Anda di halaman 1dari 32

MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI KI-KD DAN MENGUASAI MATERI AQIDAH

AKHLAK MA KELAS XI

Rizki Hakiki Hasbiallah1, Reihan Ismail Adi And 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

ABSTRACK

Learning the aqidah morals of madrasah aliyah is an activity (interaction) carried out by the teacher
with students in the learning environment as an insistence on the learning process so that students can
know, understand, and carry out Islamic shari’a as well as knowing Islamic laws and also daily
worship with both in the school environment which is carried out inside or outside the classroom such
as mosques, prayer rooms and also in the family environment. At school, of course, the teacher must
facilitate the implementation of activities in achieving goals. Fiqh learning is prepared to make it
easier for students to digest religious laws and is designed as an implementation guide to carry out
worship in accordance with religious guidance.
Keywords : Learning, Activity, Worship, Islamic Law

ABSTRAK

Pembelajaran akidah akhlak madrasah aliyah merupakan suatu kegiatan (interaksi) yang dilakukan oleh
guru dengan siswa dilingkungan belajar sebagai desakan proses belajar sehingga siswa dapat mengetahu
i, memahami, serta melaksanakan syari’at islam seperti halnya mengetahui hukum-hukum islam dan
juga ibadah sehari-hari dengan baik di lingkungan sekolah yang dilaksanakan di dalam atau di luar kelas
seperti masjid, musholla dan juga dilingkungan keluarga. Di sekolah tentunya guru harus memudahkan
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan. Pembelajaran fiqih dipersiapkan guna mempermudah pes
erta didik dalam mencerna hukum hukum agama dan dirancang sebagai bimbingan pelaksanaan untuk
melakukan peribadatan yang sesuai dengan tuntunan agama.
Kata Kunci : Pembelajaran, Kegiatan, Ibadah, Hukum Islam
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah proses yang harus dilaksanakan oleh seluruh insan manusia manakala
manusia tersebut ingin menjadi manusia yang mempunyai derajat dan martabat tinggi di hadapan Allah
SWT maupun manusia. Oleh karena itu, menuntut ilmu menjadi suatu keharusan bagi setiap manusia
dari buaian hingga liang lahat.

Proses belajar mengajar adalah sebuah proses yang selalu dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar hingga mencapai suatu yang telah direncanakan dan inginkan. Dan dalam mencapai semuanya
itu, tentunya seorang pendidik selain hanya menyampaikan pengetahuan (transfer of knowledge) saja
tapi juga harus melakukan kajian agar dapat mengetahui sejauh mana anak didik itu dapat menerima
pengetahuan yang telah disampaikan.

RUMUSAN MASALAH

1. Materi apa saja yang di jelaskan dalam mata pelajaran Akidah akhlak di Madrasah Aliyah kelas
XI?
2. Sejauh manakah penjelasan materi Akidah akhlak di Madrasah Aliyah kelas XI?
3. Bagaimanakan analisis materi Akidah akhlak di Madrasah Aliyah kelas XI?

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dan manfaat penyusunan makalah dari permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dan
manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan gambaran singkat tentang materi Akidah akhlak yang diajarkan di Madrasah
Aliyah kelas XI
2. Untuk menganalisa sejauh mana materi Akidah akhlak yang di ajarkan di Madrasah Aliyah kelas
XI
3. Memberi gambaran tentang analisis materi Akidah akhlak yang di ajarkan di Madrasah Aliyah
kelas XI dan untuk mengetahui apakah materi yang telah di sampaikan sudah mampu di terima
oleh peserta didik

PEMBAHASAN
ANALISIS KOMPETENSI INTI AKIDAH AKHLAK MA KELAS XI

PADA K13 DAN KMA 183

KELAS XI GANJIL

KOMPETENSI INTI (KI) K13 KMA 183


KI 1 (Sikap Spiritual) 1. Menghayati dan mengamalk 1. Menghayati dan
an ajaran agama yang dianut mengamalkan ajaran agama
nya yang dianutnya
KI 2 (Sikap Sosial) 2. Mengembangkan perilaku 2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung (jujur, disiplin,
jawab, peduli, santun, tanggungjawab, peduli,
ramah lingkungan, gotong santun, ramah lingkungan,
royong, kerja sama, cinta gotong royong, kerjasama,
damai, responsif dan cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukan pro aktif) dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia pergaulan dunia
KI 3 (Pengetahuan) 3. Memahami dan menerapkan 3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual, pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi,
teknologi, seni, budaya, dan seni, budaya, dan humaniora
humaniora dengan wawasan dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pengetahuan prosedural pada
pada bidang kajian yang bidang kajian yang spesifik
spesiϐik sesuai dengan sesuai dengan bakat dan
bakat dan minatnya untuk minatnya untuk memecahkan
memecahkan masalah masalah
KI 4 (Keterampilan) 4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah konkret
konkret dan ranah abstrak dan ranah abstrak terkait
terkait dengan dengan pengembangan dari
pengembangan dari yang yang dipelajarinya di sekolah
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,
secara efektif dan kreatif, sertamampu menggunakan
sertamampu menggunakan metoda sesuai kaidah
metode sesuai kaidah keilmuan
keilmuan

KELAS XI GENAP

KOMPETENSI INTI (KI) K13 KMA 183 K


KI 1 (Sikap Spiritual) 1. Menghayati dan mengamalk 1. Menghayati dan 2
an ajaran agama yang dianut mengamalkan ajaran agama
nya yang dianutnya
KI 2 (Sikap Sosial) 3. Mengembangkan perilaku (j 2. Mengembangkan perilaku 3
ujur, disiplin, tanggung jawa (jujur, disiplin,
b, peduli, santun, ramah ling tanggungjawab, peduli,
kungan, gotong royong, kerj santun, ramah lingkungan,
a sama, cinta damai, respons gotong royong, kerjasama,
if dan pro aktif) dan menunj cinta damai, responsif dan
ukan sikap sebagai bagian d pro aktif) dan menunjukan
ari solusi atas berbagai perm sikap sebagai bagian dari
asalahan bangsa dalam beri solusi atas berbagai
nteraksi secara efektif denga permasalahan bangsa dalam
n lingkungan sosial dan ala berinteraksi secara efektif
m serta dalam menempatka dengan lingkungan sosial
n diri sebagai cerminan ban dan dalam serta dalam
gsa dalam pergaulan dunia menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
KI 3 (Pengetahuan) 4. Memahami dan menerapkan 4. Memahami dan menerapkan 5
pengetahuan faktual, konsep pengetahuan faktual,
tual, prosedural dan metako konseptual, prosedural dan
gnitif berdasarkan rasa ingin metakognitif berdasarkan
tahunya tentang ilmu penget rasa ingin tahunya tentang
ahuan, teknologi, seni, buda ilmu pengetahuan, teknologi,
ya, dan humaniora dengan seni, budaya, dan humaniora
wawasan kemanusiaan, keb dengan wawasan
angsaan, kenegaraan, dan pe kemanusiaan, kebangsaan,
radaban terkait fenomena da kenegaraan, dan peradaban
n kejadian, serta menerapka terkait fenomena dan
n pengetahuan prosedural p kejadian, serta menerapkan
ada bidang kajian yang spes pengetahuan prosedural pada
iϐik sesuai dengan bakat da bidang kajian yang spesifik
n minatnya untuk memecah sesuai dengan bakat dan
kan masalah minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 (Keterampilan) 6. Mengolah, menalar, dan me 5. Mengolah, menalar, dan 6
nyaji dalam ranah konkret d menyaji dalam ranah konkret
an ranah abstrak terkait den dan ranah abstrak terkait
gan pengembangan dari yan dengan pengembangan dari
g dipelajarinya di sekolah se yang dipelajarinya di sekolah
cara mandiri, bertindak seca secara mandiri, bertindak
ra efektif dan kreatif, serta secara efektif dan kreatif,
mampu menggunakan meto serta mampu menggunakan
de sesuai kaidah keilmuan metoda sesuai kaidah
keilmuan

ANALISIS KOMPETENSI DASAR FIKIH PADA K13 DAN KMA 183

KELAS XI GANJIL

KOMPETENSI DASAR K13 KMA 183


KD I 1.1 Menghayati fungsi ilmu 1.1 Menghayati nilai-nilai
kalam dalam munculnya aliran-aliran
Mempertahankan akidah kalam dalam peristiwa
1.2 Menghayati nilai-nilai tahkīm
positif dari adanya aliran- 1.2 Menghargai keragaman
aliran dalam ilmu kalam nilai-nilai dalam
1.3 Menghayati kewajiban aliranaliran ilmu Kalam:
menghindari perilaku dosa Khawarij, Syi’ah, Murji’ah,
Besar Jabariyah, Qadariyah,
1.4 Menghayati akhlak (adab) Mu’tazilah, Ahlussunnah
yang baik dalam wal Jama’ah (Asy’ariyah
Berpakaian, berhias, dan Maturidiyah).
perjalanan, bertamu, dan 1.3 Menghayati dampak buruk
Menerima tamu dan pentingnya
1.5 Menghayati keutamaan sifat menghindari perbuatan
Fatimatuzzahra dan Uways dosa-dosa besar
al-Qarni (membunuh, liwath, LGBT,
meminum khamr, Judi,
Mencuri, durhaka kepada
orang tua,meninggalkan
sholat, memakan harta anak
yatim
1.4 Menghayati adab yang baik
dalam berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
1.5 Menghayati sifat-sifat yang
utama Fatimah azZahrara
dan Uwes al-Qarni
KD II 2.1 Terbiasa berpikir kritis dan 2.1 Mengamalkan sikap teguh
kreatif serta menghargai pendirian, berfikir kritis
keberagaman dalam dan toleran dalam
kehidupan sehari-hari menghadapi perbedaan
2.2 Membiasakan diri untuk dalam aliran-aliran kalam.
menghargai perbedaan 2.2 Mengamalkan sikap
aliran-aliran yang ada dalam tanggung jawab dan
kehidupan bermasyarakat menghargai perbedaan
2.3 Menghindari dampak setelah mempelajari
negatif akibat perbuatan aliranaliran ilmu Kalam:
dosa besar (mabuk- Khawarij, Syi’ah, Murji’ah,
mabukan, mengkonsumsi Jabariyah, Qadariyah,
narkoba, berjudi, zina, Mu’tazilah, Ahlussunnah
pergaulan bebas dan wal Jama’ah (Asy’ariyah
mencuri) dan Maturidiyah).
2.4 Membiasakan akhlak (adab) 2.3 Mengamalkan sikap takwa,
yang baik dalam tanggung jawab dan
berpakaian, berhias, beramar ma’ruf nahy
perjalanan, bertamu dan munkar sebagai cermin
menerima tamu menghindari perbuatan
2.5 Meneladani keutamaan sifat dosa-dosa besar
Fatimatuzzahra dan Uways (membunuh, liwath, LGBT,
al-Qarni meminum khamr, Judi,
Mencuri, durhaka kepada
orang tua, meninggalkan
sholat, memakan harta anak
yatim dan korupsi)
2.4 Mengamalkan sikap santun
dan bertanggung jawab
dalam berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
2.5 Mengamalkan sikap santun
dan bertanggung jawab
sesuai keteladanan sifat-
sifat Fatimah azZahra dan
Uwes al-Qarn
KD III 3.1 Memahami pengertian, 3.1 Menganalisis latar
ruang lingkup, fungsi ilmu belakang munculnya
kalam serta hubungannya aliranaliran kalam dalam
dengan ilmu lainnya peristiwa tahkīm.
3.2 Menganalisis pokok-pokok 3.2 Menganalisis sejarah, tokoh
aliran-aliran ilmu kalam utama dan ajaran pokok
(Khawarij, Murjiah, Syi’ah, aliran-aliran ilmu Kalam:
Jabariyah, Qadariyah, Khawarij, Syi’ah, Murji’ah,
Asy‘ariyah, al-Maturidiyah, Jabariyah, Qadariyah,
dan Mu‘tazilah) Mu’tazilah, Ahlussunnah
3.3 Memahami dosa besar wal Jama’ah (Asy’ariyah
(mabuk-mabukan, dan Maturidiyah).
mengkonsumsi narkoba, 3.3 Menganalisis perilaku dan
berjudi, zina, pergaulan dampak negatif serta upaya
bebas dan mencuri) menghindari dosa-dosa
3.4 Memahami akhlak (adab) besar (membunuh, liwath,
berpakaian, berhias, LGBT, meminum khamr,
perjalanan, bertamu dan Judi, Mencuri, durhaka
menerima tamu kepada orang tua,
3.5 Menganalisis sifat-sifat meninggalkan sholat,
utama Fatimatuzzahra dan memakan harta anak yatim
Uways al-Qarni dan korupsi)
3.4 Menganalisis adab dan
manfaat berpakaian,
berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima
tamu
3.5 Menganalsisi sifat-sifat
utama Putri Rasulullah,
Fatimah az-Zahra ra. dan
Uwes al-Qarni
KD IV 4.1 Menyajikan peta konsep 4.1 Menyajikan hasil analisis
pengertian, ruang lingkup, tentang latar belakang
fungsi ilmu kalam serta munculnya aliran-aliran
hubungannya dengan ilmu kalam dan peristiwa tahkīm.
4.2 Menyajikan peta konsep 4.2 Menyajikan hasil analisis
pokok-pokok aliran-aliran tentang sejaran, tokoh utama
ilmu kalam (Khawarij, dan ajaran pokok aliran-
Murjiah, Syi’ah, Jabariyah, aliran ilmu Kalam:
Qadariyah, Asy‘ariyah, al- Khawarij, Syi’ah, Murji’ah,
Maturidiyah, dan Jabariyah, Qadariyah,
Mu‘tazilah) Mu’tazilah, Ahlussunnah
4.3 Menunjukkan contoh wal Jama’ah (Asy’ariyah
perbuatan dosa besar di
masyarakat dan akibatnya dan Maturidiyah).
4.4 Mensimulasikan akhlak 4.3 Menyajikan hasil analisis
(adab) berpakaian, berhias, tentang perilaku dan
perjalanan, bertamu dan dampak negatif serta upaya
menerima tamu dalam menghindari dosadosa besar
kehidupan sehari-hari (membunuh, liwath, LGBT,
4.5 Menceritakan kisah meminum khamr, Judi,
keteladanan Fatimatuzzahra Mencuri, durhaka kepada
dan Uways al-Qarni orang tua, meninggalkan
shalat, memakan harta anak
yatim dan korupsi)
4.4 Menyajikan hasil analisis
tentang adab dan manfaat
berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan
menerima tamu.
4.5 Mengkomunikasikan contoh
implementasi keteladanan
Fatimah az-Zahrah ra. dan
Uways alQarni.

KELAS XI GENAP

KOMPETENSI DASAR K13 KMA 183


KD I 1.1 Menghayati ajaran tasawuf 1.6 Menghayati pentingnya
untuk memperkukuh akhlak terpuji dalam
keimanan pergaulan remaja
1.2 Menghayati nilai-nillai 1.7 Menyadari kewajiban
tasawuf dalam kehidupan menghindari akhlak tercela:
modern isrāf, tabżīr dan bakhīl
1.3 Menghayati nilai-nilai 1.8 Menghayati kepastian
positif dalam pergaulan Allah tentang kematian dan
remaja alam barzah
1.4 Menyadari kewajiban 1.9 Menghayati kedudukan dan
menghindari akhlak tercela: fungsi syari’at, ṭarekat,
israf, tabzir, dan bakhil hakikat, dan ma’rifat dalam
1.5 Menghayati nilai-nilai dari ajaran Islam
peristiwa kematian melalui 1.10Menghayati nilai-nilai
takziyah keruhanian Islam dalam
1.6 Menghayati keutamaan sifat ajaran tasawuf para sufi
sahabat Abdurrahman bin besar
Auf dan Abu Dzar al-Gifari 1.11Menghayati keutamaan
sifat sahabat: Abdurrahman
bin Auf dan Abu Dzar al-
Ghifari
KD II 2.1 Membiasakan penerapan 2.6 Mengamalkan sikap
nilai-nilai tasawuf dalam bertanggung jawab dan
kehidupan sehari-hari santun dalam pergaulan
2.2 Membiasakan penerapan remaja
nilai-nilai tasawuf dalam 2.7 Mengamalkan sikap
kehidupan modern bertanggung jawab dan
2.3 Menghindari perilaku peduli kepada sesama
pergaulan remaja yang tidak sebagai cermin dari
sesuai dengan akhlak Islam pemahaman dalam
dalam fenomena kehidupan menghindari akhlak tercela:
2.4 Menghindari perbuatan isrāf, tabżīr dan bakhīl
israf, tabzir, dan bakhil 2.8 Mengamalkan sikap jujur
dalam kehidupan sehari-hari bertanggung jawab sebagai
2.5 Membiasakan diri untuk cermin dari pemahaman
melakukan takziah terhadap kepastian Allah
2.6 Meneladani keutamaan sifat tentang kematian dan alam
sahabat Abdurrahman bin
Auf dan Abu Dzar al-Gifari barzah
2.9 Mengamalkan sikap
istiqamah dalam
menempuh ajaran Islam
sebagai refleksi syari’at,
ṭarekat, hakikat, dan
ma’rifat dalam ajaran Islam
2.10 Mengamalkan sikap taqwa
dan istiqamah yang
mencerminkan nilai-nilai
tasawuf dalam kehidupan.
2.11 Mengamalkan sikap jujur
dan bertanggung jawab
yang mencerminkan sifat
keteladanan sahabat
Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar al-Ghifari
KD III 3.1 Memahami pengertian, 3.6 Menganalisis akhlak
kedudukan dan sejarah pergaulan remajadan upaya
tasawuf dalam Islam Memilikinya
3.2 Menganalisis fungsi dan 3.7 Menganalisis bentuk dan
peranan tasawuf dalam cara menghindari akhlak
kehidupan modern tercela: isrāf, tabżīr dan
3.3 Memahami pentingnya bakhīl
akhlak terpuji dalam 3.8 Menganalisis dalil aqli,
pergaulan remaja naqli dan fakta sosial
3.4 Memahami pengertian dan Kematian, ciri-ciri husnul
bentuk israf, tabzir dan khatimah dan su’ul
bakhil Khatimah, serta alam
3.5 Memahami akhlak (adab) barzah .
yang baik ketika melakukan 3.9 Menganalisis dalil,
takziyah kedudukan, dan fungsi
3.6 Menganalisis kisah Syari’at, ṭarekat, hakikat,
keteladanan sahabat dan ma’rifat dalam Ajaran
Abdurrahman bin Auf dan Islam
Abu Dzar al-Gifari 3.10Menganalisis definisi,
tokoh utama, dan inti
Ajaran tasawuf (Imam
Junaid al-Baghdadi,
Rabi’ah al-Adawiyah, al-
Ghazali, dan Syekh Abdul
Qadir al-Jailani)
3.11Menganalisis kisah
keteladanan sahabat
Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar al-Ghifari
KD IV 4.1 Menyajikan pengertian, 4.6 Menyajikan hasil analisis
kedudukan dan sejarah tentang terpuji akhlak
tasawuf dalam Islam pergaulan remajadan upaya
4.2 Memaparkan fungsi dan memilikinya
peranan tasawuf dalam 4.7 Menyajikan hasil analisis
keagamaan dan kehidupan tentang bentuk dan cara
modern menghindari akhlak tercela:
4.3 Menyajikan contoh-contoh isrāf, tabżīr dan bakhīl
akhlak terpuji dalam 4.8 Menyajikan hasil analisis
pergaulan remaja tentang dalil aqli, naqli dan
4.4 Menyajikan peta konsep fakta sosial kematian, ciri-
contoh dan ciri-ciri perilaku ciri husnul khatimah dan
israf, tabzir, dan bakhil su’ul khotimah, serta alam
4.5 Mensimulasikan tatacara barzah.
takziyah 4.9 Menyajikan hasil analisis
tentang dalil, kedudukan,
4.6 Menceritakan kisah dan fungsi syari’at, ṭarekat,
keteladanan sahabat hakikat, dan ma’rifat dalam
Abdurrahman bin Auf dan ajaran Islam
Abu Dzar al-Gifari 4.10 Menyajikan hasil
analisis tentang inti ajaran
tasawuf (Imam Junaid al-
Baghdadi, Rabi’ah
alAdawiyah, al-Ghazali, dan
Syekh Abdul Qadir al-
Jailani)
4.11 Mengkomunikasikan
contoh implementasi
keteladanan sahabat
Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar al-Ghifari dalam
kehidupan sehari-hari

BAB I

MUNCULNYA ALIRAN KALAM

DALAM PERISTIWA TAHKĪM PEMBUNUHAN

A. Sejarah Ilmu Kalam


1. Akidah Islam Pada Masa Nabi

Ketika Nabi Muhammad Saw. Masih hidup, umat Islam masih bersatu-padu, Belum ada aliran
aliran/firqah. Apabila terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu Persoalan, maka para
sahabat langsung berkonsultasi kepada Nabi. Dengan petunjuk Nabi tersebut, maka segala
persoalan dapat diselesaikan dan para sahabat Mematuhinya.

2. Aqidah Islam Pada Masa Khulafa ar-Rasyidin


Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, khususnya pada masa pemerintahan Abu Bakar (11-13 H), dan
Umar bin Khattab (13-23 H) persatuan umat Islam masih bisa Dipertahankan, biarpun pada awal
masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Ṣiddiq sempat Muncul beberapa nabi palsu dan keengganan
sebagian umat Islam membayar zakat, Namun semua permasalahan tersebut dapat diatasi oleh
Abu Bakar ash-Ṣiddiq.

Benih-benih perpecahan mulai muncul pada akhir masa pemerintahan Utsman Bin Affan, yaitu
ketika Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan reformasi di Bidang administratur
pemerintahan. Kebijakan yang diambil Khalifah Utsman tersebut Berdampak kepada situasi
politik yang tidak stabil.

Situasi politik yang tidak stabil pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan mencapai
puncaknya dengan terbunuhnya khalifah ketiga tersebut.Peristiwa Yang menyedihkan dalam
sejarah Islam ini dikenal dengan istilah al-fitnah al-kubra(fitnah besar). Peristiwa ini dianggap
sebagai pangkal munculnya firqah-firqah dalam Islam.

B. Peristiwa tahkīm

Ali bin Abi Ṭālib menerima estafet kepemimpinan dalam situasi yang sulit. Peristiwa
pembunuhan Utsman bin Affan menjadi beban yang sangat berat untuk Diselesaikan. Mu’awiyah
yang merasa representasi keluarga Utsman bin Affan Mengajukan tuntutan agar Ali bin Abi Ṭālib
memprioritaskan pengusutan pembunuhan Utsman bin Affan. Sebenarnya Ali bin Abi Ṭālib sudah
bersungguh-sungguh berupaya Membongkar kasus pembunuhan Utsman tersebut, tetapi belum
berhasil. Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān tidak mau baiat kepada Ali bin Abi Ṭālib dan secara terang-
terangan Menolak kekhalifahannya. Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, yang saat itu menjabat gubernur di
Syam menyusun kekuatan untuk melawan kekhalifahan Ali bin Abi Ṭālib.

Pada akhirnya bertempurlah dua kekuatan pasukan di Ṣiffin pada bulan Ṣafar 37 H/657 M.
Dalam pertempuran di Ṣiffin, pasukan Ali bin Abi Ṭālib hampir mencapai kemenangan. ‘Amr bin
‘Ash dari pihak Mu’awiyah yang mengamati pasukannya semakin terpojok dan menuju kepada
kekalahan maka mengajukan usul supaya diadakan perundingan. Usulan tersebut pada awalnya
diragukan ketulusannya oleh Ali bin Abi Ṭālib. Namun pada akhirnya Ali bin Abi Ṭālib menerima
ajakan damai tersebut setelah didesak oleh sebagian pasukannya

BAB II
ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM

A. Aliran Muta’zilah
1. Sejarah Muta’zilah

Lahirnya aliran Mu’tazilah tidak terlepas dari perkembangan pemikiranpemikiran ilmu kalam
yang sudah muncul sebelumnya. Aliran ini lahir berawal dari Tanggapan Waṣil bin Aṭo’ (salah
seorang murid Hasan al-Baṣri) di Bashrah.

Mu’tazilah lebih cenderung menggunakan pendekatan berpikir filsafat, sehingga Aliran ini
terkenal dengan aliran kalam rasiona mereka menamakan dirinya sebagai ahlu at-tauhid (menjaga
keesaan Allah) Dan ahlu al-‘adl (mempercayai dan menyakini penuh akan keadilan Tuhan), karena
rumusan-rumusan pemikiran kalamnya itu benar-benar menjaga kemurnian tauhid dan prinsip
keadilan Tuhan.

B. Aliran Asy’ariyah
1. Sejarah Asy’ariyah

Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali bin
Isma’il al-Asy’ari. Beliau lahir di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324
H/935 M.

Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy.
Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Basyar Ishaq Bin Salim bin Ismail bin
Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi musa Al-Asy’ari. Kelompok Asy’ariyah
menisbahkan pada namanya sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asy’ariyah.

Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. Dan jamaah berarti
sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti “penganut Sunnah (ittikad) nabi dan
para sahabat.

Aliran teologinya disebut dengan Ahlus Sunah wal Jama’ah karena lebih Banyak menggunakan
al-Sunnah dalam merumuskan doktrin kalamnya, dan Memperoleh pengikut yang cukup besar (wal-
jama’ah) dari kalangan masyarakat, Karena kesulitan mengikuti pemikiran kalam aliran Mu’tazilah
yang menggunakan Corak pemikiran filsafat yang rumit. Pemikiran aliran Asy’ariyah kemudian
Dikembangkan oleh generasi penerusnya, yaitu Imam al-Ghazali (450-505 H/ 1058-1111 M), Imam
Fakhrurrazi (544-606H/ 1150-1210 M), Abu Ishaq al-Isfirayini (w 418 H/1027 M), Abu Bakar al-
Baqilani (328-402 H/950-1013 M), dan Abu Ishaq Asy-Syirazi (293-476 H/ 1003-1083 M).

C. Perbandingan Ajaran Aliran Ilmu Kalam


1. Akal Dan wahyu
a. Menurut Aliran Mu'tazilah

Wahyu memiliki fungsi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa yang Telah diketahui akal
dan menerangkan apa yang belum diketahui oleh akal. Hanya Saja, menurut Mu‘tazilah, wahyu
tidak selamanya yang menentukan apa yang baik Dan apa yang buruk, karena akal, bagi Mu‘tazilah
dapat mengetahui sebagian yang Baik dan sebagian dari yang buruk. Dalam artian, akal dapat
mengetahui garis-garis Besarnya, sedangkan rinciannya diperoleh melalui wahyu.

b. Menurut Aliran Asy’ariyah

Imam al-Asy’ari menjelaskan, yang menentukan menentukan baik dan buru, kewajiban terhadap
Tuhan dan kewajiban melaksanakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wahyu. Akal tidak
berperan dalam hal tersebut, sehingga kalau dikatakan bohong itu adalah buruk karena wahyulah
yang menetapkannya.

2. Iman dan Kufur


a. Menurut Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah mengemukakan bahwa, iman adalah ketaatan kepada apa yang diwajibkan
dan disunatkan. Bagi Mu’tazilah, iman tidak hanya ikrar dan Taṣdīq, tetapi juga pengamalan sangat
berpengaruh terhadap iman, sehingga Seseorang yang beriman melakukan dosa besar tidak dapat
dikatakan kafir, karena Masih ada unsur lain yang dimiliki, yaitu: pengakuan atau ikrar dan taṣdīq

b. Menurut Aliran Asy’ariyah


Aliran Asy’ariyah membedakan antara iman dan islam. Iman bersifat Khusus, berhubungan
dengan hati yakni ikrar dan taṣdīq. Sementara Islam Mempunyai ruang lingkup yang luas meliputi
syari’at atau pengamalan, sehingga tidak dapat digolongkan kafir karena melakukan dosa besar.

Tentang iman, Imam Asy’ari menjelaskan bahwa perbuatan manusia dapat menjadikan iman itu
kuat dan lemah.

BAB III

MENGHINDARI DOSA BESAR

A. Membunuh

1. Larangan Membunuh

Pembunuhan atau prilaku membunuh sangat dilarang dalam Islam, dan Merupakan kejahatan
tingkat tinggi. Efek pembunuhan itu berkepanjangan sehingga Menimbulkan dendam kesumat antara keluarga
terbunuh dengan keluarga atau Pembunuh itu sendiri. Allah Swt. Berfirman:

َ‫واٱلن َۡف َسٱلَتِي َح َر َمٱّلِإَُل لَبِ ۡٱل َح ِهق‬


ْ ُ‫لَت َۡقتُل‬

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS. AlIara’[17]: 33)

Jika ada orang yang bertikai/berkelahi dan berusaha saling membunuh lawannya, apabila salah satu dari
yang bertikai tersebut ada yang menjadi korban maka kedua-duanya akan dimasukkan ke dalam neraka. Karena
pada hakikatnya, kedua belah pihak mempunyai niat untuk membunuh lawan-lawannya.

B. Liwat
1. Pengertian Liwat

Kata liwaṭ bukan kata asli bahasa Arab. Kata liwaṭ berasal dari kata Lūṭ yangTermasuk kata a’jam
(asing/non Arab). Oleh karena itu keliru jika kata liwaṭ dicariPecahan kata (isytiqaq) dari bahasa Arab
yang asli. Asy-Syaukani mengkritikPendapat yang ingin menjelaskan liwaṭ adalah musytaq, karena kata
ini adalah kataA’jam yang tidak mungkin ada isytiqaq.

istilah liwaṭ digunakan untuk menjelaskan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang lelaki dengan cara
memasukkan zakar (penis) kedalam dubur lelaki lain.

A. LGBT

1. Pengertian LGBT

LGBT adalah singkatan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender. LGBT Merupakan perilaku seks
menyimpang, bertentangan dengan hukum Islam dan sangat Menghawatirkan bagi kehidupan umat
manusia. Fenomena LGBT telah menjadi Wabah baru termasuk di Indonesia. Dalam pandangan Islam,
LGBT merupakan Perbuatan yang sangat dilarang karena sudah menyalahi fitrah manusia. Dimana
Perbuatan ini menjadi dosa besar bahkan lebih besar dari perbuatan zina. Allah Swt.

BAB IV

ADAB BERPAKAIAN, BERHIAS, PERJALANAN,

BERTAMU DAN MENERIMA TAMU

A. Adab Berpakaian

1. Pengertian Adab Berpakaian

Al-Qur’an paling tidak menggunakan tiga istilah untuk pakaian, yaitu: libās, Tsiyāb, dan
sarabīl. Kata libās disebutkan sebanyak sepuluh kali, tsiyāb sebanyak Delapan kali, sedangkan
sarabīl ditemukan sebanyak tiga kali. Libās pada mulanya berarti penutup, hal ini cocok untuk
sesuai dengan fungsi Pakaian, yaitu sebagai penutup. Pakaian dinamai tsiyāb , atau tsaub karena
ide dasar adanya Bahan-bahan pakaian adalah agar dipakai. Sedangkan kata sarabīl berarti
pakaian Dalam artian apapun bahannya

B. Adab Berhias

1. Pengertian Adab Berhias

Berhias adalah naluri yang dimiliki oleh setiap manusia. Berhias telah menjadi kebutuhan dasar manusia
sesuai dengan tingkat peradaban, dan tingkat sosial. Berhias dalam ajaran Islam bertujuan untuk ibadah dan menc
ari ridlo Allah. Berhias dalam Bahasa Arab disebut dengan kata “tazayyana-yatazayyanu”. Sedangkan menurut K
amus Besar Bahasa Indonesia, berhias diartikan; “usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun lainnya yang in
dah-indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik.”

Secara istilah berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk Memperindah diri dengan
berbagai busana, hiasan ataupun yang lain dan dapat Memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan
kesan indah bagi yang Menyaksikan serta menambah rasa percaya diri.

C. Adab Perjalanan

1. Pengertian Adab Perjalanan

Kebisaaan untuk mengadakan suatu perjalanan dengan berbagai keperluan (terutama berdagang)
telah menjadi kebisaaan masyarakat Arab sebelum Islam lahir. Dalam Bahasa Arab ditemukan kata “rihlah atau
safar” yang mempunyai pengertian sama dengan perjalanan. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan makna
perjalanan sebagai perihal (cara, gerakan, dsb) berjalan atau bepergian dari satu tempat ke tempat lain untuk
suatu tujuan.

Secara istilah, perjalanan diartikan sebagai suatu aktifitas untuk keluar atau meninggalkan rumah dengan
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan yang mengantarkan kepada tujuan dengan maksud atau tujuan
tertentu.

D. Adab Bertamu

1. Pengertian Adab Bertamu


Manusia adalah mahluk sosial, maka interaksi antar sesama manusia adalah sunatullah, sehingga
kebisaaan bertamu sudah dilakukan oleh masyarakat sejak masa tradisional sampai dengan sekarang ini.
dalam pergaulan sehari-hari, istilah bertamu sering disamakan dengan istilah sillaturrahīm. Memang,
diantara tujuan bertamu adalah untuk menjalin sillaturrahīm. Maka dari itu penggunaan istilah bertamu
dan silaturrahīm sering dipakai secara bergantian.

E. Adab Menerima Tamu

2. Pengertian Adab Menerima Tamu

Islam memberikan aturan yang jelas agar setiap muslim memuliakan setiap tamu yang datang. Karena
memuliakan tamu sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan hari akhir. Dengan demikian
seorang muslim yang mengabaikan tamunya, maka berdosa dan menunjukkan rendahnya akhlak.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan; “kedatangan orang yang
bertamu, melawat atau berkunjung”. Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan
berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud
untuk menyenangkan, atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan
ridlo dari Allah. Setiap muslim wajib hukumnya untuk memuliakan tamunya, tanpa memandang
siapapun orangnya yang bertamu dan apapun tujuannya dalam bertamu.

BAB V KISAH TELADAN

A. FATIMATUZAZAHRA

1. Biografi Singkat

Nama dan nasabnya adalah Fatimah binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul MuṬālib. Ia puteri Nabi
Muhammad Saw. Ibunya adalah Khadijah binti Khuwailid. Mengenai kelahirannya, para ulama berbeda
pendapat. Ada yang Mengatakan bahwa Fatimah lahir ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun. Ada
Juga yang mengatakan bahwa semua putera-puteri Nabi Muhammad selain Ibrahim Lahir sebelum
kenabian. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir 5 tahun sebelum Kenabian, yaitu ketika Baitullah
direnovasi, saat itu Nabi Muhammad Saw. Berusia 35 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir
1 tahun sebelum kenabian dan Ia lebih tua dari Aisyah sekitar 5 tahun. Ia diberi julukan dengan nama
ibu ayahnya, Yaitu Ummu Aminah.

Fatimah sangat terkenal di dunia Islam, karena hidupnya paling dekat dan Paling lama dengan
Rasulullah Saw.Rasulullah sendiri sangat menyayanginya. Dari Dialah keturunan Nabi Muhammad
Saw. Berkembang dan tersebar di hampir seluruh Negeri.

Mengenai wafatnya juga terjadi perbedaan pendapat, ada yang mengatakan Pada 3 Jumadil Akhir 11 H
pada usia yang masih sangat muda, 18 tahun 2 bulan, Tetapi pendapat mayoritas mengatakan bahwa ia
meninggal pada malam Selasa, 3 Ramadan tahun 11 H dalam usia 28 tahun setelah sakit keras selama
40 malam. Merasa ajal sudah dekat, ia membersihkan dirinya, memakai wewangian dibantu Oleh
iparnya, yaitu Asma bin Abi Ṭālib. Ia meninggal dengan satu pesan bahwa Hanya Ali bin Abi Yhalib
yang boleh menyentuh tubuhnya. Untuk itu yang Memandikan dan mengkafani Fatimah sewaktu
meninggal dunia adalah Ali bin Abi Ṭālib, dan Ali pula yang mengkuburkannya bersama Hasan dan
Husain pada tengah Malam dan dimakamkan di pemakaman al-Baqi’.

2. Keutamaan Fatimah az-Zahrah


c. Rasulullah Saw.bersabda: “Fatimah adalah sebagian daripadaku, barangsiapa Ragu
terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah Membohongiku”.
(HR. Bukhari).
d. Rasulullah Saw.bersabda kepada Fatimah : “Tidakkah engkau senang jika Engkau
menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”. (HR. Bukhari).
e. Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah , tidakkah anda puas menjadi sayyidah Dari
wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita umat ini Atau
wanita mukmin”. (HR. Bukhari-Muslim)
f. Rasulullah bersabda: “Tokoh penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid,
Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri
Fir’aun”. (HR. Ahmad)

B. Uwais Al-Qarni

1. Biografi Singkat
Uwais al-Qarni adalah penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad. Hidup sebagian ak yatim,
membuatnya sangat mencintai dan berbakti kepada Ibunya. Uwais al-Qarni pernah mengidap penyakit
kusta, lalu berdoa kepada Allah Swt. Sehingga diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar
dirham di kedua Lengannya. Menurut keterangan, Nabi Muhammad Saw. Pernah menyampaikan
Bahwa Uwais al-Qarni adalah pemimpin para tabi’in. Suatu ketika Nabi MuhammadSaw. Berkata
kepada Umar bin Khattab, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk Memohonkan ampun kepada
Allah Swt. Untukmu, maka lakukanlah!”
2. Teladan Yang Bisa Diambil Dari Uwais Al-Qarni
Uwais al-Qarni sosok pribadi yang sangat sederhana. Hidupnya tidak Bergelimang dengan harta. Ujian
hidup yang dialami diterima dengan ikhlas dan Tetap tidak meninggalkan usaha serta kerja keras untuk
keluar dari ujian itu. Termasuk ketika diuji penyakit kusta oleh Allah Swt.Uwais al-Qarni juga figur
yang sangat hormat dan taat kepada ibunya. Sebagian hidupnya digunakan untuk merawat dan
mendampingi ibu yang sangat Disayangi. Walaupun ia mendapat perhatian sanga penguasa waktu itu
yaitu Umar Bin Khattab, tetapi Uwais al-Qarni tidak memanfaatkan fasilitas dan kesempatan Tersebut
untuk bersenang-senang. Justru Uwais al-Qarni tidak mau diperlakukan Istimewa, justru sebaliknya dia
ingin diperlakukan sama dengan rakyat yang lain.
BAB VI AKHLAK PERGAULAN REMAJA
A. PENGERTIAN REMAJA
Fase remaja merupakan salah satu tahapan kehidupan psikologis yang penting Bagi setiap manusia.
Pada tahapan ini, remaja memiliki ciri-ciri khusus dalam tugas Perkembangannya yang berlangsung
antara usia 13-19 tahun, yaitu perubahan masa Kanak-kanak ke masa dewasa.
B. Akhlak Terpuji Pergaulam Remaja
1. Bentuk Akhlak Terpuji Pergaulan Remaja
a. Menjalin persaudaraan (ukhuwah)
b. Mengembangkan wawasan keilmuan
c. Mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai (tasamuh)
d. Bijak dalam menggunakan media sosial
2. Dampak Positif Akhlak Terpuji Pergaulan Remaja
a. Menumbuhkan sikap arif dan bijaksana
b. Menumbuhkan sikap mandiri
c. Menumbuhkan sikap tanggungjawab
3. Membisaakan Akhlak Terpuji Pergaulam Remaja
a. Menutup Aurat
b. Menjauhi Perbuatan Zina
c. Mengajak Untuk Berbuat Kebaikan
d. Mengisi Waktu Luang Dengan Kegiatan Yang Bermanfaat
e. Tawadlu’ Kepada Yang Lebih Tua Dan Menyayangi Yang Lebih Muda
f. Santun Dan Rendah Hati
C. Akhlak Tercela Pergaulan Remaja
Istilah perilaku tercela remaja diidentikkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan Remaja (juvenile
delinquency) adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anakanak dan remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka Mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang. Tingkah laku kenakalan remajaCakupannya sangat luas mulai dari tingkah laku yang
tidak dapat diterima sosial sampai Pelanggaran status hingga tindak kriminal.
1. Bentuk Akhlak Tercela Pergaulan Remaja
a. Pergaulan bebas (free sex)
b. Tawuran
c. Mengkonsumsi minuman keras
d. Penyalahgunaan narkoba
2. Dampak Akhlak Tercela Pergaulan Remaja
a. Bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama
b. Hilangnya budaya malu
d. Menimbulkan masalah kesehatan
3. Menghindari Akhlak Tercela Pergaulan Remaja
a. Meningkatkan Kadar Iman Dan Amal Saleh
b. Meningkatkan Kualitas Akhlak Dan Etika Bergaul
c. Mengatur Waktu Dengan Baik

BAB VII MENGHINDARI AKHLAK TERCELA


A. Isrāf
1. Pengertian Isrāf
Berlebih-lebihanan, dalam Bahasa Arab disebut dengan kata : (َ‫ِّْإ َسر اف ا‬- ‫“ ) ْأ َس َرف – ْيسِّر ف‬Asrafa –
Yusrifu – Israafan” yang berarti bersuka ria sampai melewati batas. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, melampaui batas (berlebihan) diartikan; “melakukan tindakan di luar wewenang yang telah
ditentukan berdasarkan aturan (nilai) tertentu yang berlaku. Secara istilah melampaui batas (berlebihan)
dapat Diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang di luar kewajaran atau Kepatutan.
Isrāf juga dapat berarti menggunakan harta untuk sesuatu yang benar Namun melebihi batas yang
dibenarkan, misalnya makan atau minum secara Berlebihan.
B. Tabżīr
1. Pengertian Sikap Tabżīr
ْ ِ‫ُذر َبُي –اَرْ ي‬
Istilah tabżīr berasalah dari bahasa Arab disebut dengan kata (َ‫••ذبَت‬ ِ – ‫)ر َذب‬
َ “dalam tafsir
Departemen Agama diartikan sebagai suatu perbuatan Menghambur-hamburkan harta”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, tabẓīr Diartikan, “berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan dalam
pemakaian uang Ataupun barang”. Secara istilah, boros adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara
Menghambur-hamburkan uang ataupun barang dengan tujuan untuk memenuhi Kesenangan. Tabẓīr
juga bisa diartikan sebagai menggunakan harta untuk sesuatu Yang tidak benar, misalnya
membelanjakan harta untuk tujuan maksiat.

C. Bakhil
1. Pengertian Bakhīl
Bakhīl/kikir ialah menahan harta yang seharusnya dikeluarkan. Al-Jurjani Dalam kitab at-
Ta’rifat mendefinisikan bakhīl dengan menahan hartanya sendiri, Yakni menahan memberikan sesuatu
pada diri dan orang lain yang sebenarnya tidak Berhak untuk ditahan atau dicegah, misalnya uang,
makanan, minuman, dan lain-lain. Ketika orang memiliki uang, makanan, dan minuman yang mestinya
bisa diberikan Kepada yang membutuhkan, kemudian enggan untuk memberikannya, maka ia adalah
Bakhīl . Orang yang dapat mengindari perilaku bakhīl maka di sisi Allah digolongkan sebagai orang
yang beruntung, sebagaimana firman-Nya

Artinya: dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orangOrang yang
beruntung. (QS. Al-Hasyr [59]: 9)
BAB VIII KEMATIAN DAN KEHIDUPAN DI ALAM BARZAH
A. Kematian
Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia.
Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada manusia
yang lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk
menghadapi kematian yang pasti datang tersebut.
B. Keadaan Orang Mati
Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. Menginformasikan tentang
bagaimana malaikat Izrail melaksanakan tugas mencabut Nyawa. Ada yang dicabut dengan keras,
seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang dicabut dengan lemah lembut, seperti orang
tidur.Allah Swt. Berfirman:
٢ ‫ت ن َۡش ٗطا‬ ِ ‫َوٱل ٰنَ ِز ٰ َع‬
ٰ ‫ َو‬١ ‫ت غ َۡر ٗقا‬
ِ َ‫ٱلنَ ِشط‬
Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikatmalaikat)
yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]:1-2).
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena
dalam dirinya ada kesadaran bahwa kematian itu pasti datang, bahkan Allah Swt. Telah
menginformasikan bahwa malaikat akan turun untuk menghiburnya dengan kabar gembira tentang
surga yang dijanjikan.
Tetapi bagi orang kafir, malaikat akan mendatanginga dengan membentaknya dan Memukul muka
dan belakang mereka seraya menyampaikan informasi tentang balasan Orang kafir, yaitu neraka
yang akan membakarnya.
1.Husnul Khatimah
a. Pengertian Husnul khatimah

Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa kata yang sering kita dengar Dalam percakapan sehari-hari.
Istilah ini digunakan untuk mengungkaapkan Keadaan orang yang meninggal dunia dalam keadaan
baik.
2.Su’ul Khatimah
a. Pengertian Su’ul Khatimah
Su’ul artinya jelek atau buruk dan khatimah artinya penutup. Yang Dimaksud dengan su’ul khatimah
adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, Seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan
durhaka kepada Allah Swt. ataupun orang yang meninggal ketika sedang melaksanakan maksiat.
C. Alam Barzakh (Alam Kubur)
1.Pengertian Barzakh
Kamus Istilah Keagamaan yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Menjelaskan Barzakh )‫ (ح َْز َرب‬sebagai berikut:
(1) alam transisi antara dunia dan Akhirat sebagai tempat roh orang mati berada (alam yang
meisahkan kehidupan dunia Dengan akhirat); (2) keadaan seorang sufi yang mengalami fana dan
baqa yang Seakan-akan terhalang atau terpisah dari kesadaran tentang lingkungan sosialnya; (3)
Penghalang, pembatas diantara dua hal atau kawasan. Adapun yang dimaksud barzakhDalam
bahasan ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam nomor 1.

BAB IX SYARI’AT, TAREKAT, HAKIKAT DAN MAKRIFAT

A. Dimensi Ajaran Islam


Ajaran Nabi Muhammad Saw. Memiliki tiga dimensi yaitu iman, islam, dan ihsan. Tasawuf merupakan
implementasi dari dimensi ihsān tersebut. Istilah tasawuf pada masa Nabi Muhammad Saw. belum
dipergunakan, tetapi secara substansial telah dilaksanakan.
B. Kedudukan Dan Fungsi Syari’at
Syari’at berasal dari akar kata syara’a yang berarti jalan. Ia adalah jalan yang Benar, sebagai rute
perjalanan yang baik, dan dapat ditempuh oleh siapa saja. Kata syari’at terdapat dalam al-Quran, baik
dalam Bentuk kata kerja (verb), kata benda (noun), ataupun kata sifat (adjective) terdapat dalam
beberapa ayat, misalnya dalam QS. Al-Jatsiyah (45): 8, al-Maidah (5): 48, al-A’raf (7): 163
Artinya:
kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari Urusan (agama itu), Maka
ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa Nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-
Jatsiyah [45]: 18.
C. Kedudukan Dan Fungsi Ṭarekat
Kata ṭarekat berasal dari bahasa Arab ṭārīqah, (jamak: ṭurūq atau ṭarāiq), yang Berarti: jalan atau metode
atau aliran (madzhab). Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan Diri kepada Allah dengan tujuan untuk
sampai (wusul) kepada-Nya. Tarekat merupakan Metode yang harus ditempuh seorang sufi dengan
aturan-aturan tertentu sesuai dengan Petunjuk guru atau mursyid tarekat masing-masing, agar berada
sedekat mungkin dengan Allah Swt.
D. Kedudukan Dan Fungsi Hakikat
Hakikat berarti kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya, seakar dengan kata alHaqq, “reality”,
absolut adalah kebenaran esoteris yang merupakan batas-batas dari Transendensi dan teologis. Dalam
kepustakaan sufi, hakikat berarti persepsi atas realitas Menurut pengetahuan mistik. Hakikat juga dapat
diartikan sebagai kebenaran yaitu makna Terdalam dari praktik dan petunjuk yang ada pada syari’at dan
tarekat . Syari’at ibarat Ilmu tentang obat. Tarekat adalah pengobatan, dan hakikat adalah kesehatan.
E. Kedudukan Dan Fungsi Ma’rifat
Dari segi bahasa, ma’rifat berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam Istilah sufi, ma’rifat
diartikan sebagai kearifan yang dalam akan kebenaran spiritual. Beberapa sufi mendefinisikannya
sebagai perkembangan pengetahuan tentang Allah Dalam kesadaran seseorang, yang berarti naiknya diri
seseorang ke titik yang merealisasikan kemanusiaannya dengan semua dimensi dan nilai intrinsiknya.
Ma’rifat adalah cahaya yang dipancarkan kepada hati siapa saja yang Dikehendaki-Nya

BAB X TOKOH DAN AJARAN TASAWUF SUFI BESAR


A. Pengertian Tasawuf
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), para ahli berbeda pendapat tentang Nisbah/sandaran asal
kata tasawuf. Harun Nasution menyebutkan lima istilah yang Berkenaan dengan asal kata
tasawuf, yaitu:
1. Ṣafa (suci). Disebut ṣafa (suci) karena kesucian batin kaum sufi dan
kebersihan Tindakan dan keikhlasannya.
2. Ṣaff (barisan). Karena kaum sufi mempunyai iman kuat, jiwa bersih,
ikhlas dan Senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam ṣalat
berjama’ah.
3. Theosophi (Yunani: theo = Tuhan; shopos = hikmah, ilmu yang tinggi
dan dalam); Yang artinya hikmah / kearifan ketuhanan.
4. Ṣuffah (serambi tempat duduk); yakni serambi masjid Nabawi di
Madinah yang Disediakan untuk orang-orang yang belum mempunyai
tempat tinggal dari kalangan Muhajirin di masa Rasulullah
Saw.Mereka bisaa dipanggilahli shuffah (pemilik Serambi) karena di
serambi masjid itulah mereka bernaung.
Sedangkan secara terminologi, berikut ini adalah beberapa definisi tasawuf yang Diungkapkan oleh para
ahli:
5. Abu Yazid Al-Bustami (w. 261 H / 875 M), pencetus teori fana’ baqa’
dan ittihad Mengemukakan bahwa tasawuf meliputi tiga aspek, yaitu
Kha’, ha’ dan jim. Kha’Maksudnya takhalli berarti mengosongkan diri
dari perangai yang tercela; ha’ Maksudnya tahalli berarti menghiasi
diri dengan akhlak terpuji, dan jim maksudnya Tajalli, berarti
mengalami kenyataan ketuhanan.
6. Al-Junaid al-Baghdadi (w. 297 H/910 M) yang dikenal dengan bapak
tasawuf Moderen. Ia mendefinisikan tasawuf sebagai keberadaan
bersama Allah SWT tanpa Adanya penghubung. Baginya tasawuf
berarti membersihkan hati dari sifat yang Menyamai binatang,
menekan sifat basyariyah, menjauhi hawa nafsu, memberikan Tempat
bagi sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, memberi
nasihat Kepada umat, benar-benar menepati janji kepada Allah SWT
dan mengikuti syari’at Rasulullah Saw.
7. Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili (w.1258), Syaikh sufi besar dari
Arika Utara, Mendefinisikan tasawuf sebagai praktik dan latihan diri
melalui cinta yang dalam dan Ibadah untuk mengembalikan diri
kepada jalan Tuhan.
BAB XI KISAH TELADAN
A. Abdurrahman bin Auf
1.Riwayat Hidup singkat
Salah seorang sahabat besar Nabi Saw. Dan termasuk salah satu dari sepuluh Sahabat yang dijanjikan
masuk surga (Al-‘Asyrah al-mubasyarah/sepuluh yang digembirakan). Setelah Masuk Islam, Rasulullah
memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah al-
Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq
memeluk Islam .
2.Beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf
a. Abdurrahman bin Auf termasuk sahabat yang masuk Islam sangat awal, yaitu Yang kedelapan.
Beliau bersyahadah 2 hari setelah Abu Bakar.
b. Abdurrahman bin Auf termasuk salah satu dari enam orang yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab
untuk memilih khalifah sesudahnya.
c. Abdurrahman bin Auf seorang mufti yang dipercaya oleh Rasulullah Saw.untuk berfatwa di Madinah
padahal Rasulullah Saw.masih hidup.
3. Teladan yang bisa diambil
Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak Menonjol ketika kaum muslimin
hijrah ke Madinah. Telah menjadi kebisaaan Rasulullah pada waktu itu untuk mempersaudarakan dua
orang sahabat, antara salah seorang Muhajirin warga Mekah dan yang lain dari Ansar penduduk
Madinah. Orangorang Ansar penduduk Madinah membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan
saudaranya orang-orang Muhajirin.
PENUTUP

Kesimpulan

Pelaksanakan dan penerapan analisis menghasilkan hasil yang dapat menumbuhkan minat siswa
terhadap topik tersedia pada mata pelajaran Akidah akhlak kelas XI,melalui sebagai berikut informasi :
Penerapan dilakukan dalam tiga langkah.

a. Tahap pra-pertemuan,guru memilih topik sesuai materi yang akan diajarkan serta menjelaskan
mengenai judul yang akan dibahas.
b. Langkah dalam pertemuan adalah guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-
masing kelompok menerima materi pendukung yang berbeda.
c. Dibandingkan dengan langkah pasca pertemuan adalah mengevaluasi atau mengulas kembali
materi dan menyimpulkan pembahasan.
Saran

Dengan segala permohonan maaf pembuatan hasil kompetensi inti dan dasar serta bahan buku ajar yang
masih belum sepenuhnya sempurna dengan ini dibuatnya makalah Analisis Ki Kd guna memberikan
kepada kami beberapa saran dan kritikan agar dikemudian hari ketika ada kesalahan dapat di perbaiki
karena pada makalah ini kami masih dalam tahapan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARRY

Barzakh : Batas; alam kubur; masa penantian dari kehidupan di dunia sampai dengan datangnya hari
kiamat. Di alam barzakh, manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya di
dunia.

Israf : melampaui batas atau berlebih-lebihan.

Tahkim : Suatu keputusan yang diambil oleh hakim secara adil


Tabzir : sesuatu yang dinafkahkan di luar kebenaran (harta, waktu dan ucapan) sehingga masuk dalam
perbuatan boros.

Mursyid : Guru pembimbing dalam ṭarekat yang diakui kewenangannya

Anda mungkin juga menyukai