id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hasil dari
penelitian ini ialah pendeskripsian, penjelasan, dan penyajian hasil analisis data
terhadap Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy Rachmawati. Aspek-
aspek yang akan dijelaskan yaitu (1) latar belakang sosial pengarang dalam
penciptaan buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler, (2) aspek sosial dalam buku
Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Desy Rachmawati, (3) nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya
Desy Rachmawati, dan (4) relevansi buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler
karya Desy Rachmawati sebagai bahan ajar sastra di sekolah dasar.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Buku Cerita Rakyat Nusantara Karya Desy Rachmawati
Buku yang digunakan oleh peneliti sebagai sumber utama data pada
penelitian ini berjudul Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler. Buku ini
berisikan 34 cerita rakyat yang berasal dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia. Pengarang buku ini merupakan seseorang dengan pengalaman
yang luas dibagian penulisan buku, terutama buku fiksi yakni bernama Desy
Rachmawati dengan dibantu oleh ilustrator buku yakni Yohansen.
Buku cerita rakyat ini mempunyai total halaman sebanyak 224
halanam yang terdiri dari cover buku, data penerbit, isi buku, serta riwayat
hidup pengarang buku. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Andaliman Books
yang berada di Kota Yogyakarta dan beredar di pasaran mulai tahun 2019.
Selain dilengkapi dengan cerita rakyat dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia, buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik
bagi pembacanya dan mudah untuk dipahami.
Cerita rakyat yang terdapat dalam buku ini telah mewakili pulau-pulau
yang ada di Indonesia. Mulai dari barat Indonesia sampai timur Indonesia.
Berikut penjelasan mengenai judul-judul cerita rakyat yang ada dalam buku
beserta provinsi asalnya.
37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Cunihin. Kemudian dari rasa iri dan dengki itu berujung dengan
timbulnya tindakan kejahatan, yaitu balas dendam. Perbuatan yang
dilakukan yaitu dengan menyihir Pangeran Sae Bagus Lana menjadi
orang jelek dan tua. Dengan demikian Pangeran Cunihin dapat
menikahi putri.
48
49
50
51
52
Lona Rara. Merujuk pada data itu, berdasarkan rasa kecewa yang
dirasakan oleh Lona Rara berujung pada tindakan kejahatan, yaitu
balas dendam kepada adiknya Lona Rara. Tindakan yang dilakukan
oleh Lona Kaka yaitu dengan menjatuhkan Lona Rara dari pohon.
Sehingga menyebabkan Lona Rara terluka. Pada akhir cerita,
kejahatan yang dilakukan oleh Lona Kaka tidak berakhir dengan
baik, malah mencelakakan dirinya sendiri.
11) Asal Usul Burung Cendrawasih (Papua Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Suatu ketika, orang tua mereka pergi ke kebun. Kedua adik
Keweiya lalu memutuskan untuk menjalankan rencananya.
Saat Kweiya sedang duduk santai di beranda rumah, tiba-tiba
dua adik laki-lakinya datang dan mengeroyok Kweiya hingga
badannya terluka.” (Desy, 2019: 218)
Berdasarkan pada kutipan cerita rakyat dari Papua di atas,
tindakan kejahatan yang dilakukan oleh kedua adik Kweiya
dikarenakan rasa iri dan dengki. Hal tersebut terjadi dikarenakan
kedua adiknya merasa bahwa kedua orang tua mereka lebih
menyayangi Kweiya dibandingkan dengan mereka berdua.
Sehingga dari rasa iri dan dengki itu timbul keinginan jahat untuk
mencelakai kakaknya, Kwieya.
Permasalahan sosial kejahatan seperti yang ada dalam cerita
rakyat Asal Usul Burung Cendrawasi membuktikan bahwa
tindakan kejahatan dapat terjadi dalam kehidupan bermasarakat,
bahkan dalam keluarga sendiri. Kejahatan yang didasarkan dari
rasa iri dan dengki atas sesuatu hal yang dirasakan seseorang
terhadap orang lain. Pada umumnya, timbulnya rasa iri dan dengki
merupakan perwujudan dari harapan seseorang yang tidak sesuai
dengan realitanya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
c. Disorganisasi Keluarga
1) Malin Kundang (Sumatra Barat)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Tidak ingin membuat kecewa sang istri, Malin mendorong
Mande Rubayah hingga terjatuh ke tanah. Kemudian Malin
berkata. “Tidak istriku, wanita tua jelek ini bukab ibuku. Mana
mungkin aku memiliki ibu seperti dia.” (Desy, 2019:33)
“Mande Rubayah terjerembab ke tanah berusaha memeluk
kaki Malin dengan erat. Malin merasa rishi dan mengibaskan
kakinya, sehingga tangan tua rent aitu terlepas dari usaha
memeluk kaki sang anak.” (Desy, 2019: 33)
“Di tengah badai yang menyerang, Malin teringat wajah
ibunya. Ia sadar bahwa perilakunya yang tidak baik kepada
sang ibu, membuat alam marah kepadanya. Malin berteriak
meminta maaf kepada ibunya. Namun, teriakan itu tidak
berguna lagi. Pusaran angin menghancurkan kapalnya yang
besar dan mewah.” (Desy, 2019:35)
Berdasarkan data-data di atas, permasalahan sosial yang
terdapat pada cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari
Sumatra Barat merupakan disorganisasi keluarga dalam bentuk
krisis keluarga. Penjelasan dalam kutipan cerita rakyat tersebut,
tokoh Malin sebagai seorang anak tidak mengakui Mande Rubayah
sebagai ibunya. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor intern, yaitu
faktor sosial ekonomis dalam keluarga tersebut yang mengakibatkan
adanya ketidakstabilan jiwa (emosi yang terkontrol) dari tokoh
Malin. Malin tidak mengakui Made Rubayah sebagai ibunya
dikarenakan perbedaan status sosial dan ekonomi yang ada di antara
mereka. Malin merasa malu mempunyai ibu yang tua renta serta
terlihat miskin.
2) Bawang Merah dan Bawang Putih (Riau)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Namun, kedua perempuan itu tidak membawa kegembiraan
di hati Bawang Putih. Ketika sang ayah berdagang ke pasar,
ibu Bawang Merah mulai bersikap buruk kepada Bawang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
55
56
57
58
59
d. Peperangan
1) Putri Gading Cempaka (Bengkulu)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Penolakan Putri Gading Cempaka membuat Pangeran Raja
Muda Aceh marah. Ia pun memerintahkan prajuritnya
menyerang Kerajaan Sungai Serut. Perperangan terjadi,
banyak korban berjatuhan.” (Desy, 2019: 55)
Berdasarkan data di atas, permasalahan perperangan terjadi
antara Pangeran Raja Muda Aceh dan Kerajaan Sungai Serut. Hal ini
dilandaskan karena kekecewaan dan kemarahan Pangeran Raja
Muda Aceh terhadap Putri Gading Cempaka yang telah menolak
lamarannya. Sehingga mengakibatkan pecahnya perperangan antara
dua kerajaan tersebut dan menyebabkan banyaknya korban jiwa.
2) Raden Alit (Sumatra Selatan)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Jawaban Raden Alit membuat Malim Hitam dan Malim Putih
marah besar. Mereka memerintahkan pengawalnya untuk
menyerang Raden Alit. Dengan kekuatannya, Malim Hitam
melempar Raden Alit hingga ke langit.” (Desy, 2019: 50)
Berdasarkan kutipan data di atas, perperangan terjadi antara
Raden Alit dan Malin Hitam serta Malin Putih. Raden Alit marah
karena kedua adiknya, yaitu dan diculik oleh kedua Malin. Raden
Alit kemudian menyerang Malin Hitam dan Malin Putih. Namun
ternyata Malin bersaudara tersebut dibantu oleh banyak pengawal
sehingga menyebabkan Raden Alit kalah.
3) Legenda Condet (DKI Jakarta)
Berdasarkan lampiran pada data objektif Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler nomor, yaitu:
“Mendengar balasan Jan Ament, membuat Maemunah dan
warga Condet marah. Mereka kemudian menyerang Jan
Ament beserta anak buahnya. Singkat cerita, pertarungan itu
dimenangkan oleh pihak Maemunah sehingga membuat Jan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
61
62
63
64
d. Disiplin
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Selama tujuh hari, Bawang Putih membantu nenek tua memasak
dan menyapu lantai rumah dengan teratur. Kehadiran Bawang
Putih membuat nenek senang.”
Berdasarkan dat tersebut, dalam cerita rakyat terdapat nilai
disiplin terhadap aktivitas yang dilakukan tepat waktu pelaksanaannya.
Hal tersebut baik untuk ditiru dan dijadikan teladan di kehidupan.
Dengan melaksanakan segala sesuati secara disiplin maka akan
membuat segala kegiatan berjalan dengan lancar.
e. Kerja Keras
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
65
f. Kreatif
Dalam lampiran data objektif nilai pendidikan karakter nomor,
menyatakan:
“Di tengah kegelisahannya, Roro Jonggrang mengetahui bahwa
jin tidak bisa bekerja saat matahari telah terbit. Pada akhirnya,
muncullah ide untuk menggagalkan Bandung Bondowoso. Roro
Jonggrang dibantu dayangnya mulai membakar jerami, sehingga
api yang muncul dari jerami akan menyerupai cahaya matahari
terbit.” (Desy, 2019: 107)
66
“Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi, suamiku. Tapi, apakah
anak-anak setuju jika kita tinggal di bumi?, balas sang istri. Ratu
Ageng memanggil ketiga anaknya dan meminta persetujuan
untuk tinggal di bumi.” (Desy, 2019: 45)
67
68
69
70
ajar yang dipakai guru ketia mengajar jadi bervariasi. Berikut ini peneliti
lampirkan kutipan Kompetensi Dasar yang relevan dengan penelitian yang
telah peneliti lakukan.
Mata Kompetensi
Kegiatan Pembelajaran
Pelajaran Dasar
71
72
B. Pembahasan
1. Latar Belakang Sosial Desy Rachmawati dalam Penciptaan Buku Cerita
rakyat
Berdasarkan hasil analisis kajian sosiologi sastra, dalam ranah sosiologi
pengarang menunjukan adanya hubungan yang selaras antara latar belakang
sosial sastrawan dengan karya sastra yang diciptakan. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari (Mustofa et al., 2021) bahwa karya sastra berasal dari
pengalaman hidup pengarang. Seorang pengarang mampu menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupannya.
Buku cerita rakyat nusantara ialah karya sastra yang hasil tulisan dari
sastrawan Dessy Rachmawati. Berdasarkan faktor status sosial. peran sosai
dan latar belakang sosial masyarakat, Desy Rachmawati menciptakan karya
sastra yang lekat dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia,
terkhususnya yang ditujukan untuk anak-anak. Hal ini diangkat karena
beliau berharap buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler ini bisa menjadi
salah satu sarana pembentukan watak dan karakter anak sejak dini serta
dijadikan sebagai sarana literasi anak. Kemudian, ideologi dari Desy
Rachmawati adalah kejujuran, kerja keras, hingga rela berkorban akan
memberikan hidup yang bahagia. Hal itu dapat terlihat dalam buku yang
ditulis oleh Desy Rachmawati yang banyak menggambarkan mengenai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
nilai-nilai pendidikan karakter yang baik untuk diteladani dan perilaku yang
tidak pantas untuk ditiru juga tergambar dalam karya sastra beliau.
Secara umum, cerita rakyat nusantara karya Desy Rachmawati
ditunjukan untuk masyarakat dari semua kalangan, baik remaja maupun
dewasa, pejabat maupun rakyat biasa, serta mahasiswa maupun pelajar.
Desy Rachmawati memiliki profesi sebagai penulis naskah dan editing.
Buku cerita rakyat ini merupakan buku fiksi pertama yang diterbitkan dalam
bentuk buku, karena karya lain biasanya hanya berbentuk cerpen atau puisi
yang tidak dibukukan. Hal ini tentunya tidak mengurasi dan berpengaruh
buruk terhadap karya sastra yang beliau hasilkan.
Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan hasil penelitian lain
yang relevan berjudul “Pengaruh Latar Belakang Pengarang Terhadap
Perkembangan Proses Kreatif: Telaah Sosiologi Sastra Atas
Kepengarangan Annisa Rizkia Arigayota Dan Karya-Karyanya”. Hasil
penelitian tersebut salah satunya menunjukan latar belakang sosial
pengarang yang terbukti menjadi latar belakang dalam penciptaan karya
sastranya. Hal tersebut juga dapat menjadi indikasi bahwa tokoh “sahabat”
merupakan penjelmaan dari lingkungan sosial pengarang yang pada saat
cerpen tersebut diterbitkan di laman blog pribadinya, pengarang berusia
sekitar 19 tahun (Melia Indahsari, 2021). Kesimpulan yang didapat dari
penelitian relevan ini yaitu bahwa latar belakang sosial pengarang
berpengaruh dalam penciptaan karya sastra, terkhusus dalam perkembangan
proses kreatid serta kematangan konsep kepengarangan. Perbedaan pada
penelitian ini dengan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti yaitu paada
obyek penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilaksanakan peneliti
mengkai sosiologi dalam cerita rakyat, adapun pada penelitian ini mengkaji
pada cerita anak.
Hasil penelitian berikut juga yang relevan dengan penelitian ini yaitu
hasil penelitian yang berjudul Latar Belakang Pemberian Gelar
Kebangsawanan Dalam Novel Djarina Karya Atte Shenylia (Tinjauan
Sosiologi Sastra). Konteks sosial pengarang dalam novel Djarina yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
75
76
77
secara umum, tetapi juga membahas mengenai sisi gelap dari masyarakat
Jepang itu sendiri.
78
79
80
81
82
belum pernah digunakan oleh guru lain. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar yang menarik untuk pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Wijaya dan Mulyati (2018) dapat
dipahami bahwa sastra dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa dan
mengasah kemampuan bersosial siswa dengan muatan-muatan yang
terkandung dalam sebuah karya sastra. Berarti dalam satu pembelajaran dapat
memberikan dua manfaat sekaligus dengan hadirnya sastra.
Oleh karena itu, guru selaku pendidikan harus mempunyai kesadaran
serta kemampuan untuk mendalami manfaat dan fungsi dari karya sastra. Hal
tersebut diharapkan mampu menciptakan pembelajaran Bahasa Indonesia
yang berjalan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Salah satu upaya yaitu
dengan melibatkan karya sastra dalam pembelajaran di kelas untuk tercapai
penyampaian manfaat dari karya sastra tersebut beserta penanaman nilai
pendidikan karakter yang ada pada karya sastra tersebut.
Menurut Astuti (2018: 25), sebagai salah satu hasil dari karya seni,
sastra tidak hanya mempunyai nilai-nilai estetis (keindahan) namun juga
mempunyai nilai kegunaan. Salah satu kegunaan sastra (sastra cerita) ialah
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Oleh karena itu
pentingnya pengajaran nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah pada saat ini.
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan karya sastra
juga mempunyai berbagai kelebihan, yaitu menghilangkan ketegangan atau
stress akibat pembelajaran, meningkatkan kreatifitas, mengembangkan daya
imajinasi peserta didik, menambah wawasan dan yang paling penting yaitu
mengajarkan nilai pendidikan karakter.
Pembelajaran sastra mempunyai peran yang penting dalam membentuk
karakter peserta didik. Sastra mengajarkan dan mengenalkan peserta didik
mengenai hidup dan kehidupan. Pembelajaran sastra di SD terdiri atas
(a)apresiasi sastra reseptif dan (b) apresiasi sastra produktif. Apresiasi sastra
reseptif menekankan pada proses penikmatan yang dapat dilakukan melalui
kegiatan membaca, mendengarkan atau menonton pertunjukan drama dan
pembacaan puisi. Adapun apresiasi sastra ekspresif atau produktif dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
dilakukan dengan melatih siswa untuk menulis dan membaca puisi, menulis
cerita atau sinopsis, dan bermain drama (Habibi et al., 2019)). Lebih lanjut
mengenai pembelajaran sastra, menurut (Muhammad Ali, 2020) di sekolah
dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih diarahkan pada
kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannya,
pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi.
Pendapat di atas didukung oleh pendapat dari (Harlina & Ratu
Wardarita, 2020) bahwa pembelajaran bahasa di SD diarahkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan karakter siswa, karena bahasa merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua tema dalam setiap
pembelajaran. Melalui pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu
membantu siswa mengenal dirinya, budaya dan budaya orang lain, sehingga
siswa mampu menggunakan bahasa dengan baik, santun bisa menghargai
lawan bicaranya ketika berada ditengah masyarakat, sekaligus membentuk
karakter anak seperti ramah tamah, lemah lembur, nasionalisme, menghargai
orang lain, dan saling menghormati sejak dini.
Pembelajaran sastra khususnya untuk di sekolah dasar masih
membutuhkan bahan ajar yang tepat untuk digunakan dalam proses
pembelajaran. Kesiapan bahan ajar termasuk faktor penentu berhasil tidaknya
suatu pembelajaran. Bahan ajar ialah hal utama yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar yang mampu mengantarkan peserta didik menguasai
tujuan pembelajaran (Habibi et al., 2019). Oleh sebab itu, guru sebagai
pendidik dituntut untuk lebih aktif dalam mencari bahan ajar yang tepat dan
dapat mengembangkannya menjadi bahan ajar yang inovatif.
Hasil analisis penelitian terhadap buku Cerita Rakyat Nusantara karya
Desy Rachmawati memiliki relevansi dalam pembelajaran sastra di sekolah
dasar, yakni sebagai bahan ajar yang memiliki kelayakan baik dikarenakan
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter sebagai penunjang dalam
mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman karakter bagi
peserta didik. Berdasarkan penelitian relevan dengan judul Kajian Sosiologi
Sastra dan Pendidikan Karakter dalam Novel Nun pada Sebuah Cermin Karya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
85