Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebudayaan
1. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu
yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2. Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, dapat dianalisis, diuraikan, atau djelaskan dalam 3 wujud
yaitu (1) wujud ideasional/kognitif/mental, (2) wujud tindakan/praktik terpola, dan (3)
wujud kebendaan buatan manusia.
Penjelasan wujud kebudayaan:
1. Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut
2. Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
3. Unsur-Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu
kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Untuk lebih jelas, masing-
masing diberi uraian sebagai berikut.
1. Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo
religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap
bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat
“menghitam-putihkan” kehidupannya.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo
socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia
membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari
pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah
diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa
menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
4. Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai
homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus
meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo
faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya
yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus
mempergunakan suatu alat.
6. Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia
pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan
dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia
dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas
untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
1. Sistem Ideasional/Kognitif/Mental
1. Ide/Gagasan
Gagasan/ide-ide dalam budaya maritim (perikanan kenelayanan, palayaran) tentu
sangat luas. Berkenan dengan pemanfaatan sumberdaya dan rekayasa jasa-jasa laut,
dalam kebudayaan maritim bugis, bajo, makassar, mandar, dan buton mengakar beberapa
gagasan utama saling terkait yang banyak menjadi pedoman bagi keputusan/ pilihan
prilaku usaha nelayan. Sejak kurang lebih dua dakade terakhir ternyata juga sudahada
sebagian nelayan berubah pandangan ketikadiperhadapakan pada berbagia realita, seperti
populasi tripang,mutiara, dan beberapa spesies biota bernilai ekonomi tinggilainnya yang
sudah menjadi biota langakah akibat eksploitasi manusia.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan kebaharian dapat dikategorikan atas dua kategori, yakni
pengetahuan pelayaran, pengetahuan kondisi lingkungan dan sumber daya laut, dan
pengetahuan lingkungan sosial budaya. Bagi masyarakat maritim, ketiga sub sistem
pengetahuan tersebut saling terkait secara fungsional antara satu dengan yang lainnya.
3. Sistem Nilai
Sistem nilai merupakan bagian inti dari sistem budaya (ideasional/ kognitif/ mental)
yang saling terikat dengan sistem-sisitem gagasan, pengetahuan, kepercyaan,
normal/aturan, dan lain-lain dalam kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai berfungsi
sebagai pedoman bagi setiap individu atau kelompok (komunitas) dalam menentukan
sikap, tindakan, dan memaknai segala hal yang di anggap baik atau layak dalam
hubungan manusia dengan lingkungan, bekehidupan bersama, berekonomi, berkesenian
dan lain-lain.
4. Sistem Norma/Aturan
Sistem norma/aturan dalam setiap kebudayaan, termaksud kebudayaan maritim, tentu
saja berfungsi mengatur secara khusus perangkat-perangkat tindakan kelompok atau
individu dalam sumua bidang kehidupan. Untuk kegiatan-kegiatan pelayaran dan
perikanan, misalnya ada berbagai bentuk norma/aturan adat rekayasa kelompok atau
komunitas setempat yang tradisional sifatnya dan ada pula bentukan pemerintah yang
formal siftanya. Diasumsikan bahwa norama/aturan, baik informal tradisional maupun
formal yang baru, beradsarkan pada pandangan dan nilai-nilai budaya yang dianut.
2. Bahasa
3. Organisasi Sosial
Dalam masyarakat maritim, kelompok kerja/organisasi sosial yang merupakan salah stu
unsur universal kebudayaan membutuhkan secara mutlak, bahkan melebihi masyarakat petani,
peternak, pemburu dan peramu, pekerja sektor informal dan formal, dan sebagainya yang ada
didarat. Bagi masyarakat nelayan dan pelayar dalam sebuah tingkat peradaban, menurut bahan
etnografi kelompok kerja/organisasi sosial itu mempunyai multifungsi yang kompleks.
Salah satu pembeda utama antara kebudayaan masyarakat maritim dan darat yang
sekaligus menjadi keunikan yang mencolok ialah komleksitas tipe/bentuk dan variasi
teknologidigunakan. Kompleksitas tipe dan variasi teknologi kebahariantersebut menunjukkan
perbedaan dari daerah suku bangsa ke dareah suku bangsa lainnya di dunia.
5. Seni Kebaharian
Kebudayaan maritim juga tidak luput dari unsur kesenian, terutama seni-seni
arstektur/konstruksi kapal/perahu dan layar, ukir dan gambar dengan motif-motif dan waran
cet, lagu danmusik. Perahu-perahu jawa dan bali, india dan cina banyakdicirikan dengan ukiran
dan gambar binatang dengan kombinasi warna cet. Ukiran dangambar tersebut selain berfungsi
seni, jugamemuat makna akan gagagsan dunia dan keyakinan religius.
Pada esensunya, unsur religi dari suatu kebudayaan berfungsi untuk pemenuhan
kebutuhan manusia akan hubungan atau kesatuannya dengan tuhan yang maha kuasa, pencipta
alam semesta dan segala isinya. Berikut, agama secara ideal dipahamisebagai yang berfungsi
regulasi berkehidupan bersama,berhubungan dengan dan pengelolaan pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai berkah dari-Nya. Agama dengan demikian, dipahami sebagai
pdoman kehidupan masyarakatmanusia untuk selamat dunia dan akhirat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terpola dan karya (sarana-sarana yang disajikan milik diri manusia melalui proses
pembelajaran
Unsur-unsur kebudayaan yaitu : (1) Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan
produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan
perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang
Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya, (2) Sistem organisasi
kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius, (3) Sistem
pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain, (4)
Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai homo
economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. (5)
Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat
memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan
suatu alat, (6) Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens., serta (7)
Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan bimbingan dan masukan dari dosen serta teman-
teman dalam menyempurnakan makalah kami ini. Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik lagi, pembaca bisa mencari literature dan referensi lain yang membahas lebih
detail serta menambahkan hal-hal yang belum terdapat dalam makalah ini.