Anda di halaman 1dari 8

NILAI-NILAI TEKS SEJARAH DALAM

LEGENDA JAYAPRANA DAN LAYONSARI

OLEH:

Fidya Jelila Rafeyfa (4)


Hakiky Mohammad Akbar (6)
I Gede Arjun Aryadi Putra Kusuma (8)
I Made Andi Wirianto (16)
Ni Komang Septi Pramesti Riani (26)
Ni Putu Pradnya Jyoti Prihatini (32)

SMA NEGERI 1 KEDIRI


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan, tuntunan dan rahmat
yang sudah diberikan-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Nilai-Nilai dalam Teks Sejarah Jayaprana dan Layonsari”.

Penulis menyadari juga bahwa banyak pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Drs. I Wayan Sutaya M.Pd, selaku kepala SMA Negeri 1 Kediri yang telah
memberikan ruang dan wadah bagi penulis dan siswa- siswi SMA Negeri 1 Kediri
Lainnya untuk membuat makalah ini.
2. Dra. Ni Gusti Ayu Nyoman Mustiani selaku guru Bahasa Indonesia yang senantiasa
telah memberikan arahan ,bimbingan serta petunjuk dalam menyusun makalah ini.
3. Rekan-rekan sekitar yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam teks sejarah Jayaprana dan Layonsari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
sangat berharap kritik dan saran bagi pembaca sebagai acuan penulis untuk menyempurnakan
makalah ini.
Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali sebagai daerah suci dan sakral dengan berbagai adat dan budayanya, memiliki
cerita rakyat yang hingga saat ini tetap dikenang. Kisah tentang siapa Jayaprana telah turun-
temurun diceritakan sebagai tanda sakralnya cerita rakyat tersebut. Untuk mengenang
legenda cinta tersebut, bahkan legendanya sering diangkat dalam drama khas Bali atau teater.
Cerita singkat Jayaprana dan Layonsari yang penuh hikmah telah memberikan banyak
inspirasi kepada masyarakat.

Oleh karena itu, penulis mengangkat legenda ini untuk menggali nilai-nilai yang
terkandung dalam legenda Jayaprana dan Layonsari agar nilai-nilai dalam legenda tersebut
dapat menjadi refleksi bagi pembaca dan juga untuk mempertahankan agar legenda dan nilai-
nilai positifnya senantiasa dapat dijadikan pedoman di era modern.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan
permasalah yang muncul, yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana legenda Jayaprana dan Layonsari?
1.2.2 Bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Jayaprana dan Layonsari?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka tujuan ditulisnya makalah
ini, yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Dapat mengetahui legenda Jayaprana dan Layonsari.
1.3.2 Dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Jayaprana dan
Layonsari.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan, maka terdapat 2 manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat adanya legenda Jayaprana dan Layonsari yaitu untuk
menginformasikan kepada pembaca bagaimana cerita ini terjadi dan pembaca dapat
mengembangkan pengetahuan dan kecintaan pada budaya daerah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Mengetahui dan dapat menggali nilai-nilai dalam cerita sejarah serta makna
yang terkandung dalam teks cerita sejarah Jayaprana dan Layonsari.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Teks Sejarah


Teks sejarah adalah kumpulan tulisan yang berisi peristiwa penting atau kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lalu. Alur teks sejarah ternyata berbeda dengan teks cerita
sejarah yang mengandung legenda imajinasi meskipun referensinya tetap memuat tokoh atau
latar belakang sejarah nyata. Teks Sejarah merupakan legenda imajinasi yang ditulis dengan
tokoh atau latar Sejarah yang benar benar terjadi. Cerita tentang fakta atau kejadian masa lalu
menjadi latar belakang dari teks sejarah. Teks sejarah juga dapat menjadi sarana untuk
mengisahkan kembali peristiwa yang dialami seorang tokoh sejarah melalui tokoh fiksi.

Legenda adalah bentuk cerita rakyat yang tersebar luas di masyarakat dan bersifat
melegenda. Cerita legenda sering diartikan sebagai cerita tentang asal usul suatu daerah,
tempat, pusaka, atau sesuatu yang bernilai sejarah. Seperti legenda yang penulis paparkan
pada makalah ini yaitu legenda Jayaprana dan Layonsari, masyarakat masih terlekat dengan
lengenda ini bahkan untuk mengenang cerita tersebut telah berdiri sebuah pura di Taman
Nasional Bali Barat, Teluk trima, Sumber klampok, Grokgak yang menjadi saksi pilunya
tragedi tersebut. Kisah tentang siapa Jayaprana telah turun-temurun diceritakan sebagai tanda
sakralnya cerita rakyat tersebut. Kisah tentang Jayaprana bersama dengan istrinya yang cantik
jelita bernama Layonsari dianggap sebagai legenda cinta sejati dan abadi.

2.2 Nilai-Nilai dalam Teks Sejarah


Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Jayaprana dan Layonsari, yaitu
sebagai berikut:
2.2.1 Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung
hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau
kebudayaan.
2.2.2 Nilai Moral atau Etika
Nilai moral atau etika adalah nilai yang dapat memberikan serta
memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika dan moral.
2.2.3 Nilai Agama
Nilai agama merupakan nilai-nilai yang berkaitan atau bersumber pada
nilai-nilai agama.
2.2.4 Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu berbagai prinsip, anggapan maupun keyakinan yang
berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai ini menjadi pedoman hidup bagi
anggota masyarakat dan dianggap baik dan benar serta wajib dipatuhi.
2.2.5 Nilai Estetis
Nilai estetis yaitu nilai yang berkaitan dengan keindahan baik
keindahan struktur pembangunan cerita, fakta cerita, maupun tehnik penyajian
cerita.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Legenda Jayaprana dan Layonsari


Alkisah di sebuah desa tinggalah sepasang suami istri yang memiliki tiga orang anak.
Pada suatu hari di desa tersebut terjadi sebuah wabah yang parah dan membuat banyak orang
mati. Tak terkecuali sepasang suami istri tersebut beserta kedua anaknya. Hingga tersisa
Jayaprana seorang dan menjadi yatim piatu.Setelah menjadi yatim piatu, Jayaprana pun
berniat untuk mengabdikan hidupnya di istana Wanakeling Kalianget. Di tempat tersebut
Jayaprana dikenal sebagai laki-laki yang rajin hingga Raja merasa sayang padanya. Beranjak
dewasa, Jayasuprana pun tumbuh sebagai pemuda yang tampan serta memiliki senyum yang
manis dan menarik. Beberapa tahun kemudian, Raja memberikan sebuah titah kepada
Jayaprana untuk memilih dayang yang ada di istana atau gadis di luar istana untuk dijadikan
istri. Akan tetapi, karena merasa masih terlalu muda, Jayaprana pun menolak. Raja terus
memaksanya hingga Jayaprana tidak bisa menolak lagi. Ia pun pergi ke luar istana, tepatnya
ke pasar yang ada di depan istana untuk melihat gadis-gadis yang lalu lalang pergi ke pasar.
Tiba-tiba matanya menangkap sekelebat gadis yang sangat cantik jelita. Gadis tersebut
bernama Layonsari. Siapa Layonsari? Ia adalah putri dari Jero Bendesa yang berasal dari
Banjar Sekar.

Melihat kecantikan dan keelokannya, Jayaprana pun terpikat hatinya.Pandangan


matanya pun tak bisa beralih dan terus mengikuti Layonsari. Namun, Layonsari telah berhasil
menghilang menyelinap di balik orang-orang yang ada di pasar. Segera, Jayaprana kembali
ke istana dan melapor pada Raja bahwa ia telah menemukan gadis impiannya. Raja pun
kemudian menulis sebuah titah kepada Jero Bendesa tentang keinginan Jayaprana yang ingin
menikahi putrinya. Jero Bendesa yang menerima surat dari Raja pun langsung setuju setelah
membaca titah tersebut dalam-dalam. Ia setuju apabila Ni Layonsari putrinya menikah
dengan Jayaprana.Merasa sangat senang karena keinginannya terpenuhi, Jayaprana pun
langsung kembali ke istana. Di dalam istana sendiri, Raja sedang mengadakan sidang di
Pendopo. Melihat kedatangan Jayaprana, Raja pun memberikan pengumuman pada hadirin
sidang bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, Raja akan mengadakan acara
pernikahan Jayaprana dan Ni Layonsari.

Sebelum pernikahan terjadi, Raja memberikan hadiah berupa bangunan rumah beserta
balai selengkapnya untuk Jayaprana. Kini, tiba hari dimana Jayaprana akan menikah dengan
Ni Layonsari. Diiringi dengan masyarakat desanya, Jayaprana pergi ke rumah Jero Bendesa
hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara lengkap. Setelah pernikahan terjadi,
Jayaprana kembali ke istana hendak menghadap dan meminta restu. Ketika kedua mempelai
turun dan menyembah Raja, Sang Raja pun dapat melihat dengan jelas wajah Ni Layonsari.
Raja pun membisu tak dapat berkata apa-apa melihat wajah Ni Layonsari yang cantik jelita.
Melihat kecantikan Ni Layonsari, Raja pun berkeinginan menjadikannya sebagai
permaisurinya. Hanya saja ia merasa bingung bagaimana caranya karena Ni Layonsari telah
menjadi istri Jayaprana.

Salah seorang abdi istana mengusulkan untuk menitahkan Jayaprana pergi ke Celuk
Terima untuk menyelidiki perahu yang hancur. Jayaprana yang mendapat titah tersebut
merasa sangat sedih
karena harus berpisah dengan istrinya dan baru menikmati bulan madu. Namun, demi
memenuhi titah Raja, Jayaprana pun berangkat. Malam harinya, Ni Layonsari bermimpi
rumahnya dihanyutkan banjir besar. Ia pun menerangkan mimpinya pada Jayaprana bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi jika tetap berangkat. Akan tetapi, Jayaprana tidak berani
menolak titah Raja. Ia berkata kematian terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Sesampainya di Celuk Terima, Jayaprana menerima titah bahwa ia harus dibunuh karena
Raja menginginkan Ni Layonsari menjadi istrinya. Sekali lagi, karena tidak berani menolak
titah Raja, Jayaprana pun menurut. Ia pun menghadapi kematiannya dengan sedih. Sementara
Ni Layonsari yang mendengar kematian suaminya merasa sangat sedih dan bunuh diri
mengakhiri hidupnya. Ditempat kematian Jayaprana akhirnya didirikan sebuah pura yang
merupakan kuburan Jayaprana & Layonsari.

3.2 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kisah Jayaprana dan Layonsari


Berdasarkan cerita di atas maka nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Jayaprana
dan Layonsari, sebgai berikut:
3.2.1 Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam legenda Jayaprana dan Layonsari
terlihat pada upacara pernikahan Jayaprana dan Layonsari, dimana Jayaprana
pergi ke rumah Jero Bendesa dengan diiringi oleh seluruh masyarakat desa,
hal ini membuktikan bahwa iringan pernikahan tersebut hingga kini masih
menjadi budaya masyarakat khususnya di Bali.
3.2.2 Nilai Moral atau Etik
Nilai moral atau etik yang terdapat pada legenda Jayaprana dan
Layonsari dapat dilihat ketika Layonsari menolak ajakan raja untuk menikah,
hal ini sebagai bukti bahwa Layonsari setia terhadap suami yang telah
meninggal.
3.3.3 Nilai Agama
Berdasarkan legenda yang telah penulis paparkan bahwa pada saat
Jayaprana pergi ke rumah Jero Bendesa hendak memohon Ni Layonsari, ia
membawa alat upacara lengkap untuk melangsungkan pernikahan, hal ini
membuktikan bahwa pernikahan yang berlandaskan agama harus melewati
proses upacara yang lengkap.
Dalam peristiwa menuju kematian Jayaprana, ia meyakini bahwa
kehidupan dan kematian seseorang berada di tangan tuhan, hal ini
membuktikan bahwa sebagai manusia sudah seharusnya meyakini Tuhan.
3.3.4 Nilai Sosial

3.4.5 Nilai Estetis

Anda mungkin juga menyukai