Anda di halaman 1dari 22

Lampiran : KETETAPAN DEWAN NASIONAL

NOMOR: 002/TAP.DN/WALHI/VIII/2016
Tanggal 23 Agustus 2016
Finalisasi Statuta WALHI Hasil PNLH XII
_________________________________

STATUTA
WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA
(WALHI)

Perubahan pada Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XII WALHI Tahun
2016 di Palembang

MUKADIMAH

Perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kedaulatan rakyat atas lingkungan hidup dan
sumber‐sumber kehidupan rakyat sebagai bagian dari upaya mewujudkan tatanan demokrasi,
kehidupan yang adil, harus dilakukan secara arif dan berkelanjutan oleh berbagai kelompok
masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Kalangan pembela lingkungan hidup dan hak asasi manusia, sudah sejak lama mempersoalkan
berbagai kebijakan negara yang merampas dan menghancurkan hak‐hak rakyat atas sumber‐
sumber kehidupannya. Disadari bahwa perjuangan tersebut dari hari kehari semakin dihadapkan
dengan tantangan yang berat, terutama yang bersumber pada: Pertama, semakin kukuhnya
dominasi dan penetrasi rezim kapitalisme global melalui agenda‐agenda pasar bebas dan
hegemoni paham liberalisme baru (neo‐liberalism). Kedua, semakin menguatnya dukungan dan
pemihakan kekuatan politik dominan di dalam negeri terhadap kepentingan negara‐negara
industri atau rejim ekonomi global. Rezim kapitalisme global menempatkan rakyat, lingkungan
hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, bahkan bumi sebagai tumbal akumulasi kapital.

Dominasi dan penetrasi tersebut telah memposisikan negara menjadi perpanjangan tangan
kapitalisme global. Akibatnya kebijakan pengelolaan lingkungan hidup serta pembangunan
politik, ekonomi, dan sosial budaya diwarnai oleh semangat liberalisasi dan privatisasi yang
memudahkan ekspansi modal dan globalisasi pasar. Watak kebijakan negara pada akhirnya
membuka jalan bagi perampasan secara sistematis terhadap hak atas lingkungan hidup, hak‐hak
sipil politik, maupun hak‐hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Untuk merespon berbagai persoalan lingkungan hidup dan hak asasi manusia di tingkat lokal,
nasional, maupun global, pada tahun 1980 beberapa organisasi non‐pemerintah, kelompok
pecinta alam, dan individu yang memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan hidup
mendirikan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Sejak saat itu, WALHI
berkembang menjadi organisasi yang mensinergikan semua potensi gerakan lingkungan hidup
dan hak asasi manusia.
Bahkan pada perjalanan selanjutnya, WALHI memposisikan diri sebagai bagian dari gerakan
rakyat dan gerakan sosial untuk melawan dominasi kekuatan kapitalisme global dan kebijakan
negara yang bertanggung jawab atas perampasan hak atas lingkungan hidup, hak‐hak sipil
politik, maupun hak‐hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Dengan pilihan posisi seperti itu, WALHI menegaskan kepada para pembuat dan pengambil
kebijakan baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional bahwa sesungguhnya rakyatlah
pemilik kedaulatan atas sumber‐sumber kehidupan.

WALHI mengemban misi sebagai organisasi perjuangan penegakan kedaulatan rakyat atas
sumber‐sumber kehidupan. Untuk mewujudkan misi tersebut WALHI memainkan peran:
Pertama, menggalang sinergi yang berorientasi pada nilai‐nilai: Hak asasi manusia; Demokrasi;
Keadilan gender; Keadilan ekologis; Keadilan antar generasi; Persaudaraan Sosial; Anti
kekerasan; Keberagaman, dan dengan mengedepankan prinsip‐prinsip utama: Keterbukaan;
Keswadayaan; Profesional; Ketauladanan; Kesukarelawanan. Kedua, mendorong proses
transformasi sosial dengan cara: (1) mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat; (2)
mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat; (3)
mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif menuju
ke arah ekonomi kerakyatan; (4) membangun alternatif tata ekonomi dunia baru; serta (5)
mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber‐sumber kehidupan rakyat yang adil dan
berkelanjutan.

BAB I KOMUNITAS

Pasal 1 Nama, Bentuk dan Kedudukan

(1) Komunitas ini bernama Wildlife Observer Community disingkat WOC, didirikan di Padang
pada tanggal 24 Januari 2017;
(2) Komunitas ini berbentuk forum yang memiliki anggota di seluruh wilayah Republik
Indonesia;
(3) WOC berkedudukan di Ibukota Provinsi Sumatera Barat

Pasal 2 Azas, Sifat dan Tujuan

(1) WALHI berazaskan Pancasila;


(2) WALHI bersifat independen;
(3) WALHI bertujuan mendorong terwujudnya pengakuan hak atas lingkungan hidup dan
dilindungi serta dipenuhinya hak asasi manusia sebagai bentuk dari tanggung jawab negara
atas pemenuhan sumber‐sumber kehidupan rakyat.

Pasal 3 Kegiatan

Untuk mencapai tujuannya, WALHI melaksanakan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi
manusia yang kegiatannya meliputi: 1. Penyelamatan lingkungan hidup;
2. Pengorganisasian rakyat;
3. Pendidikan kritis;
4. Kampanye dan riset;
5. Litigasi;
6. Menggalang aliansi kekuatan masyarakat sipil; dan
7. Menggalang dukungan publik.

BAB II KEANGGOTAAN

Pasal 4 Keanggotaan

Keanggotaan WALHI adalah:


1. Organisasi Non Pemerintah disingkat Ornop; 2.
Individu.

Pasal 5 Syarat Keanggotaan

(1) Syarat menjadi anggota WALHI dari unsur organisasi adalah:


a. Tidak dibentuk oleh dan/atau tidak berafiliasi atau bekerja untuk partai politik, organisasi
politik, organisasi bisnis, korporasi, institusi pemerintah, atau TNI/Polri;
b. Tujuan dan kegiatannya tidak bertentangan dengan visi, misi, nilai-nilai, dan
prinsipprinsip WALHI;
c. Memiliki sistem keorganisasian terdiri dari struktur pengurus, staf, program, dan
manajemen;
d. Telah melakukan kegiatan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun yang tidak bertentangan dengan agenda WALHI;
e. Direkomendasikan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) organisasi anggota WALHI;
f. Menyatakan kesediaan secara tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan Statuta dan
seluruh keputusan organisasi WALHI.
(2) Syarat menjadi anggota WALHI dari unsur individu adalah:
a. Tidak pernah melakukan atau terlibat dalam perusakan lingkungan hidup dan
sumbersumber kehidupan rakyat, pelanggaran hak asasi dan kejahatan kemanusiaan,
kejahatan perekonomian, serta tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak;
b. Telah melakukan kegiatan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia
sekurangkurangnya 4 (empat) tahun yang tidak bertentangan dengan agenda WALHI;
c. Direkomendasikan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) organisasi anggota atau 30 (tiga
puluh) individu anggota WALHI;
d. Bukan pengurus partai politik, bukan anggota TNI/Polri, bukan pejabat Negara, dan
bukan PNS;
e. Tujuan dan kegiatannya yang tidak bertentangan dengan visi, misi, serta nilai-nilai
WALHI;
f. Menyatakan kesediaan secara tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan Statuta dan
seluruh keputusan organisasi WALHI.

Pasal 6 Hak dan Kewajiban Anggota

(1) Anggota WALHI mempunyai hak‐hak sebagai berikut:


a. Hak bicara dan hak suara;
b. Hak memperoleh informasi dan dukungan untuk melakukan kegiatan advokasi dari
komponen WALHI;
c. Hak melakukan pembelaan diri secara lisan maupun tertulis dalam hal terjadinya
pelanggaran Statuta WALHI;
d. Hak meminta laporan pertanggungjawaban keuangan dan pelaksanaan program di
Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) dan Pertemuan Nasionl Lingkungan
Hidup (PNLH) WALHI;
e. Hak untuk memperoleh dukungan dan/atau pembelaan atas resiko atau akibat dari
kegiatan advokasi yang dilakukan;
f. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan sebagai kader WALHI.
(2) Anggota WALHI memiliki kewajiban‐kewajiban sebagai berikut:
a. Mematuhi dan melaksanakan Statuta dan keputusan‐keputusan WALHI;
b. Membayar iuran anggota;
c. Melakukan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia yang menjadi agenda
WALHI dan mengkoordinasikannya kepada Eksekutif Daerah;
d. Hadir dan berperan aktif dalam Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) atau
Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH);
e. Menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan program dan keuangan yang
difasilitasi oleh Eksekutif Daerah dan/atau Eksekutif Nasional;
f. Menyampaikan informasi perkembangan struktur organisasinya khususnya terkait agenda
advokasi WALHI dalam forum PDLH dan KDLH.

Pasal 7 Mekanisme Penerimaan Anggota

(1) Calon anggota mengajukan surat permohonan menjadi anggota kepada Eksekutif Daerah
WALHI dengan melampirkan:
a. Profil organisasi;
b. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Organisasi;
c. Daftar riwayat hidup (curriculum vitae) bagi anggota individu;
d. Memaparkan pokok-pokok pikiran terkait advokasi lingkungan hidup secara tertulis bagi
anggota individu;
e. Surat rekomendasi dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) organisasi anggota atau 30 (tiga
puluh) individu anggota WALHI;
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan Statuta dan seluruh
keputusan organisasi WALHI.
(2) Calon anggota yang telah memenuhi ketentuan Ayat (1) diatas, dan memenuhi persyaratan
keanggotaan sebagaimana ketentuan Pasal 5 Statuta ini, selanjutnya akan dilakukan
verifikasi;
(3) Calon anggota yang lolos verifikasi, diputuskan sebagai anggota dalam forum PDLH atau
KDLH WALHI.

Pasal 8 Kehilangan Keanggotaan

(1) Anggota WALHI kehilangan keanggotaannya apabila:


a. Anggota organisasi
1. Mengundurkan diri
2. Organisasi bubar; 3.
Diberhentikan.
b. Anggota Individu
1. Mengundurkan diri; 2.
Meninggal dunia;
3. Diberhentikan.
(2) Kehilangan keanggotaan diputuskan dan disahkan dalam KDLH atau PDLH WALHI.

Pasal 9 Pemberhentian Anggota

(1) Anggota WALHI dapat diberhentikan apabila tidak memenuhi nilai‐nilai WALHI, dan tidak
melaksanakan kewajiban anggota sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Statuta ini;
(2) Proses pemberhentian anggota dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Ada usulan dari anggota organisasi dan/atau individu secara tertulis kepada Dewan
Daerah dengan tembusan Direktur Eksekutif Daerah, yang dilengkapi dengan alasan
pemberhentian;
b. Dewan Daerah dan Direktur Eksekutif Daerah membentuk Tim Verifikasi untuk
melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran, dan dalam hal ditemukan adanya
pelanggaran dimaksud, maka Direktur Eksekutif Daerah dengan persetujuan Dewan
Daerah dapat mengeluarkan surat pemberhentian sementara anggota yang tersebut,
sampai dengan proses verifikasi disampaikan ke forum KDLH atau PDLH WALHI untuk
pemberhentian tetap;
c. Hasil verifikasi disampaikan oleh Dewan Daerah dan Direktur Eksekutif Daerah ke
forum KDLH atau PDLH WALHI;
d. Anggota yang terancam diberhentikan, diberikan kesempatan membela diri di dalam
forum KDLH atau PDLH WALHI.
(3) Keputusan KDLH atau PDLH WALHI tentang pemberhentian anggota bersifat final dan
mengikat.

BAB III STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 10 Struktur

Struktur Organisasi WALHI terdiri dari:


1. Dewan Nasional;
2. Eksekutif Nasional;
3. Dewan Daerah; dan 4. Eksekutif Daerah.

Pasal 11 Dewan Nasional

(1) Dewan Nasional adalah struktur organisasi yang merupakan representasi anggota yang
dipilih dan disahkan dalam PNLH WALHI;
(2) Anggota Dewan Nasional telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(3) Dewan Nasional berjumlah sekurang‐kurangnya 5 (lima) orang, dan sebanyak‐banyak 7
(tujuh) orang yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan
2 (dua) orang, 3 (tiga) orang atau 4 (empat) orang Anggota;
(4) Masa jabatan Dewan Nasional selama 4 (empat) tahun untuk satu periode dan hanya dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.
Pasal 12
Kewenangan, Tugas dan Hak Dewan Nasional

(1) Dewan Nasional memiliki kewenangan sebagai berikut:


a. Mengesahkan laporan pelaksanaan program dan keuangan serta laporan tahunan
Eksekutif Nasional;
b. Memberhentikan, mengangkat dan mengesahkan anggota Dewan Nasional pengganti
antarwaktu;
c. Menunjuk Pejabat sementara Direktur Eksekutif Nasional yang berhalangan tetap atau
mengundurkan diri atau dalam hal terjadinya kekosongan jabatan Direktur Eksekutif
Nasional;
d. Membentuk Tim Verifikasi WALHI Daerah;
e. Mengajukan PNLH Luar Biasa kepada anggota dalam hal pelanggaran Statuta yang
dilakukan oleh Direktur Eksekutif Nasional;
f. Menyelenggarakan PNLH Luar Biasa dalam hal pengunduran diri oleh Direktur
Eksekutif Nasional;
g. Mengambil alih dan memutuskan persoalan‐persoalan keorganisasian yang tidak mampu
diselesaikan oleh komponen WALHI Daerah dan/atau tim verifikasi;
h. Membekukan WALHI Daerah.
(2) Dewan Nasional memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengawasi pelaksanaan hasil PNLH dan KNLH WALHI;
b. Membahas, mempertimbangkan, mengesahkan rencana program kerja, anggaran dan
struktur yang diajukan oleh Eksekutif Nasional;
c. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan keuangan
yang dilakukan oleh Eksekutif Nasional;
d. Melakukan audit internal terhadap program kerja dan keuangan serta menunjuk auditor
eksternal;
e. Menginformasikan hasil kerja tahunannya secara tertulis dalam forum KNLH WALHI;
f. Melakukan rapat rutin dengan Direktur Eksekutif Nasional minimum 4 (empat) kali
dalam setahun;
g. Melakukan konsultasi dengan fungsionaris dan anggota WALHI daerah;
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewenangannya pada PNLH WALHI;
i. Bersama Eksekutif Nasional melakukan peran politis dan strategis yang berkaitan dengan
hak atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia;
j. Bersama Eksekutif Nasional menetapkan advokasi dan aksi di tingkat nasional dan
internasional.
k. Melakukan koordinasi dan supervisi kepada Dewan Daerah WALHI.
(3) Anggota Dewan Nasional memiliki hak dan fasilitas sebagai berikut:
a. Hak, meliputi:
1. Menggunakan fasilitas dan sumber daya organisasi dalam menjalankan agenda
organisasi;
2. Hak membela diri dalam forum‐forum WALHI;
3. Memperoleh pembelaan dari organisasi sehubungan dengan resiko atau akibat dari
kegiatan advokasi yang dilakukan.
b. Memperoleh fasilitas seperti tunjangan, penghargaan, asuransi, dan cuti sesuai
kemampuan keuangan organisasi.
Pasal 13 Eksekutif Nasional

(1) Eksekutif Nasional adalah struktur organisasi yang melaksanakan kebijakan organisasi,
politik, program kerja dan keuangan tingkat nasional yang telah ditetapkan dalam PNLH dan
KNLH WALHI
(2) Eksekutif Nasional dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang dipilih langsung oleh anggota
dalam PNLH/PNLH LB WALHI;
(3) Direktur Eksekutif Nasional telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(4) Eksekutif Nasional terdiri dari Direktur Eksekutif dan Staf Eksekutif;
(5) Masa jabatan Direktur Eksekutif Nasional selama 4 (empat) tahun untuk satu periode dan
hanya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.

Pasal 14 Kewenangan, Tugas dan Hak Direktur Eksekutif Nasional

(1) Direktur Eksekutif Nasional memiliki kewenangan sebagai berikut:


a. Mewakili WALHI dalam melakukan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia di
tingkat nasional dan internasional;
b. Membuat struktur Eksekutif Nasional bersama dengan Dewan Nasional;
c. Mewakili WALHI dalam perjanjian atau perikatan dengan pihak lain;
d. Mengajukan PNLH Luar Biasa dalam hal terjadi pelanggaran Statuta yang dilakukan oleh
Dewan Nasional secara kolektif;
e. Menyelenggarakan PNLH Luar Biasa dalam hal terjadi pengunduran diri seluruh anggota
Dewan Nasional;
f. Mengusulkan pembekuan WALHI Daerah dalam hal terjadi pelanggaran Statuta yang
dilakukan oleh seluruh komponen WALHI Daerah kepada Dewan Nasional;
g. Menginventarisir dan mendokumentasikan seluruh kekayaan WALHI.
(2) Direktur Eksekutif Nasional memiliki tugas‐tugas sebagai berikut:
a. Membuat rancangan program kerja dan anggaran untuk jangka waktu satu periode (4
tahun) dan perencanaan kerja 1 (satu) tahun, untuk selanjutnya diajukan kepada dan
disahkan oleh Dewan Nasional;
b. Menyampaikan informasi perkembangan program kerja dan penggunaan anggaran setiap
3 (tiga) bulan kepada Dewan Nasional melalui Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN);
c. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan PNLH, KNLH, pertemuan-pertemuan
lainnya, dan pelaksanaan program secara nasional;
d. Melakukan penggalangan dana untuk pelaksanaan program‐program yang telah
disepakati di dalam PNLH, KNLH, dan Rapat Pleno Dewan Nasional;
e. Bersama Dewan Nasional memfasilitasi pembentukan WALHI Daerah;
f. Bersama Dewan Nasional melakukan peran politis dan strategis yang berkaitan dengan
hak atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia;
g. Bersama Dewan Nasional menetapkan advokasi dan aksi di tingkat nasional dan
internasional;
h. Memberi dukungan kepada Eksekutif Daerah dalam pelaksanaan program dan advokasi
lingkungan hidup dan hak asasi manusia di tingkat daerah;
i. Menginformasikan laporan kerja tahunannya dalam forum KNLH dan laporan
pertanggungjawaban dalam forum PNLH WALHI;
j. Membuat, dan menetapkan Standard Operational Procedure (SOP) organisasi dengan
berkonsultasi kepada Dewan Nasional;
k. Mengangkat dan memberhentikan Staf Eksekutif Nasional setelah berkonsultasi dengan
Dewan Nasional.
(3) Direktur Eksekutif Nasional memiliki hak dan fasilitas sebagai berikut: a. Hak, meliputi:
1. Menggunakan fasilitas dan sumber daya organisasi dalam menjalankan agenda
organisasi;
2. Hak membela diri dalam forum‐forum WALHI;
3. Memperoleh pembelaan dari organisasi sehubungan dengan resiko atau akibat dari
kegiatan advokasi yang dilakukan.
b. Memperoleh fasilitas seperti gaji, tunjangan, penghargaan, asuransi, dan cuti sesuai
kemampuan keuangan organisasi.

Pasal 15 Dewan Daerah

(1) Dewan Daerah adalah struktur organisasi yang merupakan representasi anggota yang dipilih
dan disahkan dalam PDLH WALHI,
(2) Anggota Dewan Daerah telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(3) Dewan Daerah berjumlah sekurang‐kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak‐banyak 5 (lima)
orang yang dipimpin oleh seorang Ketua;
(4) Masa jabatan Dewan Daerah selama 4 (empat) tahun untuk 1 (satu) periode dan hanya dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.

Pasal 16 Kewenangan, Tugas dan Hak Dewan Daerah

(1) Dewan Daerah memiliki kewenangan sebagai berikut:


a. Mengesahkan laporan pelaksanaan program dan keuangan serta laporan tahunan
Eksekutif Daerah;
b. Memberhentikan, mengangkat dan mengesahkan anggota Dewan Daerah pengganti
antarwaktu;
c. Menunjuk Pejabat sementara Direktur Eksekutif Daerah yang berhalangan tetap atau
mengundurkan diri atau dalam hal terjadinya kekosongan jabatan Direktur Eksekutif
Daerah;
d. Membentuk Tim Verifikasi Calon anggota dan anggota;
e. Mengajukan PDLH Luar Biasa kepada anggota dalam hal pelanggaran Statuta yang
dilakukan oleh Direktur Eksekutif Daerah;
f. Menyelenggarakan PDLH Luar Biasa dalam hal pengunduran diri oleh Direktur
Eksekutif Daerah;
g. Bersama Direktur Eksekutif Daerah membentuk Tim Verifikasi untuk melakukan
pemeriksaan atas usulan pemberhentian dan/atau pemberhentian sementara anggota yang
diverifikasi sampai proses verifikasi tersebut disampaikan ke forum KDLH atau PDLH.
(2) Dewan Daerah memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengawasi pelaksanaan hasil PDLH dan KDLH WALHI;
b. Membahas, mempertimbangkan, mengesahkan rencana program kerja, anggaran dan
struktur yang diajukan oleh Eksekutif Daerah;
c. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan keuangan
yang dilakukan oleh Eksekutif Daerah;
d. Melakukan audit internal terhadap program kerja dan keuangan serta menunjuk auditor
eksternal;
e. Menginformasikan hasil kerjanya secara tertulis kepada anggota di dalam forum KDLH;
f. Melakukan rapat rutin dengan Direktur Eksekutif Daerah minimum 4 (empat) kali dalam
setahun;
g. Melakukan konsultasi dengan anggota WALHI Daerah;
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan wewenangnya pada PDLH WALHI;
i. Bersama Eksekutif Daerah melakukan peran politis dan strategis yang berkaitan dengan
hak atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia tingkat daerah.
(3) Anggota Dewan Daerah memiliki hak dan fasilitas sebagai berikut:
a. Hak, meliputi:
1. Menggunakan fasilitas dan sumber daya organisasi dalam menjalankan agenda
organisasi;
2. Hak membela diri dalam forum‐forum WALHI;
3. Memperoleh pembelaan dari organisasi sehubungan dengan resiko atau akibat dari
kegiatan advokasi yang dilakukan.
b. Memperoleh fasilitas dari organisasi untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
wewenangnya sesuai dengan kemampuan WALHI Daerah.

Pasal 17 Eksekutif Daerah

(1) Eksekutif Daerah adalah struktur organisasi yang melaksanakan kebijakan organisasi,
program kerja dan keuangan tingkat daerah yang telah ditetapkan dalam PDLH dan KDLH
WALHI;
(2) Eksekutif Daerah dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang dipilih langsung oleh anggota
dalam PDLH dan PDLH LB;
(3) Direktur Eksekutif Daerah telah mengikuti pendidikan kepemimpinan WALHI;
(4) Eksekutif Daerah terdiri dari Direktur Eksekutif dan Staf Eksekutif;
(5) Masa jabatan Direktur Eksekutif Daerah selama 4 (empat) tahun untuk 1 (satu) periode dan
hanya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.

Pasal 18 Kewenangan, Tugas dan Hak Direktur Eksekutif Daerah

(1) Direktur Eksekutif Daerah memiliki kewenangan sebagai berikut:


a. Mewakili WALHI dalam melakukan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia di
tingkat daerah;
b. Mengangkat dan memberhentikan Staf Eksekutif Daerah setelah berkonsultasi dengan
Dewan Daerah;
c. Mewakili WALHI Daerah dalam perjanjian atau perikatan dengan pihak lain;
d. Mengajukan PDLH Luar Biasa dalam hal terjadi pelanggaran Statuta yang dilakukan oleh
Dewan Daerah secara kolektif;
e. Menyelenggarakan PDLH Luar Biasa dalam hal terjadi pengunduran diri seluruh anggota
Dewan Daerah.
(2) Direktur Eksekutif Daerah memiliki tugas‐tugas sebagai berikut:
a. Membuat rancangan program kerja dan anggaran untuk jangka waktu tertentu untuk
diajukan kepada dan disahkan oleh Dewan Daerah;
b. Menyampaikan informasi perkembangan program kerja dan penggunaan anggaran setiap
3 (tiga) bulan kepada Dewan Daerah;
c. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan KDLH, PDLH, pertemuan-pertemuan
lainnya, dan pelaksanaan program;
d. Melakukan penggalangan dana untuk pelaksanaan program‐program yang telah
disepakati di dalam PDLH dan KDLH;
e. Bersama Dewan Daerah melakukan peran politis dan strategis yang berkaitan dengan hak
atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia di tingkat daerah;
f. Menginformasikan laporan kerja tahunannya dalam forum KDLH dan laporan
pertanggungjawaban dalam forum PDLH.
(3) Direktur Eksekutif Daerah memiliki hak dan fasilitas sebagai berikut:
a. Hak, meliputi:
1. Menggunakan fasilitas dan sumber daya organisasi dalam menjalankan agenda
organisasi;
2. Hak membela diri di dalam forum‐forum WALHI;
3. Memperoleh pembelaan dari organisasi sehubungan dengan risiko atau akibat dari
kegiatan advokasi yang dilakukan.
b. Memperoleh fasilitas seperti gaji, tunjangan, penghargaan, asuransi dan cuti sesuai
dengan kemampuan WALHI Daerah.

BAB IV PEMBENTUKAN, PEMBEKUAN, DAN PENUTUPAN WALHI DAERAH

Pasal 19 Pembentukan WALHI Daerah

(1) WALHI Daerah dapat dibentuk atas usulan sekurang‐kurangnya dari 5 (lima) organisasi di
daerah yang memenuhi persyaratan menjadi anggota WALHI;
(2) Organisasi yang mengusulkan pembentukan WALHI daerah sekurang‐kurangnya sudah
berdiri dan menjalankan advokasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia selama 3 (tiga)
tahun;
(3) Usulan pembentukan WALHI Daerah mendapatkan rekomendasi dari 3 (tiga) Eksekutif
Daerah WALHI terdekat dan diajukan kepada Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional
WALHI;
(4) Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional membentuk tim untuk melakukan verifikasi
terhadap usulan organisasi;
(5) Tim verifikasi melakukan verifikasi persyaratan formil, paling lama 6 (enam) bulan dan
melaporkannya dalam Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN);
(6) RPDN memutuskan membentuk simpul atau belum dibentuknya simpul, atau dengan nama
lainnya sebagai tim persiapan pembentukan, dengan masa kerja simpul paling lama 1 (satu)
tahun;
(7) RPDN membentuk tim asistensi yang terdiri dari unsur Dewan Nasional, Eksekutif
Nasional, dan Eksekutif Daerah terdekat;
(8) Tim asistensi melakukan pendidikan kader, pendidikan ke-WALHI-an (Kepemimpinan),
advokasi, manajemen organisasi dan keuangan;
(9) Tim asistensi melaporkan hasil kerjanya dalam Rapat Pleno Dewan Nasional;
(10) Dewan Nasional dan Eksekutif Nasional melaporkan hasil kerja Tim verifikasi dan asistensi
pada KNLH/PNLH WALHI;
(11) Forum KNLH/PNLH memutuskan dan menetapkan terbentuk atau tidak terbentuknya
WALHI Daerah.

Pasal 20 Pembekuan WALHI Daerah


(1) WALHI Daerah dapat dibekukan apabila memenuhi salah satu alasan dan ketentuan sebagai
berikut:
a. WALHI daerah tidak melakukan PDLH pada tahun habisnya Direktur Eksekutif Daerah
dan Dewan Daerah pada tahun yang sama;
b. WALHI Daerah tidak menyelenggarakan KDLH 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
c. Eksekutif Daerah dan Utusan Dewan Daerah tidak mengikuti KNLH 1 (satu) kali;
d. WALHI Daerah tidak menyampaikan laporan perkembangan tahunan kepada Eksekutif
Nasional;
e. WALHI Daerah menerima pendanaan dari donor yang dilarang dan telah diatur dalam
STATUTA WALHI atau dalam forum pengambilan keputusan organisasi WALHI
Nasional;
f. Seluruh komponen WALHI Daerah tidak mengadakan kegiatan advokasi lingkungan
hidup dan HAM selama 1 (satu) tahun;
g. Jumlah anggota tidak lagi mencapai 5 (lima) organisasi anggota.
(2) Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional membentuk tim untuk melakukan verifikasi
terhadap WALHI Daerah yang memenuhi ketentuan ayat (1);
(3) Hasil verifikasi WALHI Daerah dibahas dan diputuskan dalam Rapat Pleno Dewan Nasional
dengan mendengarkan keterangan dan pandangan Eksekutif Nasional;
(4) Dalam hal terjadi pembekuan, Dewan Nasional akan menunjuk seorang pelaksana tugas
WALHI Daerah yang akan bertugas paling lama 6 (enam) bulan sampai dengan terlaksana
PDLH LB WALHI Daerah.

Pasal 21 Penutupan WALHI Daerah

(1) Penutupan WALHI Daerah dilakukan apabila memenuhi salah satu alasan dan ketentuan
sebagai berikut:
a. Seluruh komponen WALHI Daerah melakukan pelanggaran Statuta WALHI dan seluruh
keputusan organisasi;
b. Seluruh komponen WALHI Daerah tidak mengikuti PNLH;
c. Seluruh anggota menyatakan mengundurkan diri atau hilang keanggotaannya;
d. Jumlah anggota kurang dari 5 (lima) dan tidak memenuhi persyaratan minimum
organisasi;
e. WALHI Daerah yang mengalami pembekuan sebagaimana ketentuan Pasal 20, yang
tidak dapat lagi diperbaiki kelangsungan organisasinya.
(2) Eksekutif Nasional dan Dewan Nasional membentuk tim untuk melakukan verifikasi
terhadap WALHI Daerah yang memenuhi ketentuan ayat (1);
(3) Hasil verifikasi terhadap WALHI Daerah yang akan ditutup, disampaikan dalam Rapat
Pleno Dewan Nasional;
(4) Dewan Nasional menyampaikan hasil verifikasi dalam forum KNLH/PNLH WALHI; (5)
Pengesahan penutupan WALHI Daerah ditetapkan dalam KNLH atau PNLH WALHI.

BAB V VERIFIKASI

Pasal 22 Verifikasi

(1) Verifikasi dilakukan dalam 4 (empat) kategori yaitu:


a. Verifikasi calon anggota WALHI;
b. Verifikasi terhadap anggota WALHI, dilakukan setelah ada laporan tertulis kepada
Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah atau Eksekutif Nasional dalam hal terjadinya
pelanggaran Nilai‐nilai WALHI dan/atau Visi Misi WALHI, atau Pasal 5 ayat (1) huruf
(b) atau Pasal 6 ayat (2) Statuta WALHI;
c. Verifikasi Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah, yang mencakup: kelengkapan struktur
organisasi, efektifitas mekanisme keorganisasian, dan atau pelanggaran Statuta WALHI;
d. Verifikasi Pembentukan, Pembekuan, dan Penutupan WALHI Daerah.
(2) Kewenangan Tim Verifikasi
a. Kewenangan pembentukan Tim Verifikasi anggota dan calon anggota ada pada Dewan
Daerah;
b. Dalam hal anggota yang akan diverifikasi mempunyai hubungan organisasi dengan salah
satu atau lebih anggota Dewan Daerah, maka kewenangan pembentukan verifikasi ada
pada forum KDLH, PDLH atau PDLH Luar Biasa;
c. Dalam hal terjadi pelanggaran Nilai‐nilai WALHI dan/atau Visi Misi WALHI oleh
anggota maka kewenangan pembentukan tim verifikasi ada pada Dewan Daerah;
d. Apabila yang melakukan pelanggaran nilai‐nilai WALHI dan/atau visi misi WALHI
adalah fungsionaris WALHI Daerah, maka kewenangan pembentukan tim verifikasi ada
pada Dewan Nasional.
e. Kewenangan Pembentukan Tim Verifikasi Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah;
Pembentukan, Pembekuan, dan Penutupan WALHI Daerah ada pada Dewan Nasional;
f. Komposisi Tim Verifikasi terdiri dari 3 (tiga) orang yang berasal dari komponen WALHI.
(3) Pembentukan Tim Verifikasi
a. Dewan Nasional membentuk Tim Verifikasi melalui Rapat Pleno Dewan Nasional
(RPDN);
b. Dewan Daerah membentuk Tim Verifikasi melalui Rapat Pleno Dewan Daerah (RPDD);

BAB VI PERGANTIAN ANTAR WAKTU DEWAN NASIONAL DAN DEWAN


DAERAH

Pasal 23
Pergantian Antar Waktu Dewan Nasional

(1) Apabila anggota Dewan Nasional berhalangan tetap atau mengundurkan diri sebelum habis
masa jabatannya, dilakukan pengangkatan dan pengesahan anggota Dewan Nasional
pengganti antar waktu dalam Rapat Pleno Dewan Nasional;
(2) Dalam hal anggota Dewan Nasional tidak menghadiri Rapat Pleno Dewan Nasional 3 (tiga)
kali berturut-turut dan 1 (satu) kali KNLH, maka dapat dilakukan penggantian antar waktu
kepada anggota yang bersangkutan oleh Rapat Pleno Dewan Nasional;
(3) Pergantian antar waktu juga dapat dilakukan dalam hal anggota Dewan Nasional melakukan
pelanggaran terhadap nilai-nilai, visi dan misi, serta Statuta WALHI;
(4) Anggota Dewan Nasional pengganti antar waktu diangkat dari nomor urut teratas dalam
daftar pemilihan PNLH terakhir;
(5) Dalam hal tidak terpenuhinya ketentuan pada Ayat (4), maka penggantian antar waktu
dilakukan pada KNLH;
(6) Dalam hal pergantian antar waktu anggota Dewan Nasional terjadi antara KNLH terakhir
dan PNLH, maka proses pergantian antar waktu ditentukan oleh anggota Dewan Nasional
yang tersisa.
Pasal 24 Pergantian Antar Waktu Dewan Daerah

(1) Apabila anggota Dewan Daerah berhalangan tetap atau mengundurkan diri sebelum habis
masa jabatannya, dilakukan pengangkatan dan pengesahan anggota Dewan Daerah
pengganti antar waktu dalam Rapat Pleno Dewan Daerah;
(2) Dalam hal anggota Dewan Daerah tidak menghadiri rapat pleno Dewan Daerah 3 (tiga) kali
berturut-turut dan 1 (satu) kali KDLH, maka dapat dilakukan pergantian antar waktu kepada
anggota yang bersangkutan oleh Rapat Pleno Dewan Daerah;
(3) Pergantian antar waktu juga dapat dilakukan dalam hal anggota Dewan Daerah melakukan
pelanggaran terhadap nilai-nilai, visi dan misi, serta Statuta WALHI;
(4) Anggota Dewan Daerah pengganti antar waktu diangkat dari nomor urut teratas dalam daftar
pemilihan PDLH terakhir;
(5) Dalam hal tidak terpenuhinya ketentuan pada Ayat (4), maka pergantian antar waktu
dilakukan pada KDLH;
(6) Dalam hal pergantian antar waktu anggota Dewan Daerah terjadi antara KDLH terakhir dan
PDLH, maka proses pergantian antar waktu ditentukan oleh anggota Dewan Daerah yang
tersisa.

BAB VII RAPAT-RAPAT

Pasal 25 Rapat Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam struktur organisasi WALHI dilakukan melalui rapat‐rapat yang
terdiri dari:
1. Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH);
2. Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa (PNLH LB);
3. Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup (KNLH);
4. Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH);
5. Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa (PDLH LB);
6. Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH);
7. Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN);
8. Rapat Pleno Dewan Daerah (RPDD); 9. Rapat Kerja Eksekutif Nasional (RKEN);
10. Rapat Kerja Eksekutif Daerah (RKED).

Pasal 26 Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH)

(1) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
yang dilaksanakan sekali dalam 4 (empat) tahun untuk:
a. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Eksekutif Nasional, Dewan Nasional
dan panitia‐panitia adhoc yang dibentuk oleh Forum KNLH atau PNLH;
b. Mengevaluasi kegiatan WALHI selama (satu) periode;
c. Merumuskan strategi kebijakan dasar WALHI;
d. Menetapkan dan mengesahkan amademen Statuta WALHI;
e. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Nasional, Dewan Nasional, dan
panitiapanitia adhoc;
f. Mengesahkan pembentukan atau penutupan WALHI Daerah.
(2) Peserta Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup terdiri dari Anggota dan Eksekutif Daerah,
yang memiliki hak bicara dan hak suara;
(3) Peninjau Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup adalah Direktur Eksekutif Nasional,
Dewan Nasional, utusan Dewan Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak bicara;
(4) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah, apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang terdaftar sebagai
peserta;
(5) Keputusan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari anggota yang hadir;
(6) Penetapan tempat dan waktu pelaksanaan PNLH ditentukan dalam KNLH terakhir;
(7) Jumlah peserta, panitia pengarah, dan panitia pelaksana PNLH, serta kriteria calon Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional ditentukan dalam KNLH terakhir.

Pasal 27 Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa (PNLH LB)

(1) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa merupakan forum pengambilan
keputusan yang diselenggarakan apabila:
a. Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap;
b. Seluruh anggota Dewan Nasional mengundurkan diri.
(2) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diusulkan, apabila telah disetujui
oleh 2/3 dari jumlah anggota;
(3) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila telah
dihadiri setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota WALHI;
(4) Peserta Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa terdiri dari Anggota dan
Eksekutif Daerah, yang memiliki hak bicara dan hak suara;
(5) Peninjau Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa adalah Direktur Eksekutif
Nasional, Dewan Nasional, utusan Dewan Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak
bicara;
(6) Penyelenggaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap, dilaksanakan oleh Dewan Nasional;
(7) Penyelenggaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
seluruh anggota Dewan Nasional mengundurkan diri, dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif
Nasional;
(8) Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa mengambil keputusan tentang:
a. Rehabilitasi atau pemberhentian Direktur Eksekutif Nasional;
b. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Nasional;
c. Memilih dan menetapkan Dewan Nasional;
d. Mengesahkan amandemen Statuta WALHI;
e. Mengesahkan pembentukan dan penutupan WALHI Daerah.
(9) Ketentuan dan tata cara penyelengaraan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran Statuta,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, diatur sebagai berikut;
a. Dewan Nasional mengirimkan surat kepada seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah penilaian terhadap Direktur Eksekutif Nasional melakukan pelanggaran
Statuta, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Dewan Nasional menunjuk pejabat sementara Direktur Eksekutif Nasional sampai
penyelenggaraan PNLH Luar Biasa paling lama 6 (enam) bulan;
c. Pejabat sementara Direktur Eksekutif Nasional diberikan kewenangan untuk menjalankan
roda organisasi sampai penyelenggaraan PNLH Luar Biasa;
d. Waktu dan tempat pelaksanaan PNLH Luar Biasa ditetapkan dalam Rapat Pleno Dewan
Nasional;
e. Jika dalam PNLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Nasional dinyatakan bersalah maka
sanksi ditetapkan dalam forum PNLH Luar Biasa;
f. Dalam hal sanksi yang dijatuhkan berupa pemberhentian, maka forum PNLH Luar Biasa
langsung melakukan pemilihan Direktur Eksekutif Nasional;
g. Direktur Eksekutif Nasional yang terpilih dalam PNLH Luar Biasa masa jabatannya
ditetapkan 1 (satu) periode penuh 4 (empat) tahun;
h. Dalam hal terjadi kondisi pada point g, maka masa jabatan Dewan Nasional disesuaikan
dengan periode masa jabatan Direktur Eksekutif Nasional terpilih;
i. Jika dalam PNLH Luar Bisa, Direktur Eksekutif Nasional dinyatakan tidak bersalah maka
PNLH Luar Biasa berkewajiban merehabilitasi nama baik dan mengembalikan jabatan
Direktur Eksekutif Nasional sesuai dengan mandat semula.
(10) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh pengunduran diri seluruh anggota Dewan Nasional dilakukan dengan
cara:
a. Eksekutif Nasional mengundang seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadi pengunduran diri seluruh anggota Dewan Nasional untuk
menyelenggarakan PNLH Luar Biasa;
b. Waktu dan tempat pelaksanaan PNLH Luar Biasa ditentukan oleh Eksekutif Nasional.

Pasal 28 Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup (KNLH)

(1) Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan yang
dilakukan 1 (satu) tahun sekali untuk:
a. Melakukan evaluasi dan perencanaan pelaksanaan program dan keorganisasian selama
satu tahun, menetapkan waktu, tempat, peserta, panitia pengarah, panitia pelaksana
Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup, dan penentuan kriteria calon Direktur Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional;
b. Pemilihan dan Pengesahan Dewan Nasional, apabila dalam daftar nomor urut pemilihan
PNLH terakhir sudah tidak ada;
c. Pengesahan pembentukan dan penutupan WALHI Daerah.
(2) Peserta Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup adalah Dewan Nasional, Eksekutif Nasional,
Eksekutif Daerah, dan utusan Dewan Daerah;
(3) Dewan Nasional, Eksekutif Nasional, Eksekutif Daerah, dan utusan Dewan Daerah memiliki
hak bicara dan masing-masing memiliki 1 (satu) hak suara;
(4) Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah 1 (satu) peserta yang telah terdaftar sebagai peserta.
(5) Keputusan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari peserta KNLH yang hadir;
(6) Penanggung jawab pelaksanaan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup adalah Eksekutif
Nasional dan Dewan Nasional;
(7) Tempat dan waktu pelaksanaan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup ditetapkan dalam
Rapat Pleno Dewan Nasional bersama Eksekutif Nasional.
Pasal 29 Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH)

(1) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
yang dilaksanakan sekali dalam 4 (empat) tahun untuk:
a. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan
panitia‐panitia adhoc yang dibentuk oleh Forum KDLH atau PDLH;
b. Mengevaluasi kegiatan WALHI daerah selama satu periode;
c. Merumuskan strategi kebijakan dasar WALHI Daerah;
d. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan panitia- panitia
adhoc;
e. Menetapkan pemberhentian dan penerimaan anggota WALHI Daerah.
(2) Peserta Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup terdiri dari Anggota, yang memiliki hak
bicara dan hak suara;
(3) Peninjau Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup adalah Direktur Eksekutif daerah, Dewan
Daerah, dan undangan lainnya yang memiliki hak bicara;
(4) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang terdaftar sebagai
peserta;
(5) Keputusan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari anggota yang hadir;
(6) Penetapan waktu pelaksanaan PDLH ditentukan dalam KDLH terakhir;
(7) Jumlah peserta, panitia pengarah, dan panitia pelaksana PDLH, serta kriteria calon Eksekutif
Daerah dan Dewan Daerah ditentukan dalam KDLH terakhir.

Pasal 30 Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa (PDLH LB)

(1) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa merupakan forum pengambilan keputusan
yang diselenggarakan apabila:
a. Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan keputusan organisasi,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Seluruh anggota Dewan Daerah mengundurkan diri.
(2) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diusulkan, apabila telah disetujui
oleh 2/3 dari jumlah anggota;
(3) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila telah
dihadiri setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota WALHI Daerah;
(4) Penyelenggara Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan keputusan organisasi,
mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, dilaksanakan oleh Dewan Daerah;
(5) Penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa yang dikarenakan oleh
pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah, dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif
Daerah;
(6) Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa mengambil keputusan tentang:
a. Rehabilitasi atau pemberhentian Direktur Eksekutif Daerah;
b. Memilih dan menetapkan Direktur Eksekutif Daerah;
c. Memilih dan menetapkan Dewan Daerah.
(7) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran Statuta dan
keputusan organisasi, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap, diatur sebagai berikut:
a. Dewan Daerah mengirimkan surat kepada seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah penilaian terhadap Direktur Eksekutif Daerah melakukan pelanggaran
Statuta dan keputusan organisasi, mengundurkan diri, atau berhalangan tetap;
b. Dewan Daerah menunjuk pejabat sementara Direktur Eksekutif Daerah sampai
penyelenggaraan PDLH Luar Biasa;
c. Pejabat Sementara Direktur Eksekutif diberikan kewenangan untuk menjalankan roda
organisasi sampai penyelenggara PDLH Luar Biasa paling lama 6 (enam) bulan;
d. Waktu pelaksanaan PDLH Luar Biasa ditetapkan dalam Rapat Pleno Dewan Daerah;
e. Jika dalam PDLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Daerah dinyatakan bersalah maka
sanksi ditetapkan dalam forum PDLH Luar Biasa;
f. Dalam hal sanksi yang dijatuhkan berupa pemberhentian, maka forum PDLH Luar Biasa
langsung melakukan pemilihan Direktur Eksekutif Daerah;
g. Direktur Eksekutif Daerah yang terpilih dalam PDLH Luar Biasa masa Jabatannya;
menyesuaikan dengan masa jabatan Dewan Daerah;
h. Jika dalam PDLH Luar Biasa, Direktur Eksekutif Daerah dinyatakan tidak bersalah maka
PDLH Luar Biasa berkewajiban merehabilitasi nama baik dan mengembalikan jabatan
Direktur Eksekutif Daerah sesuai dengan mandat semula;
(8) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup Luar Biasa
yang dikarenakan oleh pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah, dilakukan dengan
cara:
a. Eksekutif Daerah mengundang seluruh anggota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadi pengunduran diri seluruh anggota Dewan Daerah untuk menyelenggarakan
PDLH Luar Biasa;
b. Waktu dan tempat pelaksanaan PDLH Luar Biasa ditentukan oleh Eksekutif Daerah.
(9) Dalam hal terjadi PDLH LB terhadap pemilihan Dewan Daerah, maka masa jabatan Dewan
Daerah menyelesaikan masa jabatan Direktur Eksekutif Daerah.

Pasal 31 Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH)

(1) Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup merupakan forum pengambilan keputusan yang
dilakukan 1 (satu) tahun sekali untuk:
a. Melakukan evaluasi dan perencanaan pelaksanaan program dan keorganisasian selama 1
(satu) tahun, menetapkan waktu, peserta, panitia pengarah, panitia pelaksana Pertemuan
Daerah Lingkungan Hidup, dan penentuan kriteria calon Direktur Eksekutif Daerah dan
Dewan Daerah;
b. Pemilihan dan Pengesahan Dewan Daerah apabila di dalam daftar nomor urut pemilihan
PDLH terakhir sudah tidak ada;
c. Pemberhentian dan pengesahan anggota WALHI Daerah.
(2) Peserta Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup adalah Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan
Anggota;
(3) Eksekutif Daerah, Dewan Daerah dan anggota memiliki masing-masing 1 (satu) suara;
(4) Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota;
(5) Keputusan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup dianggap sah jika disetujui oleh suara
terbanyak dari peserta KDLH yang hadir;
(6) Penanggung jawab pelaksanaan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup adalah Eksekutif
Daerah dan Dewan Daerah;
(7) Tempat dan Waktu pelaksanaan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup ditetapkan dalam
Rapat Pleno Dewan Daerah bersama Eksekutif Daerah.

Pasal 32 Rapat Pleno Dewan Nasional (RPDN)

(1) Rapat Pleno Dewan Nasional merupakan forum pengambilan keputusan yang diadakan
setiap 3 (tiga) bulan atau minimal 4 (empat) kali dalam setahun, untuk:
a. Membahas pelaksanaan tugas, wewenang, dan peran‐peran politis Dewan Nasional;
b. Membahas dan mengesahkan usulan rancangan program dan anggaran 1 (satu) tahun
yang diajukan oleh Eksekutif Nasional;
c. Membahas hasil pengawasan terhadap pelaksanaan program Eksekutif Nasional;
d. Memberhentikan dan mengangkat anggota Dewan Nasional pengganti antar waktu.
(2) Rapat Pleno Dewan Nasional dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang‐kurangnya setengah
ditambah 1 (satu) anggota Dewan Nasional;
(3) Keputusan Rapat Pleno Dewan Nasional dianggap sah apabila disetujui oleh suara terbanyak
anggota Dewan Nasional yang hadir.

Pasal 33 Rapat Pleno Dewan Daerah (RPDD)

(1) Rapat Pleno Dewan Daerah merupakan forum pengambilan keputusan yang diadakan setiap
3 (tiga) bulan atau minimal 4 (empat) kali dalam setahun, untuk:
a. Membahas pelaksanaan tugas, wewenang, dan peran‐peran politis Dewan Daerah;
b. Membahas dan mengesahkan usulan rancangan program dan anggaran 1 (satu) tahun
yang diajukan oleh Eksekutif Daerah;
c. Membahas hasil pengawasan terhadap pelaksanaan program Eksekutif Daerah;
d. Memberhentikan dan mengangkat anggota Dewan Daerah pengganti antar waktu.
(2) Rapat Pleno Dewan Daerah dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang‐kurangnya setengah
ditambah 1 (satu) anggota Dewan Daerah;
(3) Keputusan Rapat Pleno Dewan Daerah dianggap sah apabila disetujui oleh suara terbanyak
anggota Dewan Daerah yang hadir.

Pasal 34 Rapat Kerja Eksekutif Nasional (RKEN)

(1) Rapat Kerja Eksekutif Nasional terdiri dari: Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja
Perencanaan Eksekutif Nasional;
(2) Rapat Kerja Nasional diikuti oleh Eksekutif Nasional, Dewan Nasional, bersama Eksekutif
Daerah yang dilakukan selambat‐lambatnya 3 (tiga) bulan setelah PNLH untuk sinkronisasi
program nasional WALHI;
(3) Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Nasional adalah Rapat Kerja yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan untuk evaluasi dan perencanaan program serta keuangan;
(4) Peserta Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Nasional adalah Direktur Eksekutif Nasional dan
Staf Eksekutif Nasional;
(5) Tata cara dan mekanisme Rapat Kerja Eksekutif Nasional diatur di dalam Standard
Operasional Procedure (SOP) WALHI.
Pasal 35 Rapat Kerja Eksekutif Daerah (RKED)

(1) Rapat Kerja Eksekutif Daerah terdiri dari: Rapat Kerja Daerah dan Rapat Kerja Perencanaan
Eksekutif Daerah;
(2) Rapat Kerja Daerah diikuti oleh Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, bersama anggota WALHI
Daerah yang dilakukan selambat‐lambatnya 3 (tiga) bulan setelah PDLH untuk sinkronisasi
program WALHI daerah;
(3) Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Daerah adalah Rapat Kerja yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan untuk evaluasi dan perencanaan program serta keuangan;
(4) Peserta Rapat Kerja Perencanaan Eksekutif Daerah adalah Direktur Eksekutif Daerah dan
Staf Eksekutif Daerah;
(5) Tata cara dan mekanisme Rapat Kerja Eksekutif Daerah diatur di dalam Standard
Operasional Procedure (SOP) WALHI.

BAB VIII SUMBER DANA

Pasal 36 Sumber Dana

(1) Sumberdana WALHI terdiri dari:


a. Iuran anggota;
b. Sumbangan dari perorangan yang bersifat tidak mengikat, sepanjang tidak bertentangan
dengan visi dan misi WALHI;
c. Organisasi lainnya baik nasional maupun internasional, sepanjang tidak mengikat dan
tidak bertentangan dengan Statuta WALHI;
d. Usaha-usaha lain yang legal dan tidak bertentangan dengan visi, misi dan nilai-nilai
WALHI.
(2) Dana yang dilarang, bersumber dari :
a. Hasil kegiatan yang merusak lingkungan hidup dan merugikan masyarakat;
b. Dana dari organisasi-organisasi pemberi utang ataupun hibah dari lembaga keuangan
internasional;
c. Utang luar negeri maupun pemberian dari organisasi pemberi utang yang diperoleh
secara langsung maupun tidak langsung;
d. Dana yang bersumber dari hasil korupsi dan kejahatan ekonomi.
(3) Ketentuan terkait dengan sumber dana juga berlaku dan mengikat seluruh komponen
WALHI;
(4) Tatacara pengelolaan dana, iuran dan sumbangan publik yang dilaksanakan dengan prinsip
transparansi dan akuntabilitas diatur dalam Standard Operasional Procedure (SOP)
keuangan WALHI.

BAB IX ATURAN TAMBAHAN

Pasal 37 Bentuk dan Mekanisme Sanksi

(1) Setiap pelanggaran terhadap Statuta WALHI dapat dijatuhkan sanksi berupa: a. Peringatan
tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
c. Pemberhentian Eksekutif Nasional, Eksekutif Daerah, dan anggota;
d. Pembekuan atau penutupan WALHI Daerah.
(2) Sanksi dapat ditentukan dan ditetapkan dalam forum PNLH, PNLH LB, KNLH, PDLH,
PDLH LB, atau KDLH;
(3) Sanksi dijatuhkan setelah terlebih dahulu dilakukan verifikasi dan pemberian kesempatan
membela diri kepada yang bersangkutan;
(4) Sanksi yang telah dijatuhkan bersifat final dan mengikat.

Pasal 38 Perubahan Statuta

(1) Perubahan Statuta WALHI dapat dilakukan dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup;
(2) Perubahan Statuta WALHI dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
(setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota yang hadir dalam proses pengambilan
keputusan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup.

Pasal 39 Pembubaran WALHI

(1) WALHI hanya dapat dibubarkan di dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup atau
Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar Biasa;
(2) Pembubaran WALHI yang dilakukan dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup Luar
Biasa harus diajukan oleh 2/3 (setengah) dari jumlah anggota;
(3) Pembubaran WALHI dinyatakan sah apabila PNLH Luar Biasa dihadiri oleh sekurang‐
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota dan disahkan oleh sekurang‐kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir;

Pasal 40 Kekayaan WALHI

(1) Kekayaan WALHI adalah seluruh aset yang bersifat benda bergerak maupun tidak bergerak
yang dimiliki oleh WALHI;
(2) Jika dibubarkan, maka segala bentuk kekayaan milik WALHI dilimpahkan kepada
Organisasi Rakyat atau Organisasi yang konsisten melakukan advokasi lingkungan hidup
dan hak asasi manusia;
(3) Penetapan Organisasi Rakyat dan Organisasi penerima kekayaan milik WALHI diputuskan
dalam PNLH atau PNLH Luar Biasa yang membahas tentang pembubaran WALHI.

BAB X PENUTUP

Pasal 41 Peraturan Peralihan

(1) Hal-hal yang belum diatur di dalam Statuta ini, akan diatur kemudian dalam Rapat Pleno
Dewan Nasional bersama Eksekutif Nasional;
(2) Statuta ini ditetapkan pada PNLH XII Tahun 2016 di Kota Palembang Propinsi Sumatera
Selatan dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Palembang
Pada Tanggal : 26 April 2016
Pimpinan Sidang Pleno PNLH XII WALHI,

Ttd Ttd Ttd

Hari Dermanto Puspa Dewy Firdaus

Ttd Ttd Ttd

Joisman Syarifuddin Ali Mahmuda

Ttd Ttd Ttd

Abdias Veronica Ata Rena

Disahkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Agustus 2016

Dewan Nasional WALHI,

Ketua,

Risma Umar

Wakil Ketua, Sekretaris,

Mualimin Pardi Dahlan


Bambang Catur Nusantara

Anggota, Anggota,

Azmi Sirajuddin I Wayan Suardana

Anda mungkin juga menyukai