Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN TRAINER INTERNET OF THINGS SEBAGAI MEDIA

Dosen, Universitas Negeri Yogyakarta


1

E-mail: nurhasanah@uny.ac.id
PEMBELAJARAN PADA MATA
Dosen, KULIAH
Universitas2
INTERNET OF THINGS
Negeri Yogyakarta
E-mail: izzudin@uny.ac.id
3
Dosen, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: bektiwulandari@uny.ac.id
Nur Hasanah1, Muhammad Izzuddin Mahali2, Bekti Wulandari3

ABSTRACT

This research aims to produce the trainer of Internet of Things for students majoring in Informatics
engineering education and assess the feasibility of the Internet of Things trainer for students
majoring in informatics engineering education. In the developed trainer, the Internet of Things trainer
application is used for remote control using the internet. This research is an R & D research because
the result of research is product oriented in the form of trainer and companion module. This study
uses a development model that consists of analysis, design, implementation and evaluation, where
the location of evaluation and revision are at every stage. Data collection using a questionnaire that
has a range of 1 to 4. Obtaining the next questionnaire value is converted to find out the feasibility
category. The result of the research shows that the value of media trainer of Internet of things
generally get the value 3,33 which interpreted in the category of Very Good and obtained some input
that has been improved. Feasibility values that can be interpreted very well on the Internet of Things
trainer show that this trainer can be used in classroom learning.

Keywords: Internet of Things, IoT, learning media

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan trainer Internet of Things untuk mahasiswa jurusan pendidikan
teknik Informatika dan menilai kelayakan trainer Internet of Things untuk mahasiswa jurusan
pendidikan teknik Informatika. Pada trainer yang dikembangkan, aplikasi trainer Internet of Things
digunakan untuk kendali jarak jauh menggunakan internet. Penelitian ini merupakan penelitian R&D
karena hasil penelitian berorientasi pada produk yang berupa trainer dan modul pendamping.
Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang terdiri dari analisis, desain, implementasi
dan evaluasi, dimana letak evaluasi dan revisi berada pada setiap tahapan. Pengambilan data
menggunakan angket yang memiliki rentang nilai 1 s.d. 4. Perolehan nilai angket selanjutnya
dikonversi untuk mengetahui kategori kelayakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
kelayakan media trainer Internet of things secara umum memperoleh nilai 3,33 yang diintrepetasikan
dalam kategori Sangat Baik dan diperoleh beberapa masukan yang telah diperbaiki. Nilai kelayakan
yang dapat diintrepetasikan sangat baik pada trainer Internet of Things menunjukkan bahwa trainer
ini dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas.

Kata kunci: Internet of Things, IoT, media pembelajaran


PENDAHULUAN pendidikan/pembelajaran sangat tergantung
dari seberapa banyak atau seberapa kaya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
peserta didik dalam mendapat pengalaman
berkompeten sangat dibutuhkan di dunia
belajar. Pembelajaran yang penuh dan kaya
industri. Adanya perkembangan teknologi
dengan pemberian pengalaman belajar akan
informasi yang pesat, SDM yang menjangkau
memberi dampak besar dan positif terhadap
pemahaman perkembangan teknologi
peserta didik. Pengamalan belajar peserta didik
informasi sangat penting peranannya. Hal
sangat dipengaruhi oleh penampilan
tersebut dikarenakan penggunaan teknologi-
guru/dosen, sarana dan prasarana belajar
teknologi informasi saat ini mengalami
(learning resources equipment ), suasana
perkembangan yang cukup pesat.
akademik dan lingkungan belajar, serta
Perkembangan tersebut dipengaruhi dua faktor
dukungan perangkat ICT.
yaitu kebutuhan pemakai dan kemajuan
Mata kuliah internet of things merupakan
teknologi. Universitas Negeri Yogyakarta
salah satu mata kuliah wajib tempuh
(UNY) sebagai salah satu bentuk pendidikan
mahasiswa prodi Pendidikan Teknik
vokasi yang menyiapkan terbentuknya SDM
Informatika. Mata kuliah tersebut juga
dengan keterampilan, kecakapan, pengertian,
merupakan matakuliah baru untuk semester 6
perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi
dengan kurikulum 2014. Untuk mendukung
terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan
tercapainya pemahaman mengenai materi
oleh masyarakat dunia usaha/industri, diawasi
tersebut dan pengalaman peserta didik
oleh masyarakat dan pemerintah atau dalam
dibutuhkan modul praktek. Modul praktek yang
kontrak dengan lembaga serta berbasis
dimaksud berupa trainer yang terdiri dari
produktif (Putu Sudira, 2011). Pendidikan
perangkat hardware dan pedoman praktek
kejuruan dan vokasi berproses dalam
berupa buku teks yang secara garis besar
mempersiapkan dan membantu peserta didik
berisi uraian materi, langkah praktek dan
dalam mengenali dirinya sesuai dengan
penugasan. Trainer tersebut dapat digunakan
tahapan perkembangan vokasional, mulai dari
oleh mahasiswa untuk membuktikan teori yang
mengidentifikasi, mengeksplorasi,
dipelajarinya.
mempersiapkan, memilih, hingga pada tahapan
Berdasarkan pengalaman dari dosen
dimana peserta didik tersebut benar-benar
pengampu mata kuliah internet of things, saat
menguasai sebuah keahlian tertentu pada
ini mata kuliah Internet of Things belum
suatu bidang pekerjaan sesuai dengan
mempunyai modul/trainer untuk digunakan
program keahlian yang ditempuhnya.
praktik karena mata kuliah tersebut adalah
Penguasaan keahlian peserta didik
mata kuliah baru. Dalam prose pembelajaran
tersebut mencakup kemampuan dalam aspek
praktik saat ini masih menggunakan ESP 8266
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang saling
yang dirakit sendiri oleh mahasiswa. ESP8266
terintegrasi satu sama lain membentuk sebuah
tersebut baru terbatas dengan penggunaan wifi
keahlian yang utuh terhadap sebuah bidang
belum menggunakan GPRS. Hal tersebut tentu
pekerjaan tertentu. Dalam mendukung hal
membuat proses pembelajaran menjadi kurang
tersebut, maka pada proses pembelajarannya,
efektif, efisien, dan mengurangi pengalaman
pendidikan kejuruan dan vokasi lebih diarahkan
belajar peserta didik. Diperlukan waktu yang
pada penumbuhan pengalaman belajar melalui
tidak sedikit dalam persiapan sebelum mereka
rangsangan visual, kesadaran afektif,
melakukan praktikum. Maka dari itu, perlu
penggalian informasi kognitif, dan
adanya perbaikan dalam proses pembelajaran
pengembangan keterampilan psikomotorik. Hal
tersebut dalam kaitannya pengoptimalan
tersebut diperkuat oleh Putu Sudira (2011)
dampak belajar yang dihasilkan. Salah satu
bahwa seberapa besar dampak sebuah
bentuk perbaikan tersebut ialah dengan
Nama penulis, Judul singkat artikel

pengembangan media pembelajaran praktikum memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.


berupa trainer beserta pedoman praktiknya. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin tidak terlepas dari faktor lingkungan yang tidak
mengembangkan trainer internet of things terbatas pada konteks tempat yang salah
beserta dokumen panduan praktik yang dapat satunya berupa media pembelajaran. Media
membantu proses pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran mempunyai kedudukan penting
uraian diatas, tujuan pada penelitian ini adalah
sebagai komponen lingkungan yang
untuk menghasilkan trainer internet of things
diaransemen agar suatu kegiatan belajar
untuk mahasiswa prodi pendidikan teknik
informatika dan menilai trainer internet of things berlangsung. Menurut Kemp & Dayton
untuk mahasiswa prodi pendidikan teknik (Rusman, 2009: 154), kontribusi media
informatika. terhadap proses pembelajaran adalah: (1)
penyampaian pesan dapat lebih terstandar; (2)
Media Pembelajaran
pembelajaran dapat lebih menarik; (3)
Kata media berasal dari bahasa latin dan pembelajaran menjadi lebih interaktif; (4) waktu
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek;
berarti “perantara” atau “pengantar”. Sejalan (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan;
dengan Smaldino dino, et.al. (2004: 9) (6) proses pembelajaran dapat berlangsung
menyatakan bahwa, “A medium (plural, media) kapan pun dan di mana pun diperlukan; (7)
is a means of communication and source of sikap positif peserta didik terhadap materi
information.” Media mempunyai makna kata pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
metode komunikasi dan sumber informasi. ditingkatkan; dan (8) peran guru berubah ke
Media dapat membawa informasi antara arah yang positif.
sumber dan penenerima informasi, sehingga
Rusman (2012: 162) menyebutkan
dapat diketahui bahwa tujuan dari media
rincian fungsi media pembelajaran, yaitu: (1)
adalam memfasilitasi komunikasi.
sebagai alat bantu yang mampu memperjelas,
Suatu media dapat dikatakan sebagai mempermudah, dan mempercepat
media pembelajaran apabila media tersebut penyampaian materi pembelajaran; (2) sebagai
menyediakan informasi untuk keperluan komponen dari sub sistem pembelajaran; (3)
pembelajaran. Sejalan dengan Brigs (Rusman, sebagai pengarah pembelajaran; (4) sebagai
2009: 151) yang menyatakan bahwa, media pembangkit motivasi dan perhatian; (5)
pembelajaran sebagai “the physical means of meningkatkan hasil pembelajaran; (6)
conveying instructional content” atau cara fisik mengurangi terjadinya verbalisme; dan (7)
untuk menyampaikan materi pembelajaran. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga,
Sedangkan Rusman (2012: 160) menyatakan dan daya indra.
bahwa media pembelajaran merupakan suatu
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di
teknologi pembawa pesan yang dapat
atas, dapat disimpulkan bahwa media
digunakan untuk keperluan pembelajaran.
pembelajaran mempunyai kedudukan penting
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
sebagai salah satu komponen pembelajaran
bahwa media pembelajaran merupakan
yang berfungsi untuk menyampaikan materi
penyampaian materi pembelajaran dari sumber
pembelajaran dari sumber belajar ke
belajar.
pembelajar sehingga materi pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.
penyampaian informasi yang diciptakan untuk
Nama penulis, Judul singkat artikel

Trainer merupakan suatu set peralatan bersahabat dengan pemakainya, termasuk


laboraturium yang digunakan sebagai media kemudahan pemakai dalam merespon,
pendidikan yang merupakan gabungan antara mengakses sesuai keinginan, serta
model kerja dan mock-up. Trainer ditujukan penggunaan bahasa sederhana dan mudah
untuk menunjang proses pembelajaran peserta dimengerti.
didik dalam menerapkan pengetahuan/konsep Menurut Arsyad (2010: 87 – 90) modul
yang diperolehnya pada benda nyata. Menurut pembelajaran memiliki beberapa hal yang perlu
Anderson (1994: 181), obyek yang diperhatikan pada saat merancang, misalnya
sesungguhnya atau benda model yang mirip konsistensi dalam penggunaan format dari
sekali dengan benda nyatanya, akan halaman ke halaman mengenai jenis dan
memberikan rangsangan yang amat penting ukuran huruf serta jarak spasi, teks yang
bagi siswa dalam mempelajari tugas yang disusun sedemikian rupa sehingga informasi
menyangkut keterampilan psikomotorik. mudah diperoleh dan memiliki daya tarik agar
Penggunaan media obyek dalam proses memotivasi siswa untuk terus membaca modul
belajar secara kognitif untuk mengajarkan pembelajaran. Tujuan utama modul
pengenalan kembali dan/atau pembedaan pembelajaran adalah untuk meningkatkan
akan rangsangan yang relevan; secara afektif efisiensi dan efektivitas pembelajaran baik
dapat mengembangkan sikap positif terhadap waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna
pekerjaan sejak awal latihan; sedangkan mencapai tujuan secara optimal.
secara psikomotorik, memberikan latihan atau
untuk menguji penampilan dalam menangani METODE
alat, perlengkapan dan materi pekerjaan. Model Pengembangan
Selain media objek (trainer) tersebut, Penelitian ini masuk dalam prosedur
terdapat media cetak yang disebut dengan R&D karena hasil penelitian berorientasi pada
modul. Media cetak merupakan pengajaran produk. Apabila produk tersebut telah
terprogram yang berbentuk buku. Modul Media mendapat validasi serta pengakuan dari ahli
Pembelajaran yang dimaksud pada penelitian melalui uji alfa, baru kemudian uji beta dan
ini merupakan media pembelajaran berisi dievaluasi pada implementasi sesungguhnya.
prosedur pengoperasian trainer serta memuat Pengembangan media pembelajaran ini
materi, tugas, tes dan cara mengevaluasi yang merujuk pada model yang ditawarkan oleh Lee
dirancang secara sistematis dan menarik untuk & Owens (2004). Model Lee & Owens diadopsi
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai untuk menekanakan fase implementasi model
dengan tingkat kompleksitasnya dan termasuk dengan memasukkan white box testing, dan
kedalam jenis media cetak berwujud buku. black box testing.
Modul yang dikembangkan diharapkan mampu
Jika membandingkan model
meningkatkan motivasi dan efektifitas
pengembangan model Lee & Owens terhadap
penggunaannya. Modul tersebut di antaranya
waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
memiliki karakteristik: (1) self contained, yaitu
media pembelejaran, dapat diestimasi total
seluruh materi pembelajaran dari satu
proporsi waktu dalam penelitian. Karena
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari
disadari bahwa untuk menghasilkan hardware
terdapat di satu modul yang utuh; dan (2) user
yang baik diperlukan prosedur yang benar
friendly, yaitu setiap instruksi dan paparan
dengan alokasi waktu proporsional.
informasi yang tampil bersifat membantu dan
Pengembangan modul internet of things
Nama penulis, Judul singkat artikel

merupakan jawaban ide kreatif yang muncul perbedaan melalui mencari perbedaan kondisi
dari sudut pandang setelah beberapa kali ideal dan kondisi aktual. Front-end Analysis
melakukan prasurvei di Program Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan
Pendidikan Teknik Informatika dan telaah menjembatani antara kesenjangan yang ada
pustaka. dengan kenyataan/harapan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Ada
Prosedur Pengembangan
sembilan analisis yang dapat dilakukan yaitu:
Penelitian ini masuk dalam prosedur (1) analisis peserta; (2) analisis teknologi; (3)
R&D karena hasil penelitian berorientasi pada analisis situasi; (4) analisis tugas; (5) analisis
produk. Apabila produk tersebut telah kejadian penting; (6) analisis tujuan; (7) analsis
mendapat validasi serta pengakuan dari ahli media; (8) analisis data yang masih ada; dan
melalui uji alfa, baru kemudian uji beta dan (9) analisis biaya.
dievaluasi pada implementasi sesungguhnya.
Fase desain merupakan perencanaan dari
Pengembangan media pembelajaran ini
isi proyek. Desain sangat memungkinkan
merujuk pada model yang ditawarkan oleh Lee
sebuah proyek dapat berjalan dengan baik.
& Owens (2004). Pelaksanaan R&D terdiri dari
Rancangan desain produk disajikan dalam pra
dua prosedur yang digunakan yaitu penelitian
pelaksanaan pembelajaran. Kinerja media
dan pengembangan. Prosedur penelitian
pembelajaran baru akan dapat diukur dari
menggunakan fase asesmen/analisis, fase
kemudahan implementasinya. Fase desain
desain, fase implementasi dan fase evaluasi.
dalam pengembangan media pemmbelajaran
Fase analisis pada penelitian ini dilakukan di
meliputi :
kelas pada Program Studi Pendidikan Teknik
Informatika FT UNY dalam bentuk prasurvei 1. Menyusun jadwal. Jadwal pengerjaan
terhadap perkembangan media pembelajaran proyek dipilih untuk mempermudah
sistem kendali. Prasurvei dilakukan untuk penyelesaian proyek dengan
memastikan, memperkuat dan mendukung mempertimbangkan unsur waktu,
asumsi terhadap masalah yang ada. ketersediaan, kapasitas, SDM dan sarana.
Jadwal pengerjaan proyek adalah aspek
Pada fase analisis ini terdiri dari need
penting dan perlu diperhatikan bahwa
assesment dan Front End Analysis. Need
jadwal yang telah dibuat untuk
assessment akan dilakukan sebagai proses
dikomunikasikan dengan tim terkait frame
untuk menentukan hasil, mengindentifikasi
waktu, tujuan hingga pembagian tugas.
kesenjangan antara kondisi saat ini dengan
kondisi yang diinginkan (Lee & Roadman, 2. Project Team. Kesadaran akan
1991). Untuk melakukan need assessment keterbatasan sesorang dalam bidang
dengan baik dilakukan pengembangan keilmuan menyebabkan individu tidak
instrumen need assessment and analysis . mungkin dapat melakukan segala sesuatu
Prosedur need assessment dilakukan melalui secara optimal. Hal ini diadopsi dalam
survei ke lapangan dengan tujuan mengungkap pengembangan proyek, termasuk dalam
hal-hal berikut: (1) Melihat kembali kondisi pendidikan dan pelatihan. Keterbatasan ini
media pemebelajaran saat ini, lalu sekaligus membuka peluang untuk
mengidentifikasi pengetahuan dan skill untuk berkolaborasi membentuk tim proyek,
pemecahan masalah di lapangan; (2) untuk berkontribusi optimal sesuai bidang
Menetapkan sistem yang ideal; (3) Membuat masing-masing. Tim proyek yang baik
daftar tujuan penting; dan (4). Mengidentifikasi
Nama penulis, Judul singkat artikel

hendaknya terdiri dari minimal bidang- memastikan kualitas trainer tersebut dilakukan
bidang yang akan dikerjakan. debug melalui verifikasi, yaitu uji white-box dan
uji black-box. Kegiatan tersebut untuk
3. Spesifikasi Media. Mengacu desain
memastikan media pembelajaran dapat bekerja
pengembangan hardware yang baik,
sesuai fase desain hingga subfase production
penelitian ini memenerapkan prinsip
(fase pengembangan) sekaligus untuk
kesederhanaan, tata letak, keutamaan
meminimalisir error. Fase implementasi adalah
fungsi, interaksi, feedback, topografi,
realisasi dari fase desain dan fase
grafik, warna dan pendukung.
pengembangan. Sehingga pada fase
4. Content Structure (Pemetaan Informasi). implementasi diharapkan media pembelajaran
Agar sebuah media pembelajaran dapat dapat sepenuhnya selesai. Pada fase ini pula
bekerja sesuai yang diinginkan perlu dilakukan proses uji alfa dan uji beta, jika hasil
adanya peta informasi. Oleh karena itu, kedua uji tersebut masuk pada kategori “baik”
materi yang dimasukkan oleh (skor 3,4 < X ≤ 4,2) maka implementasi dapat
pengembang media ke dalam media dilanjutkan ke fase evaluasi.
pembelajaran harus dapat menyatakan
Fase evaluasi dilakukan untuk
materi-materi sesuai rancangan mata
menjawab inti permasalahan, yaitu
kuliah Internet of Things.
pengembangan media pembelajaran. Sehingga
Fase implementasi merupakan bagian dalam permasalahan ini perlu diketahui tingkat
langsung yang berkaiatan dengan hal teknis. akurasi, fungsi, konten materi dan petunjuk
Artinya produk akan dikerjakan tergantung penggunan modul dalam pelaksanaan
bentuk pengembangan apa yang akan diacu. perkuliahan. Fase evaluasi dilakukan melalui
Langkah teknis yang paling sesuai dengan penyelenggaraan pembelajaran di kelas
pembuatan media pembelajaran mengacu Program Studi Pendidikan Teknik Informatika.
pada fase desain selanjutnya dibagi dalam tiga Evaluasi sendiri merupakan tindakan
alur produksi (a) preproduction; (b) production; mengumpulkan, memproses dan menganalisis
dan (c) postproduction and quality review. informasi secara sistematik untuk memperoleh
Dalam preproduction diperlukan untuk nilai nyata dari pemecahan masalah. Tanpa
menggambarkan kejadian tersendiri dari suatu evaluasi tidak sulit diketahui apakah masalah
diagram aliran proses, dimana satu proses telah terpecahkan dengan baik, dengan kata
merepresentasikan seluruh media lain apakah situasi yang diinginkan telah sesuai
pembelajaran yang dikembangkan. Menyusun rumusan masalah.
diagram alur pembuatan media dan
Sumber Data/ Subyek Penelitian
menunjukkan sistem secara keseluruhan. Pada
bagian production ini media pembelajaran akan Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
dibuat berdasarkan rancangan preproduction. Prodi Pendidikan Teknik Informatika yag
Subfase ini adalah tahapan produksi sesuai mengikuti matakuliah Internet of Things.
dengan desain. Menginterpretasi diagram, Mahasiswa dilibatkan dalam observasi, uji alfa
fungsi, tata letak, materi dan termasuk (uji coba terbatas dan uji coba luas), dan
pembuatan buku pedoman pembelajaran. validasi akhir (beta). Sedangkan dosen
Termasuk proses assembling untuk masing- pengampu dan beberapa ahli media dan materi
masing fase menjadi satu kesatuan media dilibatkan dalam observasi dan validasi materi
pembelajaran yang siap digunakan. Setelah & media. Jenis data yang dihasilkan dalam
media selesai diproduksi, maka untuk penelitian ini ada dua jenis : (a) data kualitatif
Nama penulis, Judul singkat artikel

diperoleh dari hasil research and information menjadi nilai, pada skala 4, dengan acuan
collecting, uji alfa (uji coba terbatas dan uji tabel 1 sebagai berikut :
coba luas), dan uji beta; dan (b) data kuantitatif Tabel 1. Konversi Skor
diperoleh dari hasil evaluasi. Interval Skor Kategori
Metode Analisis Data M + 1,5 SD s.d. M + 3 SD Sangat Baik
M + 0,0 SD s.d. M + 1,5 SD Baik
Metode analisis data yang dipakai dalam M - 1,5 SD s.d. M + 0 SD Kurang Baik
rangka menjawab rumusan masalah pada, M - 3 SD s.d. M – 1,5 SD Sangat Kurang
Baik
kemudian dirinci dalam pertanyaan penelitian
adalah teknis analisis deskriptif kuantitatif dan dengan keterangan;
evaluatif. Tahap pertama, penelitian menguji M = mean ideal, dihitung dengan
kelayakan media pembelajaran IoT yang menggunakan rumus :
digunakan dalam mata kuliah Internet of Things M = ½ {skor maksimal ideal + skor
di Prodi Teknik Elektronika. Teknis analisis minimal ideal} …(2)
deskriptif dilakukan untuk menentukan SD = simpangan baku ideal, ditentukan
kelayakan media dalam fungsinya. Tahap dengan rumus :
kedua, fokus penelitian pada evaluasi media SD = 1/6 {skor maksimal ideal – skor
pembelajaran Internet of Things untuk proses minimal ideal} …(3)
menentukan metode pelatihan pada pengguna. Dari skala 4 tersebut di atas diketahui
Teknis analisis deskriptif kuantitatif dilakukan bahwa skor maksimal ideal adalah 4 dan skor
untuk mengetahui gambaran tingkat keefektifan minimal ideal adalah 1, sehingga diperoleh
media pembelajaran tersebut. Dalam kuisioner perhitungan Mi dan SBi sebagai berikut :
diberikan lima alternatif pilihan untuk M = ½ (4 + 1) = 2,5
memberikan tanggapan tentang media yang SD = 1/6 (4 – 1) = 0,5
dikembangkan, yaitu; sangat baik dengan skor
4, baik dengan skor 4, kurang baik dengan skor Berdasarkan ketentuan tersebut,
2, dan sangat kurang baik dengan skor 1. Skor diperoleh hasil perhitungan skala 4
yang diperoleh kemudian dikonversikan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Konversi Data Kualitatif Menjadi Data Kuantitatif (Skala 4)


Skor
Skala Kriteria
Perhitungan Hasil
4 Sangat Baik 2,5 + (1,5x0,5) s.d. 2,5 + (3x0,5) 3,25 s.d. 4
3 Baik 2,5 + (0x0,5) s.d. 2,5 + (1,5x0,5) 2,5 s.d. 3,25
2 Kurang 2,5 - (1,5x0,5) s.d. 2,5 + (0x0,5) 1,75 s.d. 2,5
1 Sangat Kurang 2,5 - (3x0,5) s.d. 2,5 – (1,5x0,5) 1 s.d. 1,75
Untuk mencari skor rata-rata dalam n = jumlah responden
memberikan penilaian terhadap produk yang HASIL DAN PEMBAHASAN
telah dikembangkan, maka digunakan rumus;
Deskripsi data Need Assesment and Analysis
(NAA)
…(4)
keterangan : Hasil pengembangan ini berupa trainer
Xi = skor rata-rata Internet of Things yang mampu membantu
∑x = jumlah skor dosen dalam pembelajaran mata kuliah
∑a = jumlah aspek yang diamati Internet of Things. Sebelum dilakukan
Nama penulis, Judul singkat artikel

pengembangan media dilakukan analisis interaksi, feedback, grafik, warna dan


terlebiuh dahulu. Ada dua tahapan dalam pendukung. Agar sebuah media pembelajaran
melakukan analisis, yaitu melakukan need dapat bekerja sesuai yang diinginkan perlu
assessment dan front end analysis. Dalam adanya peta informasi.
tahapan ini, peneliti mendapatkan beberapa Implementasi
temuan diantaranya:
Tahapan implementasi terdiri dari
1. Media pembelajaran untuk praktikum preproduction, production, dan postproduction
Internet of Things belum ada krena mata quality review. Tahapan pembuatan media
kuliah ini adalah mata kuliah baru di Internet of Things secara berurutan adalah
kurikulum 2014. Dari hasil tersebut maka pembuatan skema rangkaian, simulasi kerja
dapat dikatakan bahwa pengembangan skema, desain boks dan layout area trainer,
media pembelajaran dalam bentuk trainer layout PCB dan pembuatan PCB, pemasangan
sekaligus pedoman praktek menjadi hal komponen, pembuatan algoritma dan program,
yang sangat penting diupayakan tenaga uji kinerja rangkaian, pemasangan boks,
pengajar. pembuatan pedoman praktik, unjuk kerja
2. Temuan yang didapatkan dari mahasiswa keseluruhan, valiadasi ahli media dan materi,
yang telah mendapatkan mata kuliah uji pengguna terbatas, dan uji lapangan.
Internet of Things adalah perlunya Tahapan production diupayakan dalam
diberikan gambaran praktik nyata pengembangan trainer sekaligus pedoman
sehingga akan memberikan target praktik menyesuaikan trainer yang
pencapaian hasil praktikum yang dikembangkan. Termasuk proses packaging
dilakukan pada saat pembelajaran praktik. untuk masing-masing fase menjadi satu
kesatuan media pembelajaran yang siap
3. Media pembelajaran yang ideal untuk
digunakan. Sebagai tambahan dan penjelas
dikembangkan dalam mata kuliah Internet
dibuat pula manual book penggunaan trainer.
of Things berdasarkan temuan yang telah
Secara umum pembuatan media terdiri dari
diperoleh terdiri dari beberapa kriteria.
membuat trainer, membuat pedoman praktik
Kriteria-kriteria tersebut diantaranya: (1)
(dan manual book), unjuk kerja perangkat dan
perlunya pengembangan trainer sekaligus
pengujian-pengujian sebagai implementasi
pedoman praktek yang memperhatikan
tahapan Postproduction and Quality Review.
perkembangan teknologi; (2) media yang
dikembangkan perlu memberikan Evaluasi
gambaran hasil praktik yang diharapkan. Tahapan evaluasi ini dilakukan dua uji
4. Kondisi ideal dalam pengembangan media yaitu uji alfa dan uji beta. Uji alfa dengan
adalah memasukkan semua teknologi mengujikan media pada para expert judgement
yang sedang berkembang. yaitu para ahli yang ahli materi dan ahli media.
Uji kelayakan materi dilakukan oleh dua ahli
Desain
materi. Validasi ahli materi dilakukan oleh Bekti
Fase desain dalam pengembangan Wulandari, M.Pd. dan Muhammad Munir,
media pembelajaran meliputi menyusun jadwal, M.Pd. Keduanya adalah staff pengajar di
penentuan project team, spesifikasi media, dan Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika
pemetaan informasi. Pada spesifikasi media, yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2017.
penelitian ini menerapkan prinsip Sama dengan pengujian materi, pada
kesederhanaan, tata letak, keutamaan fungsi,
Nama penulis, Judul singkat artikel

pengujian media juga diujikan pada dua ahli Selanjutnya uji lapangan dilakukan kepada 11
media. Validasi ahli media dilakukan oleh mahasiswa. Dari tahap uji alfa dan uji beta,
Ponco Wali Pranoto, M.Pd dan Satriyo Agung media selalu mengalami revisi dengan harapan
Dewanto, M.Pd., Setelah dilakukan pengujian dapat memenuhi kebutuhan media dan
kelayakan baik dari ahli materi dan media mengoptimalkan kebermanfaatan media.
tersebut, maka dilakukan revisi sesuai Kelayakan Media Pembelajaran
penilaian dan masukan para ahli. Setelah
dikonsultasikan kembali dan dinyatakan sesuai Deskripsi Data Uji Alfa
maka dapat dilakukan uji beta. Uji Beta Uji alfa media pembelajaran ini dilakukan
dilakukan dengan dua tahapan yaitu uji dengan pengaturan input dan melihat hasil
pengguna terbatas dan uji lapangan. Uji outputnya melalui percobaan. Uji alfa mengacu
pengguna terbatas dilakukan oleh 2 paada Alessi dan Pressman. Pengujian ini
mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik fokus pada kinerja sistemsecara komprehensif,
Informtika dimana mahasiswa tersebut sudah yang dilakukan berulang-ulang. Hasil uji tersaji
pernah mendapat mata kuliah tersebut. dalam tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Test Case Media Pembelajaran
Test Case Skenario Pengujian Hasil yang Diharapkan Hasil Pengujian Simpulan
Modul power mampu Modul power
Power Tombol power ditekan memberikn tegangan 3,3V memberikan tegangan Valid
dan 5 V 3,3 V dan 5V
Modul pushbutton
Modul Push Push button dijadikan Modul dapat menjadi data mampu menjadi input
Valid
button Input data program input program data program ESP
maupun NodeMCU
Lampu LED Lampu LED dapat
Lampu LED dapat
Module dinyalakan dinyalakan sesuai
menyala sesuai dengan Valid
lampu LED menggunakan dengan pengaturan
program
program prigram
Komuniksi dengan Modul ESP8266 dapat
Data firebase dapat
ESP8266 Firebase dan menulis data dan Valid
ditulis dan dibaca
thinkspeak membaca data firebase
Komunikasi dengan Modul NodeMCU dapat
Data firebase dapat
NodeMCU Firebase dan menulis data dan Valid
ditulis dan dibaca
thinkspeak membaca data firebase
Data variable
Potensio Pembacaan data Potensio dapat digunakan
didapatkan dati Valid
dan Arduino Potensio sebagai input data variabel
potensio
Module
Relay dapat dikendalikan Arduino mampu
Relay dan Aktivasi modul relay Valid
menggunakan Arduino mengendalikan Relay
Arduino
Arduino mampu
Sensor DHT Sensor DHT digunakana
Input sensor DHT membaca sensor DHT Valid
dan Arduino sebagai input sensor
sebagai data input
Uji coba Menampilkan data Muncul nilai pada LCD LCD dapat Valid
tampilan dari Firebase ke LCD yang sesuai
LCD
Dari tabel diatas diperoleh kesimpulan dikembangkan secara umum menunjukkan
bahwa media pembelajaran yang unjuk kerja yang baik sehingga dapat dilakukan
Nama penulis, Judul singkat artikel

tahapan validasi selanjutnya. Setelah melalui angket yang diberikan, responden uji
dinyatakan bahwa unjuk kerja valid maka beta setelah mencoba media dan jobsheet
dilanjutkan validasi ahli materi dan ahli media praktikum Internet of Things.
yang masing-masing dilakukan oleh dua orang Dari data yang diperoleh, dari 18 butir
dosen ahli. Aspek content dalam uji alfa ini pernyataan terdapat 10 pernyataan yang dapat
menilai aspek materi yang didalamnya ada 5 diintrepetasikan sangat baik dikarenakan
indikator. Uji alfa spek ini fokus pada bernilai diatas 3,25, dan 8 pernyataan yang
kesesuaian, kelengkapan, meningkatkan diintrepetasikan baik dikarenakan bernilai
pemahaman, memberikan kesempatan belajar, diatas 2,75 dan dibawah 3. Meskipun demikian
dan kesesuaian dengan daya pikir. Dari data secara umum dari sisi materi dengan skor
dapat diketahui bahwa dari 15 butir pernyataan rerata sebesar 3,33 maka dapat
terdapat 8 butir pernyataan yang diintrepetasikan Sangat Baik (range antara
diinterpretasikan sangat baik karena bernilai 3,25 s.d. 4). Dengan intrepetasi Baik tersebut
diatas 3,25. Sedangkan yang bernilai diatas maka perangkat dapat dilakukan pengujian
2,75 dan dibawah 3,25 terdapat 7 butir tahap selanjutnya. Setelah dilakukan uji coba
pernyataan yang masuk dalam kategori baik. terbatas dengan 2 pengguna selanjutnya
Meskipun demikian secara umum dari sisi dilakukan uji lapangan.
materi dengan skor rerata sebesar 3,4 maka
dapat diintrepetasikan Sangat Baik (diatas Dari data yang diperoleh dapat diketahui
3,25). Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut bahwa dari 18 butir pernyataan terdapat 9 butir
maka perangkat dapat dilakukan pengujian pernyataan yang diinterpretasikan sangat baik
tahap selanjutnya. karena bernilai diatas 3,25. Sedangkan yang
bernilai diatas 2,75 dan dibawah 3,25 terdapat
Hasil uji alfa berikutnya adalah valiadasi 9 butir pernyataan yang masuk dalam kategori
ahli media yang di dalamnya terdapat dua baik. Dari uji lapangan ini terlihat mahasiwa
aspek penilaian yaitu teknis dan estetika. Hal merasa terbantu saat belajar dengan
yang diuji pada aspek teknis adalah kualitas menggunakan media pembelajaran ini. Rerata
alat, fleksibel, keamanan dan kemanfaatan. hasil uji lapangan untuk indikator tersebut
Sedangkan indikator pada aspek setetika adalah 3,82. Sedangkan pernyataan “Adanya
adalah bentuk yang estetis, keserasian, buku panduan menjadikan media pembelajaran
keterbacaan, dan kerapian. Total pernyataan ini aman saat Anda gunakan dalam
pada valiadasi ahli media ini adalah 18 butir pembelajaran” dan “Ilustrasi (Grafik, gambar,
pernyataan, dimana 10 butir pernyataan untuk tabel) jelas” memperoleh rerata paling rendah
aspek teknis dan 8 butir pernyataan untuk yaitu 3,00. Hal ini dikarenakan dalam panduan
aspek estetika. Secara umum dari sisi media penggunaan praktikum masih belum lengkap
dengan skor rerata sebesar 3,75 maka dapat dalam penjelasan pengoperasian alat.
diintrepetasikan Sangat Baik (diatas 3,25). Meskipun demikian secara umum dari sisi
Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut maka materi dengan skor rerata sebesar 3,31 maka
perangkat dapat dilakukan pengujian tahap dapat diintrepetasikan Sangat Baik (diatas
selanjutnya. 3,25). Dengan intrepetasi Sangat Baik tersebut
Deskripsi Data Uji Beta maka perangkat dapat dilakukan untuk
pengujian keefektifan.
Dilakukan uji beta dengan 2 mahasiswa
baru kemudian dilakukan uji lapangan kepada Saat ini mata kuliah Internet of Things
11 mahasiswa. Data hasil uji beta diperoleh belum mempunyai modul/trainer untuk
Nama penulis, Judul singkat artikel

digunakan praktik karena mata kuliah tersebut sebanyak mungkin masalah sebelum akhirnya
adalah mata kuliah baru. Dalam prose sampai ke pengguna. Berdasarkan hasil
pembelajaran praktik saat ini masih penelitian perolehan persentase aspek kualitas
menggunakan ESP 8266 yang dirakit sendiri media sebesar 3,75 dan aspek kualitas materi
oleh mahasiswa. ESP8266 tersebut baru sebesar 3,4. Dengan demikian tingkat
terbatas dengan penggunaan wifi belum kelayakan trainer Internet of Things sebagai
menggunakan GPRS. Hal tersebut tentu media pembelajaran dikatagorikan sangat baik.
membuat proses pembelajaran menjadi kurang Uji beta dilakukan dengan uji terbatas dan uji
efektif, efisien, dan mengurangi pengalaman lapangan. Berdasarkan hasil penelitian
belajar peserta didik. Diperlukan waktu yang perolehan persentase uji terbatas adalah 3,19.
tidak sedikit dalam persiapan sebelum mereka Dan uji lapangan adalah 3,24 dengan demikian
melakukan praktikum. Salah satu langkah yang tingkat kelayakan trainer Internet of Things
diambil dengan pengembangan media sebagai media pembelajaran dikatagorikan
pembelajaran praktikum berupa trainer beserta sangat baik.
pedoman praktiknya.Untuk mempermudah SIMPULAN
dalam penggunaan trainer ini maka didampingi
dengan sebuah modul panduan yang Berdasarkan hasil penelitan dan
menjeleskan tentang penggunaan trainer dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
jobsheet yang dapat menjelaskan langkah- bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan
langkah dalam melakukan praktikum sebagai berikut: (1) Pengembangan Media
menggunakan trainer tersebut. pembelajaran untuk mata kuliah Internet Of
Things melalui tahapan-tehapan yang terdiri
Perangkat hardware praktek pada mata dari Analisis, Desain, Implementasi dan
kuliah Internet of Things yang diekmbangkan Evaluasi, dimana letak evaluasi dan revisi
adalah (1) Family ESP8266 digunakan sebagai terletak pada tiap tahapan. Pada tahapan
pemrosesan utama sistem (2) Menggunakan implementasi dilakukan pembuatan media
koneksi internet baik melalui Jaringan Wifi berdasarkan desain. Evaluasi dilakukan oleh
Access Point maupun menggunakan jaringan ahli materi, ahli media dan pengguna. Media
kartu GSM/CDMA (3) Menggunakan Backend yang dikembangkan mempunyai karakterikstik:
as a Service (BaaS) Firebase dan Thinkspeak (1) Family ESP8266 digunakan sebagai
sebagai basis managemen cluod database (4) pemrosesan utama sistem (2) Menggunakan
Memiliki beberapa input sensor dan device koneksi internet baik melalui Jaringan Wifi
(LCD, LED). Berdasarkan hasil pengujian test Access Point maupun menggunakan jaringan
casedi peroleh beberapa pengujian dengan kartu GSM/CDMA (3) Menggunakan Backend
hasil yang sesuai dengan diharapkan. Hal ini as a Service (BaaS) Firebase dan Thinkspeak
menandakan bahwa trainer tersebut dapat sebagai basis managemen cloud database (4)
digunakan. Memiliki beberapa input sensor dan device
Untuk mendapatkan data tingkat (LCD, LED); (2) Nilai kelayakan media
kelayakan media pembelajaran dilakukan pembelajaran ini secara umum memperoleh
dengan cara uji kelayakan dari dosen ahli nilai 3,45 yang diintrepetasikan dalam kategori
media, dosen ahli materi yang disebut dengan Sangat Baik dan diperoleh beberapa masukan
uji alfa. Selanjutnya dilakukan uji beta yaitu uji yang telah diperbaiki. Dengan rincian
dari sisi pengguna yaitu mahasiswa. Uji alfa perolehan nilai dari: (1) ahli materi sebesar 3,4
bertujuan mengidentifikasi dan menghilangkan (Sangat Baik); (2) ahli media sebesar 3,75
Nama penulis, Judul singkat artikel

(Sangat Baik); (3) uji 2 pengguna sebesar 3,33 Sukardjo. (2005). Desain pembelajaran:
(Sangat Baik); dan (4) uji lapangan kepada 11 Evaluasi pembelajaran. Handout perkuliahan:
pengguna sebesar 3,31 (Sangat Baik). Nilai Program Pascasarjana Universitas Negeri
kelayakan yang dapat diintrepetasikan sangat Yogyakarta.
baik pada media pembelajaran menunjukkan Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan
bahwa media ini dapat digunakan dalam pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
pembelajaran dikelas. Rosdakarya.
DAFTAR RUJUKAN Trianto. (2009). Mendesain model
Azhar Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. pembelajaran inovativ-progresif. Jakarta:
Jakarta : Raja Grafindo Persada. Kencana Prenada Media Group.
Anderson, R. H. (1994). Pemilihan dan Winataputra, U. S., et al. (2008). Teori belajar
Pengembangan Media untuk Pembelajaran. dan pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. Universitas Terbuka.
Heinich, R., Molenda, M., Russel, J.D., et al.
(2005). Instructional media and technologies
for learning (8thed). New Jersey: Prentice Hall.
Putu Sudira. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Menyongsong Skill Masa Depan. Makalah
Pengembangan Kurikulum. Bali : Politeknik
Negeri Bali.
Reigeluth, C.M. (1999). What Is Instructional-
Design Theory and How Is It Changing dalam
Reigeluth, C.M. (Eds), Instructional-Design
Theories and Models: A New Paradigm of
Instructional Theory (Volume II)(pp 1-28).New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Publishers.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum (Seri
Manajemen Sekolah Bermutu). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran
Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21.Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Smaldino, E.S., Russel, J.D., Heinich, R., et al.
(2004). Instructional Media and Technologies
for Learning (8thEdition). New Jersey: Pearson
Merril Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai