Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOTERAPI TERAPAN (SEMESTER GANJIL/GENAP 2023/2024)

STUDI KASUS : FARMAKOTERAPI LAHAN BASAH

KELOMPOK 2

Ahmad Fajri 2231015310048


Anisa Desriyanti 2231015320078
Rafiah Anggianingrum 2231015320044
Putri Sari Muliani 2231015320079

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
PEMBAHASAN TERKAIT PENYAKIT:
DEFINISI

Infeksi gastrointestinal merupakan salah satu penyebab terjadinya gastroenteritis atau


peradangan pada permukaan lambung dan usus akibat adanya infeksi mikroorganisme.
Gastroenteritis ditandai dengan adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan
serta gejala seperti diare dan muntah. Infeksi tersebut bisa disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa maupun parasit (Chow et al., 2010). Contoh virus dan bakteri penyebab infeksi
gastrointestinal antara lain vibrio cholerae, escherichia coli essalmonella, shigella,
campylobacter jejuni, rotavirus, norovirus, astrovirus, dan adenovirus enterik (Dipiro et al,
2011).

Gastroenteritis sering berlangsung pada balita dibandingkan orang dewasa. Penyebab


utamanya gastroenteritis terhadap anak di negara berkembang adalah rotavirus, Escherichia
coli enterotoksigenik, Shigella, dan Cryptosporidium. Gastroenteritis merupakan penyebab
pertama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Menurut World Health
Organisation (WHO) gastroenteritis adalah penyakit terbesar kedua yang menyebabkan
kematian terhadap anak (Kriswantoro et al., 2021)

Salah satu bakteri yang sering menimbulkan gastroenteritis yaitu bakteri E. coli.
Bakteri ini umumnya melekat pada permukaan mukosa usus dan menyebabkan terjadinya
perubahan struktur sel epitel. Bakteri E. coli mampu menembus sel mukosa sehingga
menyebabkan terjadinya iritasi dan diare. Keadaan tersebut menimbulkan gangguan fungsi
usus dimana peristaltik dan sekresi usus meningkat, namun fungsi dan absorpsi usus
berkurang sehingga menimbulkan gejala klinis berupa diare (Chow et al., 2010).

PATOFISIOLOGI

Faktor infeksi seperti virus, bakteri atau parasit didalam saluran pencernaan yang
kemudian menetap pada usus dan lambung dapat merangsang produksi toksin/endotoksin di
saluran pencernaan yang mengakibatkan terjadinya peradangan pada usus dan lambung
sehingga terjadi penurunan absorbsi karbohidrat yang mengakibatkan hipoglikemi. Akibat
dari peradangan usus dan lambung dapat menimbulkan peningkatan asam lambung sehingga
menimbulkan gejala mual, muntah yang mengakibatkan kekurangan volume cairan dan
resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehingga terjadi hipoglikemi dan malnutrisi
energi protein (Chow et al., 2010).
Akibat dari peradangan usus dan lambung dapat menimbulkan peningkatan motilitas
usus sehingga sekresi cairan dan elektrolit meningkat yang dapat menimbulkan gangguan
cairan dan elektrolit seperti kalium dan natrium sehingga terjadi hipokalemi yang
mengakibatkan kejang dan kram abdomen sehingga menimbulkan rasa nyeri. Peradangan
usus dan lambung juga dapat mengakibatkan meningkatnya permeabilitas usus yang dapat
meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit serta meningkatnya tekanan intralumen, maka
usus tidak mempunyai kemampuan untuk menyerap sehingga terjadi pengeluaran feses encer
dan frekuensi buang air besar yang berlebihan, konsistensi cair dan bersifat asam sehingga
dapat menimbulkan gangguan integritas kulit. Selain itu peningkatan cairan dan elektrolit
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada intralumen yang akan menimbulkan
terjadinya dehidrasi dan terjadi syok hipovolemik (Chow et al., 2010).

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari infeksi gastrointestinal antara lain :
1. Diare (ada yang mengandung darah atau lendir)
2. mual muntah
3. demam
4. Nyeri perut
5. Pada anak-anak nafsu makan berkurang atau hilang
(Dipiro et al, 2011).
Diare dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu watery (encer) dan inflammatory
(inflamasi). Diare inflamasi disebabkan oleh patogen invasif dan umumnya ditandai dengan
demam, tenesmus (keinginan untuk BAB walaupun baru saja BAB atau nyeri kram dubur)
serta tinja berdarah sedangkan pada watery diare tinja yang keluar tidak berdarah. Adapun
kriteria dari masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(Dipiro et al, 2011).


TATA LAKSANA

Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi pada gastrointestinal terutama pada orang
dewasa terdiri atas:

1. Terapi rehidrasi

Terapi ini merupakan prioritas utama pengobatan yaitu untuk mengembalikan


kehilangan cairan dalam tubuh. Penggunaan rehidrasi oral lebih disarankan karena
berdasarkan dipiro et al. 2011 menyatakan bahwa rehidrasi oral dapat mengembalikan
kebutuhan cairan hingga 97% pada pasien diare ringan hingga sedang (Dipiro et al.,
2011). Contoh obat rehidrasi oral seperti oralit untuk diare akut awal yang ringan.
Rehidrasi oral harus mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan
air. Pemberian per oral dengan larutan oralit yang komposisinya berkisar antara 29g
glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya (Sudoyo, 2009).

Setelah 20 tahun penelitian, cairan rehidrasi oral WHO mengalami perubahan.


Saat ini WHO dan UNICEF menganjurkan CRO yang rendah osmolaritasnya. Terapi
CRO dengan osmolaritas rendah mengurangi insidensi muntah sebesar 30% dan
volume feses sebesar 20%. Selain itu akan mengurangi kebutuhan penggunaan terapi
cairan infus sebesar 33%.1,20 Terapi CRO dengan osmolaritas rendah ini
mengandung 75 mEq/l sodium dan 75 mmol/l glukosa, dan total osmolaritas 245
mOsm/l. (Jap & Widodo, 2021).

2. Terapi simptomatik

Pemberian terapi simtomatik perlu dipertimbangkan secara hati-hati karena lebih


banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang harus sangat diperhatikan pada
pemberian antiemetik, misalnya obat metoklopropamid dapat memberikan kejang
pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan
kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat dipertimbangkan
pemberian bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam waktu singkat. Pada diare
yang berat obat-obat tersebut dipertimbangkan terkait waktu pemberian yang singkat
atau adanya kombinasi dengan pemberian obat antimikroba (Sudoyo, 2009).
3. Terapi definitif

Terapi definitif yang digunakan yaitu terapi antibiotik. Pemberian antibiotik secara
empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang
dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik dapat secara empiris tetapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Amin, 2015).

Adapun pemberian terapi antibitik berdasarkan patogen penyebab infeksi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

(Dipiro et al., 2011).


KASUS:
1. KASUS INFEKSI GASTROINTESTINAL
Seorang pasien perempuan berusia 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair±
11 kali sejak 1 hari sebelum masuk RS, BAB jumlah banyak, berbau busuk, ampas (+),
lender (-), darah (-), muntah (+) kemarin dan demam (-). Berdasarkan hasil wawancara
diketahui: 1 rumah memiliki keluhan serupa (+) berupa BAB Cair (+), BAB jumlah banyak
(+), berbau busuk, ampas (+), muntah (+).
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT : Rujukan dari Puskesmas Batakan -IVFD 1 Kolf
loading 500 ml -Loperamid 2 mg setiap kali BAB -Zink 1 x 20 mg -Oralit 100 ml 4-6 jam
sekali.
Hasil Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Nilai Normal Tgl 25/11/20 Tgl 26/11/20 Tgl 27/11/20
Tekanan darah 120/80 mmHg 100/70 200/100 130/70
Suhu Tubuh 36,5 – 37,2 OC 36,5 OC 36 OC -
Respiratory rate 10-24 x/menit 20 20 -
Nadi 60-100 x/menit 103 91 80
SPO2 96-100% 92 - -
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

DIAGNOSIS : (25/11/20) GEA dehidrasi sedang, DM Tipe II dan Hipoglikemia (+),


(26/11/20) HT urgency dan (27/11/20) ISK
PEMBAHASAN KASUS
A. DATABASE PASIEN
Nomor registrasi/tanggal masuk RS : 25 November 2020
Nama :-
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Rujukan dari : Puskesmas batakan

B. SUBYEKTIF
BAB cair ± 11 kali sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Berbau busuk, berampas,
tidak berlendir, tidak berdarah, disertai muntah dan tidak demam. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa satu rumah memiliki keluhan yang serupa yaitu BAB
dengan konsistensi cair, frekuensi BAB banyak, berbau busuk, berampas, dan
muntah.

C. OBYEKTIF
- Riwayat Penyakit
25/11/20 GEA dehidrasi sedang, DM Tipe II, dan hipoglikemia
26/11/20 Hipertensi urgensi
27/11/20 ISK

- Riwayat Pengobatan
1. IVFD 1 Kolf loading 500 ml
2. Loperamide 2 mg setiap kali BAB
3. Zink 1x20 mg
4. Oralit 100 ml 4-6 jam sekali

Pemeriksaan Nilai Normal Tgl 25/11/20 Tgl 26/11/20 Tgl 27/11/20


Tekanan darah 120/80 mmHg 100/70 200/100 130/70
Suhu Tubuh 36,5 – 37,2 OC 36,5 OC 36 OC -
Respiratory rate 10-24 x/menit 20 20 -
Nadi 60-100 x/menit 103 91 80
SPO2 96-100% 92 - -
GDS <200 mg/dL 318 102 -
GDP <100 mg/dL 94 67 48
Natrium 135-146 143,5 143,5 139,5
mmol/L
Kalium 3,4-5,4 mmol/L 3,071 3,72 3,56
Chlorida 94-100 mmol/L 108,2 108,2 104,1
Leukosit 0-3 2+ 2+ -
Ureum 10-50 71 - -
Kreatinin 0,6-12 1,39 - -
BUN 4,7-23,3 33,0 - -

D. FIR (Further Information Required)

Pertanyaan Alasan
1. Riwayat konsumsi makanan dan Untuk mengetahui penyebab diare pasien
minuman? sehingga dapat diberikan pengobatan
yang tepat.
2. Paramater lab untuk ISK (kultur Karena ada diagnosa ISK namun
urin)? parameter labnya belum ada.

3. Apakah pasien mempunyai Untuk membantu dalam menentukan


riwayat penyakit tukak lambung? pengobatan yang tepat untuk pasien.
4. Apakah pasien memiliki riwayat Untuk membantu dalam menentukan
alergi terhadap obat-obatan? pengobatan yang tepat untuk pasien.

5. Apakah pasien mempunyai Karena kebiasaan merokok atau


kebiasaan merokok atau mengkonsumsi alkohol dapat
mengkonsumsi alkohol? memperburuk kondisi kesehatan pasien.

6. Apakah sebelumnya ada riwayat Karena apabila terdapat riwayat keluarga


keluarga yang menderita yang menderita hipertensi atau diabetes
hipertensi diabetes melitus tipe 2? melitus tipe 2 maka terdapat faktor resiko
dalam pengembangan penyakit hipertensi
atau diabetes melitus tipe 2 pada pasien
sehingga dapat dilakukan penyesuaian
dalam menentukan pengobatan yang
tepat untuk pasien.

E. ASSESSMENT
Tanggal/ PROBLEM TERAPI DRP PLAN
Hari MEDIK
25-11-20 GEA Injeksi -Pasien -Terapi tetap
Dehidrasi Metoclopramide mengalami dilanjutkan
Sedang IVFD NaCl 0,9 % diare, muntah
Neodiaform (2 tab dan dehidrasi
extra selanjutnya 1
tab maksimal 10
tab/hari (kalau perlu)
Antidiabetes -Injeksi Novorapid -Pasien -Terapi tetap
(10-10-10) segera memiliki gula dilanjutkan
setelah makan darah yang
-Injeksi Levemir (0- tinggi
0-20) pada malam sehingga
hari dilanjutkan
Hipokalemia Infus KCL -Infus KCL - KSR Oral
KSR Oral dan KSR tidak usah
memiliki digunakan
indikasi yang karena sudah
sama ada infus KCL
sehingga
harus di pilih
salah satu saja

Gastritis Inj. Ranitidine -Tidak ada -Jika saat


(Maag) dalam tanya jawab
keluhan dengan
pasien terkait pasien , pasien
penyakit tidak memiliki
maag (Tidak asam lambung
tepat terapi) sebaiknya di
hentikan saja
pemakaiannya
Ureum Belum ada terapi Indikasi tanpa Monitoring,
terapi membatasi
asupan
protein,
menkonsumsi
dan menjaga
pola makan
sehat untuk
mencukupi
asupan cairan
dalam tubuh
BUN Belum ada terapi Indikasi tanpa Monitoring,
terapi membatasi
asupan
protein,
mengkonsumsi
dan menjaga
pola makan
sehat untuk
mencukupi
asupan cairan
dalam tubuh
26-11-20 Hipertensi Belum ada Terapi -Belum ada -Ditambahkan
Urgency terapi terkait obat hipertensi
hipertensi urgency yaitu
Urgency captopril,
clonidine,
labetalol
27-11-20 ISK Inj, Seftriakson 2 x 1 -Terapi terkait -Terapi tetap
g ISK dilanjutkan
F. PENJELASAN MASING-MASING PLAN YANG DIRENCANAKAN
(BERDASARKAN PUSTAKA)  EBM, MONITORING YANG AKAN
DILAKUKAN DAN KONSELING.

1. Infus KCL dan KSR oral merupakan obat yang memiliki indikasi yang sama
(Duplikasi indikasi) , yaitu untuk menambah kalium. Obat yang dipilih yaitu Infus
KCL.

2. Hypertensi Urgency dilakukan penambahan obat hipertensi yaitu captopril, clonidine,


atau labetalol karena obat tersebut adalah obat untuk urgency hypertensi sesuai
dengan literatur Dipiro edisi 9. Dipilih obat captopril oral 25-50 mg dengan waktu
interval pemberian 1-2 jam.

3. Infeksi Saluran Kemih harus ditambahkan antibiotic siprofoksasin (1 st line) menurtu


PMK no 28 tahun 2021, dosis siprofloksasin yaitu 500 mg setiap 12 jam selama 7
hari.

2. PEMBAHASAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan
demam, nyeri perut bagian bawah, lemas dan sesak nafas. Pasien telah merasakan demam
(naik turun) sejak 1 minggu yang lalu. Berdasarkan hasil penggalian informasi diketahui
pasien memiliki riwayat penyakit BPH dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien (dalam 5
hari terakhir) adalah tamsulosin HCl 400 mcg 1 kali sehari dan finasteride 1 kali sehari.

A. DATABASE PASIEN
Nomor registrasi/tanggal masuk RS : 28 Maret 2022
Nama :-
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pasien tersebut didiagnosis pada tanggal
28/03/2022 (IGD)
 Ketoasidosis doabetik (KAD)
 Infeksi Saluran Kemih (ISK)
29/03/2022 (IPD)
 Diabetes mellitus tipe 2 + Ketoasidosis Diabetik (KAD)
 Infeksi Saluran Kemih (ISK)+sepsis
 Acute Kidney Injury (AKI)
 Old Miokard Inferior (OMI)
 Dengue Fever
 Hiponatremia

B. SUBYEKTIF
Nyeri perut bagian bawah, lemas dan sesak nafas. Demam (naik turun) sejak 1
minggu yang lalu. Memiliki riwayat penyakit BPH dan obat-obat yang dikonsumsi
pasien dalam 5 hari terakhir adalah tamsulosin HCL 400 mcg 1 kali sehari dan
finasteride 1 kali sehari

C. OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik pasien
TD :
28/2/22 100/78
29/2/22 120/80

Nadi :
28/2/22 123
29/2/22 90

Pernafasan :
28/2/22 20
29/2/22 20
Temperatur :
28/2/22 39
29/2/22 38.7

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28/3/22 pada pemeriksaan imuno-


serologi
Pasien positif terinfeksi salmonela thyphi H

Hasil pemeriksaan hematologi pasien pada tanggal 28/3/22


Hemoglobin 12,3
Leukosit 9.5
Eritrosit 4.26
Hematokrit 38.2
Trombosit 31
RDW-CV 13.8
RDW-SD 51.7
MPV 9.1

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28/3/22


Eritrosit 10-20
Silinder negatif
Epithel 2-4
Bakteri positif
Kristal negatif

Hasil pemeriksaan diagnostik


Pada hasil pemeriksaan radiologi tes rontgen thorax pada tanggal 29-3-22 hasil cor
dan pulmo tidak nampak kelainan
Hasil pemeriksaan EKG pada tanggal 29/3/22 : old Miokard inferior (OMI)
D. FIR (Further Information Required)

Pertanyaan Alasan
1. Apakah ada hasil kultur resistensi Meropenem itu antibiotik lini ke 3,
antibiotiknya? harusnya ada hasil kultur resistensi
antibiotik baru bisa digunakan.
2.

E. ASSESSMENT
Tanggal/ PROBLEM TERAPI DRP PLAN
Hari MEDIK
28-03-22 DM Tipe 2 + -Novorapid: 50unit Terapi Terapi di
Ketoasidosis dalam 50mL NaCl Novorapid lanjutkan.
Diabetik 0,9% (i.v) . Kecepatan bersifat rapid Namun apabila
4unit/jam (GDS>250 acting, sehingga gula darah
mg/dL), 3unit/jam dapat masih tidak
(GDS 200 - 250mg/dL), mengurangi turun harus di
1unit/jam gula didalam tambahkan
(GDS<200/dL) darah serta insulin long
pasien acting.
membutuhkan
penanganan
secepatnya
karena
mengalami
ketoasidosis
diabetik.
ISK -Inj. Seftriakson 1 Inj. Seftriakson -Injeksi
gram/12 jam apabila seftriakson
digunakan diganti dengan
bersamaan obat
dengan infus siprofloksasin
ringer laktat atau seftazidim
(ca.gluconas)
dapat
menyebabkan
endapan di paru
dan diginjal
DBD -Inj. Paracetamol Inj. Paracetamol -Terapi tetap
1gr/8jam (i.v infus) dapat dilanjutkan
menurunkan
demam dari
pasien
Acute Kidney -Prorenal 3 x 2 tab (p.o) Pasien -Terapi tetap
Injury mengalami dilanjutkan
gangguan ginjal
29-03- Antidiabetes+ -Injeksi Novorapid: -Pasien -Terapi tetap
2022 KAD (10-10-10) memiliki gula dilanjutkan
-Levemir (0-0-20) pada darah yang
malam hari (s.c) tinggi sehingga
dilanjutkan
ISK+Sepsis -Meropenem : 1gr/8jam -Sebelumnya -Tetap
(i.v) masih tetap digunakan
digunakan Siprofloksasin
siprofloksasin atau seftazidim
untuk sespsis
dan ISK nya,
sedangkan
meropenem
merupakan obat
untuk regimen
bakteri yang
sudah resisten

Gastritis Inj. Omeprazol -Tidak ada -Jika saat tanya


(Maag) dalam keluhan jawab dengan
pasien terkait pasien , pasien
penyakit maag tidak memiliki
(Tidak tepat asam lambung
terapi) sebaiknya di
hentikan saja
pemakaiannya
Miokard Infark -Bisoprolol 2,5 gram 1x pasien -Terapi tetap
1 tab (p.o) mengalami dilanjutkan
-Atorvastatin tab 20mg infark miokard
1x1 tab (p.o)
Anemia Asam folat tab 1mg 2 x Dosis Asam Dosis Asam
2 tab (p.o) folat terlalu folat dapat
kecil ditingkatkan
hingga 5 mg per
hari atau 15 mg
jika terdapat
malabsorbsi
Hiponatremia -Infus RL : 20tpm (i.v Pasien -Terapi tetap
infus) mengalami dilanjutkan
hiponatremia
Kurang Prove - D 5000 Pasien -Terapi tetap
Vitamin memerlukan dilanjutkan
vitamin D untuk
membantu
penyerapan
kalsium dalam
tubuh (Dipiro
Ed.11)
Konstipasi Graphalac Pasien -Terapi tetap
mengalami dilanjutkan
konstipasi
F. PENJELASAN MASING-MASING PLAN YANG DIRENCANAKAN
(BERDASARKAN PUSTAKA)  EBM, MONITORING YANG AKAN
DILAKUKAN DAN KONSELING.
1. Inj. Seftriakson apabila digunakan bersamaan dengan infus ringer laktat
(ca.gluconas) dapat menyebabkan endapan di paru dan diginjal. Sehingga Injeksi
seftriakson diganti dengan obat seftazidim (Fauzi & Gustaman, 2020).

2. Dosis Asam folat dapat ditingkatkan hingga 5 mg perhari atau 15 mg sehari jika
terdapat malabsorbsi (BNF, 2017).

3. Obat meropenem digunakan apabila terjadi infeksi bakteri MDR (Rukmono &
Zuraida, 2016)

PUSTAKA
Amin, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc Edisi Revisi Jilid 3.Mediaction Publishing, Jogakarta.
BNF. 2017. British National Formulary Edition 74th Pharmaceutical Press, London.

Chow, C. M., A. K. Leung & K. L. Hon 2010. Acute gastroenteritis : from guidelines to real
life. Jounal Clinical and experiment gastroenterology. 3. 97-112.
Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M., 2011.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th Edition. Mc Graw Hill, United
States.
Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M., 2015.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 9th Edition. Mc Graw Hill, United
States.
Dipiro, J. T., B. G. Wells, T. L. Schwinghammer, C. V. Dipiro. 2020. Pharmacoteraphy
Handbook Eleven Edition. Mc Graw Hill Education.

Fauzi, M. I., I. Alifiar & F. Gustaman. 2020. Profil Pencampuran Intravena di Ruang Melati
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2020. Medical
Sains. 5: 21-30.
Jap, A. L. S., & Widodo, A. D. (2021). Diare Akut yang Disebabkan oleh Infeksi. Jurnal
Kedokteran Meditek, 27(3), 282-288.
Kriswantoro, A., Munawaroh, S., & Nasriati, R. (2021). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan
Gastroenteritis Pada Anak Dengan Masalah Hipovolemia. Health Sciences
Journal, 5(1), 30-34.
PMK. 2021. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2021, Republik Indonesia.
Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Interna Publishing,
Jakarta.

Rukmono, P., & Zuraida, R. 2016. Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Pseudomonas
aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri, 14: 332-6.

Anda mungkin juga menyukai