Statuta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Statuta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
NOMOR: 002/TAP.DN/WALHI/VIII/2016
Tanggal 23 Agustus 2016
Finalisasi Statuta WALHI Hasil PNLH XII
_________________________________
STATUTA
WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA
(WALHI)
Perubahan pada Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XII WALHI Tahun
2016 di Palembang
MUKADIMAH
Perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kedaulatan rakyat atas lingkungan hidup dan
sumber‐sumber kehidupan rakyat sebagai bagian dari upaya mewujudkan tatanan demokrasi,
kehidupan yang adil, harus dilakukan secara arif dan berkelanjutan oleh berbagai kelompok
masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Kalangan pembela lingkungan hidup dan hak asasi manusia, sudah sejak lama mempersoalkan
berbagai kebijakan negara yang merampas dan menghancurkan hak‐hak rakyat atas sumber‐
sumber kehidupannya. Disadari bahwa perjuangan tersebut dari hari kehari semakin dihadapkan
dengan tantangan yang berat, terutama yang bersumber pada: Pertama, semakin kukuhnya
dominasi dan penetrasi rezim kapitalisme global melalui agenda‐agenda pasar bebas dan
hegemoni paham liberalisme baru (neo‐liberalism). Kedua, semakin menguatnya dukungan dan
pemihakan kekuatan politik dominan di dalam negeri terhadap kepentingan negara‐negara
industri atau rejim ekonomi global. Rezim kapitalisme global menempatkan rakyat, lingkungan
hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, bahkan bumi sebagai tumbal akumulasi kapital.
Dominasi dan penetrasi tersebut telah memposisikan negara menjadi perpanjangan tangan
kapitalisme global. Akibatnya kebijakan pengelolaan lingkungan hidup serta pembangunan
politik, ekonomi, dan sosial budaya diwarnai oleh semangat liberalisasi dan privatisasi yang
memudahkan ekspansi modal dan globalisasi pasar. Watak kebijakan negara pada akhirnya
membuka jalan bagi perampasan secara sistematis terhadap hak atas lingkungan hidup, hak‐hak
sipil politik, maupun hak‐hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Untuk merespon berbagai persoalan lingkungan hidup dan hak asasi manusia di tingkat lokal,
nasional, maupun global, pada tahun 1980 beberapa organisasi non‐pemerintah, kelompok
pecinta alam, dan individu yang memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan hidup
mendirikan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Sejak saat itu, WALHI
berkembang menjadi organisasi yang mensinergikan semua potensi gerakan lingkungan hidup
dan hak asasi manusia.
Bahkan pada perjalanan selanjutnya, WALHI memposisikan diri sebagai bagian dari gerakan
rakyat dan gerakan sosial untuk melawan dominasi kekuatan kapitalisme global dan kebijakan
negara yang bertanggung jawab atas perampasan hak atas lingkungan hidup, hak‐hak sipil
politik, maupun hak‐hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Dengan pilihan posisi seperti itu, WALHI menegaskan kepada para pembuat dan pengambil
kebijakan baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional bahwa sesungguhnya rakyatlah
pemilik kedaulatan atas sumber‐sumber kehidupan.
WALHI mengemban misi sebagai organisasi perjuangan penegakan kedaulatan rakyat atas
sumber‐sumber kehidupan. Untuk mewujudkan misi tersebut WALHI memainkan peran:
Pertama, menggalang sinergi yang berorientasi pada nilai‐nilai: Hak asasi manusia; Demokrasi;
Keadilan gender; Keadilan ekologis; Keadilan antar generasi; Persaudaraan Sosial; Anti
kekerasan; Keberagaman, dan dengan mengedepankan prinsip‐prinsip utama: Keterbukaan;
Keswadayaan; Profesional; Ketauladanan; Kesukarelawanan. Kedua, mendorong proses
transformasi sosial dengan cara: (1) mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat; (2)
mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat; (3)
mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif menuju
ke arah ekonomi kerakyatan; (4) membangun alternatif tata ekonomi dunia baru; serta (5)
mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber‐sumber kehidupan rakyat yang adil dan
berkelanjutan.
BAB I KOMUNITAS
(1) Komunitas ini bernama Wildlife Observer Community disingkat WOC, didirikan di Padang
pada tanggal 24 Januari 2017;
(2) Komunitas ini berbentuk forum yang memiliki anggota di seluruh wilayah Republik
Indonesia;
(3) WOC berkedudukan di Ibukota Provinsi Sumatera Barat
Pasal 3 Kegiatan
Untuk mencapai tujuannya, WALHI melaksanakan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi
manusia yang kegiatannya meliputi: 1. Penyelamatan lingkungan hidup;
2. Pengorganisasian rakyat;
3. Pendidikan kritis;
4. Kampanye dan riset;
5. Litigasi;
6. Menggalang aliansi kekuatan masyarakat sipil; dan
7. Menggalang dukungan publik.
BAB II KEANGGOTAAN
Pasal 4 Keanggotaan
(1) Calon anggota mengajukan surat permohonan menjadi anggota kepada Eksekutif Daerah
WALHI dengan melampirkan:
a. Profil organisasi;
b. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Organisasi;
c. Daftar riwayat hidup (curriculum vitae) bagi anggota individu;
d. Memaparkan pokok-pokok pikiran terkait advokasi lingkungan hidup secara tertulis bagi
anggota individu;
e. Surat rekomendasi dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) organisasi anggota atau 30 (tiga
puluh) individu anggota WALHI;
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan Statuta dan seluruh
keputusan organisasi WALHI.
(2) Calon anggota yang telah memenuhi ketentuan Ayat (1) diatas, dan memenuhi persyaratan
keanggotaan sebagaimana ketentuan Pasal 5 Statuta ini, selanjutnya akan dilakukan
verifikasi;
(3) Calon anggota yang lolos verifikasi, diputuskan sebagai anggota dalam forum PDLH atau
KDLH WALHI.
(1) Anggota WALHI dapat diberhentikan apabila tidak memenuhi nilai‐nilai WALHI, dan tidak
melaksanakan kewajiban anggota sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Statuta ini;
(2) Proses pemberhentian anggota dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Ada usulan dari anggota organisasi dan/atau individu secara tertulis kepada Dewan
Daerah dengan tembusan Direktur Eksekutif Daerah, yang dilengkapi dengan alasan
pemberhentian;
b. Dewan Daerah dan Direktur Eksekutif Daerah membentuk Tim Verifikasi untuk
melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran, dan dalam hal ditemukan adanya
pelanggaran dimaksud, maka Direktur Eksekutif Daerah dengan persetujuan Dewan
Daerah dapat mengeluarkan surat pemberhentian sementara anggota yang tersebut,
sampai dengan proses verifikasi disampaikan ke forum KDLH atau PDLH WALHI untuk
pemberhentian tetap;
c. Hasil verifikasi disampaikan oleh Dewan Daerah dan Direktur Eksekutif Daerah ke
forum KDLH atau PDLH WALHI;
d. Anggota yang terancam diberhentikan, diberikan kesempatan membela diri di dalam
forum KDLH atau PDLH WALHI.
(3) Keputusan KDLH atau PDLH WALHI tentang pemberhentian anggota bersifat final dan
mengikat.
Pasal 10 Struktur
(1) Dewan Nasional adalah struktur organisasi yang merupakan representasi anggota yang
dipilih dan disahkan dalam PNLH WALHI;
(2) Anggota Dewan Nasional telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(3) Dewan Nasional berjumlah sekurang‐kurangnya 5 (lima) orang, dan sebanyak‐banyak 7
(tujuh) orang yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan
2 (dua) orang, 3 (tiga) orang atau 4 (empat) orang Anggota;
(4) Masa jabatan Dewan Nasional selama 4 (empat) tahun untuk satu periode dan hanya dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
Pasal 12
Kewenangan, Tugas dan Hak Dewan Nasional
(1) Eksekutif Nasional adalah struktur organisasi yang melaksanakan kebijakan organisasi,
politik, program kerja dan keuangan tingkat nasional yang telah ditetapkan dalam PNLH dan
KNLH WALHI
(2) Eksekutif Nasional dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang dipilih langsung oleh anggota
dalam PNLH/PNLH LB WALHI;
(3) Direktur Eksekutif Nasional telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(4) Eksekutif Nasional terdiri dari Direktur Eksekutif dan Staf Eksekutif;
(5) Masa jabatan Direktur Eksekutif Nasional selama 4 (empat) tahun untuk satu periode dan
hanya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
(1) Dewan Daerah adalah struktur organisasi yang merupakan representasi anggota yang dipilih
dan disahkan dalam PDLH WALHI,
(2) Anggota Dewan Daerah telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(3) Dewan Daerah berjumlah sekurang‐kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak‐banyak 5 (lima)
orang yang dipimpin oleh seorang Ketua;
(4) Masa jabatan Dewan Daerah selama 4 (empat) tahun untuk 1 (satu) periode dan hanya dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
(1) Eksekutif Daerah adalah struktur organisasi yang melaksanakan kebijakan organisasi,
program kerja dan keuangan tingkat daerah yang telah ditetapkan dalam PDLH dan KDLH
WALHI;
(2) Eksekutif Daerah dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang dipilih langsung oleh anggota
dalam PDLH dan PDLH LB;
(3) Direktur Eksekutif Daerah telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(4) Eksekutif Daerah terdiri dari Direktur Eksekutif dan Staf Eksekutif;
(5) Masa jabatan Direktur Eksekutif Daerah selama 4 (empat) tahun untuk 1 (satu) periode dan
hanya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
(1) WALHI Daerah dapat dibentuk atas usulan sekurang‐kurangnya dari 5 (lima) organisasi di
daerah yang memenuhi persyaratan menjadi anggota WALHI;
(2) Organisasi yang mengusulkan pembentukan WALHI daerah sekurang‐kurangnya sudah
berdiri dan menjalankan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia selama 3 (tiga)
tahun;
(3) Usulan pembentukan WALHI Daerah mendapatkan rekomendasi dari 3 (tiga) Eksekutif
Daerah WALHI terdekat dan diajukan kepada Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional
WALHI;
(4) Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional membentuk tim untuk melakukan verifikasi
terhadap usulan organisasi;
(5) Tim verifikasi melakukan verifikasi persyaratan formil, paling lama 6 (enam) bulan dan
melaporkannya dalam Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN);
(6) RPDN memutuskan membentuk simpul atau belum dibentuknya simpul, atau dengan nama
lainnya sebagai tim persiapan pembentukan, dengan masa kerja simpul paling lama 1 (satu)
tahun;
(7) RPDN membentuk tim asistensi yang terdiri dari unsur Dewan Nasional, Eksekutif
Nasional, dan Eksekutif Daerah terdekat;
(8) Tim asistensi melakukan pendidikan kader, pendidikan ke-WALHI-an (Kepemimpinan),
advokasi, manajemen organisasi dan keuangan;
(9) Tim asistensi melaporkan hasil kerjanya dalam Rapat Pleno Dewan Nasional;
(10) Dewan Nasional dan Eksekutif Nasional melaporkan hasil kerja Tim verifikasi dan asistensi
pada KNLH/PNLH WALHI;
(11) Forum KNLH/PNLH memutuskan dan menetapkan terbentuk atau tidak terbentuknya
WALHI Daerah.
(1) Penutupan WALHI Daerah dilakukan apabila memenuhi salah satu alasan dan ketentuan
sebagai berikut:
a. Seluruh komponen WALHI Daerah melakukan pelanggaran Statuta WALHI dan seluruh
keputusan organisasi;
b. Seluruh komponen WALHI Daerah tidak mengikuti PNLH;
c. Seluruh anggota menyatakan mengundurkan diri atau hilang keanggotaannya;
d. Jumlah anggota kurang dari 5 (lima) dan tidak memenuhi persyaratan minimum
organisasi;
e. WALHI Daerah yang mengalami pembekuan sebagaimana ketentuan Pasal 20, yang
tidak dapat lagi diperbaiki kelangsungan organisasinya.
(2) Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional membentuk tim untuk melakukan verifikasi
terhadap WALHI Daerah yang memenuhi ketentuan ayat (1);
(3) Hasil verifikasi terhadap WALHI Daerah yang akan ditutup, disampaikan dalam Rapat
Pleno Dewan Nasional;
(4) Dewan Nasional menyampaikan hasil verifikasi dalam forum KNLH/PNLH WALHI; (5)
Pengesahan penutupan WALHI Daerah ditetapkan dalam KNLH atau PNLH WALHI.
BAB V VERIFIKASI
Pasal 22 Verifikasi
Pasal 23
Pergantian Antar Waktu Dewan Nasional
(1) Apabila anggota Dewan Nasional berhalangan tetap atau mengundurkan diri sebelum habis
masa jabatannya, dilakukan pengangkatan dan pengesahan anggota Dewan Nasional
pengganti antar waktu dalam Rapat Pleno Dewan Nasional;
(2) Dalam hal anggota Dewan Nasional tidak menghadiri Rapat Pleno Dewan Nasional 3 (tiga)
kali berturut-turut dan 1 (satu) kali KNLH, maka dapat dilakukan penggantian antar waktu
kepada anggota yang bersangkutan oleh Rapat Pleno Dewan Nasional;
(3) Pergantian antar waktu juga dapat dilakukan dalam hal anggota Dewan Nasional melakukan
pelanggaran terhadap nilai-nilai, visi dan misi, serta Statuta WALHI;
(4) Anggota Dewan Nasional pengganti antar waktu diangkat dari nomor urut teratas dalam
daftar pemilihan PNLH terakhir;
(5) Dalam hal tidak terpenuhinya ketentuan pada Ayat (4), maka penggantian antar waktu
dilakukan pada KNLH;
(6) Dalam hal pergantian antar waktu anggota Dewan Nasional terjadi antara KNLH terakhir
dan PNLH, maka proses pergantian antar waktu ditentukan oleh anggota Dewan Nasional
yang tersisa.
Pasal 24 Pergantian Antar Waktu Dewan Daerah
(1) Apabila anggota Dewan Daerah berhalangan tetap atau mengundurkan diri sebelum habis
masa jabatannya, dilakukan pengangkatan dan pengesahan anggota Dewan Daerah
pengganti antar waktu dalam Rapat Pleno Dewan Daerah;
(2) Dalam hal anggota Dewan Daerah tidak menghadiri rapat pleno Dewan Daerah 3 (tiga) kali
berturut-turut dan 1 (satu) kali KDLH, maka dapat dilakukan pergantian antar waktu kepada
anggota yang bersangkutan oleh Rapat Pleno Dewan Daerah;
(3) Pergantian antar waktu juga dapat dilakukan dalam hal anggota Dewan Daerah melakukan
pelanggaran terhadap nilai-nilai, visi dan misi, serta Statuta WALHI;
(4) Anggota Dewan Daerah pengganti antar waktu diangkat dari nomor urut teratas dalam daftar
pemilihan PDLH terakhir;
(5) Dalam hal tidak terpenuhinya ketentuan pada Ayat (4), maka pergantian antar waktu
dilakukan pada KDLH;
(6) Dalam hal pergantian antar waktu anggota Dewan Daerah terjadi antara KDLH terakhir dan
PDLH, maka proses pergantian antar waktu ditentukan oleh anggota Dewan Daerah yang
tersisa.
Pengambilan keputusan dalam struktur organisasi WALHI dilakukan melalui rapat‐rapat yang
terdiri dari:
1. Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH);
2. Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa (PNLH LB);
3. Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup (KNLH);
4. Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH);
5. Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa (PDLH LB);
6. Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH);
7. Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN);
8. Rapat Pleno Dewan Daerah (RPDD); 9. Rapat Kerja Eksekutif Nasional (RKEN);
10. Rapat Kerja Eksekutif Daerah (RKED).
(1) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
yang dilaksanakan sekali dalam 4 (empat) tahun untuk:
a. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Eksekutif Nasional, Dewan Nasional
dan panitia‐panitia adhoc yang dibentuk oleh Forum KNLH atau PNLH;
b. Mengevaluasi kegiatan WALHI selama (satu) periode;
c. Merumuskan strategi kebijakan dasar WALHI;
d. Menetapkan dan mengesahkan amademen Statuta WALHI;
e. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Nasional, Dewan Nasional, dan
panitiapanitia adhoc;
f. Mengesahkan pembentukan atau penutupan WALHI Daerah.
(2) Peserta Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup terdiri dari Anggota dan Eksekutif Daerah,
yang memiliki hak bicara dan hak suara;
(3) Peninjau Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup adalah Direktur Eksekutif Nasional,
Dewan Nasional, utusan Dewan Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak bicara;
(4) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah, apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang terdaftar sebagai
peserta;
(5) Keputusan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari anggota yang hadir;
(6) Penetapan tempat dan waktu pelaksanaan PNLH ditentukan dalam KNLH terakhir;
(7) Jumlah peserta, panitia pengarah, dan panitia pelaksana PNLH, serta kriteria calon Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional ditentukan dalam KNLH terakhir.
(1) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa merupakan forum pengambilan
keputusan yang diselenggarakan apabila:
a. Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap;
b. Seluruh anggota Dewan Nasional mengundurkan diri.
(2) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diusulkan, apabila telah disetujui
oleh 2/3 dari jumlah anggota;
(3) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila telah
dihadiri setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota WALHI;
(4) Peserta Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa terdiri dari Anggota dan
Eksekutif Daerah, yang memiliki hak bicara dan hak suara;
(5) Peninjau Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa adalah Direktur Eksekutif
Nasional, Dewan Nasional, utusan Dewan Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak
bicara;
(6) Penyelenggaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap, dilaksanakan oleh Dewan Nasional;
(7) Penyelenggaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
seluruh anggota Dewan Nasional mengundurkan diri, dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif
Nasional;
(8) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa mengambil keputusan tentang:
a. Rehabilitasi atau pemberhentian Direktur Eksekutif Nasional;
b. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Nasional;
c. Memilih dan menetapkan Dewan Nasional;
d. Mengesahkan amandemen Statuta WALHI;
e. Mengesahkan pembentukan dan penutupan WALHI Daerah.
(9) Ketentuan dan tata cara penyelengaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, diatur sebagai berikut;
a. Dewan Nasional mengirimkan surat kepada seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah penilaian terhadap Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran
Statuta, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Dewan Nasional menunjuk pejabat sementara Direktur Eksekutif Nasional sampai
penyelenggaraan PNLH Luar Biasa paling lama 6 (enam) bulan;
c. Pejabat sementara Direktur Eksekutif Nasional diberikan kewenangan untuk menjalankan
roda organisasi sampai penyelenggaraan PNLH Luar Biasa;
d. Waktu dan tempat pelaksanaan PNLH Luar Biasa ditetapkan dalam Rapat Pleno Dewan
Nasional;
e. Jika dalam PNLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Nasional dinyatakan bersalah maka
sanksi ditetapkan dalam forum PNLH Luar Biasa;
f. Dalam hal sanksi yang dijatuhkan berupa pemberhentian, maka forum PNLH Luar Biasa
langsung melakukan pemilihan Direktur Eksekutif Nasional;
g. Direktur Eksekutif Nasional yang terpilih dalam PNLH Luar Biasa masa jabatannya
ditetapkan 1 (satu) periode penuh 4 (empat) tahun;
h. Dalam hal terjadi kondisi pada point g, maka masa jabatan Dewan Nasional disesuaikan
dengan periode masa jabatan Direktur Eksekutif Nasional terpilih;
i. Jika dalam PNLH Luar Bisa, Direktur Eksekutif Nasional dinyatakan tidak bersalah maka
PNLH Luar Biasa berkewajiban merehabilitasi nama baik dan mengembalikan jabatan
Direktur Eksekutif Nasional sesuai dengan mandat semula.
(10) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh pengunduran diri seluruh anggota Dewan Nasional dilakukan dengan
cara:
a. Eksekutif Nasional mengundang seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadi pengunduran diri seluruh anggota Dewan Nasional untuk
menyelenggarakan PNLH Luar Biasa;
b. Waktu dan tempat pelaksanaan PNLH Luar Biasa ditentukan oleh Eksekutif Nasional.
(1) Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan yang
dilakukan 1 (satu) tahun sekali untuk:
a. Melakukan evaluasi dan perencanaan pelaksanaan program dan keorganisasian selama
satu tahun, menetapkan waktu, tempat, peserta, panitia pengarah, panitia pelaksana
Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup, dan penentuan kriteria calon Direktur Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional;
b. Pemilihan dan Pengesahan Dewan Nasional, apabila dalam daftar nomor urut pemilihan
PNLH terakhir sudah tidak ada;
c. Pengesahan pembentukan dan penutupan WALHI Daerah.
(2) Peserta Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup adalah Dewan Nasional, Eksekutif Nasional,
Eksekutif Daerah, dan utusan Dewan Daerah;
(3) Dewan Nasional, Eksekutif Nasional, Eksekutif Daerah, dan utusan Dewan Daerah memiliki
hak bicara dan masing-masing memiliki 1 (satu) hak suara;
(4) Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah 1 (satu) peserta yang telah terdaftar sebagai peserta.
(5) Keputusan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari peserta KNLH yang hadir;
(6) Penanggung jawab pelaksanaan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup adalah Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional;
(7) Tempat dan waktu pelaksanaan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup ditetapkan dalam
Rapat Pleno Dewan Nasional bersama Eksekutif Nasional.
Pasal 29 Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH)
(1) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
yang dilaksanakan sekali dalam 4 (empat) tahun untuk:
a. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan
panitia‐panitia adhoc yang dibentuk oleh Forum KDLH atau PDLH;
b. Mengevaluasi kegiatan WALHI daerah selama satu periode;
c. Merumuskan strategi kebijakan dasar WALHI Daerah;
d. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan panitia- panitia
adhoc;
e. Menetapkan pemberhentian dan penerimaan anggota WALHI Daerah.
(2) Peserta Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup terdiri dari Anggota, yang memiliki hak
bicara dan hak suara;
(3) Peninjau Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup adalah Direktur Eksekutif daerah, Dewan
Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak bicara;
(4) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang terdaftar sebagai
peserta;
(5) Keputusan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari anggota yang hadir;
(6) Penetapan waktu pelaksanaan PDLH ditentukan dalam KDLH terakhir;
(7) Jumlah peserta, panitia pengarah, dan panitia pelaksana PDLH, serta kriteria calon Eksekutif
Daerah dan Dewan Daerah ditentukan dalam KDLH terakhir.
(1) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa merupakan forum pengambilan keputusan
yang diselenggarakan apabila:
a. Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan keputusan organisasi,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Seluruh anggota Dewan Daerah mengundurkan diri.
(2) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diusulkan, apabila telah disetujui
oleh 2/3 dari jumlah anggota;
(3) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila telah
dihadiri setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota WALHI Daerah;
(4) Penyelenggara Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan keputusan organisasi,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, dilaksanakan oleh Dewan Daerah;
(5) Penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah, dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif
Daerah;
(6) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa mengambil keputusan tentang:
a. Rehabilitasi atau pemberhentian Direktur Eksekutif Daerah;
b. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Daerah;
c. Memilih dan menetapkan Dewan Daerah.
(7) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan
keputusan organisasi, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, diatur sebagai berikut:
a. Dewan Daerah mengirimkan surat kepada seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah penilaian terhadap Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran
Statuta dan keputusan organisasi, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Dewan Daerah menunjuk pejabat sementara Direktur Eksekutif Daerah sampai
penyelenggaraan PDLH Luar Biasa;
c. Pejabat Sementara Direktur Eksekutif diberikan kewenangan untuk menjalankan roda
organisasi sampai penyelenggara PDLH Luar Biasa paling lama 6 (enam) bulan;
d. Waktu pelaksanaan PDLH Luar Biasa ditetapkan dalam Rapat Pleno Dewan Daerah;
e. Jika dalam PDLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Daerah dinyatakan bersalah maka
sanksi ditetapkan dalam forum PDLH Luar Biasa;
f. Dalam hal sanksi yang dijatuhkan berupa pemberhentian, maka forum PDLH Luar Biasa
langsung melakukan pemilihan Direktur Eksekutif Daerah;
g. Direktur Eksekutif Daerah yang terpilih dalam PDLH Luar Biasa masa Jabatannya;
menyesuaikan dengan masa jabatan Dewan Daerah;
h. Jika dalam PDLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Daerah dinyatakan tidak bersalah maka
PDLH Luar Biasa berkewajiban merehabilitasi nama baik dan mengembalikan jabatan
Direktur Eksekutif Daerah sesuai dengan mandat semula;
(8) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah, dilakukan dengan
cara:
a. Eksekutif Daerah mengundang seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadi pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah untuk menyelenggarakan
PDLH Luar Biasa;
b. Waktu dan tempat pelaksanaan PDLH Luar Biasa ditentukan oleh Eksekutif Daerah.
(9) Dalam hal terjadi PDLH LB terhadap pemilihan Dewan Daerah, maka masa jabatan Dewan
Daerah menyelesaikan masa jabatan Direktur Eksekutif Daerah.
(1) Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan yang
dilakukan 1 (satu) tahun sekali untuk:
a. Melakukan evaluasi dan perencanaan pelaksanaan program dan keorganisasian selama 1
(satu) tahun, menetapkan waktu, peserta, panitia pengarah, panitia pelaksana Pertemuan
Daerah Lingkungan Hidup, dan penentuan kriteria calon Direktur Eksekutif Daerah dan
Dewan Daerah;
b. Pemilihan dan Pengesahan Dewan Daerah apabila di dalam daftar nomor urut pemilihan
PDLH terakhir sudah tidak ada;
c. Pemberhentian dan pengesahan anggota WALHI Daerah.
(2) Peserta Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup adalah Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan
Anggota;
(3) Eksekutif Daerah, Dewan Daerah dan anggota memiliki masing-masing 1 (satu) suara;
(4) Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota;
(5) Keputusan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari peserta KDLH yang hadir;
(6) Penanggung jawab pelaksanaan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup adalah Eksekutif
Daerah dan Dewan Daerah;
(7) Tempat dan Waktu pelaksanaan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup ditetapkan dalam
Rapat Pleno Dewan Daerah bersama Eksekutif Daerah.
(1) Rapat Pleno Dewan Nasional merupakan forum pengambilan keputusan yang diadakan
setiap 3 (tiga) bulan atau minimal 4 (empat) kali dalam setahun, untuk:
a. Membahas pelaksanaan tugas, wewenang, dan peran‐peran politis Dewan Nasional;
b. Membahas dan mengesahkan usulan rancangan program dan anggaran 1 (satu) tahun
yang diajukan oleh Eksekutif Nasional;
c. Membahas hasil pengawasan terhadap pelaksanaan program Eksekutif Nasional;
d. Memberhentikan dan mengangkat anggota Dewan Nasional pengganti antar waktu.
(2) Rapat Pleno Dewan Nasional dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang‐kurangnya setengah
ditambah 1 (satu) anggota Dewan Nasional;
(3) Keputusan Rapat Pleno Dewan Nasional dianggap sah apabila disetujui oleh suara terbanyak
anggota Dewan Nasional yang hadir.
(1) Rapat Pleno Dewan Daerah merupakan forum pengambilan keputusan yang diadakan setiap
3 (tiga) bulan atau minimal 4 (empat) kali dalam setahun, untuk:
a. Membahas pelaksanaan tugas, wewenang, dan peran‐peran politis Dewan Daerah;
b. Membahas dan mengesahkan usulan rancangan program dan anggaran 1 (satu) tahun
yang diajukan oleh Eksekutif Daerah;
c. Membahas hasil pengawasan terhadap pelaksanaan program Eksekutif Daerah;
d. Memberhentikan dan mengangkat anggota Dewan Daerah pengganti antar waktu.
(2) Rapat Pleno Dewan Daerah dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang‐kurangnya setengah
ditambah 1 (satu) anggota Dewan Daerah;
(3) Keputusan Rapat Pleno Dewan Daerah dianggap sah apabila disetujui oleh suara terbanyak
anggota Dewan Daerah yang hadir.
(1) Rapat Kerja Eksekutif Nasional terdiri dari: Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja
Perencanaan Eksekutif Nasional;
(2) Rapat Kerja Nasional diikuti oleh Eksekutif Nasional, Dewan Nasional, bersama Eksekutif
Daerah yang dilakukan selambat‐lambatnya 3 (tiga) bulan setelah PNLH untuk sinkronisasi
program nasional WALHI;
(3) Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Nasional adalah Rapat Kerja yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan untuk evaluasi dan perencanaan program serta keuangan;
(4) Peserta Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Nasional adalah Direktur Eksekutif Nasional dan
Staf Eksekutif Nasional;
(5) Tata cara dan mekanisme Rapat Kerja Eksekutif Nasional diatur di dalam Standard
Operasional Procedure (SOP) WALHI.
Pasal 35 Rapat Kerja Eksekutif Daerah (RKED)
(1) Rapat Kerja Eksekutif Daerah terdiri dari: Rapat Kerja Daerah dan Rapat Kerja Perencanaan
Eksekutif Daerah;
(2) Rapat Kerja Daerah diikuti oleh Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, bersama anggota WALHI
Daerah yang dilakukan selambat‐lambatnya 3 (tiga) bulan setelah PDLH untuk sinkronisasi
program WALHI daerah;
(3) Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Daerah adalah Rapat Kerja yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan untuk evaluasi dan perencanaan program serta keuangan;
(4) Peserta Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Daerah adalah Direktur Eksekutif Daerah dan
Staf Eksekutif Daerah;
(5) Tata cara dan mekanisme Rapat Kerja Eksekutif Daerah diatur di dalam Standard
Operasional Procedure (SOP) WALHI.
(1) Setiap pelanggaran terhadap Statuta WALHI dapat dijatuhkan sanksi berupa: a. Peringatan
tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
c. Pemberhentian Eksekutif Nasional, Eksekutif Daerah, dan anggota;
d. Pembekuan atau penutupan WALHI Daerah.
(2) Sanksi dapat ditentukan dan ditetapkan dalam forum PNLH, PNLH LB, KNLH, PDLH,
PDLH LB, atau KDLH;
(3) Sanksi dijatuhkan setelah terlebih dahulu dilakukan verifikasi dan pemberian kesempatan
membela diri kepada yang bersangkutan;
(4) Sanksi yang telah dijatuhkan bersifat final dan mengikat.
(1) Perubahan Statuta WALHI dapat dilakukan dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup;
(2) Perubahan Statuta WALHI dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
(setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang hadir dalam proses pengambilan
keputusan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup.
(1) WALHI hanya dapat dibubarkan di dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup atau
Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa;
(2) Pembubaran WALHI yang dilakukan dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar
Biasa harus diajukan oleh 2/3 (setengah) dari jumlah anggota;
(3) Pembubaran WALHI dinyatakan sah apabila PNLH Luar Biasa dihadiri oleh sekurang‐
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota dan disahkan oleh sekurang‐kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir;
(1) Kekayaan WALHI adalah seluruh aset yang bersifat benda bergerak maupun tidak bergerak
yang dimiliki oleh WALHI;
(2) Jika dibubarkan, maka segala bentuk kekayaan milik WALHI dilimpahkan kepada
Organisasi Rakyat atau Organisasi yang konsisten melakukan advokasi lingkungan hidup
dan hak asasi manusia;
(3) Penetapan Organisasi Rakyat dan Organisasi penerima kekayaan milik WALHI diputuskan
dalam PNLH atau PNLH Luar Biasa yang membahas tentang pembubaran WALHI.
BAB X PENUTUP
(1) Hal-hal yang belum diatur di dalam Statuta ini, akan diatur kemudian dalam Rapat Pleno
Dewan Nasional bersama Eksekutif Nasional;
(2) Statuta ini ditetapkan pada PNLH XII Tahun 2016 di Kota Palembang Propinsi Sumatera
Selatan dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Palembang
Pada Tanggal : 26 April 2016
Pimpinan Sidang Pleno PNLH XII WALHI,
Disahkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Agustus 2016
Ketua,
Risma Umar
Anggota, Anggota,