OLEH:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan, tuntunan dan rahmat
yang sudah diberikan-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Nilai-Nilai dalam Teks Sejarah Jayaprana dan Layonsari”.
Penulis menyadari juga bahwa banyak pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Drs. I Wayan Sutaya M.Pd, selaku kepala SMA Negeri 1 Kediri yang telah
memberikan ruang dan wadah bagi penulis dan siswa- siswi SMA Negeri 1 Kediri
Lainnya untuk membuat makalah ini.
2. Dra. Ni Gusti Ayu Nyoman Mustiani selaku guru Bahasa Indonesia yang senantiasa
telah memberikan arahan ,bimbingan serta petunjuk dalam menyusun makalah ini.
3. Rekan-rekan sekitar yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam teks sejarah Jayaprana dan Layonsari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
sangat berharap kritik dan saran bagi pembaca sebagai acuan penulis untuk menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, penulis mengangkat legenda ini untuk menggali nilai-nilai yang
terkandung dalam legenda Jayaprana dan Layonsari agar nilai-nilai dalam legenda tersebut
dapat menjadi refleksi bagi pembaca dan juga untuk mempertahankan agar legenda dan nilai-
nilai positifnya senantiasa dapat dijadikan pedoman di era modern.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka tujuan ditulisnya makalah
ini, yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Dapat mengetahui legenda Jayaprana dan Layonsari.
1.3.2 Dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Jayaprana dan
Layonsari.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan, maka terdapat 2 manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat adanya legenda Jayaprana dan Layonsari yaitu untuk
menginformasikan kepada pembaca bagaimana cerita ini terjadi dan pembaca dapat
mengembangkan pengetahuan dan kecintaan pada budaya daerah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Mengetahui dan dapat menggali nilai-nilai dalam cerita sejarah serta makna
yang terkandung dalam teks cerita sejarah Jayaprana dan Layonsari.
BAB II
LANDASAN TEORI
Legenda adalah bentuk cerita rakyat yang tersebar luas di masyarakat dan bersifat
melegenda. Cerita legenda sering diartikan sebagai cerita tentang asal usul suatu daerah,
tempat, pusaka, atau sesuatu yang bernilai sejarah. Seperti legenda yang penulis paparkan
pada makalah ini yaitu legenda Jayaprana dan Layonsari, masyarakat masih terlekat dengan
lengenda ini bahkan untuk mengenang cerita tersebut telah berdiri sebuah pura di Taman
Nasional Bali Barat, Teluk trima, Sumber klampok, Grokgak yang menjadi saksi pilunya
tragedi tersebut. Kisah tentang siapa Jayaprana telah turun-temurun diceritakan sebagai tanda
sakralnya cerita rakyat tersebut. Kisah tentang Jayaprana bersama dengan istrinya yang cantik
jelita bernama Layonsari dianggap sebagai legenda cinta sejati dan abadi.
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum pernikahan terjadi, Raja memberikan hadiah berupa bangunan rumah beserta
balai selengkapnya untuk Jayaprana. Kini, tiba hari dimana Jayaprana akan menikah dengan
Ni Layonsari. Diiringi dengan masyarakat desanya, Jayaprana pergi ke rumah Jero Bendesa
hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara lengkap. Setelah pernikahan terjadi,
Jayaprana kembali ke istana hendak menghadap dan meminta restu. Ketika kedua mempelai
turun dan menyembah Raja, Sang Raja pun dapat melihat dengan jelas wajah Ni Layonsari.
Raja pun membisu tak dapat berkata apa-apa melihat wajah Ni Layonsari yang cantik jelita.
Melihat kecantikan Ni Layonsari, Raja pun berkeinginan menjadikannya sebagai
permaisurinya. Hanya saja ia merasa bingung bagaimana caranya karena Ni Layonsari telah
menjadi istri Jayaprana.
Salah seorang abdi istana mengusulkan untuk menitahkan Jayaprana pergi ke Celuk
Terima untuk menyelidiki perahu yang hancur. Jayaprana yang mendapat titah tersebut
merasa sangat sedih
karena harus berpisah dengan istrinya dan baru menikmati bulan madu. Namun, demi
memenuhi titah Raja, Jayaprana pun berangkat. Malam harinya, Ni Layonsari bermimpi
rumahnya dihanyutkan banjir besar. Ia pun menerangkan mimpinya pada Jayaprana bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi jika tetap berangkat. Akan tetapi, Jayaprana tidak berani
menolak titah Raja. Ia berkata kematian terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Sesampainya di Celuk Terima, Jayaprana menerima titah bahwa ia harus dibunuh karena
Raja menginginkan Ni Layonsari menjadi istrinya. Sekali lagi, karena tidak berani menolak
titah Raja, Jayaprana pun menurut. Ia pun menghadapi kematiannya dengan sedih. Sementara
Ni Layonsari yang mendengar kematian suaminya merasa sangat sedih dan bunuh diri
mengakhiri hidupnya. Ditempat kematian Jayaprana akhirnya didirikan sebuah pura yang
merupakan kuburan Jayaprana & Layonsari.