Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen

Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67


ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

Pengaruh Penerapan Teori Belajar Sibernetik Terhadap Kemampuan


Mahasiswa Mengelola Pembelajaran
Berbasis Digital

Arozatulo Telaumbanua1, Detiriani Gulo2, Lisman Apriliani Lahagu3,


Citra Kurnihati Gulo4, Ener Kenangan Kasih Gulo5
1, 2, 3, 4, 5
Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat
Email: 1artel741989@gmail.com, 2detirianigulo20@gmail.com, 3lahaguprilian32@gmail.com,
4
citrakurnihatigulo@gmail.com, 5enerkasih@gmail.com

Abstrak-Perkembangan teknologi yang semakin canggih menciptakan suasana pembelajaran yang harus menyesuaikan diri.
Mahasiswa beradaptasi belajar berbasis digital baik materi pelajaran maupun tugas-tugas yang akan diterima dan dikirim. Mahasiswa
dapat meningkatkan keterampilan dalam mengelola pembelajaran dan tugas secara digital. Tidak sedikit mahasiswa belum mampu
secara profesional mengelola pembelajaran dan tugasnya yang berbasis digital. Keterbatasan pengetahuan dan sarana prasarana
merupakan faktor penting kurangnya kemampuan mahasiswa mengelola tugas-tugas mereka yang berbasis digital. Selain itu,
kurangnya keterlibatan Dosen menggunakan pembelajaran yang berbasis digital juga menjadikan salah satu lemahnya kemampuan
mahasiswa menyesuaikan diri terhadap pengelolaan tugas elektronik. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metodologi
kuantitatif dengan tujuan untuk menemukan seberapa besar pengaruh penerapan teori belajar sibernetik terhadap kemampuan
mahasiswa mengelola tugas berbasis digital. Untuk menghadapi persoalan ini, maka peneliti memberikan solusi dengan melakukan
pelatihan dan bimbingan teknis kepada mahasiswa tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran serta berupaya untuk
pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran yang berbasis digital.

Kata Kunci: Penerapan, Sibernetik, Mahasiswa, Tugas, Digital

Abstract – The development of increasingly sophisticated technology creates a learning atmosphere that must adapt. Students adapt
to digital-based learning, both subject matter and assignments to be received and sent. Students can improve skills in managing
learning and assignments digitally. Not a few students have not been able to professionally manage digital-based learning and
assignments. Limited knowledge and infrastructure are important factors in the lack of student’s ability to manage their digital-
based assignments. In addition, the lack of involvement of lecturers using digital-based learning also makes one of the weak abilities
of students to adapt to managing electronic assignments. Therefore, this study uses a quantitative methodology with the aim of
finding out how much influence the application of cybernetic learning theory has on students' ability to manage digital-based
assignments. To deal with this problem, the researchers provide a solution by conducting training and technical guidance to students
on the use of technology in learning and seeking to procure facilities and infrastructure that support digital-based learning
processes.
Keywords: implementation, cybernetic, student, job, digital

1. PENDAHULUAN
Teori belajar sibernetik dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran untuk mengelola tugas-tugas
mahasiswa secara digital. Hal ini merupakan perkembangan teknologi yang sangat berkembang pesat dan canggih. Saat
ini penggunaan teknologi dalam pembelajaran cukup signifikan, menggunakan zoom, e-mail, classroom dan berbagai
aplikasi dan domain pembelajaran. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini menciptakan perangkat-perangkat
elektronik yang hampir digunakan pada semua lingkup kehidupan manusia untuk mengontrol kegiatan pendidikan
(Arozatulo Telaumbanua, 2020). Namun proses penerapan ini tidak serta merta dapat berjalan dengan maksimal atau
mampu memberikan pengaruh terhadap kemampuan mahasiswa mengelola tugas-tugas yang berbasis digital. Untuk
memaksimalkan penerapan teori belajar sibernetik dalam pengelolaan tugas-tugas mahasiswa, ada faktor pendukung
berupa sarana prasarana, sumber daya manusia, kemampuan mengelola dan motivasi untuk menerapkannya. Mengelola
tugas-tugas yang berbasis digital sangat efektif dan memberikan kemudahan dalam memeriksa, memberi nilai dan
dalam mengontrol.
Penerapan teori belajar sibernetik dalam mengelola pembelajaran berbasis digital memang sangat efektif, tetapi
perkembangan teknologi untuk diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran di dukung oleh sarana yang cukup. Salah
faktor yang menghambat penerapan teori belajar sibernetik adalah kurangnya sarana dan prasarana yang tidak memadai.
Salah satu mahasiswa menjelaskan bahwa tidak maksimal untuk menerapkan teori belajar sibernetik yang berbasis
digital di dalam pembelajaran, kurang mendukung fasilitas yang ada di lingkup kampus atau daerah ini (Gulo, 2022).
Ha ini juga ditegaskan lebih lanjut bahwa kemampua mahasiswa mengelola pembelajaran tidak terlepas dari latihan-
latihan dan kemampuan mengelola ide-ide, konsep dan fasilitas yang memadai (Sartina, 2019). Teori belajar sibernetik
akan memberikan kemampuan kepada mahasiswa tentang sistem pengeloahan informasi dan pembelajaran sehingga
mampu mengingat dan memperoleh informasi ke dalam memorinya. Walaupun tidak semua memiliki daya tangkap

58
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

yang sama namun dapat menolong mahasiswa dengan baik. Dalam mengelola pembelajaran berbasis digital, fasilitas,
kemampuan sumber daya manusia dan kemauan untuk belajar merupakan salah satu poin penting dalam keberhasilan
teori belajar sibernetik yang diterapkan oleh Dosen dan mahasiswa. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara
pendidik dengan peserta didik dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga mampu dan
mempermudah peserta didik mengelola pembelajaran yang lebih efektif (Bakti & Sakdiah, 2021).
Selanjutnya, penerapan teori belajar sibernetik di dalam proses pembelajaran juga mampu memberikan
pengalaman baru bagi mahasiswa untuk belajar teknologi dan berbagai pengalaman lainnya yang bisa meningkatkan
kemampuan mereka belajar secara elektronik sehingga mendapatkan informasi terbarukan. Oleh karena itu, Dosen
harus mampu juga mengelola atau menggunakan pembelajaran berbasis digital. Hal ini menjelaskan bahwa guru tidak
boleh lagi membenamkan diri dalam belukar kertas administrasi yang sesungguhnya bukan soluasi bagi dinamika murid
zaman paperless. Guru harus berubah dan jangan terbelenggu mentalitas yesterday logic (Sarasvati, 2022). Memang
tidak dapat dibatasi oleh keadaan guru sebagai pendidik harus mampu memberikan stimulus kepada mahasiswa atau
peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran berbasis digital. Hal ini tentu
diimbangi dengan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi prasyarat utama dalam menciptakan
pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan mampu berinovasi. Suatu hal yang aneh jika guru anti terhadap
teknologi yang harusnya sudah menjadi salah satu bagian utama dalam mengelola pembelajaran. Perlu adanya
dukungan dan dorongan kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya mengelola pembelajaran.
Di Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat, penerapan teori belajar sibernetik sangat berdampak pada
kemampuan mahasiswa mengelola pembelajarannya, tugas-tugas yang berbasis digital menjadikan mereka mampu
meningkatkan kemampuan intelektual dan keterampilan mereka menggunakan teknologi (A Telaumbanua, 2020).
Namun disisi lain ada kendala yang dihadapi yakni fasilitas yang kurang memadai dan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi di bidang teknologi juga masih minim. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk menjelaskan berbagai teori tentang sibernetik dan pembelajaran
berbasis digital, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan sibernetik terhadap pengelolaan pembelajaran
berbasis digital oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat. Untuk mencapai hasil yang
diharapkan dalam penelitian, maka diberikan satu dorongan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dengan
melakukan pelatihan dan bimbingan teknis tentang pengelolaan pembelajaran yang berbasis digital.

2. KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik ini merupakan bentuk kata dari “cybernetic” yakni sistem control dan komunikasi yang
memungkinkan “feedback” atau umpan balik. Kata “cybernetic” berasal dalam bahasa Yunani yang artinya pengendali
atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Lousi Couffignal tahun 1958 (Yunus, 2018). Kini istilah sibernetik berkembang menjadi
salah satu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah “sibernetik” pertama
kali dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuan berasal dari Massachussets Institut of Technology (MIT), untuk
mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligency) istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara
bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi (Yunus, 2018). Kalau kita
melihat perkembangan makna sibernetik ini, maka teori belajar sibernetik ini berkembang dengan sejalan
perkembangan ilmu teknologi (digital). Teori ini juga berkaitan dengan pengolahan informasi yang mementingkan
proses kognitif, karena proses sangat penting dalam teori sibernetik. Dan yang lebih penting adalah sistem informasi
yang akan diproses akan menentukan hasil dari proses tersebut (Arifin, Sari, Tama, Muhammadiyah, & Utara, n.d.).
Dari pengertian di atas, menurut penulis teori belajar sibernetik ini merupakan teori yang membahas tentang
komunikasi atau bisa dikatakan teori belajar ini yang menggali informasi melalui computer, internet, media sosial,
radio, koran dan sumber informasi lainnya. Teori belajar ini sangat bagus diterapkan kepada mahasiswa, akan tetapi
tidak terlepas dari pengawasan dosen, dikarenakan setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusannya, agar
teori ini bisa berjalan dengan baik maka Dosen juga harus bisa mengelolanya dengan baik.

2.2 Ciri Khas Teori Belajar Sibernetik


Ciri khas teori sibernetik ini, kita bisa melihat dari hasil para tokoh pengembangan yang telah terbukti melalui
penelitian dan penerapan di dalam kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan pembelajaran lainnya. Berikut ini
beberapa ciri khas teori belajar sibernetik yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi Anugerah Misi Nias Barat, yakni:

a. Teori Pemprosesan Informasi oleh Gagne, Berliner, Biehler, Snowman, Baine dan Tennyson
Upaya menjelaskan suatu informasi yang diterima, disandi, disimpan, dimunculkan kembali dari ingatan ketika
kita memanfaatkannya kembali. Itu semua telah dikembangkan melalui pemprosesan informasi. Umumnya teori-teori
tersebut berawal pada tiga asumsi, yaitu: Pertama, bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri terhadap proses
informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tersebut. Kedua, stimulus yang diproses
melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk atau isinya. Ketiga, salah satu dari tahapan mempunyai

59
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

kapasitas yang terbatas. Dari hasil asumsi tersebut komponen pemprosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut, yaitu:
Pertama, Sensory Receptor (SR), merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. SR ini
informasi yang ditangkap dalam bentuk aslinya, ini akan bertahan dalam waktu sangat singkat. Kedua, Working
Memory (WM), karakteristik WM ini adalah ia memiliki kapasitas terbatas lebih kurang 7 slots, informasi dapat disandi
dalam bentuk berbeda dari stimulus aslinya. Ketiga, Long Term Memory (LTM), diasumsikan bahwa berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, mempunyai kapasitas tidak terbatas, sekali informasi disimpan di dalam
LTM ia tidak akan terhapus atau hilang.
Dari hasil pemprosesan informasi ini, menurut penulis bisa digunakan sesuai dengan fungsinya tetapi banyak hal
yang harus kita hindari yaitu kapasitas yang dimiliki oleh setiap individu, supaya pengolahan informasi ini berjalan
dengan baik maka informasi yang harus disampaikan terlebih dahulu adalah informasi umum atau terinci, supaya
pengolahan informasi itu mudah diingat dan disimpan sehingga informasi yang diinginkan itu dapat diperoleh.

b. Teori Belajar oleh Landa


Seorang penganut teori sibernetik pasti memiliki pemahaman tentang cara menggunakan sibernetik ini. Landa
merupakan seorang psikologi yang beraliran sibernetik, di mana dia menekankan bahwa ada dua macam proses
berpikir, yaitu:
Pertama, proses berpikir algoritmik yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, terarah
untuk menuju suatu target tujuan yang dicapai. Contohnya kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil dan lain
sebagainya. Kedua, proses berpikir heuristik yaitu cara berpikir devergen, menuju target tujuan sekaligus. Dalam
mengunakan cara berpikir heuristik seperti pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara permasalahan, dan lain-lain.
Dari pemahaman Landa disitu kita mengetahui bahwa siebernetik ini berfokus pada tahap berpikir yang sistematis
terarah untuk menuju target yang hendak dicapai dengan berbagai macam penemuan yang mendukung.

c. Teori Belajar oleh Pask dan Scott


Pask dan Scott juga termasuk penganut teori sibernetik, di mana menurut mereka ada dua macam cara berpikir,
yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeluruh. Berpikir serialis ini juga memiliki kesamaan
dengan pendekatan algoritmik. Namun cara berpikir wholist (menyeluruh) tidak sama dengan heuristik. Perbedaannya
yaitu cara berpikir wholist adalah berpikir cenderung melompat kedepan, langsung kegambaran lengkap sebuah sistem
informasi. Hal ini bisa diketahui bahwa serialis lebih berfokus dalam mempelajari sesuatu yang cenderung
menggunakan cara berpikir algoritmik. Sedangkan wholist lebih mempelajari sesuatu yang cenderung dilakukan dari
tahap yang paling umum kemudian bergerak kelebih khusus (Arozatulo Telaumbanua, 2019, p. 57).
Dari berbagai pendapat tokoh pengembangan sibernetik di atas, maka menurut penulis sibernetik ini adalah lebih
menekankan kepada sistem informasi. Ciri khasnya yakni memiliki daya ingat yang kuat, mempunyai suatu target yang
harus dicapai, lebih mengutamakan proses dalam mengelola informasi, informasi dapat dilihat dari berbagai sumber
teknologi atau media digital lainnya.

2.3 Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik


Penerapan teori belajar sibernetik dalam pengelolaan pembelajaran yang berbasis digital oleh mahasiswa dapat
dijelaskan bahwa memiliki keunggulan dan kelemahan. Ada pun kelebihan dan kelemahan teori belajar sibernetik dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Keunggulan
Keunggulan sibernetik dapat dilihat dari beberapa penjelasan para ahli, yang terdiri atas: (1) Teori ini
menekankan suatu proses dalam berpikir, karena pada dasarnya didalam diri seseorang proses belajar harus melewati
berbagai tahapan-tahapan tertentu. (2) Informasi yang didapatkan melalui pengalaman belajar akan tersusun sebagai
suatu informasi umum, dan peserta didik tidak cepat lupa dalam informasi yang telah diterima, karena peserta didik
yang lebih berperan. (3) Hasil akhir dari teori belajar ini adalah adanya perubahan dapat dilihat dari paradigma, attitude
maupun secara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri (Arifin et
al., n.d.).

b. Kelemahan
Dari penerapan teori belajar sibernetik, terdapat kelemahan yakni teori ini dinilai tidak baik, karena tidak secara
langsung membahas tentang hasil belajar sehingga sulit dalam implementasinya, dan juga bagi peserta didik yang masih
kurang dalam menggunakan teknologi teori ini begitu sulit dalam menerapkannya (Arifin et al., n.d.).

2.3 Kemampuan Mahasiswa Dalam Mengelola Pembelajaran Berbasis Digital


Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mampu adalah sanggup
melakukan sesuatu, dapat melakukan. Kemampuan adalah kecakapan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu secara
profesional (Tim Penulis, 2016). Sebagai pembelajar mahasiswa harus mampu atau memiliki kecakapan dalam
mengelola pembelajarannya yang berbasis digital. Untuk mencapai hal itu, maka diperlukan suatu kemampuan khusus

60
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

dalam melakukannya. Hal ini dapat dilakukan melalui proses belajar yang memberikan makna kepada mahasiswa. Oleh
sebab itu, setiap kegiatan belajar harus diatur dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk mengembangkan kemampuan
tertentu dan mempertinggi kemampuannya untuk mengubah perilakunya. Hal ini didasarkan pada asosiasi yang
dipadukan dalam proses pembelajaran tersebut (Bakti & Sakdiah, 2021).
Seiring dengan perkembangan era globalisasi telah menyebar luas di seluruh dunia dan mampu memengaruhi
kehidupan manusia di semua aspek baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi, ekologi, budaya dan lain-lain
(Baharuddin, 2018). Hal ini disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mengubah
paradigma sebagian besar manusia. Adanya perkembangan teknologi dan informasi dapat melibatkan mahasiswa
sebagai generasi yang memasuki dunia literasi digital era globalisasi. Seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin pesat maka muncul teori sibernetik, teori sibernetik berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi (Yunus, 2018). Teori sibernetik belajar tentang pengelolahan informasi.
Pengelolahan dalam teori sibernetik adalah menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memerhatikan
kondisi internal dan kondisi internal.
Berdasarkan hal di atas maka mahasiswa dapat melakukan strategi untuk mampu mengelola pembelajaran
dengan cara sebagai berikut:
a. Mendukung literasi digital sebagai sarana pembelajaran. Era globalisasi dengan teknologi yang serba canggih
menjadikan literasi digital sebagai sarana pembelajaran dalam satuan pendidikan dan sebagai sarana media
pemeblajaran bagi kalangan pendidik maupun peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung. Mendukung
literasi digital sebagai sarana pembelajaran berfungsi memudahkan pendidik dan peserta didik dalam memahami
materi pelajaran yangakan dibahas. Era globalisasi seperti saat ini, akan memberikan peluang terhadapa literasi
digital sebagai ketertarikan minat literasi seseorang dalam pendidikan.
b. Penggunaan internet yang memadai, penggunaan internet merupakan salah satu aspek terpenting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan pada era digital saat ini dengan sumber belajar yang dibutuhkan dapat diperoleh
menggunakan akses internet sehingga memperoleh informasi dan mampu mengeloa informasi itu dengan benar dan
akurat.
c. Mempunyai kemampuan dlam perangkat teknologi, penerapan literasi digital dapat membuat penggunanya jauh
lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi dalam bidang khusus informasi dan komunikasi.
Kemampuan untuk menggunakan teknologi sebijak mingkin maka menciptakan interaksi dan komunikasi yang
positif.
d. Mengikuti komunitas literasi digital, komunitas bukan hanya tempat untuk bersenang-senang, mencurahkan isi hati
tetapi belajar menghargai satu sama lain, menambah relasi, dan membuat kehidupan kehidupan social makin
improvement. Komunitas tersebut dapat meningkatkan literasi digital diberbagai kalangan era globalisasi saat ini
melalui ajakan untuk berbagi lewat unggahan positif dan memanfaatkan internet secara bijak dan bertanggung jawab
serta memotivasi untuk lebih giat menulis secara digital
e. Meluaskan literasi digital di era globalisasi, teknologi yang telah menjadi utama bagi manusia dalam melakukan
segala hal, seperti mengakses, memahami, mendapatkan informasi dan menyebarkan informasi yang pastinya
memerlukan literasi digital.

2.4 Penerapan Teori Belajar Sibernetik


Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar
adalah proses intrenasional yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang
terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk
mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa; proposisi, produktif, dan mental
images. Teori Gagne dan Briggs mengpreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran, dan 3)
pengorganisasian/urutan pembelajaran (Yunus, 2018).
Mengenai kapabilitas belajar kaitannya dengan unjuk kerja dirumuskan oleh Gagne sebagai berikut:

No. Kapabilitas Belajar Unjuk Kerja

1. Informasi verbal Menyatakan informasi


2. Keterampilan intelektual Menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan
 Diskriminasi Membedakan perangsang yang memiliki dimensi fisik yang
berlainan.
 Konsep konkrit Mengidentifikasi contoh-contoh konkrit
 Konsep abstrak Mengklarifikasi contoh-contoh dengan menggunakan
ungkapan verbal atau definisi.
 Kaidah Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.
 Kaidah tingkat lebih tinggi Mengembangkan kaidah baru untuk memecahkan masalah.
3. Strategi kognitif Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah.
Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar
dan/atau berpikir.

61
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

4. Sikap Memilih berprilaku dengan cara tertentu.


5. Keterampilan Motorik Melakukan gerakan tubuh yang luwes, cekatan, serta dengan
urutan yang benar.
Tabel 1. Rumusan Teori Belajar Sibernetik oleh Gagne

Pembelajaran sibernetik sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan. Umpan
balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Umpan balik dari peserta didik
memungkinkan guru untuk dapat mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan peserta
didik dalam memahami informasi. Informasi umpan balik memungkinkan guru dapat merancang tindakan remedial
yang relevan untuk dilakukan. Berdasarkan umpan balik tersebut, siswa juga dapat memutuskan tindakan apa yang
harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan. Sebailknya, umpan balik dari guru
misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja peserta didik akan mengingatkan mereka sampai sejauh mana
penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari.
Fungsi guru dalam pembelajaran sibernetik adalah merencanakan, mempersiapkan, dan melengkapi stimulus
yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan sebagainya) dan masukkan
referensial (objek dan peristiwa). Guru berperan membimbing peserta didik dalam memahami informasi yang cocok
dan membimbing mereka memanipulasikan proses memahami konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari
sebuah latihan/pembelajaran. Ada sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan
teori sibernetik, yakni:
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik;
b. Memberikan informasi kepada peseta didik mengenai tujuan pengajaran dan topi yang akan di bahas;
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran;
d. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang ditetapkan;
e. Memberikan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan aktivitas dalam pembelajaran;
f. Memberikan penguatan pada prilaku pembelajaran peserta didik;
g. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik;
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar;
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.
Penerapan teori sibernetik dalam proses belajar mengajar, paling tidak mengikuti langkah-langkah antara lain:
a. Menentukan tujuan instruksional;
b. Menentukan materi pelajaran;
c. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut;
d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi itu (apakah algoritmik atau heuristik);
e. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya;
f. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan pelajaran.
Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat belajar untuk suatu
kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada prasyarat belajar utama, yang harus
dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar mendukung yang dapat memudahkan belajar. Pengorganisasian pembelajaran
ranah keterampilan motorik. Untuk menguasai keterampilan motorik perlu dimulai dengan mengajarkan kaidah
mengenai urutan yang harus diikuti dalam melakukan unjuk kerja ketrampilan yang dipelajari. Diperlukan latihan-
latihan mulai dari mengajarkan bagian-bagaian ketrampilan secara terpisah-pisah kemudian melatihkannya ke dalam
kesatuan ketrampilan.

2.5 Bentuk-bentuk Pembelajaran Berbasis Digital


Penerapan teori belajar sibernetik terhadap pembelajaran berasis digital dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan domain aplikasi. Saat ini, perkembangan teknologi dan informasi semakin berkembang dengan pesat.
Perkembangan dunia teknologi digital tidak hanya berdampak pada dunia pariwisata dan perekonomian bangsa saja,
tetapi dunia Pendidikan yang ada didunia turut menerima dampaknya (Arozatulo Telaumbanua, 2020). Hadir teknologi
digital saat ini memberikan beragam inovasi pendidikan, dimana pembelajaran konversional yang kaku dan monoton
akan digantikan dengan pembelajaran menggunakan media digital yang dianggap lebih praktik, fleksibel, tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu.
Secara umum pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat baik kepada guru maupun peserta
didik, diantaranya:
1. Menjadi media interaksi antara guru dan siswa.
2. Memfasilitasi Pendidikan untuk menyampaikan materi ajar meskipun tidak dilakukan secara tatap muka.
3. Sebagai media dan alat transer informasi.
4. Mendorong inovasi pembelajaran.
5. Membuat pekerjaan lebih efektif dan efesien (Rumbay, 2020).
Berikut ini bentuk pembelajaran digital yang dapat dikekola oleh mahasiswa dapat dilakukan pada beberapa
aplikasi dan domain seperti yang dijelaskan berikutnya.

62
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

2.5.1 Pembalajaran Melalui Youtube


Youtube merupakan salah satu sumber belajar yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Di mana peserta
didik dapat mempelajari berbagai materi yang dapat diuplod oleh Dosen dan mahasiswa dan dapat memberikan
prensentasi melaui youtube (Mujianto, 2019). Berikut contoh tampilan pengelolaan pembelajaran melalui youtube.
Youtube juga merupakan media sosial yang cukup banyak digunakan dan diminati oleh masyarakat saat ini tidak
terkecuali para dosen dan mahasiswa. Penggunaan aplikasi ini semakin meningkat karena mengingat pembelajaran
melalui youtube cukup efektif (Mujianto, 2019). Dengan menggunakan youtube ini maka mahasiswa akan mengelola
pembelajarannya dengan kreatif dan efektif.

Gambar 1. Tampilan Pembelajaran Youtube

2.5.2 Pembelajaran Melalui Classroom


Classroom merupakan wadah pembelajaran yang dapat digunakan secara bersamaan oleh Dosen sebagai
pendidik dan mahasiswa sebagai peserta didik. Google classroom merupakan aplikasi yang memiliki tujuan dan maksud
menolong para dosen dan mahasiswa untuk mengakses setiap pembelajaran tanpa terikat dengan jadwal kuliah dan
kesibukan lainnya (Sabran & Sabara, 2019). Artinya, classroom cukup efektif dalam mengelola pembelajaran berupa
materi pelajaran, tugas-tugas dan nilai serta pengumuman yang disampaikan oleh Dosen kepada mahasiswa baik secara
pribadi maupun secara keseluruhan. Mahasiswa atau Dosen yang ingin mengelola pembelajaran lewat classroom, harus
bergabung terlebih dahulu dengan menyalin kode kelas. Berikut ini contoh tampilan pembelajaran classroom.

Gambar 2. Tampilan Pembelajaran Google Classroom

2.5.3 Pembelajaran Melalui E-mail


E-mail merupakan media yang banyak digunakan oleh masyarakat terutama dosen dan mahasiswa dalam
mengirim dan menerima tugas, materi dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. E-mail juga dapat
dikatakan sebagai salah satu bentuk e-learning yang bertujuan membantu para dosen dan mahasiswa. Pemanfaat e-mail
sebagai media pembelajaran dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan internet dalam

63
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

mengirimkan serangkaian materi pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
mengelola pembelajaran berbasis teknologi. Dengan menggunakan e-mail maka pengelolaan pembelajaran dapat
diperoleh efektivitas, efisien dan memiliki daya tarik mahasiswa (Sabran & Sabara, 2019). Dengan menggunakan email
oleh Dosen dan mahasiswa tentu akan memperoleh pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Tentu mahasiswa dengan mudah dapat mengirimkan tugasnya tanpa harus
melakukan print out dengan biaya yang cukup mahal. Namun dengan menggunakan e-mail, mahasiswa tinggal
melakukan konversi tugas dalam bentuk pdf, lalu dikirim kepada dosen (Fahri, 2020). Kemudahan ini akan
menciptakan efektivitas dan efisien pembelajaran mahasiswa baik di ruangan kuliah maupun di luar kuliah. Oleh karena
itu, berikut penulis akan menampilkan pembelajaran yang dikelola melalui e-mail.

Gambar 3. Tampilan Pembelajaran E-mail

2.5.4 Pembelajaran Melalui Zoom


Perkembangan teknologi yang cukup pesat mengakibatkan sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan jarak
jauh. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah pembelajaran melalui zoom. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
mengefektifkan pembelajaran melalui aplikasi zoom. Dengan aplikasi zoom dosen dan mahasiswa dapat secara tatap
muka (melihat wajah) satu dengan lainnya sambil belajar, mengajar, berdikusi dan memberikan pendapat (Setiani,
2020). Pengelolaan pembelajaran juga melalui zoom dapat dikatakan sangat efektif dan efisien. Hal ini dapat
dilaksanakan di mana saja dan kapan asalkan dapat diakses jariangan internet. Berikut contoh pembelajaran melalui
aplikasi zoom.

Gambar 4. Tampilan Pembelajaran Zoom

3. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan
pengujian teori yang menekankan pengukuran variabelnya dengan jumlah angka yang dilakukan dengan menganalisis
data dan statistiknya. Metode penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh atau kontribusi variabel
terikat kepada variabel bebas (E, 2014). Langkah-langkah penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyebaran kuesioner,
pengumpulan data, tabulasi data dan analisis data. Penelitian ini dilaksanakan kepada Mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi Anugerah Misi Nias Barat dengan jumlah populasi dan sampel 20 orang. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai
bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2022. Kemudian teknik pengumpulan data dilakukan secara sistematis dengan

64
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

tahapan observasi, penyebaran kuesioner, pengumpulan kuersioner, perhitungan kuersioner dan analisis data dengan
menggunakan Program Windows SPSS 22.00.

4. HASIL
Setelah dilakukan penelitian melalui kuesioner dan telah dilakukan analisis data, maka hasilnya dapat diuraikan
sebagai berikut:

Correlations
SKOR Ket.
Sibernetik1 Pearson Correlation .843** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik2 Pearson Correlation .806** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik3 Pearson Correlation .816** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik4 Pearson Correlation .849** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik5 Pearson Correlation .798** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik6 Pearson Correlation .691** Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 20
Sibernetik7 Pearson Correlation .479* Valid
Sig. (2-tailed) .033
N 20
Sibernetik8 Pearson Correlation .448* Valid
Sig. (2-tailed) .840
N 20
Sibernetik9 Pearson Correlation .488* Valid
Sig. (2-tailed) .428
N 20
Sibernetik10 Pearson Correlation .933** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik11 Pearson Correlation .923** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik12 Pearson Correlation .885** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik13 Pearson Correlation .679** Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 20
Sibernetik14 Pearson Correlation .878** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
Sibernetik15 Pearson Correlation .895** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 2. Hasil Uji Validasi

65
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa semua pernyataan dinyatakan valid. Hal ini menunjukkan hasil
melebihi standar yang telah ditentukan yakni N = 20 dengan nilai rtabel 0,444. Bila dibandingkan dengan rhasil, maka
semua hasil melebihi rtabel.

Descriptive Statistics
Std.
N Min Max Mean Deviation Variance Skewness Kurtosis
Stati Statis Statis Std.
stic tic tic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Error
SIBERNETIK 20 24 74 61.55 10.334 106.787 -2.592 .512 9.384 .992
Valid N
20
(listwise)
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan table di atas, menunjukkan bahwa semua data terdistribusi secara normal, walaupun tidak
maksimal. Melihat responden dari responden yang kurang maksimal, hal ini menggambarkan cara pandang mahasiswa
yang bervariasi.

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2028.950 13 156.073 . .00
Within Groups .000 6 .000
Total 2028.950 19
Tabel 4. Hasil Uji ANOVA

Tabel di atas digunakan untuk menentukan taraf signifikan atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat
ditentukan berdasarkan uji nilai Signifikansi (Sig.). Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Sig. = 0,00 yang berarti >
kriteria signifikan (0,05), dengan demikian persamaan regresi linear berdasarkan data penelitian di atas antara hubungan
variabel adalah dengan signifikan.
Dari hasi analisis data yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diuraikan lebih lanjut bahwa penerapan
teori belajar sibernetik terhadap kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran berbasis digital sangat berpengaruh
atau memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teori sibernetik dan pembelajaran
online sangat baik dan perlu diterapkan di kelas perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat.
Dengan menerapkan pembelajaran digital, mahasiswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam belajar dan
mengelola pembelajarannya serta mampu meningkatkan pengetahuan dalam mengoperasikan teknologi. Pembelajaran
berbasis digital dapat memberikan pengalaman baru kepada mahasiswa sebagai bagian yang tidak terpisahkan sebagai
proses belajar mengajar.

5. KESIMPULAN
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang berhubungan dengan informasi dan teknologi. Mengelola
pembelajaran berbasis digital oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat sangat efektif dan
efesien dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa belajar mandiri. Penerapan teori belajar sibernetik di dalam proses
pembelajaran juga mampu memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa untuk belajar teknologi dan berbagai
pengalaman lainnya yang bisa meningkatkan kemampuan mereka belajar secara elektronik sehingga mendapatkan
informasi terbarukan.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui analisis data maka dapat diberikan kesimpulan bahwa penerapan
teori belajar sibernetik terhadap kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran berbasis digital sangat signifikan. Hal
ini dapat dibuktikan berdasarkan table hasil uji validasi, di mana semua pernyataan mendapatkan respon yang positif
dari mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Misi Nias Barat. Demikian juga di tabel uji normalitas menunjukkan
bahwa data terdistribusi secara normal walaupun tidak maksimal, namun mayoritas data telah terdistribusi. Hal ini
memberikan gambaran bahwa penerapan teori belajar sibernetik memberikan kontribusi besar terhadap pembelajaran
berbasis online (digital). Tabel ANOVA menunjukkan bahwa pengaruh penerapan teori belajar terhadap kemampuan
mahasiswa mengelola pembelajaran berbasis teknologi sangat signifikan hal ini terlihat diperoleh nilai Sig. = 0,00 yang
berarti > kriteria signifikan (0,05), dengan demikian persamaan regresi linear berdasarkan data penelitian di atas antara
hubungan variabel dengan signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Sari, A. P., Tama, A. M., Muhammadiyah, U., & Utara, S. (n.d.). IMPLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK DALAM PROSES

66
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Vol 1, No 2, November 2022, Hal. 58-67
ISSN 2962-5637 (Media Online)
Available Online at https://ejurnal.bangunharapanbangsa.com/index.php/PAK
DOI 10.56854/pak.v1i2.105

PEMBELAJARAN DAN PENERAPAN IT DI ERA MODERN. 241–253.


Arozatulo Telaumbanua. (2019). Bahan Ajar: Teori-Teori Belajar Dan Penerapannya Dalam Pendidikan Agama Kristen. Nias Barat: STTAM Nias
Barat.
Baharuddin. (2018). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Bakti, S., & Sakdiah, H. (2021). Wahana Inovasi. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Sibernetik Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI Di SMP
Putra Jaya Stabat Kabupaten Langkat, 10(1).
E, B. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif.
Fahri, M. U. (2020). Penerapan Teknologi Website dan Email Dalam Proses Pembelajaran.
Gulo, Y. (2022). Wawancara. Nias Barat.
Mujianto, H. (2019). Pemanfaatan Youtube Sebagai Media Ajar Dalam Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar. Jurnal Komunikasi Hasil
Pemikiran Dan Penelitian, 5, 135–159.
Rumbay, C. A. (2020). Christology in Digital Era: A Socio-systematic Theology Contribution to the Sustainable Smart Society. PASCA: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 16(1), 15–23. https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.70
Sabran, & Sabara, E. (2019). Keefektifan Google Classroom sebagai media pembelajaran. PROSIDING SEMINAR NASIONAL LEMBAGA
PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI Makasar, 122–125.
Sarasvati, J. S. dan D. P. (2022). Guru Posting Berdiri Murid Update Berlari (Daruz Armedian, ed.). Yogyakarta: DIVA Press.
Sartina. (2019). Implementasi Teori Belajar Sibernetik Dalam Pembelajaran Pai Untuk Membentuk Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Peserta
Didik Di Upt Smk Negeri 2 Wajo. In Jurnal Online Internasional & Nasional (Vol. 53).
Setiani, A. (2020). Efektivitas Proses Belajar Aplikasi Zoom di Masa Pandemi dan Setelah Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana UNNES, 2, 523–530.
Telaumbanua, A. (2020). Teori Belajar Behavioristik dalam Meningkatkan Kemampuan Merespon Materi Perkuliahan. DIDAKTIKOS: Jurnal
Pendidikan Agama …, 3(1), 49–59.
Telaumbanua, Arozatulo. (2020). e-Misi : Aplikasi Penginjilan Berbasis Teknologi. Prodising, 0(0), 1–11.
Tim Penulis. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Yunus, R. (2018). Teori belajar sibernetik dan implementasinya dalam pelaksanaan diklat. Journal of Education Science, 4(2), 32–41.

67

Anda mungkin juga menyukai