NAMA:M.MAULIDIZ ZIKRI{03303921}
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kata tarawangsa juga termuat dalam kitab-kitab kuno abad ke-10 yang
ditemukan di Bali. Kata tarawangsa dapat ditemukan dalam literatur tersebut
dengan kata lain “trewasa” dan “trewangsah”. Bahkan pada masa itu kesenian ini
sudah hidup pada masyarakat Sunda, Jawa dan Bali. Namun seiring perkembangan
jaman, kini bekas maupun artefak dari alat musik ini sudah tidak diketemukan lagi,
Bahkan masyarakatnya pun sudah tidak lagi mengenal alat musik tersebut. (Didi
Wiardi: 2008 dalam Ahmad, 19 Februari 2009), terutama di wilayah Jawa maupun
Bali. Argumen tersebut muncul dari catatan Jaap Kunst dalam bukunya Hindu-
Javanese Musical Instruments (1968).
sumber lain menyebutkan bahwa kata tarawangsa juga ditemukan dari kitab kuno
Sewaka Darma yang menyebutkan bahwa tarawangsa adalah alat musik.
Tarawangsa merupakan perkembangan dari alat musik rebab. Rebab muncul di
tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15—16, merupakan adaptasi dari
alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan
India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab
jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada
rebab (Kurnia, 2003).
Dilhat dari segi fungsinya, seni Tarawangsa selalu dipertunjukan dalam siklus
penanaman padi, yang dalam masyarakat agraris tradisional selalu diidentikan
dengan sosok Nyai Sri Pohaci/Nyi Pohaci Sanghyang Dangdayang Asri, Dewi Asri
(Dewi Sri) sebagai dewi padinya masyarakat Sunda.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Didi Wiardi (alm.) dan Asep
Saipul Ahmad pada 2008, kesenian Tarawangsa ternyata ditemukan pula di daerah
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Tasikmalaya. Dan satu
di Kabupaten Lebak Provinsi Banten tepatnya pada masyarakat Baduy. Walau setiap
tempat berbeda secara tekstual (Ahmad, 19 Februari 2009). Khusus untuk di
Kabupaten Bandung, kesenian Tarawangsa tepatnya terdapat di daerah Soreang
dengan nama Tarawangsa Pangguyangan Soreang. Hal ini diketahui berdasarkan
maestro tarawangsa yang masih terdapat di daerah tersebut yaitu, Aki Oyo sebagai
penggesek tarawangsa dan Emid (45 tahun) sebagai pemetik kacapi yang
merupakan anak kandungnya sendiri (Ahmad, 19 Februari 2009).
PEMBAHASAN
Adapun lagu-lagu yang terdapat dalam Tarawangsa yaitu kurang lebih 42 lagu
diantaranya adalah Saur, Pangepung, Limbangan, Pamapag, Jemplang, Ayun Ambing,
Panimbang, Engket-engket, Mataraman, Jemplang Panimbang, Degung, Karatonan,
Guar Bumi, Pagelaran dll. Dan 7 lagu utama yang dimainkan tanpa henti di awal
acara adalah Saur, Pangepung, Pamapag, Mataraman, Engket-engket, Ayun Ambing,
dan Jemplang.
Kemudian juga ada beberapa peralatan yang wajib ada dalam Tarawangsa ini yaitu
Satu Set Alat Tarawangsa yaitu Kacapi dan Rebab dengan ketentuan Kacapi
tingginya 1 m dan Lebarnya 17 cm, begitupun rebab ukurannya sama dan dua alat
tersebut terbuat dari kayu Jengkol.
PENUTUP
KESIMPULAN :
dulu hanya digunakan dalam ritual panen oleh petani sekarang berkembang yaitu
untuk acara lain seperti Pernikahan, Khitanan, dan Pagelaran/pentas, dan musiknya
yang dulu itu masih musik buhun sekarang sudah ada yang dikolaborasikan menjadi
lebih modern.