Anda di halaman 1dari 12

PROSEDUR PEMERIKSAAN INTRAVENOUS PYELOGRAPHY

(IVP) DENGAN KASUS BATU URETER DI INSTALASI


RADIOLOGI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh :

ADE MAYA WURIANTI


NIM. P1337430317025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
NASKAH PUBLIKASI

PROSEDUR PEMERIKSAAN INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP) DENGAN


KASUS BATU URETER DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr
MOEWARDI SURAKARTA

INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP) EXAMINATION PROCEDURE WITH A


CASE OF URETERIC STONES AT RADIOLOGY INSTALLATION OF DR
MOEWARDI HOSPITAL SURAKARTA

Disusun oleh :

1. Ade Maya Wurianti

2. Angga Yosainto Beqouet, S.ST, M.Tr.ID.

Disahkan oleh :

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi


D-III TRR Purwokerto,

Fatimah, S.ST, M.Kes Ardi Soesilo Wibowo, ST., M.Si


NIP. 19750523 199803 2 003 NIP. 197012161994031003
LEMBAR PERSETUJUAN

Naskah publikasi dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Intravenous Pyelography


(IVP) dengan Kasus Batu Ureter di Instalasi Radiologi Rsud Dr Moewardi
Surakarta” telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diunggah atau
di upload pada laman repository.poltekkes-smg.ac.id Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.

Purwokerto, Agustus 2020


Pembimbing,

(Angga Yosainto Bequet, S.ST, M. Tr. ID)


NIP. 19900411 201452 1 002
PROSEDUR PEMERIKSAAN INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP) DENGAN
KASUS BATU URETER DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr MOEWARDI
SURAKARTA

Ade Maya Wurianti 1) Angga Yosainto Bequet 2)

Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto; Jurusan Teknik


Radiodiagnostik dan Radioterapi; Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jl. Raya
Baturraden Km.12 Purwokerto

Abstrak

Berdasarkan data Pustaka, sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography (IVP) harus


dilakukan tes sensitifitas terlebh dahulu dan tidak ada proyeksi tambahan Posteroanterior
(PA) pada menit ke-45. Sedangkan pemeriksaan IVP dengan kasus batu ureter di
Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta pencegahan reaksi alergi hanya
dengan penggunaan media kontras non ionik tanpa tes sensitifitas dan pasien
diposisikan prone sekitar 10 menit kemudian diberi tambahan proyeksi Posteroanterior
(PA) pada menit ke-45 sebelum post miksi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
alasan pencegahan reaksi alergi hanya dengan penggunaan media kontras non ionik
tanpa tes sensitifitas dan pasien diposisikan prone sekitar 10 menit kemudian diberi
tambahan proyeksi Posteroanterior (PA) pada menit ke-45 sebelum post miksi. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode
pengumpulan data yang digunakan meliputi metode observasi, wawancara mendalam
dan dokumentasi. Responden yang terlibat terdiri dari 1 Dokter Spsialis Radiologi, 1
Radiografer, 1 Dokter Pengirim dan 1 pasien. Data yang didapatkan dari observasi dan
wawancara dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk kuotasi, sehingga dapat
ditarik kesimpulan dan saran. Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan pencegahan
reaksi alergi hanya dengan penggunaan media kontras non ionik tanpa tes sensitifitas
yaitu karena sebelum pemeriksaan dilakukan anamnesa terlebih dahulu untuk
mengetahui pasien mempunyai riwayat alergi atau tidak. Non ionik lebih aman atau
orang yang punya riwayat alergi dalam tingkatan tertentu masih bisa menerima dan
penanganan apabila terjadi alergi sudah siap. dan alasan pasien diposisikan prone sekitar
10 menit kemudian diberi tambahan proyeksi Posteroanterior (PA) pada menit ke-45
sebelum post miksi yaitu untuk mempercepat turunnya kontras ke ureter apabila pada
posisi supine tidak terlihat dan untuk menampakan gambaran lain dari ureter.
Kata kunci: Intravenous Pyelography (IVP); batu ureter, pencegahan alergi media kontras;
tambahan proyeksi Posteroanterior (PA)

Abstract

[English Title: INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP) EXAMINATION


PROCEDURE WITH A CASE OF URETERIC STONES AT RADIOLOGY
INSTALLATION OF DR MOEWARDI HOSPITAL SURAKARTA]. Based on literature
data, prior to Intravenous Pyelography (IVP) examination, the sensitivity test must be
done first and there is no additional Posteroanterior (PA) projection at 45 minutes.
Whereas IVP examination with ureteral stone cases in Radiology Installation of RSUD Dr.
Moewardi Surakarta prevented allergic reactions only by the use of non-ionic contrast
media without sensitivity tests and the patient was positioned prone for about 10
minutes then given an additional Posteroanterior (PA) projection at 45 minutes before
post micturition . The purpose of this study was to determine the reasons for preventing
allergic reactions only by the use of non-ionic contrast media without sensitivity tests and
the patients were positioned prone for about 10 minutes and then given an additional
Posteroanterior (PA) projection in the 45th minute before post-micturition.

This research is a type of qualitative research with a case study approach. Data
collection methods used include the method of observation, in-depth interviews and
documentation. Respondents involved consisted of 1 Radiologist Spialist, 1
Radiographer, 1 Sending Doctor and 1 patient. Data obtained from observations and
interviews are collected and then presented in the form of quotes, so that conclusions and
suggestions can be drawn.

The results showed that the reason for preventing allergic reactions only by the use of
non-ionic contrast media without a sensitivity test is because before anamnesa
examination is done first to find out whether the patient has a history of allergies or not.
Non-ionic is safer or people who have a certain level of allergy can still receive and
handle it when allergies occur and the reason the patient is positioned prone about 10
minutes later given an additional Posteroanterior (PA) projection at 45 minutes before
post micturition which is to accelerate the decrease in contrast to the ureter if in the
supine position
Keywords: is Pyelography
Intravenous not visible(IVP),
andureteric
to display another ofpicture
stones, prevention contrast of theallergic
media ureter.
reactions, additional Posteroanterior (PA) projection at 45 minutes before post micturition
1. Pendahuluan dulcolax suppositoria sebanyak 2 buah.
Sebelum pemeriksaan berlangsung,
Sistem urinaria adalah suatu pasien diminta untuk buang air kecil
sistem kerjasama tubuh yang memiliki terlebih dahulu untuk melihat
tujuan utama mempertahankan pengosongan kandung kemih. Selama
keseimbangan internal atau puasa, pasien menghindari banyak
homeostatis. Fungsi lainnya adalah bicara dan tidak boleh merokok agar
untuk membuang produk-produk yang tidak ada gambaran gas pada hasil
tidak dibutuhkan oleh tubuh radiograf (Bontrager, 2018).
(Luklukaningsih, 2014). Teknik pemeriksaan Intravenous
Salah satu gangguan anatomi Pyelography (IVP) menggunakan foto
fisiologis dari sistem urinari adalah batu polos abdomen proyeksi Anteroposterior
ureter. Batu ureter (ureterolithiasis) (AP) dengan posisi supine sebagai foto
adalah suatu keadaan terjadinya pendahuluan, fase nephrogram, proyeksi
penumpukan oksalat, calculi (batu Anteroposterior (AP) dengan posisi supine
ginjal) pada ureter. (Brunner and pada menit ke-5 post injeksi media
Suddarth, 2015). kontras dengan penggunaan kompresi
Intravenous Pyelography (IVP) ureter, proyeksi Anteroposterior (AP)
merupakan pemeriksaan radiografi dengan posisi supine pada menit ke-10
yang menampakkan minor calyx, renal sampai dengan menit ke-15 post injeksi
pelvic, ureter, dan kandung kemih media kontras, proyeksi Right Posterior
setelah disuntikkan media kontras Oblique (RPO) dan Left Posterior Oblique
positif dengan bahan iodine yang bersifat (LPO) pada menit ke-20 post injeksi
water soluble melalui pembuluh darah media kontras, dan proyeksi
vena (intravena) bertujuan untuk Anteroposterior (AP) posisi erect atau
menampakkan bagian pengumpul atau Posteroanterior (PA) posisi prone pada
pelvical system (PCS) di ginjal, untuk pengambilan foto post miksi (Bontrager,
menilai fungsi ginjal, serta untuk 2018).
mengevaluasi patolgi atau kelainan Menurut Rasad (2015) sebelum
sistem urinari (Bontrager, 2018). pemasukan media kontras harus
Prosedur pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu uji
Intravenous Pyelography (IVP) didahului sensitifitas. Dapat berupa pengujian skin
dengan persiapan-persiapan yang harus test atau intravena. Jika penderita alergi
dilakukan oleh pasien, yaitu pasien terhadap bahan kontras maka
harus melakukan pemeriksaan pemeriksaan Intravenous Pyelography
laboratorium untuk mengetahui kadar dibatalkan. Menurut Bontrager (2018)
ureum dan kreatinin sebelum dilakukan pencegahan alergi dengan skin test yaitu
pemeriksaan Intravenous Pyelography memasukkan media kontras beberapa cc
(IVP) yang menjadi indikator fungsi di permukaan kulit atau memasukan
ginjal pasien. Kadar ureum normal pada beberapa cc media kontras di bawah
rentang 8-25 mg/100 mL, sedangkan kulit (intrakutan) kemudian ditunggu
kreatinin normal pada rentang 0,6-1,5 beberapa menit, jika timbul benjolan
mg/Dl (Bontrager, 2018). merah berarti sensitif. Untuk pasien
Selain itu, pasien harus ruangan dilakukan dengan cara
melakukan diet rendah serat pada satu memoleskan yodium dipermukaan kulit
sampai dua hari sebelum pemeriksaan, ditutup kapas dan diplester. Tes
minum obat laktasit sebanyak 30 gram langsung yaitu memasukkan 2 cc media
atau empat buah dulcolax per oral dan kontras melalui intravena. Pada pasien
puasa sampai pemeriksaan selesai. Pagi yang tidak tahan terhadap media
hari sebelum pemeriksaan dilakukan, kontras dapat terjadi reaksi mayor atau
pasien diminta untuk menggunakan minor.
Reaksi terhadap penggunaan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
media kontras terdiri dari 3 golongan “Prosedur Pemeriksaan Intravenous
yaitu reaksi ringan (seperti rasa panas, Pyelography (IVP) dengan Kasus Batu
bersin-bersin, dan rasa gatal), reaksi Ureter Di Instalasi Radiologi RSUD Dr
sedang (seperti urtikaria, kulit Moewardi Surakarta”.
kemerahan, muntah-muntah, sesak
nafas, dan hipotensi), dan reaksi berat 2. Metode
(seperti edema laring, trombosisi Jenis penelitian yang digunakan
pembuluh darah, henti jantung hingga penulis adalah jenis penelitian kualitatif
kematian) (Rasad, 2015). dengan pendekatan studi kasus. Dalam
Berdasarkan observasi awal yang penyusunan karya tulis ilmiah ini
penulis lakukan tentang pemeriksaan peneliti melakukan pengumpulan data
Intravenous Pyelography (IVP) dengan dengan metode yang pertama observasi
kasus batu ureter yang dilakukan di yaitu peneliti mengamati secara
Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi langsung pelaksanaan pemeriksaan.
Surakarta, pasien yang akan melakukan Kedua Wawancara yaitu peneliti
pemeriksaan tersebut diminta untuk melakukan wawancara mendalam dan
melakukan persiapan-persiapan yang tidak terstruktur dengan subyek
telah ditentukan sebelumnya. Teknik penelitian adalah radiografer, dokter
pemeriksaan Intravenous Pyelography spesialis radiologi, dokter pengirim, dan
(IVP) pada kasus batu ureter di Instalasi pasien. Dokumentasi yaitu peneliti
Radiologi RSUD Dr Moewardi mengambil data dari dokumen-
Surakarta didahului dengan foto polos dokumen yang berhubungan dengan
abdomen. Kemudian media kontras pemeriksaan Intravenous Pyelography
iodium non ionik yang bersifat water (IVP) dengan kasus batu ureter yang
soluble dimasukkan secara bolus injection berupa foto, wawancara, rekam medis,
tanpa uji sensitifitas terlebih dahulu. surat permintaan pemeriksaan, hasil
Pemeriksaan Intravenous radiograf dan ekspertisi dokter spesialis
Pyelography (IVP) pada kasus batu ureter radiologi terhadap hasil radiograf.
yang dilakukan di Instalasi Radiologi Analisis data dalam penelitian ini
RSUD Dr Moewardi Surakarta dilakukan dengan interaktif model
menggunakan proyeksi Anteroposterior menurut Miles dan Huberman dalam
(AP) dengan posisi supine pada foto Sugiyono (2013) dengan tahap-tahap
polos abdomen, proyeksi Anteroposterior sebagai berikut :
(AP) dengan posisi supine pada menit 1. Pengumpulan Data
ke-5, proyeksi Anteroposterior (AP) 2. Reduksi Data
dengan posisi supine pada menit ke-15, 3. Penyajian Data
proyeksi Anteroposterior (AP) dengan 4. Penarikan Kesimpulan
posisi supine pada menit ke-30,
kemudian pasien diperintahkan dalam 3. Hasil dan Pembahasan
posisi prone sekitar 10 menit kemudian 1) Prosedur Pemeriksaan IVP dengan
dilakukan pengambilan foto dengan Kasus Batu Ureter di Instalasi
proyeksi Posteroanterior (PA) pada menit Radiologi RSUD Dr Moewardi
ke-45 sebagai proyeksi tambahan, Surakarta
setelah itu dilakukan post miksi proyeksi Persiapan pasien di Instalasi
Anteroposterior (AP) dengan posisi Radiologi RSUD Dr Moewardi
supine. Penambahan proyeksi hanya Surakarta dengan kasus batu ureter
dilakukan pada beberapa kasus tertentu persiapan pasien yang dilakukan
saja. Berdasarkan hal tersebut, penulis meliputi pasien diminta untuk
tertarik untuk mengangkat melakukan tes darah untuk
permasalahan tersebut pada suatu mengukur kadar ureum dan
kreatinin. Persiapan pasien meliputi oleh perawat radiologi, kemudian
24 jam sebelum pemeriksaan pasien dilanjutkan pemasukan media
dianjurkan makan makanan rendah kontras secara bolus injection
serat seperti bubur sumsum tanpa tanpa tes sensifitas terlebih
santan, jam 19.00 sebelum dahulu. Media kontras yang
pemeriksaan pasien minum garam dimasukkan yaitu media kontras
inggris dicampur ½ gelas air putih non ionik water soluable Iohexol 300
(tanpa gula), selanjutnya setelah sebanyak 80 ml.
pukul 24.00 pasien puasa, c) Foto menit ke-5 Post Injeksi
mengurangi bicara. Diperbolehkan Media Kontras
minum air putih. Obat-obatan lain
sementara berhenti dulu kecuali obat
penurun tekanan darah diminum
pukul 05.00. Sebelum pemriksaan
pasien melepas benda logam dan
buang air kecil terlebih dahulu.
Persiapan alat dan bahan
meliputi pesawat sinar-x, imaging
plate, processing unit, timer, tourniquet,
selimut, bantal, media kontras, spuit, Gambar 4.11. Foto menit ke-5 post
infus set, kassa steril, kapas alkohol, injeksi media kontras proyeksi
bengkok, handscoon, obat emergency, AP
oksigen. d) Foto menit ke-15 Post Injeksi
Sebelum dilakukan Media Kontras
pemeriksaan pasien dianamnesa
terlebih dahulu mempunyai riwayat
alergi atau tidak dan mengisi inform
concent. Pasien dipersilakan untuk
buang air kecil terlebih dahulu dan
melepas benda logam, kemudian
pasien tidur terlentang di atas meja
pemeriksaan dan dilakukan
pengambilan foto polos.
Teknik pemeriksaan Gambar 4.12. Foto menit ke-15
Intravenous Pyelography (IVP) setelah injeksi media kontras
meliputi: proyeksi AP
a) Foto polos abdomen e) Foto menit ke-15 Post Injeksi
Media Kontras

Gambar 4.10. Foto polos abdomen


Gambar 4.13. Foto menit ke-30
b) Pemasukan Media Kontras setelah injeksi media kontras
Setelah pengambilan foto polos proyeksi AP
dilanjutkan pemasangan infus
f) Foto menit ke-45 Post Injeksi aman atau orang yang punya
Media Kontras riwayat alergi dalam tingkatan
tertentu masih bisa menerima dan
penanganan apabila terjadi alergi
sudah siap.
Terdapat perbedaan antara
teori menurut (Rasad, 2015) dengan
pelaksanaan di Instalasi Radiologi
RSUD Dr Moewardi Surakarta
yaitu tidak dilakukannya tes
sensitifitas skin test maupun tes
langsung. Pada SPO pemeriksaan
Gambar 4.14. Foto menit ke-45
IVP di Instalasi Radiologi RSUD Dr
setelah injeksi media kontras
Moewardi Surakarta juga tidak
proyeksi AP
terdapat anjuran untuk melakukan
g) Foto post miksi proyeksi AP
supine tes sensitifitas skin test maupun tes
langsung.
3) Alasan pasien diposisikan prone
sekitar 10 menit kemudian diberi
tambahan proyeksi
Posteroanterior (PA) dengan
posisi prone pada menit ke-45
sebelum post miksi RSUD Dr
Moewardi Surakarta
Menurut Bontrager (2018)
teknik pemeriksaan Intravenous
Gambar 4.15. Foto post miksi Pyelography (IVP) menggunakan
proyeksi AP supine foto polos abdomen proyeksi
Anteroposterior (AP) dengan posisi
2) Alasan pencegahan reaksi alergi supine sebagai foto pendahuluan,
hanya dengan penggunaan media foto fase nephrogram menit ke-1,
kontras non ionik tanpa tes proyeksi Anteroposterior (AP)
sensitifitas di Instalasi Radiologi dengan posisi supine pada menit
RSUD Dr Moewardi Surakarta ke-5 post injeksi media kontras
Menurut Rasad (2015) dengan penggunaan kompresi
sebelum pemasukan media kontras ureter, proyeksi Anteroposterior
harus dilakukan terlebih dahulu uji (AP) dengan posisi supine pada
sensitifitas. Dapat berupa menit ke-10 sampai dengan menit
pengujian skin test atau intravena. ke-15 post injeksi media kontras,
Jika penderita alergi terhadap proyeksi Right Posterior Oblique
bahan kontras maka pemeriksaan (RPO) dan Left Posterior Oblique
Intravenous Pyelography dibatalkan. (LPO) pada menit ke-20 post
Di Instalasi Radiologi RSUD injeksi media kontras, dan proyeksi
Dr Moewardi Surakarta alasan Anteroposterior (AP) posisi erect
pencegahan alergi hanya dengan atau Posteroanterior (PA) posisi
penggunaan media kontras non prone pada pengambilan foto post
ionik tanpa tes sensitifitas yaitu miksi
karena sebelum pemeriksaan Di Instalasi Radiologi RSUD
dilakukan anamnesa terlebih Dr Moewardi Surakarta
dahulu untuk mengetahui pasien pemeriksaan IVP dengan kasus
mempunyai riwayat alergi atau batu ureter pasien diposisikan prone
tidak, non ionik lebih safety lebih
sekitar 10 menit kemudian diberi Terdapat perbedaan antara
tambahan proyeksi Posteroanterior teori menurut Bontrager (2018)
(PA) pada menit ke-45 sebelum post dengan pelaksanaan di Instalasi
miksi di RSUD Dr Moewardi Radiologi RSUD Dr Moewardi
Surakarta bertujuan untuk Surakarta yaitu terdapat tambahan
mempercepat turunnya kontras ke proyeksi Posteroanterior (PA)
ureter apabila pada posisi supine dengan posisi prone pada menit ke-
tidak terlihat dan untuk 45 sebelum post miksi sedangkan
menampakan gambaran lain dari pada teori tidak ada tambahan
ureter contohnya pada kasus batu proyeksi, dan posisi prone hanya
ureter. Pada foto menit ke-45 dilakukan saat post miksi. Menurut
proyeksi Posteroanterior (PA) Bontrager (2018) posisi prone
dengan posisi pasien prone pada dilakukan saat post miksi bertujuan
kasus batu ureter terlihat gambaran untuk melihat sisa media kontras
kontras pada ureter kanan pada kandung kemih.
proksimal menjadi lebih jelas
dibandingkan foto pada menit ke- 4. Kesimpulan dan Saran
30 dengan posisi supine. a. Kesimpulan
Perbandingannya terlihat seperti 1) Prosedur pemeriksaan
pada gambar 4.16. Intravenous Pyelography (IVP)
dengan kasus batu ureter di
Instalasi Radiologi RSUD Dr
Moewardi Surakarta dilakukan
dengan persiapan yaitu cek
laboratorium ureum dan kreatinin.
24 jam atau satu hari sebelum
pemeriksaan pasien dianjurkan
makan makanan rendah serat
seperti bubur sumsum tanpa
santan, jam 19.00 sebelum
pemeriksaan pasien minum garam
a) inggris dicampur ½ gelas air putih
(tanpa gula), selanjutnya setelah
pukul 24.00 pasien puasa,
mengurangi bicara. Diperbolehkan
minum air putih. Obat-obatan lain
sementara berhenti dulu kecuali
obat penurun tekanan darah
diminum pukul 05.00.. Sebelum
pemeriksaan pasien
menandatangani inform concent,
melepas benda logam dan buang
b) air kecil terlebih dahulu. Media
Gambar 4.16. Foto perbandingan kontras yang digunakan adalah
Keterangan: jenis non ionik yaitu Iohexol 300
a) Foto menit ke-30 setelah injeksi sebanyak 80ml. Pemasukan media
media kontras proyeksi AP kontras dilakukan secara bolus
b) Foto menit ke-45 setelah injection tanpa dilakukan tes
injeksi media kontras proyeksi sensitifitas terlebih dahulu.
AP Proyeksi yang digunakan adalah
foto polos abdomen, interval waktu
pengambilan foto setelah kaset 30 x 43 dan hanya untuk
pemasukan media kontras yaitu 5 melihat pelvicalycessystem renal
menit, 15 menit, 30 menit dengan selain itu juga untuk
proyeksi Anteroposterior (AP) posisi meminimalisir radiasi yang
supine dan tambahan proyeksi diterima oleh pasien.
Postero Anterior (PA) dengan posisi
prone pada menit ke-45. 4. Sebaiknya dibuat foto AP erect
2) Alasan pencegahan alergi hanya atau PA prone pada
dengan penggunaan media kontras pengambilan foto post miksi
non ionik tanpa tes sensitifitas di agar residu atau sisa media
RSUD Dr Moewardi Surakarta kontras tampak lebih maksimal.
yaitu karena sebelum pemeriksaan
dilakukan anamnesa terlebih 5. Ucapan Terima Kasih
dahulu untuk mengetahui pasien Dalam penyusunan Karya Tulis
mempunyai riwayat alergi atau Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
tidak, non ionik lebih safety lebih bimbingan serta bantuan dari berbagai
aman atau orang yang punya pihak, oleh karena itu penulis
riwayat alergi dalam tingkatan mengucapkan terima kasih kepada:
tertentu masih bisa menerima dan 1. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MPH,
penanganan apabila terjadi alergi Direktur Politeknik Kesehatan
sudah siap. Kemenkes Semarang.
3) Alasan pasien diposisikan prone 2. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, ketua
sekitar 10 menit kemudian diberi Jurusan Teknik Radiodiagnostik
tambahan proyeksi Posteroanterior dan Radioterapi Poltekkes
(PA) dengan posisi prone pada Kemenkes Semarang.
menit ke-45 sebelum post miksi di 3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo,
RSUD Dr Moewardi Surakarta ST,M.Si, ketua Program Studi DIII
yaitu untuk mempercepat turunnya Teknik Radiodiagnostik dan
kontras ke ureter apabila pada Radioterapi Purwokerto Poltekkes
posisi supine tidak terlihat dan Kemenkes Semarang.
untuk menampakan gambaran lain 4. Bapak Angga Yosainto Beqouet,
dari ureter yang kurang S.ST, M.Tr.ID, pembimbing Karya
tervisualisasi pada posisi supine. Tulis Ilmiah.
b. Saran 5. Ibu dr. Sulistyani Kusumaningrum,
1. Sebaiknya sebelum pemasukan M.Sc.Sp.Rad (K), kepala Instalasi
media kontras tetap dilakukan Radiologi RSUD Dr. Moewardi
tes sensitifitas baik skin test atau Surakarta.
test langsung untuk mengetahui 6. Bapak Heri Hermawan, Amd. Rad,
pasien memiliki alergi terhadap pembimbing lapangan di Instalasi
media kontras yang akan Radiologi RSUD Dr. Moewardi
digunakan atau tidak. Surakarta.
7. Seluruh radiografer dan staff
2. Sebaiknya pasien menggunakan Instalasi Radiologi RSUD Dr.
soft bag sebagai pengganjal Moewardi Surakarta.
lengan saat injeksi media 8. Keluarga tercinta dan teman-teman
kontras untuk kenyamanan yang selalu memberikan motivasi
pasien. dan dukungan kepada saya.
9. Semua pihak yang telah membantu
3. Sebaiknya pada pengambilan dalam penyusunan Karya Tulis
foto menit ke-5 setelah injeksi Ilmiah ini.
media kontras untuk kolimasi
diperkecil karena menggunakan
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:
6. Daftar Pustaka Penerbit Buku Kedokteran
Abata, Qorry Aina. 2014. Ilmu EGC.
Penyakit Dalam. Madiun : Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi
Yayasan PP Al-Furqon. untuk Keperwatan Dan
Baldo, Brian A., Nghia H. Pham. Kebidanan. Edisi 4. Jakarta:
2013. Drug Allergy. New Penerbit Buku Kedokteran
York: Springer. EGC
Ballinger, P.W. 2016. Atlas of Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian
Radiographic Possitions and Kualitatif. Bandung: Penerbit
Radiologic Procedurs. Volume Alfabeta.
Two. Thirteenth Edition. St.
Louis: Mosby.
Bakle, Suresh M., dan Bipin V Daga.
2010. Urospesialis radiologiiy
Text and Atlas. New Delhi:
Jaypee.
BPOM. 2015. Informatorium Obat
Nasional Indonesia. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Bruno. 2016. Ureterolithiasis.
https://radiopaedia.org/cas
es/ureterolithiasis-1 (05
Januari 2020).
Burnner & Suddarth. 2015.
Keperawatan Medikal-Bedah
Edisi 12. Jakarta: EGC.
Iljas, M. 2013. Radiologi Diagnostik.
Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Lampignano, John P. dan Leslie E.
Kendrick. 2018. Bontrager’s
Textbook of Radiographic
Positioning and Related
Anatomy. Ninth Edition.
Amerika: Mosby, Inc.
Luklukaningsih, Zuyina. 2014.
Anatomi & Fisiologi Manusia.
Yogyakarta: Numed.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. 2014.
Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Rasad, Sjahriar. 2015. Radiologi
Diagnostik. Edisi 2. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.
Sloane, Ethel. 2014. Anatomi dan
Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2012. Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai