Anda di halaman 1dari 11

ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

ISSN 2580-6424 (printed), ISSN 2477-2399 (online,) DOI: 10.21831/elinvo.v3i2.20353

PENGEMBANGAN TRAINER INTERNET OF THINGS SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH INTERNET OF THINGS

Nur Hasanah1, Muhammad Izzuddin Mahali2, Bekti Wulandari3


1
Dosen, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: nurhasanah@uny.ac.id
2
Dosen, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: izzudin@uny.ac.id
3
Dosen, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: bektiwulandari@uny.ac.id

ABSTRACT

This research aims to produce the trainer of Internet of Things for students majoring in Informatics engineering
education and assess the feasibility of the Internet of Things trainer for students majoring in informatics engineering
education. In the developed trainer, the Internet of Things trainer application is used for remote control using the internet.
This research is an R & D research because the result of research is product oriented in the form of trainer and companion
module. This study uses a development model that consists of analysis, design, implementation and evaluation, where the
location of evaluation and revision are at every stage. Data collection using a questionnaire that has a range of 1 to 4.
Obtaining the next questionnaire value is converted to find out the feasibility category. The result of the research shows that
the value of media trainer of Internet of things generally get the value 3,33 which interpreted in the category of Very Good
and obtained some input that has been improved. Feasibility values that can be interpreted very well on the Internet of
Things trainer show that this trainer can be used in classroom learning.

Keywords: Internet of Things, IoT, learning media

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan trainer Internet of Things untuk mahasiswa jurusan pendidikan teknik
Informatika dan menilai kelayakan trainer Internet of Things untuk mahasiswa jurusan pendidikan teknik Informatika. Pada
trainer yang dikembangkan, aplikasi trainer Internet of Things digunakan untuk kendali jarak jauh menggunakan internet.
Penelitian ini merupakan penelitian R&D karena hasil penelitian berorientasi pada produk yang berupa trainer dan modul
pendamping. Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang terdiri dari analisis, desain, implementasi dan evaluasi,
dimana letak evaluasi dan revisi berada pada setiap tahapan. Pengambilan data menggunakan angket yang memiliki rentang
nilai 1 s.d. 4. Perolehan nilai angket selanjutnya dikonversi untuk mengetahui kategori kelayakan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kelayakan media trainer Internet of things secara umum memperoleh nilai 3,33 yang
diintrepetasikan dalam kategori Sangat Baik dan diperoleh beberapa masukan yang telah diperbaiki. Nilai kelayakan yang
dapat diintrepetasikan sangat baik pada trainer Internet of Things menunjukkan bahwa trainer ini dapat digunakan dalam
pembelajaran dikelas.

Kata kunci: Internet of Things, IoT, media pembelajaran


Nur Hasanah, et.al. Pengembangan Trainer Internet of Things Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Internet of Things 20

dengan pemberian pengalaman belajar akan


PENDAHULUAN
memberi dampak besar dan positif terhadap
Sumber Daya Manusia (SDM) yang peserta didik. Pengamalan belajar peserta
berkompeten sangat dibutuhkan di dunia didik sangat dipengaruhi oleh penampilan
industri. Adanya perkembangan teknologi guru/dosen, sarana dan prasarana belajar
informasi yang pesat, SDM yang menjangkau (learning resources equipment), suasana
pemahaman perkembangan teknologi akademik dan lingkungan belajar, serta
informasi sangat penting peranannya. Hal dukungan perangkat ICT.
tersebut dikarenakan penggunaan teknologi- Mata kuliah internet of things
teknologi informasi saat ini mengalami merupakan salah satu mata kuliah wajib
perkembangan yang cukup pesat. tempuh mahasiswa prodi Pendidikan Teknik
Perkembangan tersebut dipengaruhi dua faktor Informatika. Mata kuliah tersebut juga
yaitu kebutuhan pemakai dan kemajuan merupakan matakuliah baru untuk semester 6
teknologi. Universitas Negeri Yogyakarta dengan kurikulum 2014. Untuk mendukung
(UNY) sebagai salah satu bentuk pendidikan tercapainya pemahaman mengenai materi
vokasi yang menyiapkan terbentuknya SDM tersebut dan pengalaman peserta didik
dengan keterampilan, kecakapan, pengertian, dibutuhkan modul praktek. Modul praktek
perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi yang dimaksud berupa trainer yang terdiri dari
terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan perangkat hardware dan pedoman praktek
oleh masyarakat dunia usaha/industri, diawasi berupa buku teks yang secara garis besar berisi
oleh masyarakat dan pemerintah atau dalam uraian materi, langkah praktek dan penugasan.
kontrak dengan lembaga serta berbasis Trainer tersebut dapat digunakan oleh
produktif (Putu Sudira, 2011). Pendidikan mahasiswa untuk membuktikan teori yang
kejuruan dan vokasi berproses dalam dipelajarinya.
mempersiapkan dan membantu peserta didik Berdasarkan pengalaman dari dosen
dalam mengenali dirinya sesuai dengan pengampu mata kuliah internet of things, saat
tahapan perkembangan vokasional, mulai dari ini mata kuliah Internet of Things belum
mengidentifikasi, mengeksplorasi, mempunyai modul/trainer untuk digunakan
mempersiapkan, memilih, hingga pada praktik karena mata kuliah tersebut adalah
tahapan dimana peserta didik tersebut benar- mata kuliah baru. Dalam prose pembelajaran
benar menguasai sebuah keahlian tertentu pada praktik saat ini masih menggunakan ESP 8266
suatu bidang pekerjaan sesuai dengan program yang dirakit sendiri oleh mahasiswa. ESP8266
keahlian yang ditempuhnya. tersebut baru terbatas dengan penggunaan wifi
Penguasaan keahlian peserta didik belum menggunakan GPRS. Hal tersebut tentu
tersebut mencakup kemampuan dalam aspek membuat proses pembelajaran menjadi kurang
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang saling efektif, efisien, dan mengurangi pengalaman
terintegrasi satu sama lain membentuk sebuah belajar peserta didik. Diperlukan waktu yang
keahlian yang utuh terhadap sebuah bidang tidak sedikit dalam persiapan sebelum mereka
pekerjaan tertentu. Dalam mendukung hal melakukan praktikum. Maka dari itu, perlu
tersebut, maka pada proses pembelajarannya, adanya perbaikan dalam proses pembelajaran
pendidikan kejuruan dan vokasi lebih tersebut dalam kaitannya pengoptimalan
diarahkan pada penumbuhan pengalaman dampak belajar yang dihasilkan. Salah satu
belajar melalui rangsangan visual, kesadaran bentuk perbaikan tersebut ialah dengan
afektif, penggalian informasi kognitif, dan pengembangan media pembelajaran praktikum
pengembangan keterampilan psikomotorik. berupa trainer beserta pedoman praktiknya.
Hal tersebut diperkuat oleh Putu Sudira (2011) Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin
bahwa seberapa besar dampak sebuah mengembangkan trainer internet of things
pendidikan/pembelajaran sangat tergantung beserta dokumen panduan praktik yang dapat
dari seberapa banyak atau seberapa kaya membantu proses pembelajaran. Berdasarkan
peserta didik dalam mendapat pengalaman uraian diatas, tujuan pada penelitian ini adalah
belajar. Pembelajaran yang penuh dan kaya untuk menghasilkan trainer internet of things
21 ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

untuk mahasiswa prodi pendidikan teknik penyampaian pesan dapat lebih terstandar; (2)
informatika dan menilai trainer internet of pembelajaran dapat lebih menarik; (3)
things untuk mahasiswa prodi pendidikan pembelajaran menjadi lebih interaktif; (4)
teknik informatika. waktu pelaksanaan pembelajaran dapat
Media Pembelajaran diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat
ditingkatkan; (6) proses pembelajaran dapat
Kata media berasal dari bahasa latin dan
berlangsung kapan pun dan di mana pun
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
diperlukan; (7) sikap positif peserta didik
berarti “perantara” atau “pengantar”. Sejalan
terhadap materi pembelajaran serta proses
dengan Smaldino dino, et.al. (2004: 9)
pembelajaran dapat ditingkatkan; dan (8)
menyatakan bahwa, “A medium (plural,
peran guru berubah ke arah yang positif.
media) is a means of communication and
source of information.” Media mempunyai Rusman (2012: 162) menyebutkan
makna kata metode komunikasi dan sumber rincian fungsi media pembelajaran, yaitu: (1)
informasi. Media dapat membawa informasi sebagai alat bantu yang mampu memperjelas,
antara sumber dan penenerima informasi, mempermudah, dan mempercepat
sehingga dapat diketahui bahwa tujuan dari penyampaian materi pembelajaran; (2) sebagai
media adalam memfasilitasi komunikasi. komponen dari sub sistem pembelajaran; (3)
sebagai pengarah pembelajaran; (4) sebagai
Suatu media dapat dikatakan sebagai
pembangkit motivasi dan perhatian; (5)
media pembelajaran apabila media tersebut
meningkatkan hasil pembelajaran; (6)
menyediakan informasi untuk keperluan
mengurangi terjadinya verbalisme; dan (7)
pembelajaran. Sejalan dengan Brigs (Rusman,
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga,
2009: 151) yang menyatakan bahwa, media
dan daya indra.
pembelajaran sebagai “the physical means of
conveying instructional content” atau cara Berdasarkan pernyataan-pernyataan di
fisik untuk menyampaikan materi atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran. Sedangkan Rusman (2012: 160) pembelajaran mempunyai kedudukan penting
menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran
merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang berfungsi untuk menyampaikan materi
yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran dari sumber belajar ke
pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, pembelajar sehingga materi pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.
merupakan penyampaian materi pembelajaran Trainer merupakan suatu set peralatan
dari sumber belajar. laboraturium yang digunakan sebagai media
Pembelajaran merupakan kegiatan pendidikan yang merupakan gabungan antara
penyampaian informasi yang diciptakan untuk model kerja dan mock-up. Trainer ditujukan
memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik. untuk menunjang proses pembelajaran peserta
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran didik dalam menerapkan pengetahuan/konsep
tidak terlepas dari faktor lingkungan yang yang diperolehnya pada benda nyata. Menurut
tidak terbatas pada konteks tempat yang salah Anderson (1994: 181), obyek yang
satunya berupa media pembelajaran. Media sesungguhnya atau benda model yang mirip
pembelajaran mempunyai kedudukan penting sekali dengan benda nyatanya, akan
sebagai komponen lingkungan yang memberikan rangsangan yang amat penting
diaransemen agar suatu kegiatan belajar bagi siswa dalam mempelajari tugas yang
berlangsung. Menurut Kemp & Dayton menyangkut keterampilan psikomotorik.
(Rusman, 2009: 154), kontribusi media Penggunaan media obyek dalam proses belajar
terhadap proses pembelajaran adalah: (1) secara kognitif untuk mengajarkan pengenalan
Nur Hasanah, et.al. Pengembangan Trainer Internet of Things Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Internet of Things 22

kembali dan/atau pembedaan akan rangsangan maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
yang relevan; secara afektif dapat optimal.
mengembangkan sikap positif terhadap
METODE
pekerjaan sejak awal latihan; sedangkan secara
psikomotorik, memberikan latihan atau untuk Model Pengembangan
menguji penampilan dalam menangani alat, Penelitian ini masuk dalam prosedur
perlengkapan dan materi pekerjaan. R&D karena hasil penelitian berorientasi pada
Selain media objek (trainer) tersebut, produk. Apabila produk tersebut telah
terdapat media cetak yang disebut dengan mendapat validasi serta pengakuan dari ahli
modul. Media cetak merupakan pengajaran melalui uji alfa, baru kemudian uji beta dan
terprogram yang berbentuk buku. Modul dievaluasi pada implementasi sesungguhnya.
Media Pembelajaran yang dimaksud pada Pengembangan media pembelajaran ini
penelitian ini merupakan media pembelajaran merujuk pada model yang ditawarkan oleh Lee
berisi prosedur pengoperasian trainer serta & Owens (2004). Model Lee & Owens
memuat materi, tugas, tes dan cara diadopsi untuk menekanakan fase
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis implementasi model dengan memasukkan
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang white box testing, dan black box testing.
diharapkan sesuai dengan tingkat Jika membandingkan model
kompleksitasnya dan termasuk kedalam jenis pengembangan model Lee & Owens terhadap
media cetak berwujud buku. Modul yang waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
dikembangkan diharapkan mampu media pembelejaran, dapat diestimasi total
meningkatkan motivasi dan efektifitas proporsi waktu dalam penelitian. Karena
penggunaannya. Modul tersebut di antaranya disadari bahwa untuk menghasilkan hardware
memiliki karakteristik: (1) self contained, yang baik diperlukan prosedur yang benar
yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu dengan alokasi waktu proporsional.
kompetensi atau subkompetensi yang Pengembangan modul internet of things
dipelajari terdapat di satu modul yang utuh; merupakan jawaban ide kreatif yang muncul
dan (2) user friendly, yaitu setiap instruksi dan dari sudut pandang setelah beberapa kali
paparan informasi yang tampil bersifat melakukan prasurvei di Program Studi
membantu dan bersahabat dengan Pendidikan Teknik Informatika dan telaah
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai pustaka.
dalam merespon, mengakses sesuai keinginan,
serta penggunaan bahasa sederhana dan mudah Prosedur Pengembangan
dimengerti. Penelitian ini masuk dalam prosedur
Menurut Arsyad (2010: 87 – 90) modul R&D karena hasil penelitian berorientasi pada
pembelajaran memiliki beberapa hal yang produk. Apabila produk tersebut telah
perlu diperhatikan pada saat merancang, mendapat validasi serta pengakuan dari ahli
misalnya konsistensi dalam penggunaan melalui uji alfa, baru kemudian uji beta dan
format dari halaman ke halaman mengenai dievaluasi pada implementasi sesungguhnya.
jenis dan ukuran huruf serta jarak spasi, teks Pengembangan media pembelajaran ini
yang disusun sedemikian rupa sehingga merujuk pada model yang ditawarkan oleh Lee
informasi mudah diperoleh dan memiliki daya & Owens (2004). Pelaksanaan R&D terdiri
tarik agar memotivasi siswa untuk terus dari dua prosedur yang digunakan yaitu
membaca modul pembelajaran. Tujuan utama penelitian dan pengembangan. Prosedur
modul pembelajaran adalah untuk penelitian menggunakan fase asesmen/analisis,
meningkatkan efisiensi dan efektivitas fase desain, fase implementasi dan fase
pembelajaran baik waktu, dana, fasilitas, evaluasi. Fase analisis pada penelitian ini
23 ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

dilakukan di kelas pada Program Studi 1. Menyusun jadwal. Jadwal pengerjaan


Pendidikan Teknik Informatika FT UNY proyek dipilih untuk mempermudah
dalam bentuk prasurvei terhadap penyelesaian proyek dengan
perkembangan media pembelajaran sistem mempertimbangkan unsur waktu,
kendali. Prasurvei dilakukan untuk ketersediaan, kapasitas, SDM dan sarana.
memastikan, memperkuat dan mendukung Jadwal pengerjaan proyek adalah aspek
asumsi terhadap masalah yang ada. penting dan perlu diperhatikan bahwa
jadwal yang telah dibuat untuk
Pada fase analisis ini terdiri dari need
dikomunikasikan dengan tim terkait
assesment dan Front End Analysis. Need
frame waktu, tujuan hingga pembagian
assessment akan dilakukan sebagai proses
tugas.
untuk menentukan hasil, mengindentifikasi
kesenjangan antara kondisi saat ini dengan 2. Project Team. Kesadaran akan
kondisi yang diinginkan (Lee & Roadman, keterbatasan sesorang dalam bidang
1991). Untuk melakukan need assessment keilmuan menyebabkan individu tidak
dengan baik dilakukan pengembangan mungkin dapat melakukan segala sesuatu
instrumen need assessment and analysis. secara optimal. Hal ini diadopsi dalam
Prosedur need assessment dilakukan melalui pengembangan proyek, termasuk dalam
survei ke lapangan dengan tujuan mengungkap pendidikan dan pelatihan. Keterbatasan
hal-hal berikut: (1) Melihat kembali kondisi ini sekaligus membuka peluang untuk
media pemebelajaran saat ini, lalu berkolaborasi membentuk tim proyek,
mengidentifikasi pengetahuan dan skill untuk untuk berkontribusi optimal sesuai bidang
pemecahan masalah di lapangan; (2) masing-masing. Tim proyek yang baik
Menetapkan sistem yang ideal; (3) Membuat hendaknya terdiri dari minimal bidang-
daftar tujuan penting; dan (4). bidang yang akan dikerjakan.
Mengidentifikasi perbedaan melalui mencari
3. Spesifikasi Media. Mengacu desain
perbedaan kondisi ideal dan kondisi aktual.
pengembangan hardware yang baik,
Front-end Analysis yang dilakukan dalam
penelitian ini memenerapkan prinsip
penelitian ini bertujuan menjembatani antara
kesederhanaan, tata letak, keutamaan
kesenjangan yang ada dengan
fungsi, interaksi, feedback, topografi,
kenyataan/harapan untuk menyelesaikan
grafik, warna dan pendukung.
masalah tersebut. Ada sembilan analisis yang
dapat dilakukan yaitu: (1) analisis peserta; (2) 4. Content Structure (Pemetaan Informasi).
analisis teknologi; (3) analisis situasi; (4) Agar sebuah media pembelajaran dapat
analisis tugas; (5) analisis kejadian penting; bekerja sesuai yang diinginkan perlu
(6) analisis tujuan; (7) analsis media; (8) adanya peta informasi. Oleh karena itu,
analisis data yang masih ada; dan (9) analisis materi yang dimasukkan oleh
biaya. pengembang media ke dalam media
pembelajaran harus dapat menyatakan
Fase desain merupakan perencanaan dari
materi-materi sesuai rancangan mata
isi proyek. Desain sangat memungkinkan
kuliah Internet of Things.
sebuah proyek dapat berjalan dengan baik.
Rancangan desain produk disajikan dalam pra Fase implementasi merupakan bagian
pelaksanaan pembelajaran. Kinerja media langsung yang berkaiatan dengan hal teknis.
pembelajaran baru akan dapat diukur dari Artinya produk akan dikerjakan tergantung
kemudahan implementasinya. Fase desain bentuk pengembangan apa yang akan diacu.
dalam pengembangan media pemmbelajaran Langkah teknis yang paling sesuai dengan
meliputi : pembuatan media pembelajaran mengacu pada
fase desain selanjutnya dibagi dalam tiga alur
Nur Hasanah, et.al. Pengembangan Trainer Internet of Things Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Internet of Things 24

produksi (a) preproduction; (b) production; nilai nyata dari pemecahan masalah. Tanpa
dan (c) postproduction and quality review. evaluasi tidak sulit diketahui apakah masalah
Dalam preproduction diperlukan untuk telah terpecahkan dengan baik, dengan kata
menggambarkan kejadian tersendiri dari suatu lain apakah situasi yang diinginkan telah
diagram aliran proses, dimana satu proses sesuai rumusan masalah.
merepresentasikan seluruh media
Sumber Data/ Subyek Penelitian
pembelajaran yang dikembangkan. Menyusun
diagram alur pembuatan media dan Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
menunjukkan sistem secara keseluruhan. Pada Prodi Pendidikan Teknik Informatika yag
bagian production ini media pembelajaran mengikuti matakuliah Internet of Things.
akan dibuat berdasarkan rancangan Mahasiswa dilibatkan dalam observasi, uji alfa
preproduction. Subfase ini adalah tahapan (uji coba terbatas dan uji coba luas), dan
produksi sesuai dengan desain. validasi akhir (beta). Sedangkan dosen
Menginterpretasi diagram, fungsi, tata letak, pengampu dan beberapa ahli media dan materi
materi dan termasuk pembuatan buku dilibatkan dalam observasi dan validasi materi
pedoman pembelajaran. Termasuk proses & media. Jenis data yang dihasilkan dalam
assembling untuk masing-masing fase menjadi penelitian ini ada dua jenis : (a) data kualitatif
satu kesatuan media pembelajaran yang siap diperoleh dari hasil research and information
digunakan. Setelah media selesai diproduksi, collecting, uji alfa (uji coba terbatas dan uji
maka untuk memastikan kualitas trainer coba luas), dan uji beta; dan (b) data
tersebut dilakukan debug melalui verifikasi, kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi.
yaitu uji white-box dan uji black-box. Kegiatan Metode Analisis Data
tersebut untuk memastikan media
pembelajaran dapat bekerja sesuai fase desain Metode analisis data yang dipakai
hingga subfase production (fase dalam rangka menjawab rumusan masalah
pengembangan) sekaligus untuk pada, kemudian dirinci dalam pertanyaan
meminimalisir error. Fase implementasi penelitian adalah teknis analisis deskriptif
adalah realisasi dari fase desain dan fase kuantitatif dan evaluatif. Tahap pertama,
pengembangan. Sehingga pada fase penelitian menguji kelayakan media
implementasi diharapkan media pembelajaran pembelajaran IoT yang digunakan dalam mata
dapat sepenuhnya selesai. Pada fase ini pula kuliah Internet of Things di Prodi Teknik
dilakukan proses uji alfa dan uji beta, jika hasil Elektronika. Teknis analisis deskriptif
kedua uji tersebut masuk pada kategori “baik” dilakukan untuk menentukan kelayakan media
(skor 3,4 < X ≤ 4,2) maka implementasi dapat dalam fungsinya. Tahap kedua, fokus
dilanjutkan ke fase evaluasi. penelitian pada evaluasi media pembelajaran
Internet of Things untuk proses menentukan
Fase evaluasi dilakukan untuk metode pelatihan pada pengguna. Teknis
menjawab inti permasalahan, yaitu analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk
pengembangan media pembelajaran. Sehingga mengetahui gambaran tingkat keefektifan
dalam permasalahan ini perlu diketahui tingkat media pembelajaran tersebut. Dalam kuisioner
akurasi, fungsi, konten materi dan petunjuk diberikan lima alternatif pilihan untuk
penggunan modul dalam pelaksanaan memberikan tanggapan tentang media yang
perkuliahan. Fase evaluasi dilakukan melalui dikembangkan, yaitu; sangat baik dengan skor
penyelenggaraan pembelajaran di kelas 4, baik dengan skor 4, kurang baik dengan
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika. skor 2, dan sangat kurang baik dengan skor 1.
Evaluasi sendiri merupakan tindakan Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan
mengumpulkan, memproses dan menganalisis menjadi nilai, pada skala 4, dengan acuan tabel
informasi secara sistematik untuk memperoleh 1 sebagai berikut :
25 ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

Tabel 1. Konversi Skor SD = 1/6 {skor maksimal ideal – skor


Interval Skor Kategori minimal ideal} …(3)
M + 1,5 SD s.d. M + 3 SD Sangat Baik
M + 0,0 SD s.d. M + 1,5 Baik Dari skala 4 tersebut di atas diketahui
SD bahwa skor maksimal ideal adalah 4 dan skor
M - 1,5 SD s.d. M + 0 SD Kurang Baik minimal ideal adalah 1, sehingga diperoleh
M - 3 SD s.d. M – 1,5 SD Sangat Kurang perhitungan Mi dan SBi sebagai berikut :
Baik M = ½ (4 + 1) = 2,5
dengan keterangan; SD = 1/6 (4 – 1) = 0,5
M = mean ideal, dihitung dengan Berdasarkan ketentuan tersebut,
menggunakan rumus : diperoleh hasil perhitungan skala 4
M = ½ {skor maksimal ideal + skor sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
minimal ideal} …(2)
SD = simpangan baku ideal, ditentukan
dengan rumus :
Tabel 2. Konversi Data Kualitatif Menjadi Data Kuantitatif (Skala 4)
Skor
Skala Kriteria
Perhitungan Hasil
4 Sangat Baik 2,5 + (1,5x0,5) s.d. 2,5 + (3x0,5) 3,25 s.d. 4
3 Baik 2,5 + (0x0,5) s.d. 2,5 + (1,5x0,5) 2,5 s.d. 3,25
2 Kurang 2,5 - (1,5x0,5) s.d. 2,5 + (0x0,5) 1,75 s.d. 2,5
1 Sangat Kurang 2,5 - (3x0,5) s.d. 2,5 – (1,5x0,5) 1 s.d. 1,75
Untuk mencari skor rata-rata dalam 1. Media pembelajaran untuk praktikum
memberikan penilaian terhadap produk yang Internet of Things belum ada krena mata
telah dikembangkan, maka digunakan rumus; kuliah ini adalah mata kuliah baru di
kurikulum 2014. Dari hasil tersebut maka
dapat dikatakan bahwa pengembangan
…(4)
media pembelajaran dalam bentuk trainer
keterangan :
sekaligus pedoman praktek menjadi hal
Xi = skor rata-rata
yang sangat penting diupayakan tenaga
∑x = jumlah skor
pengajar.
∑a = jumlah aspek yang diamati
n = jumlah responden 2. Temuan yang didapatkan dari mahasiswa
yang telah mendapatkan mata kuliah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Internet of Things adalah perlunya
Deskripsi data Need Assesment and Analysis diberikan gambaran praktik nyata
(NAA) sehingga akan memberikan target
Hasil pengembangan ini berupa trainer pencapaian hasil praktikum yang
Internet of Things yang mampu membantu dilakukan pada saat pembelajaran praktik.
dosen dalam pembelajaran mata kuliah 3. Media pembelajaran yang ideal untuk
Internet of Things. Sebelum dilakukan dikembangkan dalam mata kuliah Internet
pengembangan media dilakukan analisis of Things berdasarkan temuan yang telah
terlebiuh dahulu. Ada dua tahapan dalam diperoleh terdiri dari beberapa kriteria.
melakukan analisis, yaitu melakukan need Kriteria-kriteria tersebut diantaranya: (1)
assessment dan front end analysis. Dalam perlunya pengembangan trainer sekaligus
tahapan ini, peneliti mendapatkan beberapa pedoman praktek yang memperhatikan
temuan diantaranya: perkembangan teknologi; (2) media yang
Nur Hasanah, et.al. Pengembangan Trainer Internet of Things Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Internet of Things 26

dikembangkan perlu memberikan


gambaran hasil praktik yang diharapkan.
Evaluasi
4. Kondisi ideal dalam pengembangan
Tahapan evaluasi ini dilakukan dua uji
media adalah memasukkan semua
yaitu uji alfa dan uji beta. Uji alfa dengan
teknologi yang sedang berkembang.
mengujikan media pada para expert judgement
Desain yaitu para ahli yang ahli materi dan ahli media.
Uji kelayakan materi dilakukan oleh dua ahli
Fase desain dalam pengembangan
materi. Validasi ahli materi dilakukan oleh
media pembelajaran meliputi menyusun
Bekti Wulandari, M.Pd. dan Muhammad
jadwal, penentuan project team, spesifikasi
Munir, M.Pd. Keduanya adalah staff pengajar
media, dan pemetaan informasi. Pada
di Program Studi Pendidikan Teknik
spesifikasi media, penelitian ini menerapkan
Elektronika yang dilakukan pada tanggal 2
prinsip kesederhanaan, tata letak, keutamaan
Oktober 2017. Sama dengan pengujian materi,
fungsi, interaksi, feedback, grafik, warna dan
pada pengujian media juga diujikan pada dua
pendukung. Agar sebuah media pembelajaran
ahli media. Validasi ahli media dilakukan oleh
dapat bekerja sesuai yang diinginkan perlu
Ponco Wali Pranoto, M.Pd dan Satriyo Agung
adanya peta informasi.
Dewanto, M.Pd., Setelah dilakukan pengujian
Implementasi kelayakan baik dari ahli materi dan media
Tahapan implementasi terdiri dari tersebut, maka dilakukan revisi sesuai
preproduction, production, dan penilaian dan masukan para ahli. Setelah
postproduction quality review. Tahapan dikonsultasikan kembali dan dinyatakan sesuai
pembuatan media Internet of Things secara maka dapat dilakukan uji beta. Uji Beta
berurutan adalah pembuatan skema rangkaian, dilakukan dengan dua tahapan yaitu uji
simulasi kerja skema, desain boks dan layout pengguna terbatas dan uji lapangan. Uji
area trainer, layout PCB dan pembuatan PCB, pengguna terbatas dilakukan oleh 2 mahasiswa
pemasangan komponen, pembuatan algoritma Program Studi Pendidikan Teknik Informtika
dan program, uji kinerja rangkaian, dimana mahasiswa tersebut sudah pernah
pemasangan boks, pembuatan pedoman mendapat mata kuliah tersebut. Selanjutnya uji
praktik, unjuk kerja keseluruhan, valiadasi ahli lapangan dilakukan kepada 11 mahasiswa.
media dan materi, uji pengguna terbatas, dan Dari tahap uji alfa dan uji beta, media selalu
uji lapangan. Tahapan production diupayakan mengalami revisi dengan harapan dapat
dalam pengembangan trainer sekaligus memenuhi kebutuhan media dan
pedoman praktik menyesuaikan trainer yang mengoptimalkan kebermanfaatan media.
dikembangkan. Termasuk proses packaging Kelayakan Media Pembelajaran
untuk masing-masing fase menjadi satu
Deskripsi Data Uji Alfa
kesatuan media pembelajaran yang siap
digunakan. Sebagai tambahan dan penjelas Uji alfa media pembelajaran ini
dibuat pula manual book penggunaan trainer. dilakukan dengan pengaturan input dan
Secara umum pembuatan media terdiri dari melihat hasil outputnya melalui percobaan. Uji
membuat trainer, membuat pedoman praktik alfa mengacu paada Alessi dan Pressman.
(dan manual book), unjuk kerja perangkat dan Pengujian ini fokus pada kinerja sistemsecara
pengujian-pengujian sebagai implementasi komprehensif, yang dilakukan berulang-ulang.
tahapan Postproduction and Quality Review. Hasil uji tersaji dalam tabel 3.
27 ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

Tabel 3. Data Hasil Test Case Media Pembelajaran


Skenario Hasil yang
Test Case Hasil Pengujian Simpulan
Pengujian Diharapkan
Modul power
Modul power mampu
Tombol power memberikan
Power memberikn tegangan Valid
ditekan tegangan 3,3 V dan
3,3V dan 5 V
5V
Modul pushbutton
Modul Push button
Modul dapat menjadi mampu menjadi input
Push dijadikan Input data Valid
data input program data program ESP
button program
maupun NodeMCU
Lampu LED Lampu LED dapat
Module Lampu LED dapat
dinyalakan dinyalakan sesuai
lampu menyala sesuai dengan Valid
menggunakan dengan pengaturan
LED program
program prigram
Komuniksi dengan Modul ESP8266 dapat
Data firebase dapat
ESP8266 Firebase dan menulis data dan Valid
ditulis dan dibaca
thinkspeak membaca data firebase
Komunikasi dengan Modul NodeMCU dapat
Data firebase dapat
NodeMCU Firebase dan menulis data dan Valid
ditulis dan dibaca
thinkspeak membaca data firebase
Potensio Potensio dapat Data variable
Pembacaan data
dan digunakan sebagai input didapatkan dati Valid
Potensio
Arduino data variabel potensio
Module Relay dapat
Aktivasi modul Arduino mampu
Relay dan dikendalikan Valid
relay mengendalikan Relay
Arduino menggunakan Arduino
Arduino mampu
Sensor Sensor DHT
membaca sensor
DHT dan Input sensor DHT digunakana sebagai Valid
DHT sebagai data
Arduino input sensor
input
Uji coba Menampilkan data Muncul nilai pada LCD LCD dapat Valid
tampilan dari Firebase ke yang sesuai
LCD LCD
diatas 3,25. Sedangkan yang bernilai diatas
Dari tabel diatas diperoleh kesimpulan
2,75 dan dibawah 3,25 terdapat 7 butir
bahwa media pembelajaran yang
pernyataan yang masuk dalam kategori baik.
dikembangkan secara umum menunjukkan
Meskipun demikian secara umum dari sisi
unjuk kerja yang baik sehingga dapat
materi dengan skor rerata sebesar 3,4 maka
dilakukan tahapan validasi selanjutnya.
dapat diintrepetasikan Sangat Baik (diatas
Setelah dinyatakan bahwa unjuk kerja valid
3,25). Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut
maka dilanjutkan validasi ahli materi dan ahli
maka perangkat dapat dilakukan pengujian
media yang masing-masing dilakukan oleh dua
tahap selanjutnya.
orang dosen ahli. Aspek content dalam uji alfa
ini menilai aspek materi yang didalamnya ada Hasil uji alfa berikutnya adalah
5 indikator. Uji alfa spek ini fokus pada valiadasi ahli media yang di dalamnya terdapat
kesesuaian, kelengkapan, meningkatkan dua aspek penilaian yaitu teknis dan estetika.
pemahaman, memberikan kesempatan belajar, Hal yang diuji pada aspek teknis adalah
dan kesesuaian dengan daya pikir. Dari data kualitas alat, fleksibel, keamanan dan
dapat diketahui bahwa dari 15 butir pernyataan kemanfaatan. Sedangkan indikator pada aspek
terdapat 8 butir pernyataan yang setetika adalah bentuk yang estetis, keserasian,
diinterpretasikan sangat baik karena bernilai keterbacaan, dan kerapian. Total pernyataan
Nur Hasanah, et.al. Pengembangan Trainer Internet of Things Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Internet of Things 28

pada valiadasi ahli media ini adalah 18 butir panduan penggunaan praktikum masih belum
pernyataan, dimana 10 butir pernyataan untuk lengkap dalam penjelasan pengoperasian alat.
aspek teknis dan 8 butir pernyataan untuk Meskipun demikian secara umum dari sisi
aspek estetika. Secara umum dari sisi media materi dengan skor rerata sebesar 3,31 maka
dengan skor rerata sebesar 3,75 maka dapat dapat diintrepetasikan Sangat Baik (diatas
diintrepetasikan Sangat Baik (diatas 3,25). 3,25). Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut
Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut maka maka perangkat dapat dilakukan untuk
perangkat dapat dilakukan pengujian tahap pengujian keefektifan.
selanjutnya.
Saat ini mata kuliah Internet of Things
Deskripsi Data Uji Beta belum mempunyai modul/trainer untuk
digunakan praktik karena mata kuliah tersebut
Dilakukan uji beta dengan 2 mahasiswa
adalah mata kuliah baru. Dalam prose
baru kemudian dilakukan uji lapangan kepada
pembelajaran praktik saat ini masih
11 mahasiswa. Data hasil uji beta diperoleh
menggunakan ESP 8266 yang dirakit sendiri
melalui angket yang diberikan, responden uji
oleh mahasiswa. ESP8266 tersebut baru
beta setelah mencoba media dan jobsheet
terbatas dengan penggunaan wifi belum
praktikum Internet of Things.
menggunakan GPRS. Hal tersebut tentu
Dari data yang diperoleh, dari 18 butir membuat proses pembelajaran menjadi kurang
pernyataan terdapat 10 pernyataan yang dapat efektif, efisien, dan mengurangi pengalaman
diintrepetasikan sangat baik dikarenakan belajar peserta didik. Diperlukan waktu yang
bernilai diatas 3,25, dan 8 pernyataan yang tidak sedikit dalam persiapan sebelum mereka
diintrepetasikan baik dikarenakan bernilai melakukan praktikum. Salah satu langkah
diatas 2,75 dan dibawah 3. Meskipun yang diambil dengan pengembangan media
demikian secara umum dari sisi materi dengan pembelajaran praktikum berupa trainer beserta
skor rerata sebesar 3,33 maka dapat pedoman praktiknya.Untuk mempermudah
diintrepetasikan Sangat Baik (range antara dalam penggunaan trainer ini maka
3,25 s.d. 4). Dengan intrepetasi Baik tersebut didampingi dengan sebuah modul panduan
maka perangkat dapat dilakukan pengujian yang menjeleskan tentang penggunaan trainer
tahap selanjutnya. Setelah dilakukan uji coba dan jobsheet yang dapat menjelaskan langkah-
terbatas dengan 2 pengguna selanjutnya langkah dalam melakukan praktikum
dilakukan uji lapangan. menggunakan trainer tersebut.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui Perangkat hardware praktek pada mata
bahwa dari 18 butir pernyataan terdapat 9 butir kuliah Internet of Things yang diekmbangkan
pernyataan yang diinterpretasikan sangat baik adalah (1) Family ESP8266 digunakan sebagai
karena bernilai diatas 3,25. Sedangkan yang pemrosesan utama sistem (2) Menggunakan
bernilai diatas 2,75 dan dibawah 3,25 terdapat koneksi internet baik melalui Jaringan Wifi
9 butir pernyataan yang masuk dalam kategori Access Point maupun menggunakan jaringan
baik. Dari uji lapangan ini terlihat mahasiwa kartu GSM/CDMA (3) Menggunakan Backend
merasa terbantu saat belajar dengan as a Service (BaaS) Firebase dan Thinkspeak
menggunakan media pembelajaran ini. Rerata sebagai basis managemen cluod database (4)
hasil uji lapangan untuk indikator tersebut Memiliki beberapa input sensor dan device
adalah 3,82. Sedangkan pernyataan “Adanya (LCD, LED). Berdasarkan hasil pengujian test
buku panduan menjadikan media casedi peroleh beberapa pengujian dengan
pembelajaran ini aman saat Anda gunakan hasil yang sesuai dengan diharapkan. Hal ini
dalam pembelajaran” dan “Ilustrasi (Grafik, menandakan bahwa trainer tersebut dapat
gambar, tabel) jelas” memperoleh rerata paling digunakan.
rendah yaitu 3,00. Hal ini dikarenakan dalam
29 ELINVO (Electronics, Informatics, and Vocational Education), November 2018; 3(2):19-29

Untuk mendapatkan data tingkat dan diperoleh beberapa masukan yang telah
kelayakan media pembelajaran dilakukan diperbaiki. Dengan rincian perolehan nilai
dengan cara uji kelayakan dari dosen ahli dari: (1) ahli materi sebesar 3,4 (Sangat Baik);
media, dosen ahli materi yang disebut dengan (2) ahli media sebesar 3,75 (Sangat Baik); (3)
uji alfa. Selanjutnya dilakukan uji beta yaitu uji 2 pengguna sebesar 3,33 (Sangat Baik);
uji dari sisi pengguna yaitu mahasiswa. Uji dan (4) uji lapangan kepada 11 pengguna
alfa bertujuan mengidentifikasi dan sebesar 3,31 (Sangat Baik). Nilai kelayakan
menghilangkan sebanyak mungkin masalah yang dapat diintrepetasikan sangat baik pada
sebelum akhirnya sampai ke pengguna. media pembelajaran menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian perolehan media ini dapat digunakan dalam
persentase aspek kualitas media sebesar 3,75 pembelajaran dikelas.
dan aspek kualitas materi sebesar 3,4. Dengan
DAFTAR RUJUKAN
demikian tingkat kelayakan trainer Internet of
Things sebagai media pembelajaran [1] Putu Sudira. (2011). Kurikulum dan
dikatagorikan sangat baik. Uji beta dilakukan Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan
dengan uji terbatas dan uji lapangan. Vokasi Menyongsong Skill Masa Depan.
Berdasarkan hasil penelitian perolehan Makalah Pengembangan Kurikulum. Bali
persentase uji terbatas adalah 3,19. Dan uji : Politeknik Negeri Bali.
lapangan adalah 3,24 dengan demikian tingkat [2] Smaldino, E.S., Russel, J.D., Heinich, R.,
kelayakan trainer Internet of Things sebagai et al. (2004). Instructional Media and
media pembelajaran dikatagorikan sangat baik. Technologies for Learning (8thEdition).
SIMPULAN New Jersey: Pearson Merril Prentice
Hall..
Berdasarkan hasil penelitan dan
pembahasan yang telah dikemukakan pada bab [3] Rusman. (2012). Belajar dan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan Pembelajaran Berbasis Komputer:
sebagai berikut: (1) Pengembangan Media Mengembangkan Profesionalisme Guru
pembelajaran untuk mata kuliah Internet Of Abad 21.Bandung: Penerbit Alfabeta.
Things melalui tahapan-tehapan yang terdiri [4] Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum
dari Analisis, Desain, Implementasi dan (Seri Manajemen Sekolah Bermutu).
Evaluasi, dimana letak evaluasi dan revisi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
terletak pada tiap tahapan. Pada tahapan
implementasi dilakukan pembuatan media [5] Anderson, R. H. (1994). Pemilihan dan
berdasarkan desain. Evaluasi dilakukan oleh Pengembangan Media untuk
ahli materi, ahli media dan pengguna. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
yang dikembangkan mempunyai Perkasa..
karakterikstik: (1) Family ESP8266 digunakan [6] Azhar Arsyad. (2010). Media
sebagai pemrosesan utama sistem (2) Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
Menggunakan koneksi internet baik melalui Persada.
Jaringan Wifi Access Point maupun
menggunakan jaringan kartu GSM/CDMA (3)
Menggunakan Backend as a Service (BaaS)
Firebase dan Thinkspeak sebagai basis
managemen cloud database (4) Memiliki
beberapa input sensor dan device (LCD, LED);
(2) Nilai kelayakan media pembelajaran ini
secara umum memperoleh nilai 3,45 yang
diintrepetasikan dalam kategori Sangat Baik

Anda mungkin juga menyukai