Anda di halaman 1dari 4

NAMA : VINOLIA AINI EKA MITA

NIM : G2A222039

PRODI : LINTAS JALUR – S1 KEPERAWATAN

ELECTROCONVULSIVE THERAPY

Terapi elektrokonvulsif adalah jenis terapi pengobatan somatic yang pertama kali diperkenalkan
oleh Bini dan Cerletti pada April 1938.

A. Dosis strandar menurut American Psychiatric Assosiation adalah


- Tegangan 70-120 volt
- Durasi 0,7-1,5 detik
B. Jenis Kejang
- Fase tonik kejang berlangsung selama 10-15 detik
- Fase klonik berlangsung selama 30-60 detik
C. Jenis jenis ECT
1. Direct ECT : ECT diberikan tanpa anestesi dan relaksasi otot
2. ECT modifikasi : ECT dimodifikasi dengan relaksasi otot otot yang diinduksi obat
dan menggunakan anestesi
D. Frekuensi dan jumlah total ECT
- Frekuensi : 3x seminggu atau sesuai indikasi
- Total nomor : 6-10, hingga 25
E. Penerapan elektroda
1. Bilateral ECT : setiap elektroda ditempatkan 2,5-4cm (1-1,5 inch) diatas titik tengah,
pada garis yang menghubungkan trangus telinga dan canthus lateral mata
2. Unilateral ECT : ditempatkan hanya pada satu sisi kepala, biasanya sisi yang tidak
dominan (sisi kanan kepala pada yang tidak kidal). ECT unilateral lebih aman,
dengan efek samping jauh lebih sedikit.
F. Indikasi
1. Depresi berat
a. Resiko bunuh diri
b. Pingsan
c. Asupan makanan cairan yang buruk
2. Katatonia berat
a. Pingsan
b. Asupan makanan dan cairan yang buruk
c. Respon tidak memuaskan terhadap terapi obat
d. Efek samping obat yang serius
3. Psikosis berat
a. Resiko bunuh diri
b. Pembunuhan atau bahaya serangan fisik
c. Depresi
d. Respon yang tidak memuaskan terhdap obat
e. ]efek samping obat yang serius
4. Gangguan mental
a. Gangguan mood
b. Psikosis organic
5. Indikasi lain
G. Kontraindikasi
1. Mutlak
Peningkatan TIK
2. Relativ
- Cerebral aneurysm
- Pendarahan otak, tumor otak
- IMA
- Gagal jantung kongestif
- Pneumonia
- Ablasi retina
H. Efek sampng ECT
1. Gangguan memori
2. Konsentrasi buruk , kecemasan
3. Sakit kepala, kelelalahn, sakit punggung, nyeri otot
4. Mulut kering, jantyung berdebar, mual, muntah
5. Gaya berjalan tidak stabil
6. Inkontinensia
I. TIM ECT
1. Psikiater
2. Ahli anestesi
3. Perawat terlatih yang sudah terferifikasi
J. Fassilitas perawatan
1. Ruang tunggu yang menyenangkan dan nyaman
2. Ruang ECT, dilengkapi dengan mesin ECT dan peralatan anestesi, alat pengisap,
masker wajah, tabung oksigen dengan katup aliran yang dapat diatur, penekan lidah
melengkung, sumbat mulut, alat resusitasi dan obat darurat, harus ada akses langsung
ke defribilator
3. Ruang pemulihan yang lengkap
K. Asuhan Keperawatan
1. Evaluasi Pra- Perawatan
- Riwayat medis dan psikiatri
- Penilaian pengetahuan pasien
- Informed conceent
- Kaji TTV
- Pasien harus dalam keadaan perut kosong selama 4-6 jam sebelum ECT
- Menahan dosis obat pada malam hari yang meningkatkan ambang kejang
- Menahan obat oral dipagihari
- Keramas dipagi hari karena minyak dapat menyebabkan impedansi aliran listrik
- Melepas semua benda logam, perhiasan ydans ebagainya yang sedang dipakai
- Kosongkan kandung kemih sebelum ECT
- Pemberian 0.6 mg atropine IM atau sc 30 menit sebelum ECT
- Tempat elektroda harus diberikan dengan larutan bikarbonat 25 persen atau gel
penghantar
- Pantau voltalse, intensuitas, dan durasi stimulus listrik
- Menyediakan Oksigen 100 persen
- Selama kejang pantau TTV, EKG, saturasi oksigen, EEG, dans ebagainya
- Catat temuan dan obat obatan yang duberikan pada grafik pasien
2. Perawatan Intra-prosedur
- Tempatkan pasien dengan nyaman diatas meja ECT
- Tetap bersama pasien untuk menghilangkan kecemasan
- Membantu pemberian agen anestesi
- Memastikan jalan nafas paten dengan dukungan ventilasi harus tersedia
- Mouth gag harus dipasang untuk mencegah kemungkinan lisah tergigit
3. Perawatan pasca prosedur
- Pantau TTV
- Lanjutkan oksigenasi sampai pernapasan spontan dimulai
- Kaji kebingungan dan kegelisahan
- Lakukan tinmdakan pencegahan keselamatan untuk mencegah cedera
- Lakukan pengisapan untuk mencegah aspirasi sekret

Anda mungkin juga menyukai