Aktivitas Mandiri - Alicia Rahada Aishy - PPKN A
Aktivitas Mandiri - Alicia Rahada Aishy - PPKN A
Penelitian ini mengkaji mengenai salah satu permasalahan yang sering terjadi di
sekolah, yaitu mengenai disiplin. Berdasarkan sumber jurnal dan penelitian di berbagai
negara, belum ada yang mendeskripsikan secara khusus mengenai sebuah arti disiplin. Sikap
disiplin pun diartikan dengan berbagai hal oleh banyak orang, oleh sebab itu disiplin
dan juga bentuk disiplinnya, namun belum ada yang mengjadi secara lebih spesifik mengenai
persepsi guru sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengenai permasalahan
disiplin tersebut, sehingga oleh sebab itu penelitian ini akan fokus mengjadi mengenai
persepsi guru terhadap sikap disiplin siswa di tingkat SMP dan SMA di Jakarta Timur.
Persepsi tersebut akan dikategorikan menjadi dua, yaitu hukuman serta penghargaan yang
cocok yang perlu diberikan kepada siswa, khususnya yang memiliki sikap disiplin tersebut,
kemudian yang kedua adalah persepsi guru mengenai dampak sikap disiplin tersebut
Metode penelitian yang dilakukan adalah mixed method antara kuantitatif dan juga
kualitatif. Kuesioner akan disebarkan secara online kepada para guru SMP dan SMA di
daerah Jakara timur untuk memperoleh persepsi secara menyeluruh mengenai persepsi guru
SMP dan SMA dalam hal sikap disiplin siswa. Kemudian setelah itu beberapa guru yang
bersedia diwawancara akan diwawancara secara langsung untuk memperoleh data secara
komprehensif. SPSS akan digunakan untuk mengenalisis hasil kuesioner, serta software
nVivo akan digunakan untuk dapat menganalisis hasil wawancara dengan para guru.
Harapannya adalah penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada para guru baik
yang mengajar di tingkat menengah pertama maupun tingkat menengah atas dalam rangka
menyamakan persepsi secara umum mengenai sikap disiplin siswa di dalam kelas. Kemudian,
selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan gambaran mengenai
hukuman dan penghargaan apa yang dapat diberikan kepada siswa agar hukuman tersebut
5
DAFTAR ISI
RINGKASAN................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
Latar Belakang...........................................................................................................4
Permasalahan..............................................................................................................8
Tujuan khusus............................................................................................................9
Urgensi penelitian......................................................................................................9
Renstra Penelitian.......................................................................................................4
Deskripsi Latar.........................................................................................................11
Sumber Data.............................................................................................................11
Metode/Teknik Penelitian........................................................................................12
Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................13
Hasil temuan.............................................................................................................15
Kesimpulan..............................................................................................................27
Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
5
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Disiplin merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan sikap disiplin dalam proses pembelajaran di kelas sangatlah dibutuhkan dan
diharapkan, baik oleh seorang guru, maupun oleh orang tua. Misalnya disiplin ketika berada
di dalam kelas, disiplin dalam proses kehadiran dan tepat waktu dalam masuk ke kelas,
disiplin dalam mengerjakan tugas dan yang lainnya. Utamanya yang terpenting itu adalah
siswa memiliki sikap disiplin ketika guru sedang menjelaskan didalam kelas. Jika siswa
memiliki sikap disiplin atau patuh kepada guru ketika sedang mengajar di kelas, maka
lingkungan proses belajar mengajar juga transfer ilmu kepada siswa juga akan mudah. Serta
hal itu akan membuat guru menjadi nyaman dan tenang ketika mengajar di dalam kelas
Sebelum melanjutkan kepada permasalahan yang lebih lanjut, perlu ada persamaan
persesi terlebih dahulu mengenai konsep yang dinamakan sebagai disiplin. Konsep atau
definisi mengenai disiplin itu sendiri dapat didefinisikan menjadi beberapa arti dan masing-
masing pendidik juga memiliki standar khusus mengenai penilaian kedisiplinan para
siswanya didalam kelas. Secara umum, para guru atau tenaga pendidik berasumsi bahwa
disiplin itu merupakan sebuah standar sikap yang diharapkan kepada siswa ketika didalam
kelas, sehingga guru tersebut memiliki kemudahan dan rasa percaya diri dalam
menyampaikan materi dan mengajar di dalam kelas. Standar sikap disiplin tersebut dapat
diartikan misalnya siswa tidak mengoprasikan handphone ketika guru sedang menjelaskan di
dalam kelas, siswa tidak berkomunikasi dengan siswa lainnya ketika guru sedang mengajar,
siswa fokus kepada materi yang diajarkan oleh guru, dan yang lainnya. Sehingga sikap-sikap
tersebut perlu dikembangkan dan diajarkan karena itu merupakan sikap-sikap disiplin yang
diharapkan oleh para siswa untuk terus berkembang (Pashby et al., 2020) (Nickitas & Pontes,
2020) (Kyriacou et al., 2017) (Galston, 2007) (Raihani, 2014) (King, 2020) (Lilley et al.,
2015b) (Lilley et al., 2015a) (Hammond & Keating, 2018) (Bourke et al., 2012) (Putman &
Byker, 2020) (Smith et al., 2017) (van Oudenhoven & van Oudenhoven, 2019) (Hartung,
2017) (Thian, 2019) (Supriatna, 2011) (Afifah & Moeis, 2017) (Murdiono et al., 2015)
(Moreno & Scaletta, 2018) (Sau, 2020) (Ramdani & Marzuki, 2019) (Roberts et al., 2013)
(Andreotti, n.d.) (Borkovic et al., 2020a) (Borkovic et al., 2020b) (Prasetiyo et al., 2019)
(Khaedir & Wahab, 2020) (Lilley et al., 2017) (Sipayung & Dwiningrum, 2020) (Martono et
al., 2022) (Davies et al., 2018) (Andreotti, 2011) (Aubakirova et al., n.d.) (Adler & Goggin,
2005) (Marinetto, 2003) (Davies, 2020) (Youniss et al., 2002) (Hulboj, 2016) (Andreotti,
Selain itu, ada juga beberapa istilah yang masing-masing memiliki definisi yang
sangat berbeda dalam konsep disiplin. Misalnya konsep “menjaga kedisiplinan”, “strategi
untuk mendisiplinkan siswa”, “school-discipline”, dan juga “disiplin siswa” memiliki arti
yang berbeda-beda dalam konsep kedisiplinan tersebut. Sehingga hal itu membuat para guru
kebingungan dan kesulitan dalam menyimpulkan sebuah konsep yang dinamakan dengan
disiplin. Setidaknya, yang paling umum diketahui oleh masyarakat luas mengenai konsep
disiplin adalah mengenai sebuah sikap dan itu berkaitan dengan hukuman. Apabila ada siswa
yang tidak patuh atau tidak taat di sekolah, maka salah satu cara untuk mendisiplinkannya
adalah dengan cara memberikan punishment atau hukuman kepada mereka, serta
memberikan rewards atau hadiah kepada siswa yang tidak menjalankan sikap disiplin sesuai
5
Diberbagai negara, ada beberapa penelitian mengenai sikap disiplin siswa baik di
memfokuskan kepada hal-hal yang kaitannya terhadap hasil pembelajaran, sehingga para
siswa yang disiplin diharapkan memiliki kualitas akademik dan pekerjaan yang baik dalam
bidang pendidikannya (Gultom & Siahaan, 2016; Abdullah, Radiansyah, & Akbar, 2015).
Meskipun demikian, kedua penelitian tersebut lebih memfokuskan kepada learning outcome
atau hasil pembelajaran siswanya saja, dan belum membahas mengenai bagaimana cara
membuat siswa disiplin dalam pembelajaran di kelas, dan memperoleh hasil yang maksimal.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh beberapa para ahli diantaranya adalah Baumann
dan Krskova (2016), juga melakukan hal yang sama yaitu lebih memfouskan kepada hasil
atau academic performance dalam hal sikap disiplin siswa di dalam kelasnya. Bahkan hasil
penelitiannya dari Semali & Vumilia (2016) menyampaikan bahwa masih sangat sedikit
penelitian yang mengkaji mengenai hubungan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil
belajar, serta pengaruhnya dalam reputasi sekolah. Maksudnya adalah apakah kedisiplinan
siswa dalam belajar dan bersikap disekolah yang memiliki sikap baik dan buruk dapat
memberikan pengaruh terhadap orang tua yang mau menyekolahkan di sekolah tersebut. Oleh
sebab itu, perlu ada kajian yang lebih mendalam mengenai peran kedisiplinan dalam belajar,
upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan serta sejauh mana sikap disiplin dapat
tersebut.
Penelitian ini bermaksud untuk dapat menguji dan menelti lebih jauh terhadap
persepsi dan perbedaan pendapat dari para guru secara umum mengenai manfaat dari
kedisiplinan siswa atau sikap disiplin yang dikembangkan oleh siswa di sekolah. Secara lebih
spesifik lagi, penelitian ini akan mengkaji efektivitas dari metode rewards and punishment
6
yang diberikan oleh guru untuk dapat meningkatkan kedisiplinan diswa dalam prose belajar
mengajar di sekolah. Kemudian, penelitian ini juga akan mengkaji mengenai dampak dari
ketidakdisiplinan siswa atau degradasi moral terhadap academic performance serta school
reputation. Hal ini dikarenakan reputasi sekolah yang terkadang menurun akibat siswa kurang
disiplin.
Dalam konteks keilmuan, secara umum sikap disiplin pada siswa tidak dapat
dilakukan hanya dengan satu kebijakan saja, misalnya dengan memberikan hukuman kepada
siswa. Hal ini dikarenakan bahwa hukuman tersebut tidak dapat memberikan salah satu efek
yang jera terhadp siswa dan belum terbukti dalam meningkatkan kualitas akademik dri para
siswa tersebut. Sebagai sebuah contoh bahwa ada penelitian yang dilakukan oleh Nichols
mengeluarkan siswa dari sekolahnya sebagai salah satu dampak bahwa siswa tersebut tidak
disiplin atau banyak melanggar aturan sekolah. Meskipun siswa tersebut dikeluarkan, namun
tetap saja hal itu tidak dapat menjamin siswa tersebut akan disiplin ketika dia belajar di
tempat yang baru. Oleh sebab itu, kebijakan untuk mengeluarkan siswa dari sekolah belum
tentu dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.
Semali dan Vumilia (2016) berpendapat bahwa untuk dapat menjadikan siswa disiplin
baik dalam proses pembelajaran dan juga dalam sikap sehari-harinya, perlu ada dukungan
dan semua aspek di sekolah yang mendukung terhadap kesuksesan dan kedisiplinan siswa.
Hal ini karena akan membuat mereka dipaksa untuk mengikuti sebuah sistem di sekolah yang
membuat mereka menjadi siswa yang disiplin. Misalnya salah satu faktornya adalah
peraturan sekolah, budaya sekolah, kontrak belajar antara siswa dengan guru, hukuman
dikeluarkan dari sekolah, juga memberikan rewards kepada siswa yang berprestasi. Lebih
7
spesifik lagi misalnya apabila siswa terlambat dari pukul 07.00 ke sekolah, maka gerbang
sekolah akan ditutup dan siswa tidak diperbolehkan untuk masuk ke sekolah. Kemudian
apabila siswa terlambat mengumpulkan tugas, maka dia akan memperoleh nilai yang kurang
baik atau akan ada pengurangan nilai. Hal-hal itu yang nantinya akan terekam dalam pola
pikir siswa, sehingga dia berusaha untuk mendisiplinkan diri dan mengindari punishment.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penghargaan dan hukuman, apalagi mengeluarkan siswa
dari sekolah merupakan salah satu kebijakan dari sekolah yang mungkin belum memiliki
Jika fokus kepada istilah disiplin, maka belum belum ada sebuah definisi yang jelas
mengenai apa arti dari sebuah kedisiplinan bagi siswa. Sebuah penelitian sebelumnya
berasumsi bahwa tidak ada dampak yang signifikan siswa yang disiplin terhadap kemampuan
belajar siswa di kelas (Chen, 2008). Sedangkan penelitian lainnya berpendapat bahwa para
kepala sekolah memberikan argumentasinya bahwa disiplin itu merupakan sebuah cara untuk
dapat mempercepat proses belajar siswa di sekolah, khususnya di kelas. Maksudnya adalah
dengan siwa bersikap tertib dan disiplin dalam proses pembelajaran, maka guru juga akan
mudah dan merasa nyaman dalam menyampaikan materi kepadanya di dalam kelas. Oleh
sebab itu disiplin sebagai salah satu cara untuk membuat proses belajar mengajar menjadi
lebih mudah (Skiba & Peterson, 2000). Sehingga karena ada banyaknya persamaan persepsi
tersebut, maka membuat kesulitan dari beberapa tokoh dalam mengasumsikan sikap disiplin
dan bagaimana caranya membuat siswa untuk menjadi disiplin baik di lingkungan sekolah,
Melihat ada banyaknya peserpsi tersebut, penelitian ini hanya akan memfokuskan
kepada beberapa hal, diantaranya adalah untuk mengetahui konsep disiplin yang diharapkan
8
secara um oleh para guru di sekolah. Bagaiamana sikap yang diharapkan oleh para guru-guru
di sekolah mengenai sikap siswa yang disiplin. Sedangkan lebih spesifik lagi, penelitian ini
akan membahas mengenai hukuman dan hadiah yang efektif apa yang pernah dilakukan oleh
guru untuk membuat mereka menjadi disiplin serta yang berikutnya adalah mengenai dampak
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji secara umum
Adapun permasalahan secara lebih spesifik lagi yang akan dikaji adalah sebagai
berikut:
Apa bentuk hukuman dan penghargaan yang efektif yang dapat diberikan dan
Tujuan khusus
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang sudah dikaji, maka berikut ini
Untuk dapat mengetahui persepsi guru secara umum mengenai konsep siswa yang
9
Untuk dapat mengetahui hukuman apa yang dapat diberikan dan membuat siswa
Untuk dapat mengetahui penghargaan apa yang dapat diberikan dan membuat siswa
Untuk dapat mengetahui dampak dari sikap disiplin terhadap reputasi sekolah.
Urgensi penelitian
Sikap disiplin merupakan sebuah sikap yang diharapkan oleh para guru dan pendidik
lainnya di sekolah. Hal ini diharapkan mampu untuk dapat membuat siswa nyaman dan
tenang ketika guru sedang mengajarkan di sekolah. Dengan siswa memiliki sikap disiplin
ketika sedang belajar di kelas, maka akan mempermudah guru dalam transfer ilmu kepada
para siswa yang lainnya di dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya jika siswa tidak
disiplin atau kurang mematuhi aturan-aturan guru di dalam kelas, maka guru juga akan
memiliki kesulitan dalam menyampaikan ilmu kepada para murid. Disisi lain, salah satu cara
untuk mendisiplinkan siswa adalah dengan memberikan hukuman dan penghargaan kepada
siswa, namun hal tersebut belum diketahui jenis hukuman dan penghargaan apa yang efektif
dan dapat membantu para siswa untuk membuat sikap disiplin. Berikutnya, disiplin juga
memiliki dampak yang baik dan buruk terhadap reputasi sekolah. Sehingga penelitian ini
akan mengkaji terhadap hal-hal yang urgen atau penting dalam sikap disiplin sis
10
BAB II RENSTRA DAN ROADMAP PENELITIAN
Renstra Penelitian
Adapun rencana dan strategi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
bidang hukum. Judul diambil dengan melihat dan mempertimbangkan isu-isu strategis yang
Pengajuan proposal kepada Fakultas Ilmu Sosial dengan judul “Tantangan dan upaya
Observasi lapangan dilakukan selama dua bulan dengan jadwal yang sudah dirancang
oleh peneliti. Dalam observasi lapangan, digunakan teknik pengumpulan data dengan cara
Hasil dari penelitian ini adalah berupa buku panduan, HKI dan Forum Grup Diskusi
(FGD).
pada Visi, Misi dan Profil Lulusan dan Kompetensi keilmuan yang diharapkan serta
Kelompok penelitian pada lima bidang. Oleh karena itu, harus mengikuti Roadmap penelitian
berikut ini :
Pendidikan
Politik
Hukum
Hasil Penelitian
Buku Panduan Idiologi
FGD
HKI
Demokrasi
5
lH
e
d
o
M
m
k
u
a
g
n
P
ish
rL
p
KI-tS
o pik :
T
eM kum
uP
H :
y
w
aslnyec ah:lun
P K
N
rodi
P
6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Konsep sikap disiplin merupakan sebuah perilaku yang delalu diimpikan dan
diidamkan oleh para guru di sekolah, baik tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Meskipun
disiplin dalam mengatur kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan siswa memiliki
berbagai macam karakter, sehingga sulit untuk dapat menyamakan persepsi bagaimana cara
mendidik siswa menjadi lebih disiplin. Menurut beberapa pendapat para ahli, disiplin memili
banyak manfaat atau dampak positif bagi para siswa dan guru ketika belajar di kelas,
diantaranya adalah sikap disiplin dapat mentransfer ilmu tidak hanya kelas kecil atau kelas
yang berjumlah sedikit, namun juga dapat digunakan untuk mengajar dengan jumlah siswa
yang banyak. Selain itu, sikap disiplin juga dapat dapat meningkatkan ketertarikan siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar, meningkatkan kondisi lingkungan belajar yang lebih
kondusif, mencegah berbagai masalah, dan juga mempermudah guru dalam mengendalikan
kelas (Stanley, 2014). Sehingga dengan demikian, disiplin dapat membuat kelas menjadi
lebih teratur serta membuat guru untuk mudah menganalisis siswa yang memiliki bantuan
secara khusus dalam menangani materi pembelajaran yang disampaikan. Proses membentuk
sikap disiplin dengan demikian secara umum untuk meningkatkan prestasi akademik siswa,
juga membangun sebuah komunitas kelas yang dapat membuat kegiatan belajar siswa
Ada sebuah asumsi yang umum diantara para guru, siswa dan juga orang tua bahwa
sikap disiplin merupakan hal yang paling penting dalam dunia akademik, serta hukuman
merupakan hal yang tepat untuk dapat digunakan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
7
Hal ini juga yang menjadi kesepakatan bersama dari para ahli bahwa untuk dapat
berpendapat bahwa disiplin dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan kualitas
akademik para siswa di dalam kelas menjadi lebih kondusif, sehingga interaksi antara guru
dan siswa di dalam kelas menjadi lebih mudah dan materi pembelajaran yang disampaikan
Salah satu dampak yang mungkin akan diakibatkan apabila siswa tidak disiplin dalam
kelas antara lain adalah tawuran antar pelajar, hingga siswa diberhentikan dari sekolah
(Stanley, 2014). Hal ini yang merupakan ketakutan yang diakui oleh kebanyakan orang di
berbagai negara. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk dapat
namun hal itu juga terkadang tidak membuat siswa lebih disiplin, meskipun berikutnya siswa
dikeluarkan dari sekolah. Sehingga perlu ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk dapat
Sikap disiplin siswa di sekolah sudah menjadi suatu penelitian yang banyak dilakukan
serta menjadi pusat perhatian utama bagi para akademisi, baik di sekolah dasar hingga
perguruan tinggi (Segalo & Rambuda, 2018; Kagoiya & Kagema, 2018; Mestry & Khumalo,
2012; Ngari, Gachahi, & Kimosop, 2018; Syawal, Patahuddin, Nasrullah, & Rahman, 2018).
Ada beberapa asumsi yang mengatakan bahwa jika siswa tidak dapat mendisiplikan diri
ketika di dalam kelas, maka hal itu selain dapat menggangu lingkungan dan proses
pembelajaran, juga dapat berpengaruh terhadap perilaku siswa tersebut pada saat ia
menjelang dewasa (Segalo & Rambuda, 2018). Selain itu, ada juga beberapa persepsi secara
8
umum mengenai tujuan sikap disiplin siswa menjadi dua bagian, diantaranya adalah pertama
untuk membantu menciptakan perdamaian dan lingkungan belajar yang nyaman di sekolah,
dimana hal itu membutuhkan sikap disiplin atau memperbaiki sikap yang kurang baik.
Sedangkan yang kedua, tujuan dari disiplin adalah untuk mengajarkan atau mengembangkan
perilaku disiplin siswa sejak dini (Kagoiya & Kagema, 2018). Kedua hal tersebut merupakan
hal yang paling penting dalam mendidik dan mengajarkan perilaku terhadap para siswa,
dimana pendapat yang pertama adalah sikap yang dapat dikembangkan pada saat ini juga
yaitu di sekolah, sedangkan yang kedua adalah sikap yang dapat dikembangkan pada masa
Berdasarkan konsep tujuan dari disiplin tersebut, maka diperoleh sebuah perbedaan
yang mendasar antara disiplin dan punishment. Punishment merupakan suatu tindakan secara
fisik yang dilakukan oleh salah satu pendidik atau guru disekoleh dengan tujuan untuk dapat
mendisiplikan siswa, atau agar siswa tersebut berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang
tidak seharusnya dilakukan di sekolah. Salah satu contoh punishment yang dilakukan di
beberapa sekolah di Tanzania adalah dengan memberikan sebuah pukulan, atau tamparan
secara fisik kepada siswa, dan biasanya pukulan tersebut dilakukan kepada pantatnya (Semali
& Vumilia, 2016). Hal ini dibenarkan dan didukung oleh para orang tua, karena mereka
menginginkan siswa atau para putera puterinya menjadi lebih disiplin. Hanya saja sikap
seperti ini terkadang membuat siswa takut, khawatir dan tidak nyaman ketika dia belajar di
dalam kelas, sehingga perlu cara lain yang dilakukan untuk dapat memberikan punishment
kepada siswa.
Beberapa ahli berpendapat bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat
mendisiplinkan siswa adalah dengan cara membuat aturan yang jelas ketika di awal
9
pertemuan kegiatan belajar dan mengajar. Peraturan ini disepakati oleh siswa dan juga guru,
serta punishment nya pun perlu disepakati oleh siswa dan gurunya. Dengan adanya peraturan
yang jelas, seperti hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dilakukan oleh siswa dan guru di
kelas, maka siswa akan belajar secara disiplin bagaimana caranya menaati aturan-aturan di
sekolah. Dengan demikian, perilaku disiplin dapat dipelajari dan diajarkan kepada siswa
(Ngari, Gachahi, & Kimosop, 2018; Syawal, Patahuddin, Nasrullah, & Rahman, 2018).
merupakan hal yang paling utama dalam meningkatkan sikap disiplin siswa atau untuk
memperbaiki perilaku yang tidak sesuai dengan aturan sekolah (Childs, Kincaid, George, &
Gage, 2016; Lindsay & Hart, 2010; F. Chris Curran, 2010), namun ternyata hukuman dan
pemberian hadiah atau rewards saja tidak cukup untuk dapat memperbaiki sikap disiplin
siswa. Ada faktor-faktor yang lain yang dapat memengaruhi pola belajar siswa agar dapat
menjadi siswa yang disiplin, diantaranya adalah pengawasan secara langsung, pemberian
hadiah secara berkala, aturan dan juga konsekuensi yang jelas apabila dilanggar, serta
membutuhkan teknik khusus bagaimana caranya agar dapat dilakukan untuk dapat mendidik
siswa menjadi lebih disiplin. Semua hal tersebut merupakan aturan yang dibutuhkan oleh
Menurut penelitian di Tanzania, salah satu cara yang tradisional untuk dapat mendidik
siswa menjadi disiplin adalah dengan memberikan hukuman secara fisik, sehingga
harapannya siswa dapat menjadi lebih disiplin (Semali & Vumilia, 2016). Hal ini tidak cocol
atau tidak sesuai dengan konteks keadaan siswa pada saat ini, karena siswa memiliki perilaku
dan perkembangan yang berbeda dengan keadaan pada masa lalu, sehingga apabila sanksi
10
fisik diberikan kepada siswa, hal itu dapat membaut siswa menjadi tidak mematuhi terhadap
Deskripsi Latar
Later penelitian mengenai persepsi sikap disiplin siswa ini adalah para guru yang
mengajar di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta, mereka
yang mengajar semua subjek atau mata pelajaran akan menjadi partisipan dalam mengisi
kuesioner secara keseluruhan, namun hanya sebagian guru saja yang nantinya akan menjadi
Sumber Data
Sumber data merupakan keseluruhan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Sumber data sangat dibutuhkan dalam setiap penelitian untuk dapat
mengetahui persepsi peserta atau para guru dalam hal memperoleh data utama untuk dapat
memperoleh informasi (Babbie, 2013). Menurut para ahli, dalam hal ini, sumber data yang
akan digunakan adalah hasil kuesioner berupa persepsi guru yang mengajar di tingkat SMP
dan SMA se-DKI Jakarta. Kuesioner ini akan digunakan untuk dapat memperoleh persepsi
secara keseluruhan mengenai sikap disiplin yang dibutuhkan atau diharapkan oleh para guru
Sumber data yang kedua, selain kuesioner, penelitian ini juga menggunakan kata-kata,
tindakan dan dokumen yang diperoleh dari para guru. Kata-kata merupakan hasil dari
wawancara yang dilakukan dengan para guru yang bersedia untuk dapat memberikan
11
keterangan kepada peneliti. Kemudian tindakan dan juga hasil observasi yang diperoleh dari
guru menjadi sumber data dalam penelitian mengenai sikap disiplin ini (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007).
Semua sumber data tersebut akan diperoleh dari hasil pengolahan data dan wawancara
dengan para guru yang mengajar di wilayah DKI Jakarta, khususnya Jakarta timur.
Metode/Teknik Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed method.
Metode ini merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menggabungkan data antara
metode kuantitatif dan metode kualitatif (Biesta, 2012). Dalam metode kuantitatif, instrument
penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner dimana ini akan menyebarkan kepada para
guru SMP dan SMA yang ada di DKI Jakarta untuk memperoleh persepsi secara menyeluruh
mengenai sikap disiplin yang diharapkan oleh para guru di DKI Jakarta. Namun metode
kuantitatif ini memiliki kelemahan dimana metode ini tidak dapat menjawab pertanyaan why,
atau mengapa dia memilih jawaban tersebut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007). Sehingga
dengan demikian, metode kualitatif dibutuhkan untuk dapat menjawab pertanyaan mengapa
dan mendeskripsikan menjadi lebih jelasnya. Selanjutnya, data analisis yang digunakan tidak
terlalu lama atau dapat dilakukan dengan cepat, sehingga hal ini dapat mempermudah peneliti
Gabungan metode penelitian antara kuantitatif dan kualitatif juga dapat memberikan
hasil yang lebihg maksimal dalam menyampaikan atau memaparkan hasil penelitian. Metode
ini juga menyajikan data yang lebih reliable, sehingga peneliti dapat memperoleh hasil yang
Sehingga metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif ini tidak hanya memperlihatkan
12
perspektif disiplin siswa secara umum, namun juga guru dapat memberikan perspektif lain
secara lebih detail mengenai pendapat mereka tentang bagaimana cara membuat siswa
Untuk dapat memahami secara keseluruhan dari persepsi umum mengenai sikap
disiplin berdasarkan guru, maka ada dua metode untuk mengumpulkan data, supaya diperoleh
hasil yang maksimal. Yang pertama adalah dengan menggunakan kuesioner, dan yang kedua
melalui wawancara.
formulir. Kuesioner online ini memberikan dampak positif, sehingga hal ini digunakan oleh
peneliti. Pertama, kuesioner online dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data
dengan banyak dan cepat, karena hanya cukup mengirimkan alamat URL penelitiannya, dan
disebarkan secara massive kepada guru di SMP dan SMA DKI Jakarta (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007). Kemudian, kuesioner online dari goole formulir dapat memungkinkan
untuk memperoleh data yang banyak, hal ini dikarenakan dengan adanya jumlah yang besar
ini, tidak ada batasan untuk menerima berapa jumlah partisipannya (Hoonakker & Carayon,
2009). Hal ini memungkinan juga untuk dapat mengisi kuesioner pada hari libur ataupun
ketika para guru sedang dirumah, sehingga data yang diperoleh menjadi lebih banyak
(Faught, Whitten, & Green Jr, 2004). Namun meskipun demikian, terkadang ada guru yang
sudah senior yang memiliki kendala untuk mengakses terhadap internet untuk sulit dalam
mengakses informasi. Sehingga perlu ada antisipasi berupa kuesioner offline juga.
wawancara. Pada akhir kuesioner, akan ditulis dan ditanya apabila ada yang bersedia untuk
13
diwawancara, maka dapat mencantumkan nomor telphon nya, sehingga memudahkan peneliti
untuk dapat mewawancara baik melalui telephone ataupun secara langsung. Wawancara ini
digunakan untuk dapat menganalisis mengenai alasan mengapa para guru memiliki persepsi
yang berbeda mengenai sikap disiplin siswa dan bagaimana cara membuat agar siswa tersebut
menjadi disiplin berdasarkan pengalaman mengajar di sekolah tersebut (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007).
Setelah memperoleh data dari kuesioner dan juga wawancara terhadap guru mengenai
persepsi sikap disiplin siswa, selanjutnya adalah mengenai data analisis yang akan
menggunakan dua pendekatan. Untuk menganalisis kuesioner yang telah dibuat, maka data
analisis yang digunakan adalah deskriptif statistic, distribusi frekuesnsi dan juga cross
tabulation. Untuk dapat mempermudah, maka perangkat lunak SPSS akan digunakan untuk
Selanjutnya yang berikutnya adalah konten analisis akan digunakan untuk dapat
menganalisis data hasil wawancara. Hasil interview atau wawancara akan dianalisis dengan
menggunakan tiga cara, yaitu open coding, axial coding dan selective coding untk dapat
lunak nVIVO juga akan digunakan untuk dapat menganalisis hasil wawancaranya (Cohen,
14
BAB V HASIL LUARAN YANG DICAPAI
Hasil temuan
Kedisiplinan penting diterapkan terhadap anak didik. Proses belajar mengajar akan
terganggu jika siswanya tidak disiplin. Pengertian displin menurut KBBI adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya.) Sehingga hal ini merupakan salah
satu yang menjadi tanggungjawab dari para guru sebagai pendidik di sekolah untuk dapat
meningkatkan kualitas dan kapasitas karakter dari peserta didik di tingkat menengah.
Disiplin merupakan suatu pembiasaan diri, bukan ilmu teori yang jika siswa
menghapalnya maka ia lulus bersikap disiplin. Pembiasaan diri ini dimulai dari perangkat
sekolah terlebih dahulu; guru dan pegawai yang datang lebih awal dari siswa, misalnya.
Maka, untuk menerapkannya ke siswa juga tidak sulit, karena mereka telah melihat tenaga
kependidikan dan tenaga didik di sekolah itu telah menerapkan sikap disiplin. Hal ini yang
diterapkan oleh sekolah, bahwa kedisiplinan merupakan salah satu cara dari sekolah untuk
“…salah satu hal yang ditekankan oleh kepala sekolah di sekolah kami adalah untuk
dapat menanamkan nilai-nilai karakter, maka perlu adanya sebuah contoh yang nyata yang
diberikan oleh para guru dengan baik, sehingga hal itu dapat dicontoh oleh siswa…”
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa salah satu konsep atau kesadaran utama
yang diberikan oleh guru untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kabapilitas khususnya nilai
15
karakter siswa adalah dengan memberikan contoh yang baik dari para guru. Karena contoh
siswa, maka guru tersebut minimalya guru tersebut juga tidak merokok di lingkungan
sekolah, sehingga hal yang disampaikan oleh dia sesuai dengan apa yang dilakukan…”
Dari kedua pernyataan guru tersebut dapat diambil bahwa untuk dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa, maka guru perlu memberikan contoh yang terbaik yang ditampilkan
Setelah sekolah dan guru berusaha untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa,
maka selanjutnya adalah sekolah juga perlu memberikan strategi yang khusus mengenai
bagaimana apabila upaya sudah maksimal, namun ternyata tingkat kedisiplinan siswa belum
dapat ditegakan dengan baik. Dalam hal ini, sekola memiliki strategi khusus agar dapat
membiasakan diri untuk terus berusaha dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
siswanya.
Guru memang memiliki jam kerja yang berbeda dengan profesi yang lainnya. Hal ini
dikarenakan guru harus datang lebih pagi untuk dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan
siswa. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa adalah dengan
menyambut siswa di gerbang sekolah. Wajah tersenyum dan sapaan ramah dapat
16
“….salah satu program sekolah untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa adalah
dengan membuat piket guru untuk dapat berjaga di depan gerbang sekolah. Tugas guru
adalah menyapa siswa dan memberikan energi yang positif agar para siswa tersebut semangat
Salah satu dampak dari guru berjaga di depan gerbang sekolah adalah dia akan tahu
siapa siswa yang rajin datang tepat waktu juga yang sering telat. Memberi nasihat kepada
siswa terlambat akan membuatnya merasa malu jika perbuatan itu terulang kembali. Dan
memberikan hukuman ringan hingga berat jika terlambat berkali-kali. Hal ini dapat
Budaya untuk dapat menyambut siswa agar terat terus disiplin di sekolah terus
dikembangkan oleh SMP Al-Iman Bogor, karena hal ini merupakan salah satu cara agar para
siswa dapat terus disiplin dan tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat
memberikan hal-hal yang negative. Hal ini merupakan salah satu cara dari sekolah SMP Al-
Iman Bogor untuk dapat secara konsisten dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
Memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh sekolah untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Hal ini dapat
dilakukan karena terkadang ada siswa yang belum dapat melakukan kedisiplinan siswa. Salah
satu pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa adalah pakaian. Pakaian ini merupakan
salah satu jenis pelanggaran yang banyak, karena mereka selalu berusaha untuk tampil yang
berbeda, yang menurut mereka adalah hal yang positif, padahal itu merupakan hal yang
kurang baik.
17
Memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas. Berbaris rapi di depan kelas
atau di lapangan sekolah dan memeriksa segala atribut siswa, mulai dari nama, simbol
sekolah, osis, identitas sekolah di lengan baju, sepatu, pakaian hingga kuku mereka. Guru
juga menanyakan siswa yang tidak hadir. Ini untuk mengantisipasi kenakalan siswa
yang bolos datang ke sekolah.
“…salah satu manfaat dari mengecek kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas
adalah untuk dapat mengetahui apakah semua perlengkapan yang digunakan oleh siswa
memenuhi syarat atau standar sekolah atau belum, sehingga hal ini dapat meningkatkan
Salah satu kasus yang mungkin dapat terjadi adalah siswa berangkat ke sekolah dari
rumahnya, namun ternyata dia tidak sampai ke sekolah, maka hal itu merupakan salah satu
“….Bisa saja siswa tersebut izin untuk berangkat ke sekolah, padahal ia tidak berada
di sekolah. Jika terjadi hal buruk dengan siswa tersebut, maka pihak sekolah-lah yang akan
ditanyakan. Jika ada siswa yang tidak hadir tanpa adanya keterangan, maka guru bimbingan
konseling atau guru piket dapat menghubungi orang tuanya….” (partisipan 2, wawancara,
September 2019)
satunya adalah sikap disiplin dari para siswa. Disiplin merupakan sebuah kondisi yang
terbentuk dari proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan,
dan ketertiban. Kedisiplinan siswa memegang peran penting terhadap kemajuan suatu
sekolah karena kondisi sekolah yang tertib akan menciptakan proses pembelajaran yang baik.
18
Kelancaran proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari tata tertib yang telah ditetapkan
di sekolah. Dengan menaati tata tertib di sekolah, diharapkan akan tercipta lingkungan belajar
lingkungan belajar yang nyaman, terutama ketika belajar di dalam kelas. Dalam lingkup
pendidikan dan juga pembelajaran. Apabila sikap disiplin terus dikembangkan dengan baik,
maka hal itu juga dapat meningkatkan reputasi sekolah. Reputasi sekolah merupakan salah
satu hal yang paling penting dalam sebuah aktivitas akademik. Dengan adanya reputasi yang
Beberapa guru yang merupakan responden dari penelitian ini mengatakan bahwa
mengembangkan sikap disiplin dapat meningkatkan beberapa manfaat bagi para siswa dan
juga sekolah. Berikut ini merupakan manfaat dari sikap disiplin siswa.
Rasa hormat terhadap suatu otoritas. Sikap disiplin akan mengajarkan siswa untuk
memahami kedudukannya, baik di dalam maupun di luar kelas. Misalnya, kedudukan siswa
yang harus menghormati guru dan juga kepala sekolah. Menurut pendapat salah satu guru
yang bertugas untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, manfaatnya adalah dapat
membuat siswa tersbeut menjadi lebih bersemangat dan bangga terhadap sekolah. Oleh sebab
itu, sikap disiplin harus terus dikembangkan dengan baik, agar para siswa dapat berusaha
Upaya untuk menanamkan kerja sama. Dalam proses pembelajaran, sikap disiplin
dapat dijadikan sarana untuk menanamkan sikap kerja sama antara siswa satu dengan lainnya,
19
siswa dan guru, maupun siswa dengan lingkungannya. Sikap disiplin juga dapat
meningkatkan kerjasama dengan baik, baik antar siswa maupun antar lembaga. Denga adanya
pembiasaan untuk terus mendisiplinkan siswa, maka sikap tersebut dapat menumbuhkan
upaya kerjasama dengan baik. Ini merupakan salah cara untuk dapat menambahkan sikap
Mengajarkan kebutuhan untuk berorganisasi. Sikap disiplin juga bisa dijadikan sarana
untuk menanamkan sikap kebutuhan berorganisasi pada diri siswa. Sikap disiplin akan
mendorong siswa untuk mengembangkan diri melalui organisasi yang di dalamnya terdapat
aturan yang harus ditaati. Salah satu guru dari sekolah yang mengajar di SMP Al-Iman Bogor
mengatakan bahwa sikap disiplin berkembang melalui sebuah organisasi, yang dalam hal ini
adalah organisasi siswa intra sekolah atau sering disebut dengan OSIS. Organisasi ini
merupakan salah satu wadah bagi siswa agar mereka terus bekerja dan meningkatkan
“…ketika para siswa aktif berorganisasi, maka setidaknya mereka akan belajar
menghargai kedisiplinan, khususnya disiplin mengenai taat pada aturan waktu. Misalnya
ketika mereka sedang rapat, maka hal ini akan terus berkembang hingga hal itu menjadi
Hal ini dapat dilihat bahwa meningkatnya suatu kedisiplinan siswa merupakan salah
satu cara atau akibat dari para siswa tersebut aktif dalam berorganisasi. Organisasi
merupakan salah satu cara agar mereka terus berusaha dan berkembang serta secara perlahan
20
Menghormati hak dan kewajiban orang lain. Dengan bersikap disiplin, siswa akan
menyadari hak dan juga kewajibannya. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan
menanamkan sikap pada diri siswa untuk menghormati hak dan kewajiban orang lain. Sikap
disiplin akan muncul secara perlahan. Sikap disiplin ini dapat dikembangkan melalui
berbagai cara, namun hal yang paling efektif di sekolah adalah dapat menghormati hak dan
kewajiban orang lain. Maksudnya adalah dengan adanya sebuah pembiasaan yang
dilaksanakan oleh sekolah, maka secara perlahan siswa juga dapat belajar untuk dapat
menghormati dan menjaga kewajiban orang lain, sehingga mereka juga dapat meningkatkan
proses pembelajarannya.
C. Upaya guru yang diberikan untuk dapat meningkatkan sikap disiplin siswa.
Dalam proses pembelajaran, jika guru tidak mampu menumbuhkan dan menerapkan
sikap disiplin maka bisa jadi siswa akan kurang termotivasi dan tentunya situasi pembelajaran
menjadi tidak kondusif. Karena itulah, dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan
penting untuk menumbuhkan sikap disiplin pada diri siswa. Adapun upaya-upaya yang bisa
Guru adalah teladan bagi siswa ketika berada di sekolah. Jika seorang guru
menginginkan siswanya memiliki sikap disiplin maka hal tersebut harus dimulai dari guru itu
sendiri. Guru harus memberikan teladan disiplin bagi para siswanya, misalnya dengan datang
tepat waktu. Guru sebaiknya menghindari sikap datang terlambat ke kelas karena hal tersebut
akan menjadi gambaran bagi para siswa bahwa guru mereka juga tidak bersikap disiplin.
21
Datang tepat waktu merupakan salah satu sikap yang dapat dikembangkan oleh guru
dan menular kepada siswa. Sikap tepat waktu merupakan salah satu cara untuk dapat
mengajarkan bahwa kedisiplinan perlu diterapkan dan dikembangkan sedini mungkin. Salah
satu sikap tepat waktu yang dapat dikembangkan dan diterapkan kepada siswa adalah ketika
mau masuk ke kelas. Setidaknya guru sudah siap lima menit sebelum pembelajaran dimulai,
sehingga siswa dapat senang ketika dia berusaha untuk dapat memulai proses
pembelajarannya.
Sikap disiplin akan terwujud ketika ada peraturan yang jelas dan tegas. Ada baiknya
guru juga menjelaskan aturan tersebut beserta konsekuensi yang harus diterima oleh siswa
jika melanggar aturan tersebut. Ada baiknya aturan juga berlaku bagi guru sehingga siswa
bisa melihat bahwa aturan dilaksanakan oleh semua pihak untuk mewujudkan ketertiban.
Aturan yang dimaksud adalah tata tertib sekolah dan juga tata tertib dalam proses
pembelajaran. Tata tertib proses pembelajaran dapat dilakukan untuk dapat dipahami dan
ditaati secara bersama-sama dengan para siswa, sehingga siswa tersebut dapat meningkatkan
kedisiplinannya.
Salah satu contoh tata tertib yang biasanya dibahas oleh siswa dan guru pada
pertemuan pertama adalah mengenai jam belajar dan mengajar. Kemudian mengenai
keterlambatan, apakah siswa diperbolehkan untuk dapat masuk kedalam ruangan atau tidak
ketika dia terlambat masuk kedalam kelas dan seterusnya. Hal ini merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan dan juga dikembangkan untuk dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan
22
siswa. Setelah siswa mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses
Setiap siswa memiliki karakteristik dan berasal dari latar belakang yang berbeda.
Guru sebaiknya memahami keadaan tersebut dan berusaha untuk melayani berbagai
kebutuhan yang berbeda tersebut. Dalam sebuah kelas, ada siswa yang memiliki standar
perilaku yang tinggi, ada juga siswa yang memiliki standar perilaku yang rendah. Hal itu
harus bisa diantisipasi oleh guru, guru juga harus berusaha untuk memahami kondisi
tersebut.
Setelah melihat hasil dari penelitian mengenai konsep disiplin siswa, maka dapat
dilihat mengenai sebuah proses peningkatan kedisiplinan siswa melalui berbagai cara.
Beberapa dari responden sepakat bahwa kekerasan dalam sekolah harus dihindari. Baik
kekerasan yang berbentuk fisik maupun verbal. Kekerasan yang datang dari guru ke siswa
maupun siswa dengan siswa lain atau disebut bullying. Tindakan yang dilakukan terhadap
siswa yang melakukan pelanggaran sekolah harus ditangani dengan cara-cara yang
manusiawi dan bijaksana lebih mengarah ke konseling. Tetapi perlu dipahami, kadang tidak
semua siswa mempan untuk mendapatkan konseling dan tindakan persuasif. Kadang
dimanfaatkan dan disalahgunakan oleh siswa yang berpotensi membuat ketidaktertiban dalam
sekolah malah menjadi-jadi. Konsep tersebut sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli
bahwa kekerasan atau bullying merupakan salah satu bentuk yang tidak disiplin, sehingga hal
itu perlu untuk dapat dihindari, dan sekolah memiliki peran untuk dapat menghapuskan
23
Ketertiban sekolah menjadi makanan utama pada setiap sekolah. Semakin tinggi
ketertiban sekolah, maka semakin mudah dalam mencapai keberhasilan, baik berhasil dalam
bidang akademik maupun non akademik. Ketertiban juga cerminan dari keindahan sekolah
dalam menjalankan rada pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kedisiplinan
dari siswa yang dilaksanakan disekolah memiliki pengaruh terhadap reputasi sekolah.
Maknanya bahwa semakin siswa disiplin dalam proses pembelajaran dan dalam aktivitas
apapun di sekolah, maka reputasi sekolah juga akan menjadi lebih baik (Chen, 2008; Kagoiya
Meningkatkan kedisiplinan siswa bukanlah sesuatu yang mudah, karena hal itu
memiliki tantangan dan juga kesulitan tersendiri bagi para guru dalam mendidiknya. Hal ini
juga merupakan salah satu cara agar guru tersebut dapat secara terus menerus
mengembangkan dan meningkatkan disiplin siswa. Ada beberapa faktor dalam menjadikan
Pertama, tata tertib. Tata tertib dibuat untuk mengatur siswa agar dalam kegiatan di
sekolah siswa dapat melaksanakan aturan –aturan yang ada pada tata tertib tersebut. Tata
tertib dibuat secara ringkas, jelas dan padat, tetapi bisa mencakup semua permasalahan siswa
di sekolah. Tata tertib bisa dibuat lebih praktis, seperti buku saku yang mana siswa dapat
membaca dan memahami secara mudah isi dari tata tertib tersebut (Chen, 2008; Stanley,
2014).
Tata tertib sebagai sarana untuk menertibkan dan mendisiplinkan siswa di sekolah
harus disertai dengan sanksi-sanksi yang jelas juga. Sanksi-sanksi bisa dibuat secara bertahap
dari peringatan teguran, hingga peringatan secara tertulis. Tata tertib harus membuat jera si
24
pelaku, sehingga harus bersifat tegas tanpa adanya kekerasan di dalamnya. Sehingga siswa
yang melakukan pelanggaran bisa berubah ke arah yang lebih baik penuh kesadaran.
Salah satu sanksi yang diterapan di sekolah adalah dengan memperbanyak hafalan Al-
Quran. Siswa yang melakukan pelanggaran di sekolah diminta untuk dapat menghafalkan
beberapa ayat hingga dia hafal. Sebelum dia hafal yang ditugaskan, maka dia tidak dapat
masuk ke kelas untuk mengikuti aktivitas pembelajaran, oleh sebab itu, ini merupakan salah
satu hal yang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses pemebalajrannya (Mestry
Kedua, guru pengajar. Guru adalah penegak ketertiban dan kedisiplinan di sekolah.
Semua guru harus sepakat dengan adanya tata tertib yang dibuat di sekolah. Semua guru
harus membaca dan tahu isi tata tertib yang dibuat. Jangan sampai terjadi perbedaan persepsi
terhadap tata tertib yang dibuat, atau tata tertib menjadi multitafsir di kalangan guru.
Kekompakan guru satu dengan guru yang lain dalam menertibkan dan mendisiplinkan
siswa menjadi taruhannya. Bila ada guru yang getol menegakkan ketertiban dan kedisiplinan,
tetapi di sisi lain ada guru yang lemah dalam menegakkan ketertiban dan kedisiplinan, maka
siswa akan mencari celah untuk mencari suaka pada guru yang lemah. Perbedaan sikap yang
demikian akan membahayakan stabilitas sekolah. Di mata siswa, guru sangat kurang
berwibawa.
Ketiga, sarana dan prasarana di sekolah. sarana dan prasarana di sekolah juga dapat
mempengaruhi ketertiban dan kedisiplinan siswa. Sarana prasarana harus mendukung dan
dibutuhkan untuk menertibkan dan mendisiplinkan siswa. Tata tertib dan guru akan tidak bisa
berbuat banyak apabila sarana dan prasarana kurang mendukung. Misalnya, guru akan
25
mendisiplinkan siswa dalam kebersihan lingkungan, tetapi bak sampah, sapu, dan perangkat
lainnya tidak ada, maka sulit rasanya kegiatan tersebut tercapai. Karena siswa akan
membuang sampah di sembarang tempat. Begitu juga dengan sarana prasarana sekolah
lainnya.
Keempat, Satgas GDS. GDS adalah Gerakan Disiplin Siswa. Satgas GDS harus
dibentuk pada setiap sekolah yang terdiri atas unsur guru dan siswa. Unsur guru bisa dari staf
kesiswaan dan anggotanya. Yang bertugas memantau setiap perilaku siswa dalam setiap
kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila terjadi pelanggaran, bisa
ditulis dan ditandatangani pada buku saku yang dbawa siswa setiap hari disertai berapa poin
Sedangkan dari siswa bisa membantu guru dalam menegakkan ketertiban dan
kedisiplinan siswa yang terbentuk dalam Satgas GDS. Satgas GDS ini mempunyai peran
mengingatkan dan membantu dalam menertibkan dan mendisiplinkan siswa setiap hari. Alat
pembedanya bisa menggunakan jaket bertuliskan Satgas GDS dengan warna yang mencolok
di punggung mereka. Satgas GDS bahkan lebih ampuh dalam menangani tindakan ketertiban
dan kedisiplinan siswa karena siswa terlibat langsung dalam hal ini. Siswa yang melakukan
pelanggaran akan merasa malu bila dingatkan oleh kakak –kakak/tema-teman mereka.
Satgas GDS lebih ampuh dalam menangani ketertiban dan kedisiplinan siswa, karena
tata tertib dibuat dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa siswa. Sehingga ada komitmen
bersama yang dibuat melalui Majelis Perwakilan Kelas dengan Satgas GDS dalam kegiatan
26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan
sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang
sehingga siswa mampu memahami bahwa nilaidisiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya
itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian
hidup bersama.
dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan
Salah satu bentuk pelanggaran yang diberikan oleh sekolah kepada para siswa adalah
dengan membaca Al-Quran, atau menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hal ini merupakan
salah satu cara yang efektif dan juga hukuman yang positif, dimana siswa tidak dapat
mengikuti aktivitas pembelajaran sebelum dia memahami dan mengerti mengenai ayat yang
Sebutan orang yang memiliki disiplin biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir
tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan
27
sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang
yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber
dari masyarakat, pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu,
misalnya sekolah. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
Sikap disiplin siswa tidak terlepas dari persoalan perilaku negatif pada diri siswa,
yang akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Berbagai tindak negatif dilakukan para pelajar
di sekolah dari nyontek, bolos, memeras, sampai pelanggaran diluar sekolah seperti buat
geng, berkelahi atau tawuran, penyalahgunaan narkoba, sex bebas, mencuri sampai pada
pelanggaran-pelanggaran yang lebih membahayakan atau merugikan diri sendiri dan orang
lain. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah
Oleh sebab itu berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.
Diantaranya adalah pertama guru hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya
tepat waktu. Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak
disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor dan selalu
terlambat masuk kelas. Yang kedua, sekolah mulai memberlakukan peraturan tata tertib yang
jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif
untuk belajar. Yang ketiga, sekolah secara konsisten para guru terus mensosialisasikan
kepada siswa tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal,
28
Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan
mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar
serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya
dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan
perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya
pendisiplinan siswa di sekolah. Semua bentuk ketidak disiplinan siswa di sekolah tentunya
Saran
Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, maka guru dan sekolah perlu
bekerjasama agar usaha dan cara tersebut dapat dikembangkan dengan baik. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sikap disiplin siswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
peningkatan reputasi belajar dan kualitas sekolah. Oleh sebab itu, sekolah harus menjaga dan
mendidik siswa agar mereka tetap terus berusaha untuk dapat mengembangkan dan
Ada beberapa hal atau langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah agar sikap disiplin
terus dikembangkan, sehingga siswa dapat bertahan. Yang pertama adalah, sekolah perlu
memiliki sebuah hukuman yang tegas, karena hukuman yang tegas dapat membuat siswa
Quran tersebut. Ayat -Ayat Al-Quran dipercaya untuk dapat memberikan hukuman yang
positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan hukuman ini dapat membuat siswa menjadi lebih
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Adler, R. P., & Goggin, J. (2005). What Do We Mean By “Civic Engagement”? Journal of
https://doi.org/10.1177/1541344605276792
Afifah, S. N., & Moeis, S. (2017). Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Banceuy:
https://doi.org/10.17509/factum.v6i1.10181
https://doi.org/10.1080/14767724.2011.602292
Asrul, A., Ananda, R., & Rosnita, R. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Citapustaka Media.
Bates, R. (2012). Is global citizenship possible, and can international schools provide it?
31
Borkovic, S., Nicolacopoulos, T., Horey, D., & Fortune, T. (2020a). Students positioned as
https://doi.org/10.1080/07294360.2020.1712677
Borkovic, S., Nicolacopoulos, T., Horey, D., & Fortune, T. (2020b). Students positioned as
https://doi.org/10.1080/07294360.2020.1712677
Bourke, L., Bamber, P., & Lyons, M. (2012). Global citizens: Who are they? Education,
https://doi.org/10.1177/1746197912440858
Davies, I. (2020). Youth activism, engagement and the development of new civic learning
Davies, I., Ho, L.-C., Kiwan, D., Peck, C. L., Peterson, A., Sant, E., & Waghid, Y. (Eds.).
32
Hammond, C. D., & Keating, A. (2018). Global citizens or global workers? Comparing
university programmes for global citizenship education in Japan and the UK.
https://doi.org/10.1080/03057925.2017.1369393
Hulboj, M. K. (2016). The Global Citizen as an Agent of Change: Ideals of The Global
Khaedir, Muh., & Wahab, A. A. (2020). The Function of Multicultural Education in Growing
Global Citizen. Proceedings of the 2nd Annual Civic Education Conference (ACEC
2019). 2nd Annual Civic Education Conference (ACEC 2019), Bandung, Indonesia.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.200320.096
King, E. W. (2020). Educating for peace in a global society. Intercultural Education, 31(4),
493–498. https://doi.org/10.1080/14675986.2020.1766185
Kyriacou, C., Szczepek Reed, B., Said, F., & Davies, I. (2017). British Muslim university
students’ perceptions of Prevent and its impact on their sense of identity. Education,
https://doi.org/10.1177/1746197916688918
33
Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2015a). Exploring the Process of Global Citizen
Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2015b). Educating global citizens: A good ‘idea’ or an
https://doi.org/10.1080/07294360.2015.1011089
Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2017). The Global Citizen Conceptualized:
21. https://doi.org/10.1177/1028315316637354
Marinetto, M. (2003). Who Wants to be an Active Citizen?: The Politics and Practice of
https://doi.org/10.1177/0038038503037001390
Martono, M., Dewantara, J. A., Efriani, E., & Prasetiyo, W. H. (2022). The national identity
https://doi.org/10.1002/jcop.22505
Moreno, G., & Scaletta, M. (2018). Moving Away from Zero Tolerance Policies:
10(2).
Murdiono, M., Sapriya, S., Azis Wahab, A., & Maftuh, B. (2015). Membangun Wawasan
Global Warga Negara Muda Berkarakter Pancasila. Jurnal Pendidikan Karakter, 5(2).
https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.2790
34
Nickitas, D. M., & Pontes, N. M. (2020). Around the Corner, Across the Globe: Developing
https://doi.org/10.18060/23813
Pashby, K., da Costa, M., Stein, S., & Andreotti, V. (2020). A meta-review of typologies of
https://doi.org/10.1080/03050068.2020.1723352
Prasetiyo, W. H., Kamarudin, K. R., & Dewantara, J. A. (2019). Surabaya green and clean:
https://doi.org/10.1080/10911359.2019.1642821
Putman, S. M., & Byker, E. J. (2020). Global Citizenship 1-2-3: Learn, Think, and Act.
https://doi.org/10.1080/00228958.2020.1696088
Ramdani, E., & Marzuki, M. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Terhadap
37. https://doi.org/10.17977/um019v4i1p37-47
Roberts, D. C., Welch, L., & Al-Khanji, K. (2013). Preparing Global Citizens. Journal of
35
Sau, F. (2020). Penerapan Media Film Pendek Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Teks Esai Pada Peserta Didik Kelas Xii Mipa 6 Sma Negeri 1 Pontianak. Jambura
https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.055
Smith, W. C., Fraser, P., Chykina, V., Ikoma, S., Levitan, J., Liu, J., & Mahfouz, J. (2017).
https://doi.org/10.1080/14767724.2016.1222896
Supriatna, E. (2011). Kajian Nilai Budaya Tentang Mitos Dan Pelestariaan Lingkungan Pada
Thian, W. L. (2019). How to be Singaporean: Becoming global national citizens and the
Utomo, C. B., & Wasino, W. (2020). An Integrated Teaching Tolerance in Learning History
36
van Oudenhoven, N., & van Oudenhoven, R. J. (2019). Global Citizenship in a Fragmenting
https://doi.org/10.1080/00094056.2019.1616468
Youniss, J., Bales, S., Christmas-Best, V., Diversi, M., McLaughlin, M., & Silbereisen, R.
37