Anda di halaman 1dari 45

RINGKASAN

Penelitian ini mengkaji mengenai salah satu permasalahan yang sering terjadi di

sekolah, yaitu mengenai disiplin. Berdasarkan sumber jurnal dan penelitian di berbagai

negara, belum ada yang mendeskripsikan secara khusus mengenai sebuah arti disiplin. Sikap

disiplin pun diartikan dengan berbagai hal oleh banyak orang, oleh sebab itu disiplin

memiliki makna yang ganda.

Berbagai penelitian banyak yang mengkaji permasalahan mengenai disiplin di sekolah

dan juga bentuk disiplinnya, namun belum ada yang mengjadi secara lebih spesifik mengenai

persepsi guru sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengenai permasalahan

disiplin tersebut, sehingga oleh sebab itu penelitian ini akan fokus mengjadi mengenai

persepsi guru terhadap sikap disiplin siswa di tingkat SMP dan SMA di Jakarta Timur.

Persepsi tersebut akan dikategorikan menjadi dua, yaitu hukuman serta penghargaan yang

cocok yang perlu diberikan kepada siswa, khususnya yang memiliki sikap disiplin tersebut,

kemudian yang kedua adalah persepsi guru mengenai dampak sikap disiplin tersebut

terhadap reputasi sekolah secara keseluruhan.

Metode penelitian yang dilakukan adalah mixed method antara kuantitatif dan juga

kualitatif. Kuesioner akan disebarkan secara online kepada para guru SMP dan SMA di

daerah Jakara timur untuk memperoleh persepsi secara menyeluruh mengenai persepsi guru

SMP dan SMA dalam hal sikap disiplin siswa. Kemudian setelah itu beberapa guru yang

bersedia diwawancara akan diwawancara secara langsung untuk memperoleh data secara

komprehensif. SPSS akan digunakan untuk mengenalisis hasil kuesioner, serta software

nVivo akan digunakan untuk dapat menganalisis hasil wawancara dengan para guru.
Harapannya adalah penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada para guru baik

yang mengajar di tingkat menengah pertama maupun tingkat menengah atas dalam rangka

menyamakan persepsi secara umum mengenai sikap disiplin siswa di dalam kelas. Kemudian,

selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan gambaran mengenai

hukuman dan penghargaan apa yang dapat diberikan kepada siswa agar hukuman tersebut

dapat membuat siswa berhenti dalam melanggar aturan sekolah.

5
DAFTAR ISI

RINGKASAN................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

Latar Belakang...........................................................................................................4

Permasalahan..............................................................................................................8

Tujuan khusus............................................................................................................9

Urgensi penelitian......................................................................................................9

BAB II RENSTRA DAN ROADMAP PENELITIAN..................................................4

Renstra Penelitian.......................................................................................................4

Road Map Penelitian..................................................................................................5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7

Definisi disiplin secara umum....................................................................................7

Tujuan membentuk sikap disiplin di sekolah.............................................................8

Konsep hukuman dan penghargaan dalam membentuk disiplin..............................10

BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................................11

Deskripsi Latar.........................................................................................................11

Sumber Data.............................................................................................................11

Metode/Teknik Penelitian........................................................................................12
Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................13

Teknik Analisis data.................................................................................................14

BAB V HASIL LUARAN YANG DICAPAI.............................................................15

Hasil temuan.............................................................................................................15

Pembahasan dan interpretasi....................................................................................23

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................27

Kesimpulan..............................................................................................................27

Saran.........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

5
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Disiplin merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Hal ini

dikarenakan sikap disiplin dalam proses pembelajaran di kelas sangatlah dibutuhkan dan

diharapkan, baik oleh seorang guru, maupun oleh orang tua. Misalnya disiplin ketika berada

di dalam kelas, disiplin dalam proses kehadiran dan tepat waktu dalam masuk ke kelas,

disiplin dalam mengerjakan tugas dan yang lainnya. Utamanya yang terpenting itu adalah

siswa memiliki sikap disiplin ketika guru sedang menjelaskan didalam kelas. Jika siswa

memiliki sikap disiplin atau patuh kepada guru ketika sedang mengajar di kelas, maka

lingkungan proses belajar mengajar juga transfer ilmu kepada siswa juga akan mudah. Serta

hal itu akan membuat guru menjadi nyaman dan tenang ketika mengajar di dalam kelas

(Asrul et al., 2014; Crick, 2000; Hidayah, 2017) .

Sebelum melanjutkan kepada permasalahan yang lebih lanjut, perlu ada persamaan

persesi terlebih dahulu mengenai konsep yang dinamakan sebagai disiplin. Konsep atau

definisi mengenai disiplin itu sendiri dapat didefinisikan menjadi beberapa arti dan masing-

masing pendidik juga memiliki standar khusus mengenai penilaian kedisiplinan para

siswanya didalam kelas. Secara umum, para guru atau tenaga pendidik berasumsi bahwa

disiplin itu merupakan sebuah standar sikap yang diharapkan kepada siswa ketika didalam

kelas, sehingga guru tersebut memiliki kemudahan dan rasa percaya diri dalam

menyampaikan materi dan mengajar di dalam kelas. Standar sikap disiplin tersebut dapat

diartikan misalnya siswa tidak mengoprasikan handphone ketika guru sedang menjelaskan di

dalam kelas, siswa tidak berkomunikasi dengan siswa lainnya ketika guru sedang mengajar,

siswa fokus kepada materi yang diajarkan oleh guru, dan yang lainnya. Sehingga sikap-sikap

tersebut perlu dikembangkan dan diajarkan karena itu merupakan sikap-sikap disiplin yang
diharapkan oleh para siswa untuk terus berkembang (Pashby et al., 2020) (Nickitas & Pontes,

2020) (Kyriacou et al., 2017) (Galston, 2007) (Raihani, 2014) (King, 2020) (Lilley et al.,

2015b) (Lilley et al., 2015a) (Hammond & Keating, 2018) (Bourke et al., 2012) (Putman &

Byker, 2020) (Smith et al., 2017) (van Oudenhoven & van Oudenhoven, 2019) (Hartung,

2017) (Thian, 2019) (Supriatna, 2011) (Afifah & Moeis, 2017) (Murdiono et al., 2015)

(Moreno & Scaletta, 2018) (Sau, 2020) (Ramdani & Marzuki, 2019) (Roberts et al., 2013)

(Andreotti, n.d.) (Borkovic et al., 2020a) (Borkovic et al., 2020b) (Prasetiyo et al., 2019)

(Khaedir & Wahab, 2020) (Lilley et al., 2017) (Sipayung & Dwiningrum, 2020) (Martono et

al., 2022) (Davies et al., 2018) (Andreotti, 2011) (Aubakirova et al., n.d.) (Adler & Goggin,

2005) (Marinetto, 2003) (Davies, 2020) (Youniss et al., 2002) (Hulboj, 2016) (Andreotti,

2014) (Utomo & Wasino, 2020) (Bates, 2012) .

Selain itu, ada juga beberapa istilah yang masing-masing memiliki definisi yang

sangat berbeda dalam konsep disiplin. Misalnya konsep “menjaga kedisiplinan”, “strategi

untuk mendisiplinkan siswa”, “school-discipline”, dan juga “disiplin siswa” memiliki arti

yang berbeda-beda dalam konsep kedisiplinan tersebut. Sehingga hal itu membuat para guru

kebingungan dan kesulitan dalam menyimpulkan sebuah konsep yang dinamakan dengan

disiplin. Setidaknya, yang paling umum diketahui oleh masyarakat luas mengenai konsep

disiplin adalah mengenai sebuah sikap dan itu berkaitan dengan hukuman. Apabila ada siswa

yang tidak patuh atau tidak taat di sekolah, maka salah satu cara untuk mendisiplinkannya

adalah dengan cara memberikan punishment atau hukuman kepada mereka, serta

memberikan rewards atau hadiah kepada siswa yang tidak menjalankan sikap disiplin sesuai

dengan aturan yang diharapkan.

5
Diberbagai negara, ada beberapa penelitian mengenai sikap disiplin siswa baik di

sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Di Indonesia, beberapa penelitian

memfokuskan kepada hal-hal yang kaitannya terhadap hasil pembelajaran, sehingga para

siswa yang disiplin diharapkan memiliki kualitas akademik dan pekerjaan yang baik dalam

bidang pendidikannya (Gultom & Siahaan, 2016; Abdullah, Radiansyah, & Akbar, 2015).

Meskipun demikian, kedua penelitian tersebut lebih memfokuskan kepada learning outcome

atau hasil pembelajaran siswanya saja, dan belum membahas mengenai bagaimana cara

membuat siswa disiplin dalam pembelajaran di kelas, dan memperoleh hasil yang maksimal.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh beberapa para ahli diantaranya adalah Baumann

dan Krskova (2016), juga melakukan hal yang sama yaitu lebih memfouskan kepada hasil

atau academic performance dalam hal sikap disiplin siswa di dalam kelasnya. Bahkan hasil

penelitiannya dari Semali & Vumilia (2016) menyampaikan bahwa masih sangat sedikit

penelitian yang mengkaji mengenai hubungan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil

belajar, serta pengaruhnya dalam reputasi sekolah. Maksudnya adalah apakah kedisiplinan

siswa dalam belajar dan bersikap disekolah yang memiliki sikap baik dan buruk dapat

memberikan pengaruh terhadap orang tua yang mau menyekolahkan di sekolah tersebut. Oleh

sebab itu, perlu ada kajian yang lebih mendalam mengenai peran kedisiplinan dalam belajar,

upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan serta sejauh mana sikap disiplin dapat

memberikan pengaruh terhadap orang tua dalam menyekolahkan siswanya di sekolah

tersebut.

Penelitian ini bermaksud untuk dapat menguji dan menelti lebih jauh terhadap

persepsi dan perbedaan pendapat dari para guru secara umum mengenai manfaat dari

kedisiplinan siswa atau sikap disiplin yang dikembangkan oleh siswa di sekolah. Secara lebih

spesifik lagi, penelitian ini akan mengkaji efektivitas dari metode rewards and punishment

6
yang diberikan oleh guru untuk dapat meningkatkan kedisiplinan diswa dalam prose belajar

mengajar di sekolah. Kemudian, penelitian ini juga akan mengkaji mengenai dampak dari

ketidakdisiplinan siswa atau degradasi moral terhadap academic performance serta school

reputation. Hal ini dikarenakan reputasi sekolah yang terkadang menurun akibat siswa kurang

disiplin.

Dalam konteks keilmuan, secara umum sikap disiplin pada siswa tidak dapat

dilakukan hanya dengan satu kebijakan saja, misalnya dengan memberikan hukuman kepada

siswa. Hal ini dikarenakan bahwa hukuman tersebut tidak dapat memberikan salah satu efek

yang jera terhadp siswa dan belum terbukti dalam meningkatkan kualitas akademik dri para

siswa tersebut. Sebagai sebuah contoh bahwa ada penelitian yang dilakukan oleh Nichols

(2004) yang menggambarkan bahwa sebuah sekolah memberhentikan siswa atau

mengeluarkan siswa dari sekolahnya sebagai salah satu dampak bahwa siswa tersebut tidak

disiplin atau banyak melanggar aturan sekolah. Meskipun siswa tersebut dikeluarkan, namun

tetap saja hal itu tidak dapat menjamin siswa tersebut akan disiplin ketika dia belajar di

tempat yang baru. Oleh sebab itu, kebijakan untuk mengeluarkan siswa dari sekolah belum

tentu dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

Semali dan Vumilia (2016) berpendapat bahwa untuk dapat menjadikan siswa disiplin

baik dalam proses pembelajaran dan juga dalam sikap sehari-harinya, perlu ada dukungan

dan semua aspek di sekolah yang mendukung terhadap kesuksesan dan kedisiplinan siswa.

Hal ini karena akan membuat mereka dipaksa untuk mengikuti sebuah sistem di sekolah yang

membuat mereka menjadi siswa yang disiplin. Misalnya salah satu faktornya adalah

peraturan sekolah, budaya sekolah, kontrak belajar antara siswa dengan guru, hukuman

dikeluarkan dari sekolah, juga memberikan rewards kepada siswa yang berprestasi. Lebih

7
spesifik lagi misalnya apabila siswa terlambat dari pukul 07.00 ke sekolah, maka gerbang

sekolah akan ditutup dan siswa tidak diperbolehkan untuk masuk ke sekolah. Kemudian

apabila siswa terlambat mengumpulkan tugas, maka dia akan memperoleh nilai yang kurang

baik atau akan ada pengurangan nilai. Hal-hal itu yang nantinya akan terekam dalam pola

pikir siswa, sehingga dia berusaha untuk mendisiplinkan diri dan mengindari punishment.

Sehingga dapat dikatakan bahwa penghargaan dan hukuman, apalagi mengeluarkan siswa

dari sekolah merupakan salah satu kebijakan dari sekolah yang mungkin belum memiliki

dampak yang besar bagi para siswa.

Jika fokus kepada istilah disiplin, maka belum belum ada sebuah definisi yang jelas

mengenai apa arti dari sebuah kedisiplinan bagi siswa. Sebuah penelitian sebelumnya

berasumsi bahwa tidak ada dampak yang signifikan siswa yang disiplin terhadap kemampuan

belajar siswa di kelas (Chen, 2008). Sedangkan penelitian lainnya berpendapat bahwa para

kepala sekolah memberikan argumentasinya bahwa disiplin itu merupakan sebuah cara untuk

dapat mempercepat proses belajar siswa di sekolah, khususnya di kelas. Maksudnya adalah

dengan siwa bersikap tertib dan disiplin dalam proses pembelajaran, maka guru juga akan

mudah dan merasa nyaman dalam menyampaikan materi kepadanya di dalam kelas. Oleh

sebab itu disiplin sebagai salah satu cara untuk membuat proses belajar mengajar menjadi

lebih mudah (Skiba & Peterson, 2000). Sehingga karena ada banyaknya persamaan persepsi

tersebut, maka membuat kesulitan dari beberapa tokoh dalam mengasumsikan sikap disiplin

dan bagaimana caranya membuat siswa untuk menjadi disiplin baik di lingkungan sekolah,

maupun di lingkungan belajarnya.

Melihat ada banyaknya peserpsi tersebut, penelitian ini hanya akan memfokuskan

kepada beberapa hal, diantaranya adalah untuk mengetahui konsep disiplin yang diharapkan

8
secara um oleh para guru di sekolah. Bagaiamana sikap yang diharapkan oleh para guru-guru

di sekolah mengenai sikap siswa yang disiplin. Sedangkan lebih spesifik lagi, penelitian ini

akan membahas mengenai hukuman dan hadiah yang efektif apa yang pernah dilakukan oleh

guru untuk membuat mereka menjadi disiplin serta yang berikutnya adalah mengenai dampak

disiplin terhadap reputasi sekolah.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji secara umum

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana persepsi mengenai sikap disiplin yang diharapkan oleh guru-guru di

sekolah SMP dan SMA di Kota Administrasi Jakarta Timur, Indonesia.

Adapun permasalahan secara lebih spesifik lagi yang akan dikaji adalah sebagai

berikut:

Apa bentuk hukuman dan penghargaan yang efektif yang dapat diberikan dan

mendidik siswa agar menjadi lebih disiplin di sekolah?

Bagaimana dampak sikap disiplin terhadap reputasi sekolah secara keseluruhan?

Tujuan khusus

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang sudah dikaji, maka berikut ini

adalah tujuan secara lebih spesifik mengenai penelitian kedisiplinan ini:

Untuk dapat mengetahui persepsi guru secara umum mengenai konsep siswa yang

disiplin di sekolah dan di kelas

9
Untuk dapat mengetahui hukuman apa yang dapat diberikan dan membuat siswa

disiplin di sekolah dan di kelas

Untuk dapat mengetahui penghargaan apa yang dapat diberikan dan membuat siswa

disiplin baik di sekolah maupun di kelas

Untuk dapat mengetahui dampak dari sikap disiplin terhadap reputasi sekolah.

Urgensi penelitian

Sikap disiplin merupakan sebuah sikap yang diharapkan oleh para guru dan pendidik

lainnya di sekolah. Hal ini diharapkan mampu untuk dapat membuat siswa nyaman dan

tenang ketika guru sedang mengajarkan di sekolah. Dengan siswa memiliki sikap disiplin

ketika sedang belajar di kelas, maka akan mempermudah guru dalam transfer ilmu kepada

para siswa yang lainnya di dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya jika siswa tidak

disiplin atau kurang mematuhi aturan-aturan guru di dalam kelas, maka guru juga akan

memiliki kesulitan dalam menyampaikan ilmu kepada para murid. Disisi lain, salah satu cara

untuk mendisiplinkan siswa adalah dengan memberikan hukuman dan penghargaan kepada

siswa, namun hal tersebut belum diketahui jenis hukuman dan penghargaan apa yang efektif

dan dapat membantu para siswa untuk membuat sikap disiplin. Berikutnya, disiplin juga

memiliki dampak yang baik dan buruk terhadap reputasi sekolah. Sehingga penelitian ini

akan mengkaji terhadap hal-hal yang urgen atau penting dalam sikap disiplin sis

10
BAB II RENSTRA DAN ROADMAP PENELITIAN

Renstra Penelitian

Adapun rencana dan strategi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Perumusan/pembuatan proposal penelitian dengan kompetensi/keahlian/keilmuan

bidang hukum. Judul diambil dengan melihat dan mempertimbangkan isu-isu strategis yang

terjadi saat ini.

Pengajuan proposal kepada Fakultas Ilmu Sosial dengan judul “Tantangan dan upaya

guru dalam meningkatkan sikap disiplin siswa sekolah menengah pertama”.

Review internal proposal oleh prodi dan fakultas

Pembuatan surat-surat untuk observasi lapangan

Observasi lapangan dilakukan selama dua bulan dengan jadwal yang sudah dirancang

oleh peneliti. Dalam observasi lapangan, digunakan teknik pengumpulan data dengan cara

wawancara, mengumpulkan data-data yang diperlukan dan dokumentasi.

Penyusunan laporan penelitian.

Penyerahan Laporan penelitian kepada LPM UNJ.

Hasil dari penelitian ini adalah berupa buku panduan, HKI dan Forum Grup Diskusi

(FGD).

Publikasi penelitian dilaksanakan pada tahun kedua setelah penelitian dilakukan.


Road Map Penelitian

Setiap penelitain Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus diarahkan

pada Visi, Misi dan Profil Lulusan dan Kompetensi keilmuan yang diharapkan serta

Kelompok penelitian pada lima bidang. Oleh karena itu, harus mengikuti Roadmap penelitian

berikut ini :

VISI & MISI Profil & Kompetensi Kelompok Penelitian


Lulusan

Pendidikan

Politik

Hukum
Hasil Penelitian
Buku Panduan Idiologi
FGD
HKI
Demokrasi

5
lH
e
d
o
M
m
k
u
a
g
n
P
ish
rL
p
KI-tS
o pik :
T

eM kum
uP
H :
y
w
aslnyec ah:lun
P K
N
rodi
P

keP isngd plinakt:


a
siw
p kum
om
uK
H etn si:

6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Definisi disiplin secara umum

Konsep sikap disiplin merupakan sebuah perilaku yang delalu diimpikan dan

diidamkan oleh para guru di sekolah, baik tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Meskipun

demikian, guru memiliki kesulitan-kesulitan ataupun kekurangan dalam melakukan proses

disiplin dalam mengatur kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan siswa memiliki

berbagai macam karakter, sehingga sulit untuk dapat menyamakan persepsi bagaimana cara

mendidik siswa menjadi lebih disiplin. Menurut beberapa pendapat para ahli, disiplin memili

banyak manfaat atau dampak positif bagi para siswa dan guru ketika belajar di kelas,

diantaranya adalah sikap disiplin dapat mentransfer ilmu tidak hanya kelas kecil atau kelas

yang berjumlah sedikit, namun juga dapat digunakan untuk mengajar dengan jumlah siswa

yang banyak. Selain itu, sikap disiplin juga dapat dapat meningkatkan ketertarikan siswa

dalam proses kegiatan belajar mengajar, meningkatkan kondisi lingkungan belajar yang lebih

kondusif, mencegah berbagai masalah, dan juga mempermudah guru dalam mengendalikan

kelas (Stanley, 2014). Sehingga dengan demikian, disiplin dapat membuat kelas menjadi

lebih teratur serta membuat guru untuk mudah menganalisis siswa yang memiliki bantuan

secara khusus dalam menangani materi pembelajaran yang disampaikan. Proses membentuk

sikap disiplin dengan demikian secara umum untuk meningkatkan prestasi akademik siswa,

juga membangun sebuah komunitas kelas yang dapat membuat kegiatan belajar siswa

menjadi lebih nyaman (Semali & Vumilia, 2016).

Ada sebuah asumsi yang umum diantara para guru, siswa dan juga orang tua bahwa

sikap disiplin merupakan hal yang paling penting dalam dunia akademik, serta hukuman

merupakan hal yang tepat untuk dapat digunakan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

7
Hal ini juga yang menjadi kesepakatan bersama dari para ahli bahwa untuk dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa adalah dengan memberikan hukuman. Mereka juga

berpendapat bahwa disiplin dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan kualitas

akademik para siswa di dalam kelas menjadi lebih kondusif, sehingga interaksi antara guru

dan siswa di dalam kelas menjadi lebih mudah dan materi pembelajaran yang disampaikan

oleh guru menjadi lebih menarik.

Salah satu dampak yang mungkin akan diakibatkan apabila siswa tidak disiplin dalam

kelas antara lain adalah tawuran antar pelajar, hingga siswa diberhentikan dari sekolah

(Stanley, 2014). Hal ini yang merupakan ketakutan yang diakui oleh kebanyakan orang di

berbagai negara. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa adalah dengan menggunakan hukuman atau punishment,

namun hal itu juga terkadang tidak membuat siswa lebih disiplin, meskipun berikutnya siswa

dikeluarkan dari sekolah. Sehingga perlu ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk dapat

meningkatkan kedisiplinan dari para siswa.

Tujuan membentuk sikap disiplin di sekolah

Sikap disiplin siswa di sekolah sudah menjadi suatu penelitian yang banyak dilakukan

serta menjadi pusat perhatian utama bagi para akademisi, baik di sekolah dasar hingga

perguruan tinggi (Segalo & Rambuda, 2018; Kagoiya & Kagema, 2018; Mestry & Khumalo,

2012; Ngari, Gachahi, & Kimosop, 2018; Syawal, Patahuddin, Nasrullah, & Rahman, 2018).

Ada beberapa asumsi yang mengatakan bahwa jika siswa tidak dapat mendisiplikan diri

ketika di dalam kelas, maka hal itu selain dapat menggangu lingkungan dan proses

pembelajaran, juga dapat berpengaruh terhadap perilaku siswa tersebut pada saat ia

menjelang dewasa (Segalo & Rambuda, 2018). Selain itu, ada juga beberapa persepsi secara

8
umum mengenai tujuan sikap disiplin siswa menjadi dua bagian, diantaranya adalah pertama

untuk membantu menciptakan perdamaian dan lingkungan belajar yang nyaman di sekolah,

dimana hal itu membutuhkan sikap disiplin atau memperbaiki sikap yang kurang baik.

Sedangkan yang kedua, tujuan dari disiplin adalah untuk mengajarkan atau mengembangkan

perilaku disiplin siswa sejak dini (Kagoiya & Kagema, 2018). Kedua hal tersebut merupakan

hal yang paling penting dalam mendidik dan mengajarkan perilaku terhadap para siswa,

dimana pendapat yang pertama adalah sikap yang dapat dikembangkan pada saat ini juga

yaitu di sekolah, sedangkan yang kedua adalah sikap yang dapat dikembangkan pada masa

yang akan datang.

Berdasarkan konsep tujuan dari disiplin tersebut, maka diperoleh sebuah perbedaan

yang mendasar antara disiplin dan punishment. Punishment merupakan suatu tindakan secara

fisik yang dilakukan oleh salah satu pendidik atau guru disekoleh dengan tujuan untuk dapat

mendisiplikan siswa, atau agar siswa tersebut berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang

tidak seharusnya dilakukan di sekolah. Salah satu contoh punishment yang dilakukan di

beberapa sekolah di Tanzania adalah dengan memberikan sebuah pukulan, atau tamparan

secara fisik kepada siswa, dan biasanya pukulan tersebut dilakukan kepada pantatnya (Semali

& Vumilia, 2016). Hal ini dibenarkan dan didukung oleh para orang tua, karena mereka

menginginkan siswa atau para putera puterinya menjadi lebih disiplin. Hanya saja sikap

seperti ini terkadang membuat siswa takut, khawatir dan tidak nyaman ketika dia belajar di

dalam kelas, sehingga perlu cara lain yang dilakukan untuk dapat memberikan punishment

kepada siswa.

Beberapa ahli berpendapat bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat

mendisiplinkan siswa adalah dengan cara membuat aturan yang jelas ketika di awal

9
pertemuan kegiatan belajar dan mengajar. Peraturan ini disepakati oleh siswa dan juga guru,

serta punishment nya pun perlu disepakati oleh siswa dan gurunya. Dengan adanya peraturan

yang jelas, seperti hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dilakukan oleh siswa dan guru di

kelas, maka siswa akan belajar secara disiplin bagaimana caranya menaati aturan-aturan di

sekolah. Dengan demikian, perilaku disiplin dapat dipelajari dan diajarkan kepada siswa

(Ngari, Gachahi, & Kimosop, 2018; Syawal, Patahuddin, Nasrullah, & Rahman, 2018).

Konsep hukuman dan penghargaan dalam membentuk disiplin

Ada sebuah keyakinan dan kepercayaan utama bahwa pemberian hukuman

merupakan hal yang paling utama dalam meningkatkan sikap disiplin siswa atau untuk

memperbaiki perilaku yang tidak sesuai dengan aturan sekolah (Childs, Kincaid, George, &

Gage, 2016; Lindsay & Hart, 2010; F. Chris Curran, 2010), namun ternyata hukuman dan

pemberian hadiah atau rewards saja tidak cukup untuk dapat memperbaiki sikap disiplin

siswa. Ada faktor-faktor yang lain yang dapat memengaruhi pola belajar siswa agar dapat

menjadi siswa yang disiplin, diantaranya adalah pengawasan secara langsung, pemberian

hadiah secara berkala, aturan dan juga konsekuensi yang jelas apabila dilanggar, serta

membutuhkan teknik khusus bagaimana caranya agar dapat dilakukan untuk dapat mendidik

siswa menjadi lebih disiplin. Semua hal tersebut merupakan aturan yang dibutuhkan oleh

semua sekolah agar dapat mendidik siswa menjadi lebih disiplin.

Menurut penelitian di Tanzania, salah satu cara yang tradisional untuk dapat mendidik

siswa menjadi disiplin adalah dengan memberikan hukuman secara fisik, sehingga

harapannya siswa dapat menjadi lebih disiplin (Semali & Vumilia, 2016). Hal ini tidak cocol

atau tidak sesuai dengan konteks keadaan siswa pada saat ini, karena siswa memiliki perilaku

dan perkembangan yang berbeda dengan keadaan pada masa lalu, sehingga apabila sanksi

10
fisik diberikan kepada siswa, hal itu dapat membaut siswa menjadi tidak mematuhi terhadap

aturan yang dibuat oleh sekol

BAB IV METODE PENELITIAN

Deskripsi Latar

Later penelitian mengenai persepsi sikap disiplin siswa ini adalah para guru yang

mengajar di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta, mereka

yang mengajar semua subjek atau mata pelajaran akan menjadi partisipan dalam mengisi

kuesioner secara keseluruhan, namun hanya sebagian guru saja yang nantinya akan menjadi

peserta yang bersedia untuk di wawancara.

Sumber Data

Sumber data merupakan keseluruhan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil

yang maksimal. Sumber data sangat dibutuhkan dalam setiap penelitian untuk dapat

mengetahui persepsi peserta atau para guru dalam hal memperoleh data utama untuk dapat

memperoleh informasi (Babbie, 2013). Menurut para ahli, dalam hal ini, sumber data yang

akan digunakan adalah hasil kuesioner berupa persepsi guru yang mengajar di tingkat SMP

dan SMA se-DKI Jakarta. Kuesioner ini akan digunakan untuk dapat memperoleh persepsi

secara keseluruhan mengenai sikap disiplin yang dibutuhkan atau diharapkan oleh para guru

di DKI Jakarta (Borg & Gall, 2003).

Sumber data yang kedua, selain kuesioner, penelitian ini juga menggunakan kata-kata,

tindakan dan dokumen yang diperoleh dari para guru. Kata-kata merupakan hasil dari

wawancara yang dilakukan dengan para guru yang bersedia untuk dapat memberikan

11
keterangan kepada peneliti. Kemudian tindakan dan juga hasil observasi yang diperoleh dari

guru menjadi sumber data dalam penelitian mengenai sikap disiplin ini (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007).

Semua sumber data tersebut akan diperoleh dari hasil pengolahan data dan wawancara

dengan para guru yang mengajar di wilayah DKI Jakarta, khususnya Jakarta timur.

Metode/Teknik Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed method.

Metode ini merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menggabungkan data antara

metode kuantitatif dan metode kualitatif (Biesta, 2012). Dalam metode kuantitatif, instrument

penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner dimana ini akan menyebarkan kepada para

guru SMP dan SMA yang ada di DKI Jakarta untuk memperoleh persepsi secara menyeluruh

mengenai sikap disiplin yang diharapkan oleh para guru di DKI Jakarta. Namun metode

kuantitatif ini memiliki kelemahan dimana metode ini tidak dapat menjawab pertanyaan why,

atau mengapa dia memilih jawaban tersebut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007). Sehingga

dengan demikian, metode kualitatif dibutuhkan untuk dapat menjawab pertanyaan mengapa

dan mendeskripsikan menjadi lebih jelasnya. Selanjutnya, data analisis yang digunakan tidak

terlalu lama atau dapat dilakukan dengan cepat, sehingga hal ini dapat mempermudah peneliti

dalam menyelesaikan analisis data penelitiannya.

Gabungan metode penelitian antara kuantitatif dan kualitatif juga dapat memberikan

hasil yang lebihg maksimal dalam menyampaikan atau memaparkan hasil penelitian. Metode

ini juga menyajikan data yang lebih reliable, sehingga peneliti dapat memperoleh hasil yang

menyeluruh dan komprehensif dalam menyampaikan hasil penelitian (Mertens, 2014).

Sehingga metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif ini tidak hanya memperlihatkan

12
perspektif disiplin siswa secara umum, namun juga guru dapat memberikan perspektif lain

secara lebih detail mengenai pendapat mereka tentang bagaimana cara membuat siswa

menjadi lebih disiplin (Biesta, 2012).

Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat memahami secara keseluruhan dari persepsi umum mengenai sikap

disiplin berdasarkan guru, maka ada dua metode untuk mengumpulkan data, supaya diperoleh

hasil yang maksimal. Yang pertama adalah dengan menggunakan kuesioner, dan yang kedua

melalui wawancara.

Pertama adalah dengan menggunakan kuesioner online, khususnya dengan google

formulir. Kuesioner online ini memberikan dampak positif, sehingga hal ini digunakan oleh

peneliti. Pertama, kuesioner online dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data

dengan banyak dan cepat, karena hanya cukup mengirimkan alamat URL penelitiannya, dan

disebarkan secara massive kepada guru di SMP dan SMA DKI Jakarta (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007). Kemudian, kuesioner online dari goole formulir dapat memungkinkan

untuk memperoleh data yang banyak, hal ini dikarenakan dengan adanya jumlah yang besar

ini, tidak ada batasan untuk menerima berapa jumlah partisipannya (Hoonakker & Carayon,

2009). Hal ini memungkinan juga untuk dapat mengisi kuesioner pada hari libur ataupun

ketika para guru sedang dirumah, sehingga data yang diperoleh menjadi lebih banyak

(Faught, Whitten, & Green Jr, 2004). Namun meskipun demikian, terkadang ada guru yang

sudah senior yang memiliki kendala untuk mengakses terhadap internet untuk sulit dalam

mengakses informasi. Sehingga perlu ada antisipasi berupa kuesioner offline juga.

Metode yang kedua yang digunakan setelah menyebarkan kuesioner adalah

wawancara. Pada akhir kuesioner, akan ditulis dan ditanya apabila ada yang bersedia untuk

13
diwawancara, maka dapat mencantumkan nomor telphon nya, sehingga memudahkan peneliti

untuk dapat mewawancara baik melalui telephone ataupun secara langsung. Wawancara ini

digunakan untuk dapat menganalisis mengenai alasan mengapa para guru memiliki persepsi

yang berbeda mengenai sikap disiplin siswa dan bagaimana cara membuat agar siswa tersebut

menjadi disiplin berdasarkan pengalaman mengajar di sekolah tersebut (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007).

Teknik Analisis data

Setelah memperoleh data dari kuesioner dan juga wawancara terhadap guru mengenai

persepsi sikap disiplin siswa, selanjutnya adalah mengenai data analisis yang akan

menggunakan dua pendekatan. Untuk menganalisis kuesioner yang telah dibuat, maka data

analisis yang digunakan adalah deskriptif statistic, distribusi frekuesnsi dan juga cross

tabulation. Untuk dapat mempermudah, maka perangkat lunak SPSS akan digunakan untuk

dapat menganalisis hasil kuesioner (Mujis, 2010).

Selanjutnya yang berikutnya adalah konten analisis akan digunakan untuk dapat

menganalisis data hasil wawancara. Hasil interview atau wawancara akan dianalisis dengan

menggunakan tiga cara, yaitu open coding, axial coding dan selective coding untk dapat

menganalisisnya. Untuk dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis, maka perangkat

lunak nVIVO juga akan digunakan untuk dapat menganalisis hasil wawancaranya (Cohen,

Manion, & Morrison, 2007).

14
BAB V HASIL LUARAN YANG DICAPAI

Hasil temuan

A. Upaya menumbuhkan disiplin siswa di sekolah

Kedisiplinan penting diterapkan terhadap anak didik. Proses belajar mengajar akan

terganggu jika siswanya tidak disiplin. Pengertian displin menurut KBBI adalah ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya.) Sehingga hal ini merupakan salah

satu yang menjadi tanggungjawab dari para guru sebagai pendidik di sekolah untuk dapat

meningkatkan kualitas dan kapasitas karakter dari peserta didik di tingkat menengah.

Disiplin merupakan suatu pembiasaan diri, bukan ilmu teori yang jika siswa

menghapalnya maka ia lulus bersikap disiplin. Pembiasaan diri ini dimulai dari perangkat

sekolah terlebih dahulu; guru dan pegawai yang datang lebih awal dari siswa, misalnya.

Maka, untuk menerapkannya ke siswa juga tidak sulit, karena mereka telah melihat tenaga

kependidikan dan tenaga didik di sekolah itu telah menerapkan sikap disiplin. Hal ini yang

diterapkan oleh sekolah, bahwa kedisiplinan merupakan salah satu cara dari sekolah untuk

dapat membuat siswa menjadi lebih baik.

“…salah satu hal yang ditekankan oleh kepala sekolah di sekolah kami adalah untuk

dapat menanamkan nilai-nilai karakter, maka perlu adanya sebuah contoh yang nyata yang

diberikan oleh para guru dengan baik, sehingga hal itu dapat dicontoh oleh siswa…”

(partisipan 1, wawancara, September 2019)

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa salah satu konsep atau kesadaran utama

yang diberikan oleh guru untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kabapilitas khususnya nilai

15
karakter siswa adalah dengan memberikan contoh yang baik dari para guru. Karena contoh

tersebut dapat dilakukan langsung oleh siswa.

“….ketika guru menyampaikan atau mengkampanyekan untuk tidak meroko terhadap

siswa, maka guru tersebut minimalya guru tersebut juga tidak merokok di lingkungan

sekolah, sehingga hal yang disampaikan oleh dia sesuai dengan apa yang dilakukan…”

(partisipan 5, wawancara, September 2019)

Dari kedua pernyataan guru tersebut dapat diambil bahwa untuk dapat meningkatkan

kedisiplinan siswa, maka guru perlu memberikan contoh yang terbaik yang ditampilkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah sekolah dan guru berusaha untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa,

maka selanjutnya adalah sekolah juga perlu memberikan strategi yang khusus mengenai

bagaimana apabila upaya sudah maksimal, namun ternyata tingkat kedisiplinan siswa belum

dapat ditegakan dengan baik. Dalam hal ini, sekola memiliki strategi khusus agar dapat

membiasakan diri untuk terus berusaha dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas

siswanya.

Menunggu kedatangan siswa di gerbang sekolah

Guru memang memiliki jam kerja yang berbeda dengan profesi yang lainnya. Hal ini

dikarenakan guru harus datang lebih pagi untuk dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan

siswa. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa adalah dengan

menyambut siswa di gerbang sekolah. Wajah tersenyum dan sapaan ramah dapat

menyenangkan siswa dan memompa semangat belajarnya dipagi hari.

16
“….salah satu program sekolah untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa adalah

dengan membuat piket guru untuk dapat berjaga di depan gerbang sekolah. Tugas guru

adalah menyapa siswa dan memberikan energi yang positif agar para siswa tersebut semangat

dalam menempuh pembelajarannya…”(partisipan 4, wawancara, September 2019)

Salah satu dampak dari guru berjaga di depan gerbang sekolah adalah dia akan tahu

siapa siswa yang rajin datang tepat waktu juga yang sering telat. Memberi nasihat kepada

siswa terlambat akan membuatnya merasa malu jika perbuatan itu terulang kembali. Dan

memberikan hukuman ringan hingga berat jika terlambat berkali-kali. Hal ini dapat

mendisiplinkan siswa untuk datang ke sekolah tepat waktu.  

Budaya untuk dapat menyambut siswa agar terat terus disiplin di sekolah terus

dikembangkan oleh SMP Al-Iman Bogor, karena hal ini merupakan salah satu cara agar para

siswa dapat terus disiplin dan tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat

memberikan hal-hal yang negative. Hal ini merupakan salah satu cara dari sekolah SMP Al-

Iman Bogor untuk dapat secara konsisten dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas

Memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas merupakan salah satu cara

yang dilakukan oleh sekolah untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Hal ini dapat

dilakukan karena terkadang ada siswa yang belum dapat melakukan kedisiplinan siswa. Salah

satu pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa adalah pakaian. Pakaian ini merupakan

salah satu jenis pelanggaran yang banyak, karena mereka selalu berusaha untuk tampil yang

berbeda, yang menurut mereka adalah hal yang positif, padahal itu merupakan hal yang

kurang baik.

17
Memeriksa kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas. Berbaris rapi di depan kelas

atau di lapangan sekolah dan memeriksa segala atribut siswa, mulai dari nama, simbol

sekolah, osis, identitas sekolah di lengan baju, sepatu, pakaian hingga kuku mereka. Guru

juga menanyakan siswa yang tidak hadir. Ini untuk mengantisipasi kenakalan siswa

yang bolos datang ke sekolah.

“…salah satu manfaat dari mengecek kelengkapan siswa sebelum masuk ke kelas

adalah untuk dapat mengetahui apakah semua perlengkapan yang digunakan oleh siswa

memenuhi syarat atau standar sekolah atau belum, sehingga hal ini dapat meningkatkan

kedisiplinan siswa…” (partisipan 4, wawancara, September 2019)

Salah satu kasus yang mungkin dapat terjadi adalah siswa berangkat ke sekolah dari

rumahnya, namun ternyata dia tidak sampai ke sekolah, maka hal itu merupakan salah satu

hal yang dapat meningkatkan kedisiplinan para siswa SMP.

“….Bisa saja siswa tersebut izin untuk berangkat ke sekolah, padahal ia tidak berada

di sekolah. Jika terjadi hal buruk dengan siswa tersebut, maka pihak sekolah-lah yang akan

ditanyakan. Jika ada siswa yang tidak hadir tanpa adanya keterangan, maka guru bimbingan

konseling atau guru piket dapat menghubungi orang tuanya….” (partisipan 2, wawancara,

September 2019)

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah

satunya adalah sikap disiplin dari para siswa. Disiplin merupakan sebuah kondisi yang

terbentuk dari proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan,

dan ketertiban. Kedisiplinan siswa memegang peran penting terhadap kemajuan suatu

sekolah karena kondisi sekolah yang tertib akan menciptakan proses pembelajaran yang baik.

18
Kelancaran proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari tata tertib yang telah ditetapkan

di sekolah. Dengan menaati tata tertib di sekolah, diharapkan akan tercipta lingkungan belajar

yang nyaman dan kondusif di dalam kelas.

B. Pentingnya Disiplin Siswa di Sekolah

Sikap disiplin di lingkup sekolah bertujuan untuk menciptakan keamanan dan

lingkungan belajar yang nyaman, terutama ketika belajar di dalam kelas. Dalam lingkup

pendidikan dan juga pembelajaran. Apabila sikap disiplin terus dikembangkan dengan baik,

maka hal itu juga dapat meningkatkan reputasi sekolah. Reputasi sekolah merupakan salah

satu hal yang paling penting dalam sebuah aktivitas akademik. Dengan adanya reputasi yang

baik, maka hal itu juga dapat meningkatkan reputasi sekolah.

Beberapa guru yang merupakan responden dari penelitian ini mengatakan bahwa

mengembangkan sikap disiplin dapat meningkatkan beberapa manfaat bagi para siswa dan

juga sekolah. Berikut ini merupakan manfaat dari sikap disiplin siswa.

Rasa hormat terhadap suatu otoritas. Sikap disiplin akan mengajarkan siswa untuk

memahami kedudukannya, baik di dalam maupun di luar kelas. Misalnya, kedudukan siswa

yang harus menghormati guru dan juga kepala sekolah. Menurut pendapat salah satu guru

yang bertugas untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, manfaatnya adalah dapat

membuat siswa tersbeut menjadi lebih bersemangat dan bangga terhadap sekolah. Oleh sebab

itu, sikap disiplin harus terus dikembangkan dengan baik, agar para siswa dapat berusaha

untuk terus dengan baik menjaga kehormatan sekolah.

Upaya untuk menanamkan kerja sama.  Dalam proses pembelajaran, sikap disiplin

dapat dijadikan sarana untuk menanamkan sikap kerja sama antara siswa satu dengan lainnya,

19
siswa dan guru, maupun siswa dengan lingkungannya. Sikap disiplin juga dapat

meningkatkan kerjasama dengan baik, baik antar siswa maupun antar lembaga. Denga adanya

pembiasaan untuk terus mendisiplinkan siswa, maka sikap tersebut dapat menumbuhkan

upaya kerjasama dengan baik. Ini merupakan salah cara untuk dapat menambahkan sikap

kerjasama melalui pendisiplinan siswa.

Mengajarkan kebutuhan untuk berorganisasi. Sikap disiplin juga bisa dijadikan sarana

untuk menanamkan sikap kebutuhan berorganisasi pada diri siswa. Sikap disiplin akan

mendorong siswa untuk mengembangkan diri melalui organisasi yang di dalamnya terdapat

aturan yang harus ditaati. Salah satu guru dari sekolah yang mengajar di SMP Al-Iman Bogor

mengatakan bahwa sikap disiplin berkembang melalui sebuah organisasi, yang dalam hal ini

adalah organisasi siswa intra sekolah atau sering disebut dengan OSIS. Organisasi ini

merupakan salah satu wadah bagi siswa agar mereka terus bekerja dan meningkatkan

kapasitas dan kapabilitas organisasinya.

“…ketika para siswa aktif berorganisasi, maka setidaknya mereka akan belajar

menghargai kedisiplinan, khususnya disiplin mengenai taat pada aturan waktu. Misalnya

ketika mereka sedang rapat, maka hal ini akan terus berkembang hingga hal itu menjadi

sebuah kebiasaan…” (partisipan 2, wawancara, September 2019)

Hal ini dapat dilihat bahwa meningkatnya suatu kedisiplinan siswa merupakan salah

satu cara atau akibat dari para siswa tersebut aktif dalam berorganisasi. Organisasi

merupakan salah satu cara agar mereka terus berusaha dan berkembang serta secara perlahan

sikap disiplin terus terwujud.

20
Menghormati hak dan kewajiban orang lain. Dengan bersikap disiplin, siswa akan

menyadari hak dan juga kewajibannya. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan

menanamkan sikap pada diri siswa untuk menghormati hak dan kewajiban orang lain. Sikap

disiplin akan muncul secara perlahan. Sikap disiplin ini dapat dikembangkan melalui

berbagai cara, namun hal yang paling efektif di sekolah adalah dapat menghormati hak dan

kewajiban orang lain. Maksudnya adalah dengan adanya sebuah pembiasaan yang

dilaksanakan oleh sekolah, maka secara perlahan siswa juga dapat belajar untuk dapat

menghormati dan menjaga kewajiban orang lain, sehingga mereka juga dapat meningkatkan

proses pembelajarannya.

C. Upaya guru yang diberikan untuk dapat meningkatkan sikap disiplin siswa.

Dalam proses pembelajaran, jika guru tidak mampu menumbuhkan dan menerapkan

sikap disiplin maka bisa jadi siswa akan kurang termotivasi dan tentunya situasi pembelajaran

menjadi tidak kondusif. Karena itulah, dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan

penting untuk menumbuhkan sikap disiplin pada diri siswa. Adapun upaya-upaya yang bisa

dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut.

Guru Hendaknya Menjadi Contoh

Guru adalah teladan bagi siswa ketika berada di sekolah. Jika seorang guru

menginginkan siswanya memiliki sikap disiplin maka hal tersebut harus dimulai dari guru itu

sendiri. Guru harus memberikan teladan disiplin bagi para siswanya, misalnya dengan datang

tepat waktu. Guru sebaiknya menghindari sikap datang terlambat ke kelas karena hal tersebut

akan menjadi gambaran bagi para siswa bahwa guru mereka juga tidak bersikap disiplin.

21
Datang tepat waktu merupakan salah satu sikap yang dapat dikembangkan oleh guru

dan menular kepada siswa. Sikap tepat waktu merupakan salah satu cara untuk dapat

mengajarkan bahwa kedisiplinan perlu diterapkan dan dikembangkan sedini mungkin. Salah

satu sikap tepat waktu yang dapat dikembangkan dan diterapkan kepada siswa adalah ketika

mau masuk ke kelas. Setidaknya guru sudah siap lima menit sebelum pembelajaran dimulai,

sehingga siswa dapat senang ketika dia berusaha untuk dapat memulai proses

pembelajarannya.

Memberlakukan Tata Tertib yang Jelas dan Tegas

Sikap disiplin akan terwujud ketika ada peraturan yang jelas dan tegas. Ada baiknya

guru juga menjelaskan aturan tersebut beserta konsekuensi yang harus diterima oleh siswa

jika melanggar aturan tersebut. Ada baiknya aturan juga berlaku bagi guru sehingga siswa

bisa melihat bahwa aturan dilaksanakan oleh semua pihak untuk mewujudkan ketertiban.

Aturan yang dimaksud adalah tata tertib sekolah dan juga tata tertib dalam proses

pembelajaran. Tata tertib proses pembelajaran dapat dilakukan untuk dapat dipahami dan

ditaati secara bersama-sama dengan para siswa, sehingga siswa tersebut dapat meningkatkan

kedisiplinannya.

Salah satu contoh tata tertib yang biasanya dibahas oleh siswa dan guru pada

pertemuan pertama adalah mengenai jam belajar dan mengajar. Kemudian mengenai

keterlambatan, apakah siswa diperbolehkan untuk dapat masuk kedalam ruangan atau tidak

ketika dia terlambat masuk kedalam kelas dan seterusnya. Hal ini merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan dan juga dikembangkan untuk dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan

22
siswa. Setelah siswa mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses

pembelajaran, maka hal itu akan menjadi sesuatu yang positif.

Membantu Siswa Mengembangkan Pola Perilaku untuk Dirinya

Setiap siswa memiliki karakteristik dan berasal dari latar belakang yang berbeda.

Guru sebaiknya memahami keadaan tersebut dan berusaha untuk melayani berbagai

kebutuhan yang berbeda tersebut. Dalam sebuah kelas, ada siswa yang memiliki standar

perilaku yang tinggi, ada juga siswa yang memiliki standar perilaku yang rendah. Hal itu

harus bisa diantisipasi oleh guru, guru juga harus berusaha untuk memahami kondisi

tersebut. 

Pembahasan dan interpretasi

Setelah melihat hasil dari penelitian mengenai konsep disiplin siswa, maka dapat

dilihat mengenai sebuah proses peningkatan kedisiplinan siswa melalui berbagai cara.

Beberapa dari responden sepakat bahwa kekerasan dalam sekolah harus dihindari. Baik

kekerasan yang berbentuk fisik maupun verbal. Kekerasan yang datang dari guru ke siswa

maupun siswa dengan siswa lain atau disebut bullying. Tindakan yang dilakukan terhadap

siswa yang melakukan pelanggaran sekolah harus ditangani dengan cara-cara yang

manusiawi dan bijaksana lebih mengarah ke konseling. Tetapi perlu dipahami, kadang tidak

semua siswa mempan untuk mendapatkan konseling dan tindakan persuasif. Kadang

dimanfaatkan dan disalahgunakan oleh siswa yang berpotensi membuat ketidaktertiban dalam

sekolah malah menjadi-jadi. Konsep tersebut sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli

bahwa kekerasan atau bullying merupakan salah satu bentuk yang tidak disiplin, sehingga hal

itu perlu untuk dapat dihindari, dan sekolah memiliki peran untuk dapat menghapuskan

tindakan tersebut (Abdullah, Radiansyah, & Akbar, 2015; Nichols, 2004)

23
Ketertiban sekolah menjadi makanan utama pada setiap sekolah. Semakin tinggi

ketertiban  sekolah, maka semakin mudah dalam mencapai keberhasilan, baik berhasil dalam

bidang akademik maupun non akademik. Ketertiban juga cerminan dari keindahan sekolah

dalam menjalankan rada pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kedisiplinan

dari siswa yang dilaksanakan disekolah memiliki pengaruh terhadap reputasi sekolah.

Maknanya bahwa semakin siswa disiplin dalam proses pembelajaran dan dalam aktivitas

apapun di sekolah, maka reputasi sekolah juga akan menjadi lebih baik (Chen, 2008; Kagoiya

& Kagema, 2018)

Meningkatkan kedisiplinan siswa bukanlah sesuatu yang mudah, karena hal itu

memiliki tantangan dan juga kesulitan tersendiri bagi para guru dalam mendidiknya. Hal ini

juga merupakan salah satu cara agar guru tersebut dapat secara terus menerus

mengembangkan dan meningkatkan disiplin siswa. Ada beberapa faktor dalam menjadikan

sekolah bisa  tertib dan disiplin, antara lain:

Pertama, tata tertib. Tata tertib dibuat untuk mengatur siswa agar dalam kegiatan di

sekolah siswa dapat melaksanakan aturan –aturan yang ada pada tata tertib tersebut. Tata

tertib dibuat secara ringkas, jelas dan padat, tetapi bisa mencakup semua  permasalahan siswa

di sekolah. Tata tertib bisa dibuat lebih praktis,  seperti buku saku yang mana siswa dapat

membaca dan memahami secara mudah isi dari tata tertib tersebut (Chen, 2008; Stanley,

2014).

Tata tertib sebagai sarana untuk menertibkan dan mendisiplinkan siswa di sekolah

harus disertai dengan sanksi-sanksi yang jelas juga. Sanksi-sanksi bisa dibuat secara bertahap

dari peringatan teguran, hingga peringatan secara tertulis. Tata tertib harus membuat jera si

24
pelaku, sehingga harus bersifat tegas tanpa adanya kekerasan di dalamnya. Sehingga siswa

yang melakukan pelanggaran bisa berubah ke arah yang lebih baik penuh kesadaran.

Salah satu sanksi yang diterapan di sekolah adalah dengan memperbanyak hafalan Al-

Quran. Siswa yang melakukan pelanggaran di sekolah diminta untuk dapat menghafalkan

beberapa ayat hingga dia hafal. Sebelum dia hafal yang ditugaskan, maka dia tidak dapat

masuk ke kelas untuk mengikuti aktivitas pembelajaran, oleh sebab itu, ini merupakan salah

satu hal yang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses pemebalajrannya (Mestry

& Khumalo, 2012)

Kedua, guru pengajar. Guru adalah penegak ketertiban dan kedisiplinan di sekolah.

Semua guru harus sepakat dengan adanya tata tertib yang dibuat di sekolah. Semua guru

harus membaca dan tahu isi tata tertib yang dibuat. Jangan sampai terjadi perbedaan persepsi

terhadap tata tertib yang dibuat, atau tata tertib menjadi multitafsir di kalangan guru.

Kekompakan guru satu dengan guru yang lain dalam menertibkan dan mendisiplinkan

siswa menjadi taruhannya. Bila ada guru yang getol menegakkan ketertiban dan kedisiplinan,

tetapi di sisi lain ada guru yang lemah dalam menegakkan ketertiban dan kedisiplinan, maka

siswa akan mencari celah untuk mencari suaka pada guru yang lemah. Perbedaan sikap yang

demikian akan membahayakan stabilitas sekolah. Di mata siswa, guru sangat kurang

berwibawa.

Ketiga, sarana dan prasarana di sekolah. sarana dan prasarana di sekolah juga dapat

mempengaruhi ketertiban dan kedisiplinan siswa. Sarana prasarana harus mendukung dan

dibutuhkan untuk menertibkan dan mendisiplinkan siswa. Tata tertib dan guru akan tidak bisa

berbuat banyak apabila sarana dan prasarana kurang mendukung. Misalnya, guru akan

25
mendisiplinkan siswa dalam kebersihan lingkungan, tetapi bak sampah, sapu, dan perangkat

lainnya tidak ada, maka sulit rasanya kegiatan tersebut tercapai. Karena siswa akan

membuang sampah di sembarang tempat. Begitu juga dengan sarana prasarana sekolah

lainnya.

Keempat, Satgas GDS. GDS adalah Gerakan Disiplin Siswa. Satgas GDS harus

dibentuk pada setiap sekolah yang terdiri atas unsur guru dan siswa. Unsur guru bisa dari staf

kesiswaan dan anggotanya. Yang bertugas memantau setiap perilaku siswa dalam setiap

kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila terjadi pelanggaran, bisa

ditulis dan ditandatangani pada buku saku yang dbawa  siswa setiap hari disertai berapa poin

yang tertulis pada buku saku tersebut.

Sedangkan dari siswa bisa membantu guru dalam menegakkan ketertiban dan

kedisiplinan siswa  yang terbentuk dalam Satgas GDS. Satgas GDS ini mempunyai peran

mengingatkan dan membantu dalam menertibkan dan mendisiplinkan siswa setiap hari. Alat

pembedanya bisa menggunakan jaket bertuliskan Satgas GDS dengan warna yang mencolok

di punggung mereka. Satgas GDS bahkan lebih ampuh dalam menangani tindakan ketertiban

dan kedisiplinan siswa karena siswa terlibat langsung dalam hal ini. Siswa yang melakukan

pelanggaran akan merasa malu bila dingatkan oleh kakak –kakak/tema-teman mereka.

Satgas GDS lebih ampuh dalam menangani ketertiban dan kedisiplinan siswa, karena

tata tertib dibuat dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa siswa. Sehingga ada komitmen

bersama yang dibuat melalui Majelis Perwakilan Kelas dengan Satgas GDS dalam kegiatan

musyawarah sekolah di setiap tahunnya

26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah

seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan

sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang

melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas

kepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik

sehingga siswa mampu memahami bahwa nilaidisiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya

itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian

hidup bersama. 

Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang

menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar

dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan

menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar. Sekolah tanpa

kedisiplinan adalah seperti kincir tanpa air.

Salah satu bentuk pelanggaran yang diberikan oleh sekolah kepada para siswa adalah

dengan membaca Al-Quran, atau menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hal ini merupakan

salah satu cara yang efektif dan juga hukuman yang positif, dimana siswa tidak dapat

mengikuti aktivitas pembelajaran sebelum dia memahami dan mengerti mengenai ayat yang

harus dihafalkannya itu.

Sebutan orang yang memiliki disiplin biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir

tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan

27
sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang

yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber

dari masyarakat, pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu,

misalnya sekolah. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat

baginya serta lingkungannya.

Sikap disiplin siswa tidak terlepas dari persoalan perilaku negatif pada diri siswa,

yang akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Berbagai tindak negatif dilakukan para pelajar

di sekolah dari nyontek, bolos, memeras, sampai pelanggaran diluar sekolah seperti buat

geng, berkelahi atau tawuran, penyalahgunaan narkoba, sex bebas, mencuri sampai pada

pelanggaran-pelanggaran yang lebih membahayakan atau merugikan diri sendiri dan orang

lain. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor

lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah

satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa.

Oleh sebab itu berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

Diantaranya adalah pertama guru hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya

tepat waktu. Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak

disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor dan selalu

terlambat masuk kelas. Yang kedua, sekolah mulai memberlakukan peraturan tata tertib yang

jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif

untuk belajar. Yang ketiga, sekolah secara konsisten para guru terus mensosialisasikan

kepada siswa tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal,

melalui pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan

28
Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan

mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar

serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya

dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan

perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya

pendisiplinan siswa di sekolah. Semua bentuk ketidak disiplinan siswa di sekolah tentunya

memerlukan upaya penanggulangan dan pencegahan.

Saran

Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, maka guru dan sekolah perlu

bekerjasama agar usaha dan cara tersebut dapat dikembangkan dengan baik. Hasil penelitian

menunjukan bahwa sikap disiplin siswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

peningkatan reputasi belajar dan kualitas sekolah. Oleh sebab itu, sekolah harus menjaga dan

mendidik siswa agar mereka tetap terus berusaha untuk dapat mengembangkan dan

meningkatkan sikap disiplinnya.

Ada beberapa hal atau langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah agar sikap disiplin

terus dikembangkan, sehingga siswa dapat bertahan. Yang pertama adalah, sekolah perlu

memiliki sebuah hukuman yang tegas, karena hukuman yang tegas dapat membuat siswa

menjadi lebih disiplin.

Kedua, terus dikembangkan mengenai hukuman dengan menghafalkan ayat-ayat Al-

Quran tersebut. Ayat -Ayat Al-Quran dipercaya untuk dapat memberikan hukuman yang

positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan hukuman ini dapat membuat siswa menjadi lebih

tegas dan juga berusaha menghafalkannya.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Adler, R. P., & Goggin, J. (2005). What Do We Mean By “Civic Engagement”? Journal of

Transformative Education, 3(3), 236–253.

https://doi.org/10.1177/1541344605276792

Afifah, S. N., & Moeis, S. (2017). Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Banceuy:

Kebertahanan Adat Istiadat Menghadapi Perubahan Sosialbudaya (Kajian Historis

Tahun 1965-2008). FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 6(1).

https://doi.org/10.17509/factum.v6i1.10181

Andreotti, V. de O. (n.d.). Soft versus Critical Global Citizenship Education.

Andreotti, V. de O. (2011). The political economy of global citizenship education.

Globalisation, Societies and Education, 9(3–4), 307–310.

https://doi.org/10.1080/14767724.2011.602292

Andreotti, V. de O. (2014). Critical And Transnational Literacies In International

Development And Global Citizenship Education. SISYPHUS, 2(3), 32–50.

Asrul, A., Ananda, R., & Rosnita, R. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Citapustaka Media.

Aubakirova, S. S., Ismagambetova, Z. N., Rysbekova, S. S., & Mirzabekova, A. S. (n.d.).

Tolerance Issue in Kazakh Culture. Science Education.

Bates, R. (2012). Is global citizenship possible, and can international schools provide it?

JRIE, 11(3), 262–274. https://doi.org/10.1177/1475240912461884

31
Borkovic, S., Nicolacopoulos, T., Horey, D., & Fortune, T. (2020a). Students positioned as

global citizens in Australian and New Zealand universities: A discourse analysis.

Higher Education Research & Development, 39(6), 1106–1121.

https://doi.org/10.1080/07294360.2020.1712677

Borkovic, S., Nicolacopoulos, T., Horey, D., & Fortune, T. (2020b). Students positioned as

global citizens in Australian and New Zealand universities: A discourse analysis.

Higher Education Research & Development, 39(6), 1106–1121.

https://doi.org/10.1080/07294360.2020.1712677

Bourke, L., Bamber, P., & Lyons, M. (2012). Global citizens: Who are they? Education,

Citizenship and Social Justice, 7(2), 161–174.

https://doi.org/10.1177/1746197912440858

Crick, B. (2000). Essays on Citizenship. Continuum.

Davies, I. (2020). Youth activism, engagement and the development of new civic learning

spaces. JSSE - Journal of Social Science Education, Vol 19 No 2 (2020): Research

and impact in social sciences education. https://doi.org/10.4119/JSSE-3440

Davies, I., Ho, L.-C., Kiwan, D., Peck, C. L., Peterson, A., Sant, E., & Waghid, Y. (Eds.).

(2018). The Palgrave Handbook of Global Citizenship and Education. Palgrave

Macmillan UK. https://doi.org/10.1057/978-1-137-59733-5

Galston, W. A. (2007). Civic Knowledge, Civic Education, and Civic Engagement: A

Summary of Recent Research. International Journal of Public Administration, 30(6–

7), 623–642. https://doi.org/10.1080/01900690701215888

32
Hammond, C. D., & Keating, A. (2018). Global citizens or global workers? Comparing

university programmes for global citizenship education in Japan and the UK.

Compare: A Journal of Comparative and International Education, 48(6), 915–934.

https://doi.org/10.1080/03057925.2017.1369393

Hartung, C. (2017). Global citizenship incorporated: Competing responsibilities in the

education of global citizens. Discourse: Studies in the Cultural Politics of Education,

38(1), 16–29. https://doi.org/10.1080/01596306.2015.1104849

Hidayah, K. (2017). Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Setara Press.

Hulboj, M. K. (2016). The Global Citizen as an Agent of Change: Ideals of The Global

Citizen in the Narratives of Polish NGO Employees. 220–250.

Khaedir, Muh., & Wahab, A. A. (2020). The Function of Multicultural Education in Growing

Global Citizen. Proceedings of the 2nd Annual Civic Education Conference (ACEC

2019). 2nd Annual Civic Education Conference (ACEC 2019), Bandung, Indonesia.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.200320.096

King, E. W. (2020). Educating for peace in a global society. Intercultural Education, 31(4),

493–498. https://doi.org/10.1080/14675986.2020.1766185

Kyriacou, C., Szczepek Reed, B., Said, F., & Davies, I. (2017). British Muslim university

students’ perceptions of Prevent and its impact on their sense of identity. Education,

Citizenship and Social Justice, 12(2), 97–110.

https://doi.org/10.1177/1746197916688918

33
Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2015a). Exploring the Process of Global Citizen

Learning and the Student Mind-Set. Journal of Studies in International Education,

19(3), 225–245. https://doi.org/10.1177/1028315314547822

Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2015b). Educating global citizens: A good ‘idea’ or an

organisational practice? Higher Education Research & Development, 34(5), 957–971.

https://doi.org/10.1080/07294360.2015.1011089

Lilley, K., Barker, M., & Harris, N. (2017). The Global Citizen Conceptualized:

Accommodating Ambiguity. Journal of Studies in International Education, 21(1), 6–

21. https://doi.org/10.1177/1028315316637354

Marinetto, M. (2003). Who Wants to be an Active Citizen?: The Politics and Practice of

Community Involvement. Sociology, 37(1), 103–120.

https://doi.org/10.1177/0038038503037001390

Martono, M., Dewantara, J. A., Efriani, E., & Prasetiyo, W. H. (2022). The national identity

on the border: Indonesian language awareness and attitudes through multi‐ethnic

community involvement. Journal of Community Psychology, 50(1), 111–125.

https://doi.org/10.1002/jcop.22505

Moreno, G., & Scaletta, M. (2018). Moving Away from Zero Tolerance Policies:

Examination of Illinois Educator Preparedness in Addressing Student Behavior.

10(2).

Murdiono, M., Sapriya, S., Azis Wahab, A., & Maftuh, B. (2015). Membangun Wawasan

Global Warga Negara Muda Berkarakter Pancasila. Jurnal Pendidikan Karakter, 5(2).

https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.2790

34
Nickitas, D. M., & Pontes, N. M. (2020). Around the Corner, Across the Globe: Developing

Global Citizens through Civic Engagement. Metropolitan Universities, 31(2), 53–70.

https://doi.org/10.18060/23813

Pashby, K., da Costa, M., Stein, S., & Andreotti, V. (2020). A meta-review of typologies of

global citizenship education. Comparative Education, 56(2), 144–164.

https://doi.org/10.1080/03050068.2020.1723352

Prasetiyo, W. H., Kamarudin, K. R., & Dewantara, J. A. (2019). Surabaya green and clean:

Protecting urban environment through civic engagement community. Journal of

Human Behavior in the Social Environment, 29(8), 997–1014.

https://doi.org/10.1080/10911359.2019.1642821

Putman, S. M., & Byker, E. J. (2020). Global Citizenship 1-2-3: Learn, Think, and Act.

Kappa Delta Pi Record, 56(1), 16–21.

https://doi.org/10.1080/00228958.2020.1696088

Raihani. (2014). Creating a Culture of Religious Tolerance in an Indonesian School. South

East Asia Research, 22(4), 541–560. https://doi.org/10.5367/sear.2014.0234

Ramdani, E., & Marzuki, M. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Terhadap

Sikap Religius Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(1),

37. https://doi.org/10.17977/um019v4i1p37-47

Roberts, D. C., Welch, L., & Al-Khanji, K. (2013). Preparing Global Citizens. Journal of

College and Character, 14(1), 85–92. https://doi.org/10.1515/jcc-2013-0012

35
Sau, F. (2020). Penerapan Media Film Pendek Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Teks Esai Pada Peserta Didik Kelas Xii Mipa 6 Sma Negeri 1 Pontianak. Jambura

Journal of Linguistics and Literature, 1(1). https://doi.org/10.37905/jjll.v1i1.6917

Sipayung, T. O., & Dwiningrum, S. I. A. (2020). The Implementation Values of Multicultural

Education Based on Tolerance in Indonesian Schools. Proceedings of the 2nd

International Conference on Social Science and Character Educations (ICoSSCE

2019). Proceedings of the 2nd International Conference on Social Science and

Character Educations (ICoSSCE 2019), Yogyakarta, Indonesia.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.055

Smith, W. C., Fraser, P., Chykina, V., Ikoma, S., Levitan, J., Liu, J., & Mahfouz, J. (2017).

Global citizenship and the importance of education in a globally integrated world.

Globalisation, Societies and Education, 15(5), 648–665.

https://doi.org/10.1080/14767724.2016.1222896

Supriatna, E. (2011). Kajian Nilai Budaya Tentang Mitos Dan Pelestariaan Lingkungan Pada

Masyarakat Banceuy Kabupaten Subang. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan

Budaya, 3(2), 278. https://doi.org/10.30959/patanjala.v3i2.279

Thian, W. L. (2019). How to be Singaporean: Becoming global national citizens and the

national dimension in cosmopolitan openness. Globalisation, Societies and

Education, 17(4), 500–515. https://doi.org/10.1080/14767724.2019.1573659

Utomo, C. B., & Wasino, W. (2020). An Integrated Teaching Tolerance in Learning History

of Indonesian National Movement at Higher Education. JSSER, 11(3), 65–108.

36
van Oudenhoven, N., & van Oudenhoven, R. J. (2019). Global Citizenship in a Fragmenting

and Polarizing World. Childhood Education, 95(3), 39–43.

https://doi.org/10.1080/00094056.2019.1616468

Youniss, J., Bales, S., Christmas-Best, V., Diversi, M., McLaughlin, M., & Silbereisen, R.

(2002). Youth Civic Engagement in the Twenty-First Century. Journal of Research

on Adolescence, 12(1), 121–148. https://doi.org/10.1111/1532-7795.00027

37

Anda mungkin juga menyukai