPTD SDN 4 Sungailiat terkait relevansi buku cerita rakyat karya
Desy Rachmawati sebagai bahan ajar serta penerapan nilai pendidikan
karakter di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti kepada guru di sekolah dasar berkaitan dengan relevansi karya
sastra dengan pembelajaran sastra di sekolah didapatkan data sebagai
berikut. Pertanyaan yang peneliti berikan yaitu mengenai pengetahuan yang
dimiliki guru terkait cerita rakyat. Berikut kutipan dari jawaban yang
diberikan oleh guru.
"Saya rasa sangat penting sekali. Manusia tidak akan pernah terlepas
dari pendidikan karakter, karena itulah yang menjadi harga, nilai value
dari individu. Sehingga penanaman nilai karakter harus tetap berjalan
di sekolah manapun, dengan cara apa pun. Sehingga saat ini meskipun
pembelajaran berlangsung secara daring, peran guru tidak akan pernah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

bisa tergantikan dengan media apapun. Karena guru datang ke kelas


bukan hanya menjadikan anak pandai ilmu pengetahuan, melainkan
juga memastikan peserta didik memiliki nilai dan karakter yang baik"

Hal terpenting dari konsep pendidikan karakter adalah mendidik


peserta didik supaya menjadi manusia berdab dan nantinya dapat
memanusiakan manusia. Konsep ini tentu berbeda sari konsep pendidikan
yang terjadi di lapangan saat ini yang hanya mementingkan nilai angka
sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik. Keberadaan guru selaku
ujung tombak pendidikan di sekolah memegang peran penting untuk
keberhasilan penerapan pendidikan karakter di sekolah.
Pertanyaan kedua yang diajukan yaitu mengenai tanggapan guru dari
penggunaan buku cerita rakyat untuk pembelajaran sastra di sekolah dasar.
Dari berberapa jawaban narasumber penelitian didapatkan data berikut ini.
“Mereka tertarik dan lebih aktif dalam kegiatan mendengakan dan
membaca cerita rakyat. Selain daripada itu, buku cerita rakyat
biasanya dilengkapi gambar-gambar yang menarik sehingga peserta
didik lebih berminat untuk membacanya. Ada berberapa anak yang
menghayati secara langsung dari cerita rakyat yang dibacanya,
sehingga membawa kebiasaan baik dari tokohnya. Ada juga yang
menunjukan respon sebaliknya. Sehingga, berberapa ppeserta didik
memang bisa terlihat langsung berpengaruh, tetapi berberap yang
lainnya masih butuh banyak proses.”

Berdasarkan berberapa jawaban narasumber menyatakan fakta bahwa


dengan pembelajaran menggunakan buku cerita rakyat peserta didik lebih
berminat untuk mengikuti pembelajaran di kelas, terkhususnya pada
pembelajaran sastra di sekolah dasar. Pembelajaran menggunakan buku
cerita rakyat di sekolah sedikit banyak membawa pengaruh bagi
penbentukan karakter peserta didik. Namun, hal tersebut tidak bisa
disamaratakan karena peserta didik mempunyai daya tangkap serta
kepribadian yang berbeda-beda dalam menyikapi cerita yang dibacanya.
Pertanyaan selanjutnya yaitu terkait manfaat yang diberikan dari
pembelajaran menggunakan buku cerita rakyat untuk pembelajaran sastra di
kelas. Dari narasumber, didapat berberapa jawaban sebagai berikut ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

“Selain memperkaya bahan literasi peserta didik, mempelajari cerita


rakyat juga sebagai bahan pembelajaran dalam kehidupan mendatang,
karena dalam buku cerita rakyat ini layaknya memberikan gambaran
kisah-kisah yang ada di sekitar kita. Sehingga kita bisa mengambil
hikmah tanpa harus mengalami sendiri kisah sedih. Selain itu, dalam
cerita rakyat juga memberikan gambaran terkait kondisi sosial budaya
masing-masing provinsi yang dapat dijadikan peserta didik bekal
ketika harus berada dan hidup di tempat baru.”
Berdasarkan kumpulan jawaban yang diberikan oleh narasumber
penelitian, didapatkan fakta bahwa dengan digunakannya buku cerita rakyat
untuk pembelajaran sastra di kelas banyak manfaat yang dihasilkan, antara
lain yaitu peserta didik lebih mengenal budaya daerah, sebagai refleksi
untuk kehidupan sehari-hari, serta pembelajaran moral dan karakter.

B. Pembahasan
1. Latar Belakang Sosial Desy Rachmawati dalam Penciptaan Buku Cerita
rakyat
Berdasarkan hasil analisis kajian sosiologi sastra, dalam ranah sosiologi
pengarang menunjukan adanya hubungan yang selaras antara latar belakang
sosial sastrawan dengan karya sastra yang diciptakan. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari (Mustofa et al., 2021) bahwa karya sastra berasal dari
pengalaman hidup pengarang. Seorang pengarang mampu menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupannya.
Buku cerita rakyat nusantara ialah karya sastra yang hasil tulisan dari
sastrawan Dessy Rachmawati. Berdasarkan faktor status sosial. peran sosai
dan latar belakang sosial masyarakat, Desy Rachmawati menciptakan karya
sastra yang lekat dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia,
terkhususnya yang ditujukan untuk anak-anak. Hal ini diangkat karena
beliau berharap buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler ini bisa menjadi
salah satu sarana pembentukan watak dan karakter anak sejak dini serta
dijadikan sebagai sarana literasi anak. Kemudian, ideologi dari Desy
Rachmawati adalah kejujuran, kerja keras, hingga rela berkorban akan
memberikan hidup yang bahagia. Hal itu dapat terlihat dalam buku yang
ditulis oleh Desy Rachmawati yang banyak menggambarkan mengenai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

nilai-nilai pendidikan karakter yang baik untuk diteladani dan perilaku yang
tidak pantas untuk ditiru juga tergambar dalam karya sastra beliau.
Secara umum, cerita rakyat nusantara karya Desy Rachmawati
ditunjukan untuk masyarakat dari semua kalangan, baik remaja maupun
dewasa, pejabat maupun rakyat biasa, serta mahasiswa maupun pelajar.
Desy Rachmawati memiliki profesi sebagai penulis naskah dan editing.
Buku cerita rakyat ini merupakan buku fiksi pertama yang diterbitkan dalam
bentuk buku, karena karya lain biasanya hanya berbentuk cerpen atau puisi
yang tidak dibukukan. Hal ini tentunya tidak mengurasi dan berpengaruh
buruk terhadap karya sastra yang beliau hasilkan.
Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan hasil penelitian lain
yang relevan berjudul “Pengaruh Latar Belakang Pengarang Terhadap
Perkembangan Proses Kreatif: Telaah Sosiologi Sastra Atas
Kepengarangan Annisa Rizkia Arigayota Dan Karya-Karyanya”. Hasil
penelitian tersebut salah satunya menunjukan latar belakang sosial
pengarang yang terbukti menjadi latar belakang dalam penciptaan karya
sastranya. Hal tersebut juga dapat menjadi indikasi bahwa tokoh “sahabat”
merupakan penjelmaan dari lingkungan sosial pengarang yang pada saat
cerpen tersebut diterbitkan di laman blog pribadinya, pengarang berusia
sekitar 19 tahun (Melia Indahsari, 2021). Kesimpulan yang didapat dari
penelitian relevan ini yaitu bahwa latar belakang sosial pengarang
berpengaruh dalam penciptaan karya sastra, terkhusus dalam perkembangan
proses kreatid serta kematangan konsep kepengarangan. Perbedaan pada
penelitian ini dengan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti yaitu paada
obyek penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilaksanakan peneliti
mengkai sosiologi dalam cerita rakyat, adapun pada penelitian ini mengkaji
pada cerita anak.
Hasil penelitian berikut juga yang relevan dengan penelitian ini yaitu
hasil penelitian yang berjudul Latar Belakang Pemberian Gelar
Kebangsawanan Dalam Novel Djarina Karya Atte Shenylia (Tinjauan
Sosiologi Sastra). Konteks sosial pengarang dalam novel Djarina yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

dituliskannya sangatlah memiliki hubungan yang erat dengan sosial


pengarangnya, sebab latar belakang penulisan novel ini disebabkan karena
dorongan dan inspirasi yang didapatkan pengarang dari cerita leluhurnya
sendiri yakni Djarina karaeng Nino dan kegelisannya terhadapat sejarah
keluarganya yang mulai memdar. Selain itu pengarang yang merupakan
keluarga karaeng juga memasukkan unsur kekaraengan ke dalam novel
yang dituliskannya (Fajrianti, 2020). Novel ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi realitas pengarang yang merupakan keturunan bangsawan sehingga
novel ini juga menceritakan masalah gelar dan cerita kebangsawanan namun
pemberian beberapa gelar dalam novel ini, khususnya karaeng dan daeng
telah mengalami perbedaan fakta yang terjadi di dalam novel dengan
kondisi masyarakat saat ini.
Penelitian relevan berikut dengan judul Perbandingan Alur Dan Latar
Belakang Pengarang Novel 9 Matahari Karya Adenita Dengan Novel 9
Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan. Jika dibandingkan dengan
hasil penelitian ini, penelitian oleh (Ni Nym. Tresna Dara Laksmi, 2020)
menyatakan hal yang sama. Hasilnya menunjukan bahwa Pada novel 9
Summers 10 Autumns hampir sama dengan novel 9 Matahari yaitu tokoh
Aku (Iwan) berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Hidup dalam
kondisi kekurangan, tidak mematahkan semangatnya untuk menggapai cita-
cita. Untuk memenuhi kebutuhannya tokoh Aku memberikan les privat
murid SD dan SMP di salah satu sekolah di kota Malang. Tokoh Aku
menempuh pendidikan di IPB Bogor. Latar belakang keluarga, pendidikan,
dan profesi sama dengan kehidupan pengarang.

2. Latar Belakang Sosial dalam Buku Cerita Rakyat Karya Desy


Rachmawati
Karya sastra dalam bentuk cerita rakyat dapat menceritakan dan
mengungkapkan aspek moral, religius, sosial, psikologis, dan lainya sebagai
bentuk kreativitas pengarang Penelitian (Hidayat & Santosa, 2019),
pendekatan sosiologi karya sastra merupakan suatu pendekatan yang
mengungkapkan kehidupan manusia. Persoalan mengenai manusia
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

ditampilkan oleh pengarang melalui karya sastra sehingga terdapat berbagai


ragam persoalan mengenai kehidupan dalam karya sastra yang dihasilkan.
Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya unsur sistem
pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem kepercayaan yang ada dalam novel.
Adapun unsur sosial tidak ditemukan dalam novel tersebut. Jika
dibandingkan dengan hasil penelitian ini, ranah analisis sosiologi karya
sastra terhadap cerita rakyat nusantara menunjukan berbagai macam
permasalahan sosial yang sesuai dengan kehidupan.
Buku cerita rakyat karya Desy Rachmawati ini mengandung
berberapa permasalahan yang timbul dalam kehidupan tokoh-tokoh yang
ada pada setiap ceritanya. Permasalahan yang ada berdasarkan hasil analisis
dokumen pada penelitian ini yaitu kemiskinan, disorganisasi keluarga,
kejahatan, serta perperangan.
Permasalahan pertama yang berkaitan dengan kemiskinan.
Kemiskinan bukan lagi hal yang tabu untuk diketahui saat ini. Berdasarkan
cerita rakyat yang ada kemiskinan terjadi dikarenakan bawaan dari keluarga
yang tidak berpunya sejak lama, malas bekerja, dan sombong. Permasalahan
kemiskinan pada masa sekarang juga terjadi karena alasan-alasan yang sama
di masyarakat. Peserta didik dapat mendapatkan amanat dari permasalahan
kemiskinan ini untuk giat belajar agar tidak tertimpa kemiskinan seperti
dalam cerita yang ada dalam buku karya Desy Rachmawati ini.
Permasalahan yang kedua yaitu terkait dengan disorganisasi keluarga.
Perpisahan keluarga yang terjadi antara orang tua dengan anak, anak dengan
saudaranya, serta ditinggal selama-lamanya oleh orang tua. Banyak yang
menyebabkan permasalahan sosial ini yaitu salah satunya permasalahan
ekonomi. Seperti yang ada dalam kutipan cerita Si Kelingking, bahwa orang
tuanya harus membuang anaknya karena tidak mampu lagi memberinya
makan. Dengan demikian si anak terpaksa berpisah dari orang tuanya dan
bertahan untuk hidup sendirian. Kemudian juga tergambar dalam cerita
yang berjudul Sentola dan Burung Garuda. Sang ayah membuang anak laki-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

lakinya. Hal tersebut dilakukan semata-mata karena tidak ingin dikalahkan


oleh anaknya ketika anak telah dewasa.
Permasalahan terkait disorganisasi keluarga merupakan permasalahan
yang umum terjadi pada saat ini. Ada banyak kasus orang tua meninggalkan
anak maupun anak yang meninggalkan orang tuanya. Seperti yang terlihat
dalam berita-berita. Padahal keluarga merupakan pokok utama yang
membangun karakter individu menjadi lebih baik, tempat berlindung, serta
berbagi kasih dan sayang. Sejalan dengan pendapat (Nurhapidah & Sobari,
2019) memaparkan bahwa permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi
berhubungan dengan nilai kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan
dengan keberadaan nilai tidak terlepas dari kejadian yang ada di dalam
masyarakat. Perubahan zaman yang menjadi lebih modern tidak membuat
hilangnya permasalahan yang timbul di masyarakat, namun semakin banyak
masalah-masalah sosial yang muncul.
Hasil penelitian oleh (Febrianto & Candra, 2020) dengan judul
Hegemoni Kekuasaan Dalam Novel Koplak Karya Oka Rusmini: Kajian
Sosiologi Sastra. Hasil penelitian tersebut relevan dengan hasil penelitian
ini terkait pada bidang permasalahan sosial yang ada dalam karya sastra.
Pada penelitian yang diteliti oleh(Febrianto & Candra, 2020) tersebut
menyimpulkan bahwa adanya supermasi kekuasaan intelektual dan moral
melalui pendidikan dan agama, serta konflik politik.Konflik politik
ditunjukan melalui upaya dalam merebutkan kursi kekuasaan, yaitu sebagai
Kepala Desa. Konflik dari itu, ditunjukan melalui tingkah laku kandidat
calon Kepala Desa.
Hasil penelitian berikutnya yang selaras dengan hasil penelitian ini
yaitu penelitian yang berjudul Analysis Of Tomiko Character In The Novel
Namaku Hiroko Of Nh Dini Work: Literature Sociology Study (Marwa,
2020). Hasil penelitian yang mengkaji mengenai novel karya N.H Dini
berjudul Namaku Hiroko. Penulis menemui banyak permasalahan sosial
yang terjadi dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari juga. Cerita
dalam novel tersebut didominasi bukan hanya oleh kebudayaan Jepang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

secara umum, tetapi juga membahas mengenai sisi gelap dari masyarakat
Jepang itu sendiri.

3. Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Cerita Rakyat Karya Desy


Rachmawati
Nilai pendidikan karakter dapat diperoleh dalam segala hal, tidak
terkecuali pada karya sasttra berupa cerita rakyat. Pembelajaran dengan
Kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa setiap pembelajaran harus
terkandung nilai pendidikan karakter. Maka dari itu, sebisa mingkun
alternatif materi ajar harus bermuatan pendidikan karakter. Buku cerita
rakyat nusantara karya Desy Rachmawati merupakan kumpulan cerita
rakyat dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, bukan hanya berisi cerita yang
sudah terkenal namun juga ada banyak cerita yang belum dipublikasikan
sebelumnya. Cerita rakyat ini memuat nilai-nilai pendidikan karakter di
dalamnya. Tema yang diberikan kepada cerita anak ini juga bernuangsa
anak-anak, sehingga peserta didik mudah untuk menangkap nilai-nilai
pelajaran yang terkandung dalam buku ini.
Menurut Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan manusia terdidik dengan kecakapan
hidup yang baik dan pembentukan karakter yang baik. Karakter adalah
kombinasi kualitas yang meliputi sifat, kualitas, prestasi, serta kemampuan
seseorang. Ketika seseorang memiliki karakter yang baik, dia juga memiliki
kepercayaan, integritas, dan semangat yang baik. Dapat dikatakan bahwa
pendidikan karakter penting dalam mengembangkan banyak aspek seperti
prestasi akademik dan perilaku.
Pendidikan karakter terletak pada degradasi moral yang terdapat di
masyarakat. Berkowitz dan Bier (2005) menyatakan bahwa pendidikan
karakter dapat membantu masyarakat khususnya generasi muda
membangun karakter yang baik yang pada gilirannya dapat membantu
membangun masyarakat yang baik, demikian pula pendidikan karakter yang
efektif dapat memiliki banyak hasil yang berbeda. Yang jelas mendapat
perhatian adalah pendidikan karakter sering meningkatkan prestasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

akademik, mengurangi perilaku berisiko seperti penggunaan narkoba,


kekerasan, perilaku seksual pranikah dan dapat meningkatkan perilaku yang
diinginkan seperti peduli dengan lingkungan, membantu peserta didik
untuk berinteraksi dengan baik dengan mereka. guru dan sesama peserta
didik, dan mengubah kelas mereka menjadi lingkungan belajar yang lebih
baik. Hal ini didukung oleh Goss dan Holt (2014) bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter dapat meningkatkan perkembangan kognitif sosio-
moral, keterampilan pemecahan masalah, kompetensi emosional,
meningkatkan prestasi akademik dan mengurangi perilaku negatif peserta
didik. Selain itu, ketika peserta didik dididik dengan nilai-nilai karakter,
mereka akan dapat membedakan tindakan yang pantas dan tidak pantas.
Berkaitan dengan implementasi Kurikulum 2013, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2014) menyatakan bahwa Kurikulum 2013
telah dikembangkan dengan fokus pada tiga divisi: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum
2013 memiliki perbedaan, yaitu memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang bagaimana nilai-nilai karakter direncanakan, dilaksanakan, dan
dinilai (Indrayani, Artini, & Seken, 2018). Lebih lanjut Rahmi dan Erlinda
(2014) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 menuntut guru untuk tidak
hanya fokus pada evaluasi kognitif dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, tetapi juga evaluasi karakter pada setiap mata pelajaran.
Mereka juga menyatakan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan peserta didik dan salah satu
tujuannya yang penting adalah mengimplementasikan nilai-nilai karakter.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014), ada 18 nilai inti
yang harus dimasukkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Namun,
18 nilai utama pendidikan karakter tersebut telah diperbaharui.
Penguatan pendidikan karakter memiliki lima nilai prioritas dalam
karakter bangsa (Muttaqin et al., 2018) yaitu: (1) Religius; (2) Nasionalis;
(3) Mandiri; (4) Kolaborasi; dan (5) Integritas. Kelima nilai prioritas ini
saling terhubung satu sama lain. Peraturan Presiden Pasal 18 Nomor 87
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Tahun 2017 menjelaskan bahwa penyelenggaraan penguatan pendidikan


karakter pada jenjang pendidikan formal harus dilaksanakan secara terpadu
melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Artinya,
setiap sekolah harus memiliki rencana pelaksanaan penguatan pendidikan
karakter. Pentingnya mengintegrasikan pendidikan karakter telah diakui
oleh beberapa penelitian. Wahyutiningsih (2016) menyatakan bahwa
pendidikan moral atau pendidikan karakter harus diperkuat untuk mengatasi
krisis moral.
Pendidikan karakter penting untuk diintegrasikan di dalam kelas
karena dapat membantu guru dalam menilai karakter peserta didik dan
mendorong peserta didik untuk berkembang, (Sakti, 2017)
mengidentifikasi bahwa hasil pendidikan karakter selalu mendorong dan
menyiapkan karakter anak agar karakternya menjadi lebih baik, dan
kemudian dengan pendidikan karakter dapat membangun pemimpin yang
baik di masa depan. Hoge (2002) juga mendukung bahwa pendidikan
karakter dapat menjadi cara untuk mengadaptasi perilaku peserta didik
dalam rangka mempersiapkan generasi yang baik di masa depan. Sejalan
dengan itu, Rahmi dan Erlinda (2014), mengenai tujuan pendidikan
karakter, ada tiga poin penting mengapa pembentukan karakter melalui
pendidikan karakter diperlukan di negara kita, salah satunya adalah
pendidikan karakter dapat meningkatkan peradaban suatu bangsa yang
dapat bersaing dalam pergaulan dunia.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa meskipun guru
telah memahami konsep, pentingnya dan pelaksanaan pendidikan karakter,
guru masih menemukan kesulitan dalam membangun karakter peserta didik.
Para guru telah melakukan banyak strategi dalam rangka memasukkan
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Prosesnya mungkin
memakan waktu bertahun-tahun karena peserta didik yang menunjukkan
perilaku negatif masih tetap ada. Namun, yang terpenting bagi guru adalah
menjadi model yang baik bagi peserta didiknya. Sebelum mengajarkan nilai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

karakter kepada peserta didik, guru harus memiliki dan menunjukkan


karakter tersebut kepada peserta didik.
Suatu karya sastra yang ditulis oleh pengarang mempunyai tujuan
untuk menyampaikan pemikirannya mengenai hal-hal umum yang terjadi di
lingkungan sosialnya, oleh sebab itu suatu karya sastra mengandung
pelajaran, pesan, bahkan kritikan serta saran bagi pembacanya (Sukma, dkk
2019). Analisis nilai pendidikan karakter dapat mengungkapkan pesan dan
pelajaran yang dapat diambil dari suatu karya sastra. Menurut Rayhan
(2018), pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai usaha yterncana dan
sadar dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter. Hal ini bertujuan agar
karakter-karakter tersebut dapat dimengerti, dihayati, serta dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik.
Hasil penelitian dengan judul Storytelling through “Wayang Golek”
puppet show: Practical ways in incorporating character education in early
childhood, menurut Halimah (2020) hasil penelitian ini menyajikan
bagaimana nilai-nilai dan nilai-nilai karakter diinternalisasikan di kalangan
siswa melalui penceritaan bermedia Wayang Golek. Studi ini
mengungkapkan bahwa kegiatan mendongeng yang dimediasi Wayang
Golek memberi siswa nilai-nilai moral penting yang dapat dipelajari siswa
seperti keramahan, demokrasi, kepekaan lingkungan, amal, patriotisme,
humanisme, dll. Ini menyiratkan bahwa guru dan siswa dapat mempelajari
nilai-nilai tersebut dari cerita.
Kemudian penelitian yang berjudul Exploring the Implementation of
Local Wisdom-Based Character Education among Indonesian Higher
Education Students (Hidayani, 2020). Hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa dengan pendidikan nilai, peserta didik tidak hanya akan menyadari
nilai-nilai tetapi juga menghayati nilai-nilai tersebut. Pembiasaan nilai
karakter harus dibarengi dengan keteladanan nilai. Hal tersebut menjadi
strategi penting bagi guru untuk menumbuhkan nilai-nilai kepada peserta
didik. Disiplin, jujur, tanggung jawab, kerjasama, toleransi, peduli sosial,
dan peduli lingkungan di sekolah belum berjalan maksimal. Mereka tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

menjadi budaya yang dapat dilihat dan direfleksikan dalam kehidupan


sehari-hari. Setelah karakter Samin diintegrasikan dan diimplementasikan
melalui beberapa strategi, seperti dalam proses pembelajaran, manajemen
sekolah, dan ekstrakurikuler, 7 karakter tersebut mulai berkembang dan
bahkan menjadi kebiasaan.
Hasil pada penelitian terdahulu relevan dengan penelitian ini. Pada
penelitian ini ditemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam cerita rakyat nusantara karya Desy Rachmawati. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan empat belas nilai pendidikan karakter yang sesuai
dengan ketentuan dari Kemendikbud yaitu perilaku religius, tanggung
jawab, jujur, gotong royong, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, dan
komunikatif.

4. Relevansi Buku Cerita Rakyat Karya Desy Rachmawati dengan


Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar
Relevansi buku cerita rakyat karya Desy Rachmawati ini dapat dilihat
pada silabus dan RPP Tema 8 Kelas IV (empat) pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan kompetensi dasar yaitu 3.9 mencermati
tokoh-tokoh yang terdapat pada teks cerita fiksi dan 4.9 menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita fiksi. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan berupa membaca cerita, mengidentifikasi tokoh
dalam cerita, menemukan pesan yang terkandung dalam cerita serta
mengidentifikasi jenis cerita yang telah dibaca.
Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan cara menggunakan materi
ajar yang sudah ada atau mengembangan materi ajar sendiri. Pengembangan
bahan ajar selain menggunakan buku teks siswa menjadi salah satu inovasi
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Buku cerita rakyat
merupakan bahan ajar bagian dari jenis buku bacaan dapat dijadikan sebagai
pengambangan bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terkhusus
pada materi sastra. Penggunaan bahan ajar berupa buku cerita rakyat ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

belum pernah digunakan oleh guru lain. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar yang menarik untuk pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Wijaya dan Mulyati (2018) dapat
dipahami bahwa sastra dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa dan
mengasah kemampuan bersosial siswa dengan muatan-muatan yang
terkandung dalam sebuah karya sastra. Berarti dalam satu pembelajaran dapat
memberikan dua manfaat sekaligus dengan hadirnya sastra.
Oleh karena itu, guru selaku pendidikan harus mempunyai kesadaran
serta kemampuan untuk mendalami manfaat dan fungsi dari karya sastra. Hal
tersebut diharapkan mampu menciptakan pembelajaran Bahasa Indonesia
yang berjalan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Salah satu upaya yaitu
dengan melibatkan karya sastra dalam pembelajaran di kelas untuk tercapai
penyampaian manfaat dari karya sastra tersebut beserta penanaman nilai
pendidikan karakter yang ada pada karya sastra tersebut.
Menurut Astuti (2018: 25), sebagai salah satu hasil dari karya seni,
sastra tidak hanya mempunyai nilai-nilai estetis (keindahan) namun juga
mempunyai nilai kegunaan. Salah satu kegunaan sastra (sastra cerita) ialah
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Oleh karena itu
pentingnya pengajaran nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah pada saat ini.
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan karya sastra
juga mempunyai berbagai kelebihan, yaitu menghilangkan ketegangan atau
stress akibat pembelajaran, meningkatkan kreatifitas, mengembangkan daya
imajinasi peserta didik, menambah wawasan dan yang paling penting yaitu
mengajarkan nilai pendidikan karakter.
Pembelajaran sastra mempunyai peran yang penting dalam membentuk
karakter peserta didik. Sastra mengajarkan dan mengenalkan peserta didik
mengenai hidup dan kehidupan. Pembelajaran sastra di SD terdiri atas
(a)apresiasi sastra reseptif dan (b) apresiasi sastra produktif. Apresiasi sastra
reseptif menekankan pada proses penikmatan yang dapat dilakukan melalui
kegiatan membaca, mendengarkan atau menonton pertunjukan drama dan
pembacaan puisi. Adapun apresiasi sastra ekspresif atau produktif dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

dilakukan dengan melatih siswa untuk menulis dan membaca puisi, menulis
cerita atau sinopsis, dan bermain drama (Habibi et al., 2019)). Lebih lanjut
mengenai pembelajaran sastra, menurut (Muhammad Ali, 2020) di sekolah
dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih diarahkan pada
kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannya,
pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi.
Pendapat di atas didukung oleh pendapat dari (Harlina & Ratu
Wardarita, 2020) bahwa pembelajaran bahasa di SD diarahkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan karakter siswa, karena bahasa merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua tema dalam setiap
pembelajaran. Melalui pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu
membantu siswa mengenal dirinya, budaya dan budaya orang lain, sehingga
siswa mampu menggunakan bahasa dengan baik, santun bisa menghargai
lawan bicaranya ketika berada ditengah masyarakat, sekaligus membentuk
karakter anak seperti ramah tamah, lemah lembur, nasionalisme, menghargai
orang lain, dan saling menghormati sejak dini.
Pembelajaran sastra khususnya untuk di sekolah dasar masih
membutuhkan bahan ajar yang tepat untuk digunakan dalam proses
pembelajaran. Kesiapan bahan ajar termasuk faktor penentu berhasil tidaknya
suatu pembelajaran. Bahan ajar ialah hal utama yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar yang mampu mengantarkan peserta didik menguasai
tujuan pembelajaran (Habibi et al., 2019). Oleh sebab itu, guru sebagai
pendidik dituntut untuk lebih aktif dalam mencari bahan ajar yang tepat dan
dapat mengembangkannya menjadi bahan ajar yang inovatif.
Hasil analisis penelitian terhadap buku Cerita Rakyat Nusantara karya
Desy Rachmawati memiliki relevansi dalam pembelajaran sastra di sekolah
dasar, yakni sebagai bahan ajar yang memiliki kelayakan baik dikarenakan
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter sebagai penunjang dalam
mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman karakter bagi
peserta didik. Berdasarkan penelitian relevan dengan judul Kajian Sosiologi
Sastra dan Pendidikan Karakter dalam Novel Nun pada Sebuah Cermin Karya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

Afifah Afra serta Relevansinya dengan Materi Ajar di Sekolah Dasar,


Raharjo, dkk. (2017) menyampaikan bahwa pembelajaran karya sastra
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas kepribadian dari peserta
didik. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya relevansi novel tersebut
dengan bahan ajar di sekolah dasar .
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

Anda mungkin juga menyukai