Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang tanah dan keberlangsungan
hidup.
Saya selaku siswa SMPN 3 Sidoarjo mengucapkan terrimakasih terhadap ibu dan bapak guru
yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan alam ini.
JUDUL UTAMA..........................................................1
DAFTAR ISI................................................................2
PENDAHULUAN........................................................3
LANDASAN TEORI....................................................4
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................5
DAFTAR PUSTAKA...................................................6
PENUTUP....................................................................7
PENDAHULUAN
Tanah merupakan
campuran dari batuan yang telah lapuk, penguraian bahan organik, iklim, adanya sinar
matahari, dan curah hujan mempengaruhi suhu bumi sehingga membantu mempercepat
pelapukan batuan. Selain itu pelapukan secara biologis, dibantu oleh adanya mikroorganisme
tanah dan jenis vegetasi tumbuhan juga mempengaruhi proses pembentukan tanah. Pada
bagian paling atas, tumbuhan memperoleh nutrisi berupa air dan mineral-mineral dari dalam
tanah. Tanah bagian atas yang kaya nutrisi ini juga rentan kehilangan kandungan mineral dan
nutrisi
akibat beberapa kejadian alam seperti hujan dan banjir apabila tidak ada tumbuhan yang
hidup di atasnya. Tanah dapat berasal dari pelapukan batuan dan kerak bumi. Kerak bumi
memiliki tebal 10-15 kilometer atau bahkan lebih. Nah, di dalam kerak bumi inilah banyak
terdapat kandungan mineral berupa ion-ion positif dan ion-ion negatif. Tentu kamu sudah
tidak asing dengan istilah ion bukan? Beberapa ion positif yang ada dalam tanah adalah
Kalium,
Beberapa ion positif yang ada dalam tanah adalah Kalium, Kalsium dan magnesium.
Sedangkan ion-ion negatif adalah nitrat, fosfat dan sulfat. Ion-ion tersebut merupakan nutrisi
bagi tumbuhan yang diserap melalui akar. Kandungan mineral dalam tanah yang berbeda-
beda menentukan sifat dan karakter suatu tanah. Tidak semua tanah sesuai untuk bercocok
tanam bukan
Peran Tanah Bagi Kehidupan
Tempat hidup hewan dan bakteri
ternayata di dalam tanah banyak sekali hewan. Tanah berfungsi sebagai tempat hidup bagi
berbagai macam hewan. Selain hewan ada juga bakteri bermiliar-miliar hewan dan bakteri
yang tinggal di dalam tanah
Tak dapat dipungkiri bahwa tanah juga bersifat penting bagi manusia tanah sebagai penyedia
air yang mampu memeberikan kepadamanusia . kegiatan rumah tangga dan industri banyak
menghasilkan limbah berupa air. Air kotor sisa buangan limbah rumah tangga atau industri
ada yang diolah dan ada juga yang langsung dibuang ke sungai yang bersifat buruk bagi
tanah karena dapat mencemari disekitarnya
A. Peran Organisme Tanah
Organisme tanah berperan dalam menguraikan bahan-bahan yang berasal dari sisa makhluk
hidup sehingga menghasilkan material organik di dalam tanah. Di tanah terdapat miliaran
bahkan triliunan organisme. Saking banyaknya, baru sedikit yang sudah mampu dikenali oleh
para ahli.
Organisme tanah pada umumnya berada di lapisan tanah bagian atas, yakni kurang lebih 10
cm di bawah permukaan tanah. Sekitar 80-100% aktivitas biologis yang terjadi di tanah,
dilakukan oleh jamur dan bakteri.
Hasil aktivitas biologis itulah yang dapat memengaruh tekstur, kesuburan, dan kegemburan
tanah. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 162-163) berikut adalah beberapa peran
organisme tanah.
1. Dekomposer (Pengurai)
Organisme tanah dapat melakukan dekomposisi atau menguraikan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa makhluk hidup. Dedaunan yang jatuh ke tanah, ranting-ranting, hingga jasad
hewan yang telah mati akan diurai menjadi materi anorganik.
Selain itu, organisme tanah juga dapat membantu pelapukan batuan menjadi bahan-bahan
anorganik atau yang biasa disebut sebagai mineral tanah. Materi anorganik dan mineral yang
ada di tanah inilah yang disebut dengan zat hara atau nutrisi bagi tumbuhan.
Bakteri yang terdapat di tanah terlibat dalam reaksi penguraian materi organik. Contohnya,
bakteri Nitrobacter terlibat dalam reaksi penguraian materi organik kompleks yang berasal
dari sisa makhluk hidup menjadi senyawa nitrat, yakni salah satu senyawa yang dibutuhkan
oleh tumbuhan.
Selain bakteri, terdapat pula mikoriza, yaitu jamur yang bersimbiosis dengan tumbuhan untuk
meningkatkan kemampuan tumbuhan menyerap unsur hara berupa fosfor.
Organisme tanah dapat berperan sebagai agen biologis yang mampu membersihkan polutan
dalam tanah. Organisme tanah yang menguraikan bahan kimia contohnya adalah herbisida.
Semakin tinggi jumlah dan aktivitas dari organisme, maka semakin cepat pula proses
penguraiannya.
Unsur racun dan polutan (zat yang menyebabkan polusi) seperti arsenik, kromium, dan
merkuri dapat terkunci di dalam tubuh bakteri, sehingga berbagai zat polutan tersebut tidak
menyebabkan polusi yang bertambah parah.
Dalam kondisi normal, organisme tanah dapat melawan organisme penyakit yang masuk ke
tanah. Kondisi normal berarti ketika tanah memiliki jumlah senyawa organik dan aktivitas
organisme yang tinggi. Kondisi tersebut tercipta ketika aktivitas pertanian tidak berlebihan
dan tidak menggunakan bahan kimia untuk pupuk dan pestisida.
Secara alami, organisme yang ada di tanah memanfaatkan prinsip pengendalian biologis,
yaitu mangsa dan pemangsa sehingga organisme yang mengganggu tanah dapat terkendali.
5. Pemberi Pengaruh pada Tekstur Tanah
Tanah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan teksturnya. Jenis tanah dapat
ditentukan berdasarkan jumlah butiran penyusun yang paling banyak terdapat pada tanah
tersebut. Aktivitas biologis organisme tanah berpengaruh dalam membentuk butiran-butiran
penyusun tanah sehingga menentukan tekstur tanah.
Butiran yang terdapat di dalam tanah adalah pasir, tanah liat, dan debu. Setiap butir tersebut
memiliki ukuran butiran yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, kita menggolongkan tanah
menjadi beberapa jenis tanah seperti:
1. Tanah Liat,
tersusun atas butiran-butiran yang sangat kecil yaitu < 0,002 mm, memiliki struktur
yang kompak (menyatu) dan memiliki pori-pori kecil yang tidak saling terhubung.
Sifat tersebut membuat jenis ini lebih baik dalam menyimpan dan menahan air.
2. Pasir,
memiliki tekstur yang berbutir kasar yaitu antara 0,1-2 mm, tidak mampu membentuk
struktur yang kompak, dan memiliki pori-pori besar yang saling terhubung. Sifat
tanah ini kurang baik dalam menyimpan dan menahan air.
A. Proses Pembentukan Tanah Dan Komponen
Penyusun Tanah
Proses Pembentukan Tanah
Tanah merupakan campuran dari batuan yang telah lapuk, penguraian bahan organik,
mineral, air, dan udara. Tanah terbentuk karena adanya pelapukan fisik, kimia, dan biologis.
Faktor fisik yang mempengaruhi pelapukan adalah iklim, adanya sinar matahari, dan curah
hujan mempengaruhi suhu bumi sehingga membantu mempercepat pelapukan batuan.
Pelapukan secara biologis, dibantu oleh adanya mikroorganisme tanah dan jenis vegetasi
tumbuhan juga mempengaruhi proses pembentukan tanah. Faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan tanah adalah tipe batuan, topografi atau relief tanah suatu daerah dan waktu.
Ketika tanah digali sampai dalam biasanya akan tampak lapisanlapisan tanah (horizon tanah)
yang memiliki gradasi warna yang berbeda.
1. Horizon A merupakan lapisan teratas terdiri atas campuran dari pelapukan
batuan dengan berbagai tekstur, organisme hidup, dan zat organik.
2. Horizon B merupakan lapisan yang memiliki kandungan zat organik lebih
sedikit dibandingkan dengan lapisan di atasnya.
3. Horizon C merupakan lapisan yang tersusun atas batuan, yang berperan
sebagai penyedia utama material untuk tanah bagian paling atas.
Komponen Tanah
Komponen penyusun tanah adalah bahan yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah,
sehingga menjadi satu kesatuan bagian yang utuh dan membentuk bagian baru. Tanah
memang merupakan bagian permukaan bumi tempat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan
serta tempat hidupnya berbagai jenis hewan dan milyaran mikroorganisme. Beberapa
komponen tanah antara lain sebagai berikut.
1. Batuan. Batuan merupakan bahan padat yang terbentuk secara alami yang
tersusun dari campuran mineral dan senyawa dengan berbagai komposisi. Para ahli
geologi mengelompokkan batuan menjadi 3 jenis berdasarkan proses terjadinya
yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Batuan dapat berasaldari magma gunung
berapi yang mendingin. Batuan-batuan yang ada di bumi tersebut mengalami
pelapukan sehingga menjadi bahan pembentuk tanah.
2. Udara. Meskipun tanah adalah benda yang kelihatannya padat, tetapi
sebenarnya pada tanah tersebut terdapat rongga-rongga yang berisi udara.rongga
udara terdapat di antara partikel (butiran) tanah. Selain di antara partikel tanah,
rongga udara juga terdapat di antara batuan yang terdapat di tanah, di antara batuan
dan partikel tanah, di antara partikel tanah dengan akar tumbuhan ataupun di antara
akar tanaman dengan batu. Rongga udara juga dapat terbentuk oleh aktivitas hewan
tanah, misalnya cacing.
3. Humus. Humus adalah komponen organik yang dihasilkan dari proses
dekomposisi (penguraian) hewan atau tumbuhan yang telah mati, daun yang gugur,
ataupun feses oleh bakteri dan jamur. Humus adalah tanah yang memiliki tekstur
gembur dan memiliki banyak pori-pori sehingga memungkinkan untuk terjadinya
pertukaran udara. Kondisi tersebut menyebabkan akar memperoleh cukup udara dan
tanah humus mampu mempertahankan air sehingga tanah selalu lembab. Selain itu
humus juga
4. mengandung mineralmineral dan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan.
5. Air. Makhluk hidup yang hidup di tanah pada umumnya butuh kelembaban tanah.
Kelembaban tanah disebabkan karena keberadaan air di dalam tanah. Begitu pula
tumbuhan juga membutuhkan air. Air diserap oleh tumbuhan setelah air menembus
tanah dan mencapai akar.
6. Mineral. Tanah dapat berasal dari pelapukan batuan dan kerak bumi. Kerak bumi
memiliki tebal 10-15 kilometer atau bahkan lebih. Nah, di dalam kerak bumi inilah
banyak terdapat kandungan mineral berupa ion-ion positif dan ion-ion negatif.
Beberapa ion positif yang ada dalam tanah adalah Kalium (K+), Kalsium (Ca 2+), dan
magnesium (Mg2+). Sedangkan ion-ion negatifadalah nitrat (NO3 -), fosfat (H2PO4 -),
dan sulfat (SO42-). Ion-ion tersebut merupakan nutrisi bagi tumbuhan yang diserap
melalui akar. Kandungan mineral dalam tanah yang berbeda-beda menentukan sifat
dan karakter suatu tanah.
7. Komponen Organik. Tanah merupakan tempat hidup dari beberapa makhluk hidup
mulai dari bakteri, jamur, alga, serangga, dan cacing tanah. Organisme tanah tersebut
menguraikan bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup sehingga menghasilkan
meterial organik di dalam tanah.
Tanah yang subur tidak hanya ditentukan oleh kandungan mineral di dalamnya tetapi juga
sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Salah satu
sifat kimia tanah yang menjadi indikator kesuburan tanah adalah derajat keasaman atau pH
tanah. Tanah yang subur memiliki pH tanah sekitar 7. Pada kisaran pH tersebut tumbuhan
dapat menyerap nutrisi secara optimal. Tanah dapat kehilangan kandungan mineral dan
nutrisi akibat beberapa kejadian alam seperti hujan dan banjir. Upaya untuk menjaga agar
tanah tidak kehilangan nutrisinya diantaranya adalah dengan reboisasi dan terasering.
Semakin gelap warna tanah kandungan bahan organiknya tinggi. Warna tanah yang gelap
juga akan menyerap panas lebih cepat dibandingkan dengan warna yang terang Karena
banyak menyerap panas maka kandungan air pada tanah yang gelap akan lebih cepat
menguap sehingga tanah menjadi lebih cepat kering. Kondisi warna tanah inilah yang secara
tidak langsung dapat dikatakan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Warna tanah
akan mempengaruhi temperatur dan kelembaban sehingga berpengaruh
A. Upaya Menjaga Kelestarian Tanah
Pemanfaatan tanaman penutup dan pengelolaan lahan miring
cc
Salah satu hal yang mengancam kondisi tanah adalah terjadinya erosi. Erosi adalah
pengikisan lapisan tanah yang terjadi karena beberapa faktor, misalnya karena aliran air.
Erosi dapat menyebabkan nutrisi dan mineral penting terbawa sehingga membuat tanah
menjadi kurang produktif.
Untuk mencegah erosi terjadi, kita dapat melakukan penanaman lahan yang gundul dengan
tanaman penutup. Adanya tanaman penutup tanah berfungsi untuk menahan air hujan agar
tidak langsung mengenai permukaan tanah.
Selain penanaman, kita juga bisa melakukan pengelolaan terhadap lahan miring, misalnya
dengan membuat terasering (mengubah permukaan tanah menjadi bertingkat-tingkat).
Terasering bisa mengurangi panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga
dapat memperlambat kecepatan aliran air di permukaan.
Mengurangi penggunaan pupuk kimia
Pada dasarnya, penggunaan pupuk kimia dengan takaran dan juga waktu tepat dapat
meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, apabila penggunaannya dilakukan secara
berlebihan dan terus-menerus dikhawatirkan akan menurunkan kualitas tanah.
Solusi dari pengurangan penggunaan pupuk kimia adalah menggantinya dengan pupuk
organik. Pupuk organik berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup. Karena berasal dari
makhluk hidup, pupuk organik tidak akan mencemari tanah yang membuatnya mengalami
penurunan kualitas.
Pengolahan tanah yang tepat untuk pertanian monokultur
Sekadar informasi, pertanian monokultur adalah sebuah sistem penanaman satu jenis
tumbuhan pada suatu lahan dalam jangka waktu tertentu atau sesuai dengan umur tanaman.
Contohnya adalah penanaman padi, jagung, kedelai, tebu, dan tanaman budidaya lainnya.
Pertanian monokultur jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama cenderung mengurangi
keanekaragaman hayati pada lahan tersebut termasuk mikroorganisme di dalam tanah.
Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan melakukan pergiliran tanaman. Misal, lahan
yang biasa ditanami padi, pada musim kemarau dapat ditanami tanaman palawija atau
tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium. Dengan
melakukan pergiliran tanaman, unsur hara yang ada tentunya akan lebih bervariasi.
Daftar Pustaka
Berasal dari BUKU PAKET IPA SEMESTER 2 KELAS 1X
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
peserta
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang
mempelajari segala
sesuatu tentang fenomena-
fenomena di alam semesta.
Menurut Depdiknas,
(2007:4) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pada
hakekatnya IPA dapat
dipandang dari segi produk,
proses, dan dari segi
pengembangan sikap. Proses
pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman
langsung untuk
mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar yaitu
biologi, fisika, dan kimia.
Biologi adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang
makhluk hidup.
Biologi merupakan salah
satu bidang kajian IPA yang
lahir dan berkembang
melalui langkah-langkah
observasi, perumusan
masalah, penyususnan
hipotesis
melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, dan
penemuan teori serta konsep.
Menurut Sutikno (dalam
Fathurrohman dan Sobry,
2009:5 ) mengartikan belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan
lingkunganya. Belajar biologi
erat kaitanya dengan belajar
IPA, karena dalam
belajar IPA peserta didik
diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi
pes