Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKUNTAN

Disusun Oleh Kelompok 2:


Dita Andini (32212653)
Arif Dwi Rahman (32212682)

1.1 Jenis-Jenis Pendapat Akuntan


Menurut SA 700 (IAPI, 700) dan SA 705 (IAPI, 705) yang berlaku untuk audit atas laporan
keuangan tahun 2013, opini auditor dibagi menjadi dua:
1. Opini tanpa modifikasi (unmodified opinion)
2. Opini dengan modifikasi (modified opinion)
Opini tanpa modifikasi diberikan jika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah
disusun susuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku (SAK ETAP/SAK berbasis IFRS).
a. Opini dengan modifikasian diberikan jika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak
bebas dari (mengandung) salah saji material.
b. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup (sufficient) dan tepat (appropriate) untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keselurihan bebas dari kesalahan penyajian material
(hal ini diatur dalam SA 705).

1.1.1 Laporan Audit Berdasarkan SA 700


Laporan auditor harus dalam bentuk tertulis, berisi hal-hal sebagai berikut.
Judul
Laporan auditor harus memiliki sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan
tersebut adalah laporan auditor independen.
Pihak Yang Dituju
Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang diharuskan menurut ketentuan
perikatan.
Paragraf Pendahuluan
Paragraf pendahuluan dalam laporan audit harus:
a. Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangan diaudit;
b. Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
c. Mengidentifikasi judul setiap laporan yang menjadi bagian dari laporan keuangan;
d. Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya; dan
e. Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang menjadi bagian dari
laporan keuangan.
Tanggung Jawab Manajemen Atas Laporan Keuangan
Bagian dari laporan auditor ini menjelaskan tanggung jawab pihak-pihak dalam organisasi yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan. Laporan auditor tidak perlu merujuk secara
kahusus pada “manajeman”, tetapi harus menggunakan istilah yang tepat dalam konteks kerangka
hukum dalam yurisdiksi tertentu. Dalam beberapa yurisdiksi, pengacuan yang tepat dapat
menggunakan “pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.”
Tanggung Jawab Auditor
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “Tanggung Jawab Auditor”. Laporan
auditor harus menjelaskan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh
Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Laporan auditor juga harus menjelaskan bahwa standar
tersebut ,engharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan audit unruk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Opini Auditor
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “Opini”.
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan
suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor harus menggunakan frasa dibawah ini:
Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar
Akuntansi keuangan di Indonesia.
Tanggung Jawab Pelaporan Lainnya
Jika auditor menyatakan tanggung jawab perlaporan lainnya dalam laporan auditor atas laporan
keuangan yang merupakan tambahan terhadap tanggung jawab auditor berdasarkan SA untuk
melaporkan laporan keuangan, maka tanggung jawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam
suatu bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “Pelaporan Lain atas Ketentuan Hukum
dan Regulasi”, atau judul lain yang dianggap tepat menurut isi bagian ini.
Tanda Tangan Auditor
Laporan auditor harus ditandatangani.

Tanggal Laporan Audit


Alamat Auditor
Bentuk baku laporan auditor tanpa modifikasian Bentuk baku laporan auditor dalam Bahasa Indonesia
dalam Bahasa Indonesia (Klien Emiten)
(Asumsi Klien BUKAN Emiten)
1.1.2 Laporan Audit Berdasarkan SA 705
Sebelumnya dijelaskan pengertian istilah berikut:
Dampak yang pervasive terhadap laporan keuangan adalah dampak yang menurut pertimbangan
auditor:
(i) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan;
(ii) Jika dibatasi, merupakan suatu proporsi yang substansi dari laporan keuangan;
(iii) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat fundamental bagi pemahaman pengguna
laporan keuangan.
Opini modifikasian: Suatu opini wajar dengan pengecualian, suatu opini tidak wajar atau suatu
opini tidak menyatakan pendapat.
Terdapat tiga jenis modifikasi terhadap opini auditor:
1. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
2. Opini tidak wajar (adverse opinion)
3. Opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer opini)

Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika
a. Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap
laporan keuangan; atau
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi
auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi
terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif
Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara
agregasi adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.
Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat yang mendasari opini dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak
kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada dapat bersifat material
dan pervasive
Opini Wajar dengan pengecualian karena adanya
salah saji material

Opini Wajar dengan pengecualian disebabkan oleh


ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat
Opini TIDAK Wajar yang diakibatkan oleh adanya
kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan.

Opini TIDAK menyatakan pendapat yang


diakibatkan oleh ketidakmampuan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
suatu unsur tanggal dalam laporan keuangan
Opini TIDAK menyatakan pendapat yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
banyak unsur dalam laporan keuangan

1.2 Kesimpulan Audit dan Pelaporan


Pelaporan Audit Ketika Pengungkapan Ketidakpastian Material Sudah Memadai
Berikut ini merupakan suatu ilustrasi paragraf penekanan ketika auditor meyakini bahwa
pengungkapan dalam laporan keuangan sudah memadai:
Paragraf Penekanan Suatu Hal
Tanpa menyatkan pengecualian atas pendapat kami, kami membawa perhatian saudara pada catatan X
atas laporan keuangan yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rpxx
untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2021 dan pada tanggal tersebut, liabilitas lancar
perusahaan melampaui total asetnya sebesar Rpyy. Kondisi tersebuy, bersama dengan hal-hal lain
sebagaimana deijelaskan dalam catatan X, mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang
dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya.
Pelaporan Audut Bila Pengungkapan Ketidakpastian Material Tidak Memadai
Berikut ini disajikan suatu ilustasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu opini wajar dengan
pengecualian dinyatakan:

Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian


Perjanjian pendanaan perusahaan telah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada
tanggal 19 Maret 20X1. Perusahaan masih belum mampu menegoisasi kembali atau memperoleh
pendanaan pengganti. Situasi ini mengindikasikan adanya suatu ketidakpastiam material yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
ushanya dan oleh karena itu, perusahaan tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya
dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait) tidak
mengungkapkan fakta tersebut sepenuhnya.
Opini Wajar dengan Pengecualian
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang tidak lengkap atas informasi yang dirujuk
dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian, laporan keuangan menyajikan secara
wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta
kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu opini tidak wajar
dinyatakan:

Basis untuk Opini Tidak Wajar


Perjanjian pendanaan perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada
tanggal 31 Desember 20X0. Perusahaan masih belum mampu untuk menegoisasi kembali atau
memperoleh pendanaan pengganti, dan sedang mempertimbangkan untuk menyatakan pailit. Peristiwa
tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan kerugian
signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan oleh
karena itu, perusahaan kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dab melunasi liabilitasnya
dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan yang terkait) tidak
mengungkapkan fakta tersebut.
Opini Tidak Wajar
Menurut pendapat kami, karena tidak diungkapkannya informasi yang dirujuk dalam paragraf Basis
untuk Opini Tidak Wajar, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha yang Tidak Tepat
Jika laporan keuangan telah disusun dengan menggunakan basis kelangsungan usaha, tetapi menurut
pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh
manajemen tidak tepat, maka ketentuan dalam paragraf 21 berlaku bagi auditor untuk menyatakan
suatu opini tidak wajar, tanpa memperhatikan apakah laporan keuangan mencantumkan atau tidak
mencantumkan pengungkapan tentang ketidaktepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh
manajemen.

1.3. Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan


Hidupnya
Dalam PSA No.30 (TAPI, 2011: 341.1 - 342.7) antara lain dinyatakan
 Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya
periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas
pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum
pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari
penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang
bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang
diaudit.
 Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut:
(a) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan,
pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaianauditnya, dapat
mengidentifikasi keadaanatau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukkan adanya
kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan
mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang
mengurangi kesangsian auditor.
(b) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
(i) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan
(ii) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan.
(c) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia
masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

 Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang.
Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan
dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah
tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak
memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak
seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
 Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi
kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan bahwa
terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut.

Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut:
(a) Prosedur analitik.
(b) Review terhadap peristiwa kemudian.
(c) Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang.
(d) Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia penting yang
dibentuk.
(e) Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan, tuntutan, dan
pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut.
(f) Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga mengenai
rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.

 Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara kesluruhan,
auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan
rencana manajemen dalam menghadapidampak merugikan dari kondisi peristiwa tersebut.
Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan
mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam
jangka waktu pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat
meliputi:

(a) Rencana untuk menjual aset


(i) Pembatasan terhadap penjualan aset, seperti adanya pasal yang membatasi transaksi tersebut
dalam perjanjian penarikan utang atau perjanjian yang serupa.
(ii) Kenyataan dapat dipasarkannya aset yang direncanakan akan dijual oleh manajemen.
(iii) Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan aset.
(b)Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
(i) Tersedianya pembelanjaan melalui utang, termasuk perjanjian kredit yang telah ada atau
yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-sewa aset (sale-
leaseback of assets).
(ii) Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan utang yang ada maupun yang telah
disanggupi atau untuk meminta jaminan utang dari entitas.
(iii) Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan utang dengan
adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau tidaknya
jaminan yang dimiliki oleh entitas.
(c) Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
(i) Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi, untuk
menunda biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai alternatif membeli.
(ii) Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari pengurangan atau
penundaan pengeluaran.
(d)Rencana untuk menaikkan modal pemilik
(i) Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang ada atau yang
disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
(ii) Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi atau investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifilkasi unsur-unsur terutama
yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiva dan harus merencanakan dan
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal tersebut. Sebagai contoh,
auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan tentang kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan aset yang telah direncakan.

Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi rencana manajemen,auditor harus
meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi tesebut dan harus mempertimbangkan
cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor harus
menaruh perhatian khusus atas asumsi yang:
(a) Material bagi informasi keuangan prospektif
(b) Rentan atau mudah sekali berubah
(c) Tidak konsisten dengan trend masa lalu,

Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas, bisnis, dan
manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi dan asumsi yang melandasinya, (b)
membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan hasil sesungguhnya yang dicapai
sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor yang dampaknya tidak tercermin dalam
informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen
dan, jika perlu, meminta perbaikan atas informasi keuangan prospektif tersebut.
 Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor tidak
menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
 Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor menyangsikan
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak
memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwwa rencana manjemne entitas tidak
dapat ssecara efektif megurangi dapak negative kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.

Anda mungkin juga menyukai