Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI


PALEMBANG

LAPTER SESI 5

Penetapan posisi Runway Property line

(Setelah dapat arah dari wind rose)

~ Adanya lokasi yang sudah siap dengan lay out, misalnya kita mempunyai areal dengan ukuran
(4 x 5) km = 200 ha, dengan batas tanah (Property line) kepemilikan ( Hak milik) yang jelas
dan tidak bermasalah.
~ Untuk pemilihan tanah yang stabil, RW harus diusahakan terletak pada daerah Cut (galian)
tidak boleh pada daerah Fill (timbunan).
~ Menurut standard CAA dan berdasarkan ICAO, maka panjang RW harus dikoreksi terhadap
elevasi dari pada permukaan laut, yaitu ditambah 7 % setiap kenaikan pada ketinggian 1000 ft
( ± 300 m ).
Sebagai contoh : Untuk pesawat jenis Foker F.27 menurut data, panjang RW yang diperlukan
adalah 4435 ft ( ± 1.419 m ).

Misal ; Elevasi rencana + 390 MSL (Mean Sea Level)


Panjang ( L ) RW untuk F.27 = 1.419 m 1.420 m
Ldesign = [1420 + (390/300 x 7% x 1420)] = 1549 m 1550 m
 Ldesign = Lstandard + Koreksi elevasi

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG

~ Koreksi Temperatur.
Panjang RW yang telah dikoreksi terhadap elevasi, berdasarkan ICAO, harus dikoreksi juga
terhadap perubahan temperature di site plan.
Untuk kenaikan temperature tiap 1° C , maka panjang RW ditambah sebesar 1%. Pertambahan
suhu dapat ditetapkan sebagai berikut :
ICAO
T 2−T 1
T = T 1+
3
dimana :T1=Temperatur rata-rata bulanan dari temperature maximum tahunan.
T2 = Temperatur rata-rata terpanas dari tahun yang bersangkutan.

Contoh :

Tahun T1 T2
1978 27,95° 33,40°
1979 27,90° 33,10°
1980 28,30° 31,70°
1981 28,20° 32,60°
1982 28,50° 32,33°
Rata-rata 28,17° 32,63°
32,63 °−28,17°
Temperature rencana : T = 28,17 ° + = 29,65°
3
 Koreksi Ldesign untuk F.27 adalah : Ldesign x koreksi temp.
L = 1550 + 0,01 ( 29,65° – 15° ) x 1420 = 1758 m 1760 m
Catatan : 15° adalah taksasi (taksiran) Temperatur di permukaan laut didaerah batas tropis.

~ Kemudian letakan arah RW dari hasil wind rose.

Menentukan tebal perkerasan.


Tebal perkerasan tergantung pada beban yang direncanakan sesuai dengan jenis pesawat
yang paling maximum akan mendarat serta daya dukung tanah tempat landasan tersebut.
Sehubungan dengan beban yang bekerja ini adalah tekanan roda, maka tekanan roda pada bidang
permukaan perkerasan tergantung juga luas bidang singgung roda terhadap permukaan
perkerasan. Bidang singgung dimaksud ada dua macam yaitu :

1. Critical area.
Critical area artinya tekanan roda pada permukaan perkerasan dalam keadaan paling
maximum. Hal ini bisa terjadi ketika pesawat sedang berhenti atau bergerak dengan
kecepatan yang lamban, misalnya pada Apron dan Taxiway atau bagian ujung dari Runway.

2. Noncritical area.

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG

Noncritical area berarti kebalikan dari Critical area, yaitu pada saat pesawat masih diatas
perkerasan dalam kecepatan tinggi, misalnya saja pada bagian tengah dari Runway.

Perhitungann tebal perkerasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


~ Cara analitis ( Sistem penyebaran gaya ).
~ Cara grafis ( ICAO menetapkan ketebalan-ketebalan dari tebel perkerasan ).

Perhitungan cara analitis :


Cara analitis disini dimaksudkan adalah dengan cara Spreading system, dengan metode
pendekatan yang menganggap bahwa gaya yang bekerja pada permukaan perkerasan akan
diteruskan kelapisan tanah dibawahnya dengan arah penyebaran membentuk sudut 45° terhadap
lapisan tanah yang ditinjau.
Contoh perhitungan :
Misal data pesawat yang mendarat sebagai berikut ;
Jenis pesawat DC-9 seri 15,
Berat pesawat ( Max. gross take off weight ) = 90.200 lbs
Berat pesawat dibagi atas : ~ Nose gear menahan beban 5% x 90.200 = 4.510 lbs
~ Main gear menahan beban 95% x 90.200 = 85.960 lbs
1 gear menerima 85.960 lbs / 2 = 42.845 lbs 43.000 lbs,
Data lain : a = 15 “ ≅ 40 cm
σt = 0,5
kg/cm²

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG

Cara CBR ( Cara Grafik ) :


1 roda menerima beban 75% x 43.000 lbs = 32.250 lbs
CBR sub grade, minimal = 5 %

TABEL KLASIFIKASI SUBGRADE AIRPORT PAVING


Subgrade Class
Soil group Good Drainage Poor Drainage
No Frost or Frost No Frost Frost
E-1 Fa Fa F1
E-2 Fa F1 F2
E-3 F1 F2 F3
E-4 F2 F2 F4
E-5 F3 F5
E-6 F4 F6
E-7 F5 F7
E-8 F6 F8
E-9 F7 F9
E - 10 F8 F10
E - 11 F9 F10
E - 12 F10 F10
E - 13 Not suitable for subgrade

(menggunakan grafik sebagai berikut)

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG

Dari grafik A, dengan CBR 5%, Wheel Load 30 KIP, didapat tebal konstruksi perkerasan sekitar
28” = 70 cm.

Cara Grafik ( menurut FAA ).


Tanah dasar (subgrade) lapangan dikelompokan pada soil group F9, saluran dianggap poor
drainage, klasifikasi tanah termasuk E – 8.
Berat pesawat 1 gear = 43.000 lbs, untuk 1 roda = 75% x 43.000 lbs = 32.500 lbs

(menggunakan grafik sebagai berikut)


Dari grafik B, didapat tebal konstruksi perkerasan = 29 “ = 73,66 cm 74 cm

Jadi untuk pesawat DC-9 serie 15 tebal konstruksi perkerasan Runway menurut perhitungan :
a. Cara spreading, tebal konstruksi perkerasan = 84 cm
b. Cara CBR, tebal konstruksi perkerasan = 70 cm
c. Cara FAA,tebal konstruksi perkerasan = 74 cm

Untuk lebih amannya sebaiknya diambil tebal konstrusi perkerasan = 90 cm

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 5
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG

90 cm

Gambar: PENAMPANG KONSTRUKSI PERKERASAN


Runway, Apron dan Taxiway

LAPANGAN TERBANG
ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt
Page 6

Anda mungkin juga menyukai