Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK TIGA

MENERAPKAN PEMUATAN BARANG YANG

AKAN DIANGKUT MELALUI ANGKUTAN

DARAT

Disusun oleh :

1. Aisyah Nur Pratiwi (02)

2. Alma Nur Fadilah (26)

3. Marini Putri Cahaya .M (09)

4. Novita Anggraeni (13)

5. M. Ibnu Hajar .H (25)

6. Wahyu Nur Firdaus (21)

Kelas : XI MATIK

SMK INDUSTRI KREATIF


Jl. Mustikasari Gg. Barin RT.002/003 Bantargebang, Kota Bekasi 17151
Email : smkindustrikreatif@gmail.com Website :

www.smkinkreatif.com

Tahun Pelajaran 2020/2021


LEMBAR PENGESAH MAKALAH

Telah diperiksa dan dinilai oleh Guru Manajemen Transportasi


SMK INDUSTRI KREATIF

Menyetujui/Mengesahkan :

Yulianawati, S.E, M.Pd


NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya berupa kesehatan dan pengetahuan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata pelajaran MANAJEMEN
TRANSPORTASI. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan teman-teman khususnya, serta para pembaca pada
umumnya, dan mudah-mudahan makalah ini bisa dengan mudah dipahami oleh
siapapun yang membacanya.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Bekasi, 25 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I
PENGANGKUTAN SECARA UMUM...............................................1
1.1 Definisi Pengangkutan..................................................................1
1.2 Asas-Asas Hukum Pengangkutan..................................................3
a. Bersifat Publik...................................................................................3
b. Bersifat Perdata.................................................................................4
1.3 Fungsi dan Tujuan Pengangkutan.................................................5
a. Kegunaan Tempat (Place Utility)......................................................5
b. Kegunaan Waktu (Time Utility).......................................................5
BAB II
PERJANJIAN PENGANGKUTAN.....................................................5
2.1 Definisi Perjanjian Pengangkutan..................................................5
2.2 Dokumen dalam Pengangkutan......................................................5
BAB III
PENGANGKUTAN BARANG MELALUI
ANGKUTAN DARAT.........................................................................7
3.1 Definisi Pengangkutan Barang.......................................................7
3.2 Jenis Angkutan di Darat.................................................................7
a. Pengangkutan Jalan Raya..................................................................7
b. Pengangkutan Kereta Api..................................................................9
BAB IV
Para Pihak dalam Pengangkutan Barang di Darat...............................10
a. Pengangkut......................................................................................10
b. Pengirim..........................................................................................10
c. Penerima..........................................................................................10

1
BAB I
PENGANGKUTAN SECARA UMUM

1.1 Definisi Pengangkutan

Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang

dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini

unsur-unsur pengangkutan adalah:

1) Ada sesuatu yang diangkut

2) Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya

3) Ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan

dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan

Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa

pengangkutan mengandung pengertian suatu proses kegiatan

memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau

penumpang ke tempat yang lain. Jika dirumuskan dalam suatu

kalimat yang dimaksud angkutan adalah proses kegiatan memuat

barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan yang

diangkut ke tempat tujuan dan diturunkan ke tempat yang telah

ditetapkan.

2
Abdulkadir Muhammad mendefinisikan pengangkutan

meliputi tiga dimensi pokok yaitu:

1) Pengangkutan sebagai usaha (business) yakni mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut: berdasarkan perjanjian, kegiatan ekonomi di

bidang jasa, berbentuk perusahaan, menggunakan alat

pengangkut mekanik.

2) Pengangkutan sebagai perjanjian yakni pada umumnya bersifat

lisan tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan.

3) Pengangkutan sebagai proses yaitu serangkaian perbuatan mulai

dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju

ke tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau

penurunan di tempat tujuan.

1.2 Asas-Asas Hukum Pengangkutan

Asas-asas hukum pengangkutan merupakan landasan dasar

filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Bersifat Publik

1) Asas manfaat, yakni setiap pengangkutan harus dapat memberikan

nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, kesejahteraan

rakyat.

2) Asas adil dan merata, yakni penyelenggaraan pengangkutan harus

dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada

segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh

3
masyarakat.

3) Asas keseimbangan, yakni pengangkutan harus dengan

keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara

kepentingan pengguna dan penyedia jasa.

b. Bersifat Perdata

1) Asas konsensual, yakni perjanjian pengangkutan tidak harus

dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan para

pihak. Tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian pengangkutan

itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan atau didukung

oleh dokumen angkutan.

2) Asas koordinatif, yakni pihak-pihak dalam pengangkutan

mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang

mengatasi atau membawahi yang lain.

3) Asas campuran, yakni perjanjanjian pengangkutan secara umum

merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian

kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari

pengirim kepada pengangkut.

4
1.3 Fungsi dan Tujuan Pengangkutan

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari

suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya

guna dan nilai. Disini jelas meningkatnya daya guna dan nilai merupakan

tujuan dari pengangkutan, yang artinya apabila daya guna dan nilai di

tempat yang baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan,

sebab merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si

pedagang/penjual.

Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan

mempunyai dua nilai keguanaan, yaitu:53

a. Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati terjadi perpindahan barang

dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang

bermanfaat, ke tempat lain yang menyebabkan barang tadi

menjadi lebih bermanfaat.

b. Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati dapat dimungkinan

terjadinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke

tempat lain di mana barang itu lebih diperlukan tepat pada

waktunya

5
BAB II
PERJANJIAN PENGANGKUTAN

2.1 Definisi Perjanjian Pengangkutan

Dalam perspektif hukum perjanjian, pengangkutan merupakan

perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang dan/atau

penumpang dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang kesuatu tempat

tujuan tertentu, dan pihak-pihak pengirim barang dan/atau penumpang

mengikatkan dirinya pula untuk membayar ongkos angkutannya.71

Perjanjian pengangkutan merupakan suatu perjanjian dimana satu

pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang

dari satu tempat ke lain tempat, sedangkan pihak lainnya menyanggupi

membayar ongkosnya.

2.2 Dokumen dalam Pengangkutan

Pada dasarnya dokumen pengangkutan terbentuk karena adanya

perjanjian pengangkutan. Meskipun perjanjian pengangkutan itu sendiri

tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen angkutan), namun

dalam praktik perjanjian pengangkutan selalu dibuat dalam bentuk

tertulis, yaitu dokumen angkutan.89 Dokumen angkutan dibagi menjadi

dua jenis yaitu:

a. Dokumen angkutan penumpang yang disebut karcis penumpang

untuk angkutan darat dan perairan, tiket penumpang untuk

angkutan udara dan angkutan laut.

b. Dokumen angkutan barang yang disebut surat angkutan barang


5
untuk angkutan darat, dokumen muatan (konosemen) untuk

angkutan laut dan perairan darat, surat muatan udara dan tiket

bagasi untuk angkutan udara.

Pengaturan mengenai dokumen angkutan secara umum tidak

tercantum di dalam KUHD. Dalam KUHD terdapat aturan mengenai

dokumen angkutan untuk pengangkutan laut yang tercantum pada pasal

454 KUHD tentang perjanjian charter kapal, pasal 504 dan 506 KUHD

tentang konosemen, serta Pasal 90 KUHD tentang dokumen dalam

perjanjian pengangkutan darat yang disebut surat muatan.

6
BAB III
PENGANGKUTAN BARANG MELALUI
ANGKUTAN DARAT

3.1 Definisi Pengangkutan Barang

Pengangkutan (barang) adalah proses pemindahan barang dari

tempat pengiriman ke tempat tujuan. Dengan demikian, terdapat tiga

komponen dasar dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut

(alat angkutan), dan Penerima. Pengangkutan sebagai sebuah proses atau

kegiatan memerlukan alat angkutan untuk mengangkut barang atau

penumpang, atau membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan

ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat

pengangkutan ke tempat yang ditentukan.98

Angkutan barang bersifat atau berurusan dengan benda, dimana

pengirim menyerahkan suatu benda ke pengangkut, yang akhirnya si

pengangkut itulah yang bertanggung jawab. Jadi dapat dikatakan bahwa

hal ini bersifat pasif. Sebaliknya pada perjanian pengangkutan orang, tidak

ada penyerahan subjek hukum itu kepada pengangkut. Mereka memiliki

kehendak sendiri dan mampu untuk bergerak sendiri.99

3.2 Jenis Angkutan di Darat

Dalam kegiatan pengangkutan barang melalui darat, terdapat dua

jenis pengangkutan, yakni melalui pengangkutan jalan raya dan

pengangkutan kereta api.

a. Pengangkutan Jalan Raya

Pasal 137 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa

“angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan kendaraan

bermotor dan tidak bermotor. Berdasarkan pasal tersebut dapat

7
dikatakan bahwa pengangkutan barang melalui jalan raya dapat

dilakukan mengunakan kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

Kendaraan bermotor dan tidak bermotor tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di

atas rel.100 Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan

yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan

dipungut biaya. Dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada

Pasal 47 Ayat (2), kendaraan bermotor terbagi atas:

a) Mobil penumpang

Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan

orang yang memiliki tempat duduk maksimal delapan orang,

termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari

3500 kilogram.102

b) Mobil bus

Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang

yang memiliki tempat duduk lebih dari delapan orang, termasuk

untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500

kilogram.103

c) Mobil barang

Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk
mengangkut barang.

8
2) Kendaraan tidak Bermotor

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang

digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.106

b. Pengangkutan Kereta Api

Telah diketahui bahwa kereta api dapat mengangkut orang dan

barang. Pengangkutan barang dengan kereta api itu dapat dilakukan

dengan beberapa jenis pengangkutan yakni:107

1) Pengangkutan barang kiriman : barang-barang yang beratnya tidak

lebih dari 50 kg akan diangkut sebagai barang kiriman, kecuali

apabila pengirim menghendakin lain

2) Pengangkutan barang muatan : barang-barang yang beratnya lebih

dari 500kg atau barang-barang lain yang diminta pengirim agar

barangnya dikirim sebagai barang muatan.

3) Pengangkutan barang kilat : barang-barang yang diinginkan agar

dapat dikirim dengan cepat, pelaksanaannya lebih cepat daripada

pengangkutan sebagai barang kiriman atau barang muatan.

4) Pengangkutan barang sebagai bagasi : barang-barang keperluan

dalam perjalanan, kalau tidak bisa dibawa sebagai barang bawaan

maka harus dibagasikan dan disimpan dalam gerbong bagasi.

Pemilik barang bagasi harus memiliki surat bukti bagasi.

9
BAB IV
Para Pihak dalam Pengangkutan Barang di Darat

a. Pengangkut

Pengangkut pada pengangkutan darat adalah perusahaan

pengangkutan umum yang mendapat izin operasi dari pemerintah

menggunakan kendaraan umum dengan memungut bayaran.112

Kegiatan Pengangkutan barang dilakukan dengan menggunakan

kendaraan bermotor yang khusus mengangkut barang, kendaraan

bermotor khusus mengangkut barang yang dimaksud adalah kendaraan

bermotor umum yakni seperti truk dan truk gandeng.113

b. Pengirim

Pengirim adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Jika

kita lihat dalam KUHD tidak mengatur definisi pengirim secara umum.

Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan,

pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar

pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh

pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa

inggris pengirim disebut consigner, khusus pada pengangkutan

perairan pengirim disebut shipper.

c. Penerima

Penerima barang dalam kerangka perjanjian pengangkutan

tidak menjadi para pihak. Penerima merupakan pihak ketiga yang

berkepentingan atas penyerahan barang.116 Pihak penerima barang

yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan

10
penerima merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya pihak

pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang

yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan,

penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang

berkepentingan.117 Ada beberapa pendapapat mengenai kedudukan

penerima: 118

1) Penerima sebagai pihak ketiga yang berkepentingan

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1317 KUHPer.

2) Penerima sebagai cessionaris (orang yang menerima cessie)

yakni secara diam-diam mengenai hak menagih pengirim

terhadap pengangkut.

3) Penerima sebagai pemegang kuasa atau penyelenggara urusan

si pengirim

11

Anda mungkin juga menyukai