Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah, yang
berbatasan langsung dengan Kota Bengkulu. SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah berdiri
tahun 1990, di atas tanah seluas ± 2,5 Hektar. Sampai saat ini SMA Negeri 1 Bengkulu
Tengah memiliki 28 ruang belajar, 3 ruang Labor Komputer, 1 Labor Biologi, 1 Labor
Fisika, 1 Labor Kimia, 1 unit tempat ibadah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, dan beberapa ruangan digunakan untuk
kegiatan siswa seperti ruang OSIS, UKS, dan lain sebagainya.
Lokasi sekolah berada dipinggir jalan raya utama antar propinsi dan berada pada
lingkungan sekolah yang relatif aman, hal ini disebabkan karena sekolah diapit oleh
kantor Polsek dan kantor Koramil Kecamatan Talang Empat, hubungan sekolah
dengan kedua lembaga keamanan ini baik, dan selalu dilakukan koordinasi dalam
upaya peningkatan rasa aman di sekolah. Berada di gerbang masuk menuju Ibu Kota
propinsi Bengkulu sehingga boleh dikatakan menjadi wilayah penghubung untuk kota
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah. SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah
awalnya bernama SMA Negeri 1 Talang Empat, dan pada tahun 2013 namanya
berubah menjadi SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah.
Untuk mengetahui bagaimana manajemen sekolah di SMA Negeri 1 Bengkulu
Tengah dan permasalahan apa yang dihadapi SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah,
menggunakan Instrumen Kinerja Sekolah yang di isi oleh Kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Bengkulu Tengah. Dari hasil pengisian Instrumen Kinerja sekolah maka
penulis tertarik membahas sarana dan prasarana yang belum lengkap di SMA Negeri 1
Bengkulu Tengah, yaitu tidak tersedianya Laboratorium Bahasa padahal terdapat
jurusan Bahasa di SMA Negeri 1 Bengkulu. Dalam pendidikan, sarana dan prasarana
sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna
untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang
menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih.
Sebagai alat penunjang pembelajaran, sarana dan prasarana yang disediakan oleh
sekolah harus memenuhi standar nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh
karena itu, adanya sarana dan prasarana pendidikan juga perlu mendapatkan
perhatian, karena keberhasilan pembelajaran juga bergantung pada kelengkapan dan
pemenuhan sarana prasarana pendidikan yang optimal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Masalah manajemen apakah yang dihadapi SMAN 1 Bengkulu Tengah?
2. Bagaimana solusi dari permasalahan di SMAN 1 Bengkulu Tengah?
3. Bagaimanakah model manajemen sekolah yang efektif?

C. Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan tujuan
pembahasan adalah :
1. Untuk mendeskripsikan masalah manajemen sekolah yang dihadapi SMAN 1
Bengkulu Tengah.
2. Untuk merumuskan solusi dari permasalahan yang dihadapi SMAN 1 Bengkulu
Tengah.
3. Untuk mengembangkan model manajemen sekolah yang efektif.

D. Manfaat Pembahasan
1. Memahami dan dapat mengatasi permasalahan manajemen sarana prasarana
sekolah.
2. Sebagai bahan masukan bagi penyelenggara satuan pendidikan khususnya SMA
Negeri 1 Bengkulu Tengah.
3. Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan penulis tentang manajemen
sarana prasarana serta model manajemen apa yang tepat digunakan untuk
mengatasi permasalahan sarana prasarana.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik
a. Komite Sekolah
Komite Sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah,
jalur pendidikan Sekolah, maupun jalur pendidikan luar Sekolah. Untuk
penamaan badan di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-
masing satuan pendidikan, seperti komite Sekolah, majelis madrasah , komite
TK, atau nama-nama lain yang di sepakati bersama.
Secara umum, peran komite sekolah yaitu mewadahi dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan serta meningkatkan tangungjawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan guna menciptakan suasana dan kondisi transparan,
akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan pendidikan.
Disamping peran yang dijalankan juga menjalankan fungsinya sebagai
berikut: (1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (2) Melakukan upaya kerja sama
dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/ dunia usaha/ dunia industri) dan
pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan yang bermutu; (3)
Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan sebagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; (4) Memberikan masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah mengenai: a) Kebijakan dan
Program Pendidikan, b) Rencana Anggaran (RAPBS), c) Kriteria kinerja satuan
pendidikan, d) Kriteria tenaga pendidikan, dan e) Hal-hal lain yang terkait dengan
pendidikan; (5) Mendorong orang tua murid dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6)
Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan; (7) Melakukan evaluasi dan pengawasan
terhadap kebijakan program, peyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.

3
b. Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah alat atau media yang digunakan secara langsung
untuk melengkapi kebutuhan sebagai penunjang proses pembelajaran, sehingga
kegiatan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Bukan
hanya prasarana, sarana pendidikan juga perlu mendapatkan perhatian, karena
jika kelengkapan sarana pendidikan tidak tersedia ketika diperlukan, maka akan
menjadi penghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan prasarana
pendidikan itu sendiri dapat disimpulkan sebagai fasilitas tidak langsung yang
dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, misalnya: halaman sekolah,
uks, taman toga, toilet dan lain sebagainya yang ikut serta memperlancar proses
pembelajaran di sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sesuatu yang dapat
mempermudah dan melancarkan suatu kegiatan. Prasarana, merupakan alat tidak
langsung untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa lokasi/tempat,
bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya. Mulyasa (2011:87),
“Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan contohnya taman sekolah dan halaman sekolah.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, sarana
pendidikan adalah alat atau media yang digunakan secara langsung untuk
melengkapi kebutuhan sebagai penunjang proses pembelajaran, sehingga
kegiatan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

c. Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite Sekolah


Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite Sekolah dalam
mengatasi kekuranglengkapan sarana dan prasarana sekolah ini adalah suatu
proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memonitoring, dan
memberikan evaluasi tindakan apa yang dapat dilakukan komite sekolah dalam
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan standar
nasional yang telah ditetapkan untuk perbaikan pendidikan untuk kemudian
mengambil tindak lanjut agar pengelolaan sekolah dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.

4
B. Pengembangan Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite Sekolah dalam
Mengatasi Kekuranglengkapan Sarana dan Prasarana Sekolah
a. Latar Belakang
Sekolah harus melakukan analisis kebutuhan sarana dan prasarana
berdasarkan tuntutan standar sarana dan prasaran agar dapat diperoleh data
kesenjangan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 42 Ayat 1
dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana
yang memenuhi kriteria minimal yang meliputi antara lain lahan, ruang belajar,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat berkreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran dan intalasi listrik yang menunjang
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta memenuhi rasio minimum
sesuai Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007.
Salah satu aspek yang mendapat perhatian utama dari setiap administrator
pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan
umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan harus sesuai dengan
proses pembelajarannya seperti gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau
media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan, seperti : halaman yang bagus untuk melakukan pembelajaran, kebun
atau taman sekolah yang enak di pandang, jalan menuju ke sekolah mudah, tata
tertib sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengisian instrumen, data yang diperoleh
dari narasumber diketahui bahwa masalah yang dihadapi di SMA Negeri 1
Bengkulu Tengah diantaranya adalah masalah pada manajemen sarana dan
prasarana yang meliputi (1) Tidak ada Laboratorium bahasa padahal terdapat
jurusan bahasa dan salah satu syarat untuk membuat jurusan bahasa adalah
Laboratorium bahasa. (2) Kurangnya dana dalam pemenuhan sarana dan
prasarana
Banyaknya permasalahan yang dihadapi SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah
menyebabkan kurang maksimalnya proses pembelajaran, sehingga kurang mampu

5
bersaing dengan sekolah lain, hal ini mengakibatkan kurangnya prestasi yang
diperoleh sekolah. Dalam menghadapi permasalahan di SMA Negeri 1 Bengkulu
Tengah memerlukan manajemen berbasis peran Komite Sekolah. Manajemen
sekolah berbasis pembaharuan menekankan pada pengembangan sarana,
persiapan bahan pengajaran dan dukungan konsultan dalam hal pelaksanaan
kurikulum, pengembangan buku teks, peningkatan sistem ujian, peningkatan
pelayanan penataran guru, peningkatan pembinaan guru, peningkatan supervisi
akademik, perawatan preventif, merancang kembali dan melaksanakan program
laboratorium bahasa, serta mengembangkan model pengembangan dan
pelaksanaan manajemen sekolah sesuai dengan SPM.
Salah satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah
mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan
keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator pada fungsi
sekolah yang berbeda. Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap
semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk pemenuhan
kebutuhan di sekolah.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan di sekolah adalah: (1) Sekolah
berkomitmen untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah (2)
Mengklasifikasikan kekurangan sarana dan prasarana sekolah (3) Memperhatikan
kebutuhan pembelajaran siswa sehingga relevan dengan kebutuhan stakeholder
dan perkembangan teknologi. (4) Memberikan dukungan sepenuhnya terhadap
pemenuhan kebutuhan demi kemajuan pendidikan. Hal terpenting, semua
komponen sekolah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan yang
dilakukan.

b. Definisi
Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite Sekolah dalam
mengatasi kekuranglengkapan sarana dan prasarana sekolah ini adalah suatu
proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memonitoring, dan
memberikan evaluasi tindakan apa yang dapat dilakukan komite sekolah dalam
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan standar
nasional yang telah ditetapkan untuk perbaikan pendidikan untuk kemudian

6
mengambil tindak lanjut agar pengelolaan sekolah dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.

c. Tujuan Dan Manfaat


1. Tujuan : Model ini ditujukan untuk mengatasi masalah sarana prasarana di
SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah.
2. Manfaat : (1) Permasalahan Sekolah bidang sarana prasarana bisa teratasi (2)
Sekolah memiliki potensi untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3)
sekolah mampu bersaing.

d. Langkah-langkah Kegiatan
1. Perencanaan :
Sekolah melakukan proses persiapan yang efisien pada aspek input,
mencakup beberapa langkah kegiatan sebagai berikut :
a) Identifikasi masalah pada manajemen sarana prasarana.
b) Melakukan analisis
c) Pemberdayaan sumber daya
d) Penyusunan rencana strategi manajemen sekolah berbasis peranan.
2. Pengorganisasian
a) Sekolah membentuk Tim kerja disertai dengan tugas pokok yang jelas
b) Masing-masing unit kerja harus membuat program kerja dan disertai
mekanisme, dan jadwal pelaksanaan serta dana yang diperlukan.
c) Mensosialisasikan program pada seluruh warga sekolah.
3. Pelaksanaan program
Sekolah melakukan proses efektif pada proses implementasi
manajemen berbasis peranan, mencakup efektivitas beberapa kegiatan
sebagai berikut :
a) Mengkomunikasikan secara terbuka
b) Pengambilan keputusan bersama terhadap peranan
c) Memperhatikan kebutuhan guru berkaitan dengan sarana prasarana
d) Memperhatikan kebutuhan siswa berkaitan dengan sarana prasarana
e) Keterpaduan peranan antara sekolah dan masyarakat

7
4. Monitoring dan evaluasi
a) Sekolah melakukan proses pengawasan dan evaluasi terhadap
produktivitas proses manajemen berbasis peranan berdasarkan indikator-
indikator yang telah ditetapkan.
b) Sekolah melakukan proses evaluasi terhadap relevansi outcome proses
implementasi manajemen sekolah berbasis peranan berkenaan dengan
produktivitas manajemen berbasis peranan dan relevansinya dengan
tujuan pendidikan nasional yang ditindaklanjuti dengan proses perbaikan
berkesinambungan dan berkelanjutan
5. Refleksi dan modifikasi
Pihak sekolah melakukan proses tindaklanjut terhadap dampak dari
proses manajemen sekolah berbasis peranan ditinjau dari kinerja guru, proses
belajar mengajar dan kelengkapan sarana prasarana.

e. Sistem Sosial
Pelaksana : Sekolah dan Komite
Subyek : Sarana dan Prasarana sekolah

f. Prinsip Penerapan.
1. Integritas pemenuhan kebutuhan pada proses manajemen sekolah dan
berbagai bentuk pengelolaan layanan pendidikan di lingkungan sekolah yang
meliputi pengelolaan sarana prasarana.
2. Menciptakan komunikasi yang terbuka antar personil satuan pendidikan.
3. Memberikan penekanan dengan menerapkan peranan sesuai dengan tatanan
kehidupan sekolah yang telah disepakati bersama dengan penuh komitmen.
4. Hasil proses implementasi manajemen sekolah berbasis peranan yang
diharapkan diantaranya adalah : (1) terciptanya iklim pendidikan yang baik,
(2) terciptanya sistem pembelajaran yang kondusif, (3) terbentuknya
efektifitas proses belajar mengajar.

g. Sistem Pendukung
No Uraian
1 Surat Keputusan dari Institusi yang terkait
2 Surat Keputusan Tim Kerja
8
3 Fasilitas dan dukungan finansial
4 Komitmen Tim Kerja
5 Dukungan dan Komitmen dari Pihak pimpinan sekolah

h. Evaluasi
Evaluasi dalam kegiatan ini dilakukan sesuai prosedur pada setiap bidang
kegiatan masing-masing dengan melihat kondisi awal (sebelum dilakukan
perlakuan dan kondisi akhir (setelah dilakukan perlakuan), Jenis evaluasi yang
dilakukan melalui Pengamatan, wawancara serta melalui pengisian instrumen
dengan indikator keberhasilan keterpenuhan SPM.

9
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Metode Penerapan Pengembangan Inovasi


1. Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan
Biklen (1998) mengungkapkan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan, Suharsimi
Arikunto (1998:245–247) membedakan penelitian kualitatif berdasarkan sifat
dan analisis datanya menjadi dua jenis, yaitu (1) riset deskriptif yang bersifat
eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atas suatu fenomena, dan (2)
riset deskriptif yang bersifat developmental digunakan untuk menemukan
suatu mode atau prototipe.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif yang
bersifat eksploratif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data yang
dekriptif yang menggambarkan sarana dan pasarana di SMAN 1 Bengkulu
Tengah.

2. Subyek
Menurut Arikunto, subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk
diteliti (2002:122). Jika kita bicara tentang subyek penelitian sebetulnya kita
berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau
sasaran. Subyek penelitian disini adalah sarana dan prasarana di SMAN 1
Bengkulu Tengah.

3. Langkah-langkah Penerapan
1) Perencanaan :
a) Mengidentifikasi masalah pada manajemen sarana prasarana.
b) Melakukan analisis
c) Pemberdayaan sumber daya
d) Penyusunan rencana strategi manajemen sekolah berbasis peranan.

10
2) Pengorganisasian :
a) Sekolah membentuk Tim kerja disertai dengan tugas pokok yang jelas
b) Masing-masing unit kerja membuat program kerja dan disertai mekanisme,
dan jadwal pelaksanaan serta dana yang diperlukan.
c) Mensosialisasikan program pada seluruh warga sekolah.
3) Pelaksanaan program
Sekolah melakukan proses efektif pada proses implementasi manajemen
berbasis peranan, mencakup efektivitas beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Mengkomunikasikan secara terbuka program yang akan dijalankan
b) Pengambilan keputusan bersama terhadap peranan
c) Memperhatikan kebutuhan guru berkaitan dengan sarana prasarana
d) Memperhatikan kebutuhan siswa berkaitan dengan sarana prasarana
e) Keterpaduan peranan antara sekolah dan masyarakat
4) Monitoring dan evaluasi
a) Sekolah melakukan proses pengawasan dan evaluasi terhadap produktivitas
proses manajemen berbasis peranan berdasarkan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.
b) Sekolah melakukan proses evaluasi terhadap relevansi outcome proses
implementasi manajemen sekolah berbasis peranan berkenaan dengan
produktivitas manajemen berbasis peranan dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan nasional yang ditindaklanjuti dengan proses perbaikan
berkesinambungan dan berkelanjutan
5) Refleksi dan modifikasi
Pihak sekolah melakukan proses tindaklanjut terhadap dampak dari
proses manajemen sekolah berbasis peranan ditinjau dari kinerja guru, proses
belajar mengajar dan kelengkapan sarana prasarana.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam
penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan sebagai bahan analisis
penelitian. Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan masalah penelitian
yang akan dipecahkan. Dalam penelitian teknik maupun alat pengumpulan data
yang tepat (sesuai) dapat membantu pencapaian hasil (pemecahan masalah) yang
valid dan reliabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

11
adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap subjek penelitian.
Ketiga teknik yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan berikut ini.
1) Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,
2002:135). Percakapan dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu pihak yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara dalam penelitian ini
ditujukan kepada kepala sekolah dan guru untuk mengungkap seputar
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah meliputi karakteristik manajemen
berbasis sekolah, tahap-tahap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah, tugas kepala sekolah dan
peran guru dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Teknik ini juga
untuk mengkonfirmasikan tentang data yang diperoleh dari obsevasi.
2) Pengamatan atau observasi nonpartisipan
Penelitian ini menggunaan pengamatan atau observasi
nonpartisipan. Menurut Hadari Nawawi (1991:100) observasi bisa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Lebih lanjut dikemukakan, observasi
nonpartisipan yaitu observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang
diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Peneliti
dalam penelitian ini tidak dapat bertindak untuk mengendalikan jalannya
situasi tentang pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan,
ruang peralatan, para pelaku dan juga aktivitas sosial yang sedang
berlangsung dan yang berhubungan dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah yaitu karakteristik manajemen berbasis sekolah, tahap-tahap
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, fungsi-fungsi yang
didesentralisasikan ke sekolah, peran kepala sekolah dalam pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah dan peran guru dalam pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah di SMAN 1 Bengkulu Tengah ini yang tidak bisa
terungkap dalam metode wawancara.
3) Angket
Angket, yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup dengan
memberikan 4 pilihan jawaban bagi responden.

12
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Data
yang telah dikumpulkan ditabulasikan dan dihitung persentase jawaban yang
diberikan responden. Perhitungan persentase jawaban responden dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase = f x 100%
N
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
1) Mendeskripsikan data tersebut dan memberikan gambaran tentang pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 1 Bengkulu Tengah
2) Menganalisis data tersebut dengan mendeskripsikan tentang pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

B. Hasil Penerapan Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite Sekolah dalam
Mengatasi Kekuranglengkapan Sarana dan Prasarana
Setelah penerapan Model Manajemen Sekolah di lapangan tentang peran komite
sekolah dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana di SMAN 1 Bengkulu
Tengah, diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Peran komite sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah dalam
pengadaannya selain dibantu oleh waka sarana dan prasarana juga dibantu oleh
guru serta bendahara sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana bertujuan untuk
menunjang kebutuhan siswa agar terciptanya pembelajaran yang efektif dan
efisien.
b. Peran komite sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana sangat penting karena
dengan adanya sarana yang memadai maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan maksimal. (a) Komite sekolah masih perlu masukan dari orang tua karena
komite sekolah tidak sepenuhnya mengetahui kebutuhan siswa. (b) Komite sekolah
membutuhkan bantuan dari semua elemen sekolah untuk memberikan masukan
mengenai sarana dan prasarana sekolah yang harus dipenuhi oleh komite sekolah
untuk menunjang pembelajaran siswa agar dapat berjalan dengan efektif. (c) Perlu
upaya melibatkan wali siswa dalam penggalangan dana untu pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana di sekolah.

13
c. Faktor pendukung komite sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana ketika
semua pihak sekolah sepakat dengan usulan yang dilontarkan oleh wali siswa dan
wali siswa mudah di mintai dana bantuan agar sarana dan prasarana sekolah dapat
terpenuhi. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan melalui rapat terlebih
dahulu untuk menentukan jumlah dana yang harus di tanggung oleh wali siswa
kemudian di umumkan kepada wali siswa melalui undangan yang di titipkan
kepada siswa. Penggalangan dana dilakukan ketika ada sarana dan prasarana yang
harus di penuhi dan pihak sekolah dengan pihak orang tua siswa sepakat untuk
menanggung biaya tersebut secara bersama-sama.
d. Faktor penghambat yang dihadapi oleh komite sekolah dalam pengadaan sarana
dan prasarana di SMAN 1 Bengkulu Tengah ketika tidak ada dana dan rencana
pengadaan sarana dan prasarana tersebut mendapatkan pertentangan dari berbagai
pihak. Maka komite sekolah harus menjelaskan sebijak mungkin kepada wali siswa
atau elemen sekolah lainnya supaya dapat diterima oleh berbagai pihak.
e. Solusi komite sekolah dalam menghadapi hambatan pengadaaan sarana dan
prasarana yaitu melakukan rapat supaya kendala yang dihadapi dapat diselesaikan
bersama-sama dan menemui hasil akhir yang dapat diterima oleh semua pihak.

Berdasarkan hasil penerapan Model Manajemen Sekolah Berbasis Peran Komite


Sekolah, disimpulkan bahwa Model Manajemen Berbasis Peranan Komite Sekolah
cukup efektif dalam mengatasi permasalahan kekuranglengkapan sarana dan prasarana
sekolah sesuai dengan tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu :
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Upaya yang telah dilakukan oleh komite sekolah SMAN 1 Bengkulu Tengah
antara lain:
a. Menganalisa kebutuhan pendidikan dan menetapkan program untuk pengadaan
sarana dan prasarana sebagai program sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa

14
b. Cepat dan tanggap dalam menerima masukan dari orang tua siswa untuk
pengadaan sarana dan prasarana sekolah
c. Melakukan rapat dengan elemen sekolah untuk menentukan dan menyusun
kebutuhan sarana dan prasarana yang harus dipenuhi oleh sekolah
d. Mendahulukan kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh sekolah berdasarkan
keputusan hasil rapat
e. Menyusun anggaran dana serta mengklarifikasi sumber dana yang akan diperoleh
f. Memberikan motivasi kepeda guru dan siswa untuk lebih giat belajar serta dapat
memenfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Permasalahan yang dihadapi di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah diantaranya
adalah masalah pada manajemen sarana dan prasarana yang meliputi (1) Tidak ada
Laboratorium bahasa padahal terdapat jurusan bahasa dan salah satu syarat untuk
membuat jurusan bahasa adalah Laboratorium bahasa. (2) Kurangnya dana dalam
pemenuhan sarana dan prasarana.
Model manajemen sekolah berbasis peranan mampu menyelesaikan
permasalahan sarana dan prasarana yaitu dengan cara (a) Menganalisa kebutuhan
pendidikan dan menetapkan program untuk pengadaan sarana dan prasarana sebagai
program sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa (b) Cepat dan tanggap dalam
menerima masukan dari orang tua siswa untuk pengadaan sarana dan prasarana
sekolah (c) Melakukan rapat dengan elemen sekolah untuk menentukan dan menyusun
kebutuhan sarana dan prasarana yang harus dipenuhi oleh sekolah (d) Mendahulukan
kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh sekolah berdasarkan keputusan hasil rapat
(e) Menyusun anggaran dana serta mengklarifikasi sumber dana yang akan diperoleh
(f) Memberikan motivasi kepeda guru dan siswa untuk lebih giat belajar serta dapat
memenfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sekolah.
Model manajemen sekolah berbasis peranan merupakan sebuah pendekatan yang
efektif dalam upaya penyelesaian masalah kekuranglengkapan sarana dan prasarana
sekolah yang terjadi pada satuan pendidikan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Maka saran-saran dari peneliti yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam mengoptimalkan proses pembelajaran adalah:
1. Bagi Kepala Sekolah: (a) Untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa di
dalam kelas serta menunjang kebutuhan siswa agar siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan optimal maka kebutuhan sarana dan prasarana harus lebih
diperhatikan lagi. (b) Hendaknya kepala sekolah lebih memperhatikan kebutuhan
siswa supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan tidak hanya
mengandalkan kinerja dari komite sekolah. (c) Hendaknya kepala sekolah ikut

16
serta memberikan masukan kepada komite sekolah agar semua pihak dapat sama-
sama berjalan dan kebutuhan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dengan cepat.
2. Bagi komite sekolah: (a) Hendaknya komite sekolah mengetahui terlebih dahulu
kebutuhan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. (b)
Komite sekolah hendaknya memperhatikan kebutuhan di luar ruangan, bukan
hanya memenuhi kebutuhan siswa di dalam ruang kelas. (c) Komite sekolah
sebaiknya tidak hanya melaksanakan masukan dari orang tua siswa melainkan
komite sekolah juga harus mengupayakan semaksimal mungkin kebutuhan siswa
baik di luar maupun di dalam ruangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


Barnawi dan M, Arifin. 2012.Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media
Depdikbud, 1989 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Sasongko, Rambat Nur; dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bengkulu: Prodi
MAMP PPs FKIP Universitas Bengkulu
staff.uny.ac.id/.../Manajemen%20Pendidikan%20dan%20Model%20Pembaharuan
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Undang- Undang RI No. 20 thn 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas
Unib, 2013. Panduan perkuliahan Manajemen Satuan Pendidikan(MSP), (Teori dan
Praktek) MAMP FKIP Unib.

18

Anda mungkin juga menyukai