Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mariani

Kelas : 3B Pendidikan Fisika


Fakultas : FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
NIM : E1Q022045

1. Pengertian Teori Belajar Sibernatik


Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi memunculkan sebuah teori belajar yang berkaitan
dengan pemanfaatan dan pengelolaan informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
informasi dan yang sangat mendukung sebagai sumber informasi adalah teknologi komunikasi dan
informasi seperti internet. Teori belajar yang membahas tentang pengolahan informasi tersebut kita kenal
dengan teori sibernetik.
Teori belajar sibernetik ini merupakan bentuk kata dari “cybernetic” yakni sistem control dan
komunikasi yang memungkinkan “feedback” atau umpan balik. Kata “cybernetic” berasal dalam bahasa
Yunani yang artinya pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan
dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Lousi Couffignal tahun 1958
(Yunus, 2018). Kini istilah sibernetik berkembang menjadi salah satu yang berhubungan dengan internet,
kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah “sibernetik” pertama kali dipopulerkan oleh Nobert
Wiener, seorang ilmuan berasal dari Massachussets Institut of Technology (MIT), untuk mengembangkan
kecerdasan buatan (artificial intelligency) istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara
bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi. Kalau kita
melihat perkembangan makna sibernetik ini, maka teori belajar sibernetik ini berkembang dengan sejalan
perkembangan ilmu teknologi (digital). Teori ini juga berkaitan dengan pengolahan informasi yang
mementingkan proses kognitif, karena proses sangat penting dalam teori sibernetik. Dan yang lebih
penting adalah sistem informasi yang akan diproses akan menentukan hasil dari proses tersebut.
(Telaumbanua.A.,et all.2022).
Dari pengertian di atas, teori belajar sibernetik ini merupakan teori yang membahas tentang
komunikasi atau bisa dikatakan teori belajar ini yang menggali informasi melalui computer, internet,
media sosial, radio, koran dan sumber informasi lainnya. Teori belajar ini sangat bagus diterapkan kepada
mahasiswa, akan tetapi tidak terlepas dari pengawasan dosen, dikarenakan setiap teori mempunyai
landasan sebagai dasar perumusannya, agar teori ini bisa berjalan dengan baik maka Dosen juga harus
bisa mengelolanya dengan baik.
Teori sibernetik merupakan salah satu dari teori pembelajaran yang menyatukan antara teori dan
praktik (Laboratorium Komputasi). Komputasi tidak saja dapat digunakan untuk mengolah data, database,
presentasi, dan alat komunikasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu alat untuk memancing dan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik untuk menciptakan dan membangun
pengetahuan baru peserta didik”.Pembelajaran teori Sibernetik dilakukan sebagai suatu jalan, cara, atau
kebijaksanaan yang dilakukan oleh pendidik atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran
dengan memanfaatkan komputer dan LCD sebagai media pembelajaran berbasis digital.
Teori belajar sibernetik dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran untuk mengelola tugas-
tugas mahasiswa secara digital. Hal ini merupakan perkembangan teknologi yang sangat berkembang
pesat dan canggih. Saat ini penggunaan teknologi dalam pembelajaran cukup signifikan, menggunakan
zoom, e-mail, classroom dan berbagai aplikasi dan domain pembelajaran. Perkembangan teknologi yang
sangat pesat ini menciptakan perangkat-perangkat elektronik yang hampir digunakan pada semua lingkup
kehidupan manusia untuk mengontrol kegiatan pendidikan. Namun proses penerapan ini tidak serta merta
dapat berjalan dengan maksimal atau mampu memberikan pengaruh terhadap kemampuan mahasiswa
mengelola tugas-tugas yang berbasis digital. Untuk memaksimalkan penerapan teori belajar sibernetik
dalam pengelolaan tugas-tugas mahasiswa, ada faktor pendukung berupa sarana prasarana, sumber daya
manusia, kemampuan mengelola dan motivasi untuk menerapkannya. Mengelola tugas-tugas yang
berbasis digital sangat efektif dan memberikan kemudahan dalam memeriksa, memberi nilai dan dalam
mengontrol.
Penerapan teori belajar sibernetik dalam mengelola pembelajaran berbasis digital memang sangat efektif,
tetapi perkembangan teknologi untuk diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran di dukung oleh sarana
yang cukup. Salah faktor yang menghambat penerapan teori belajar sibernetik adalah kurangnya sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Salah satu mahasiswa menjelaskan bahwa tidak maksimal untuk
menerapkan teori belajar sibernetik yang berbasis digital di dalam pembelajaran, kurang mendukung
fasilitas yang ada di lingkup kampus atau daerah ini. Ha ini juga ditegaskan lebih lanjut bahwa kemampua
mahasiswa mengelola pembelajaran tidak terlepas dari latihan-latihan dan kemampuan mengelola ide-ide,
konsep dan fasilitas yang memadai. Teori belajar sibernetik akan memberikan kemampuan kepada
mahasiswa tentang sistem pengeloahan informasi dan pembelajaran sehingga mampu mengingat dan
memperoleh informasi ke dalam memorinya. Walaupun tidak semua memiliki daya tangkap yang sama
namun dapat menolong mahasiswa dengan baik. Dalam mengelola pembelajaran berbasis digital, fasilitas,
kemampuan sumber daya manusia dan kemauan untuk belajar merupakan salah satu poin penting dalam
keberhasilan teori belajar sibernetik yang diterapkan oleh Dosen dan mahasiswa. Untuk itu diperlukan
komunikasi yang baik antara pendidikdengan peserta didik dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga mampu dan mempermudah peserta didik mengelola pembelajaran yang lebih
efektif. Selanjutnya, penerapan teori belajar sibernetik di dalam proses pembelajaran juga mampu
memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa untuk belajar teknologi dan berbagai pengalaman lainnya
yang bisa meningkatkan kemampuan mereka belajar secara elektronik sehingga mendapatkan informasi
terbarukan. Oleh karena itu, Dosen harus mampu juga mengelola atau menggunakan pembelajaran
berbasis digital. Hal ini menjelaskan bahwa guru tidak boleh lagi membenamkan diri dalam belukar
kertas administrasi yang sesungguhnya bukan soluasi bagi dinamika murid zaman paperless. Guru harus
berubah dan jangan terbelenggu mentalitas yesterday logic. Memang tidak dapat dibatasi oleh keadaan
guru sebagai pendidik harus mampu memberikan stimulus kepada mahasiswa atau peserta didik untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran berbasis digital. Hal ini tentu diimbangi
dengan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi prasyarat utama dalam menciptakan
pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan mampu berinovasi. Suatu hal yang aneh jika guru anti
terhadap teknologi yang harusnya sudah menjadi salah satu bagian utama dalam mengelola pembelajaran.
Perlu adanya dukungan dan dorongan kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya mengelola
pembelajaran.
2. Belajar Menurut Pendapat Para Pakar Sibernetik
Teori belajar sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. “Dalam penerapan
yang lebih praktis, teori ini telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik
dan heuristic), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau
serialist)”. (Bakti.S., & Sakdiah.H. 2021)
a. Landa
Landa merupakan salah seorang psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam
proses berpikir, yaitu sebagai berikut; 1) Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier,
konvergent dan lurus menuju ke satu target tertentu. Contoh; kegiatan menelpon, menjalankan mesin
mobil dan lain-lain. Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergent menuju ke beberapa target
sekaligus. Contoh: operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah dan lain-
lain. Sani (2013), berpendapat sama, penganut aliran sibernetik Landa menggunakan model pendekatan
berpikir algoritmik dan heuristic. Proses berpikir algoritmik adalah proses berpikir yang sistematis, secara
bertahap, konvergen, dan linier menuju satu sasaran/tujuan tertentu. Contoh anologi model algoritmik
adalah kegiatan menjalankan mesin mobil, dimana dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang
dilakukan dijalankan secara berurutan. Proses berpikir heuristik adalah cara berpikir divergen, menuju
beberapa sasaran/tujuan sekaligus. Contoh berpikir heuristikadalah memahami suatu konsep yag
mengandung arti ganda atau multitafsir. Pendekatan heuristik menuntut peserta diklat berpikir divergen
dengan memikirkan alternatif jawaban dan beberapa sasaran. Contoh penerapan pembelajaran yang
melibatkan proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah menggunaka metode
problem solving. Hamid (2009), menjelaskan, pemikiran Landa sebagai tokoh teori sibernetik tetap
dilandasi bahwa proses belajar yang penting adalah sistem informasi dari materi yang akan dipelajari.
Belajar adalah pengolahan informasi, maka instruktur yang baik adalah instruktur yang tahu persis
informasi dari materi yabng akan dibahas, tahu sistem-sistem berpikir dari pebelajar, dan tahu cara
“mengklopkan” sistem informasi materi dengan sistem pebelajar. Ada dua macam proses berpikir yaitu
(1) proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen,lurus menuju ke satu target tertentu,
(2) cara berpikir heuristic, yakni berpikir divergent, menuju ke beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang
hendak dipecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis sistem inforamsi yang hendak dipelajari)
diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekunsi, satu hal lain lebih
tepat disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberikan keleluasaan kepada pebelajar untuk beriminasi
dan berpikir.
b. Pask dan Scott
Tokoh sibernetik yang lain adalah Pasck dan Scott yang memperkenalkan tipe peserta diklat yang holistik
dan tipe serial. Peserta diklat tipe holistik cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum ke
tahap yang paling khusus, sedangkan peserta diklat tipe serial cenderung berpikir algoritmik. Selanjutnya,
Pembelajaran sibernetik sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks
pendidikan.(Yunus.S.2018).
Umpan balik dari peserta diklat ini memungkinkan instruktur untuk dapat mengetahui apakah materi
yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan peserta diklat dalam memahami informasi.
Berdasarkan umpan balik tersebut, siswa juga dapat memutuskan hasil belajarnya jika kurang
memuaskan. Sementara pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan
algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir
menyeluruh adalah berpikir dengan cenderung melompat ke dalam, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Contohnya, saat melihat lukisan, bukan detaildetail yang diamati terlebih dahuu,
melainkan seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil. Pendekatan
yang berorientasi pada pengelolahan informasi menekankan beberapa hal seperti “ingatan jangka panjang
(Long Time Memory) dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam
proses pengolahan informasi. Menurut teori sibernetik, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin
bukan hanya cara kerja otak yangdipahami tetapi juga lingkungan yang memengaruhi mekanisme itu
perlu diketahui.
3. Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik
Penerapan teori belajar sibernetik dalam pengelolaan pembelajaran yang berbasis digital oleh
mahasiswa dapat dijelaskan bahwa memiliki keunggulan dan kelemahan. Ada pun kelebihan dan
kelemahan teori belajar sibernetik dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Keunggulan
Keunggulan sibernetik dapat dilihat dari beberapa penjelasan para ahli, yang terdiri atas: (1) Teori ini
menekankan suatu proses dalam berpikir, karena pada dasarnya didalam diri seseorang proses belajar
harus melewati berbagai tahapan-tahapan tertentu. (2) Informasi yang didapatkan melalui pengalaman
belajar akan tersusun sebagai suatu informasi umum, dan peserta didik tidak cepat lupa dalam informasi
yang telah diterima, karena peserta didik yang lebih berperan. (3) Hasil akhir dari teori belajar ini adalah
adanya perubahan dapat dilihat dari paradigma, attitude maupun secara pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dapat dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri (Arifin et al., n.d.).
1) Ke semua teori belajar dalam aliran-aliran menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebenarnya
memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seorang
yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
2) Isi proses belajar adalah sistem inforamsi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian
tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
3) Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah
laku, maupun seara kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Kelemahan
Dari penerapan teori belajar sibernetik, terdapat kelemahan yakni teori ini dinilai tidak baik, karena tidak
secara langsung membahas tentang hasil belajar sehingga sulit dalam implementasinya, dan juga bagi
peserta didik yang masih kurang dalam menggunakan teknologi teori ini begitu sulit dalam
menerapkannya. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat
mekanisme ini kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas.
4. Penerapan Teori Belajar Sibernetik
Pembelajaran sibernetik sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks
pendidikan. Umpan balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Umpan
balik dari peserta didik memungkinkan guru untuk dapat mengetahui apakah materi yang disampaikan
telah dipahami dan apa kesulitan peserta didik dalam memahami informasi. Informasi umpan balik
memungkinkan guru dapat merancang tindakan remedial yang relevan untuk dilakukan. Berdasarkan
umpan balik tersebut, siswa juga dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan. Sebailknya, umpan balik dari guru misalnya
dalam bentuk nilai atas hasil kerja peserta didik akan mengingatkan mereka sampai sejauh mana
penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari.
Fungsi guru dalam pembelajaran sibernetik adalah merencanakan, mempersiapkan, dan melengkapi
stimulus yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan
sebagainya) dan masukkan referensial (objek dan peristiwa). Guru berperan membimbing peserta didik
dalam memahami informasi yang cocok dan membimbing mereka memanipulasikan proses memahami
konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari sebuah latihan/pembelajaran. Ada sembilan
langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan teori sibernetik, yakni:
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik;
b. Memberikan informasi kepada peseta didik mengenai tujuan pengajaran dan topi yang akan di
bahas;
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran;
d. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang ditetapkan;
e. Memberikan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan aktivitas dalam pembelajaran;
f. Memberikan penguatan pada prilaku pembelajaran peserta didik;
g. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik;
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar;
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengingat dan menggunakan hasil
pembelajaran.
Penerapan teori sibernetik dalam proses belajar mengajar, paling tidak mengikuti langkah-langkah
antara lain:
a. Menentukan tujuan instruksional;
b. Menentukan materi pelajaran;
c. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut;
d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi itu (apakah algoritmik atau
heuristik);
e. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya;
f. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan
pelajaran.
Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat belajar untuk
suatu kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada prasyarat belajar
utama, yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar mendukung yang dapat memudahkan belajar.
Pengorganisasian pembelajaran ranah keterampilan motorik. Untuk menguasai keterampilan motorik
perlu dimulai dengan mengajarkan kaidah mengenai urutan yang harus diikuti dalam melakukan unjuk
kerja ketrampilan yang dipelajari. Diperlukan latihan-latihan mulai dari mengajarkan bagian-bagaian
ketrampilan secara terpisah-pisah kemudian melatihkannya ke dalam kesatuan ketrampilan.
Penerapan teori pembelajaran sibernetik telah dilakukan dengan berbagai media dan metode yang
memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi yang telah terintegral dengan kehidupan masyarakat
di era 5.0 sehingga siswa mendapatkan informasi yang lengkap dan mampu mengolah informasi tersebut
menjadi pengetahuan. Bentuk pembelajaran diera 5.0 yang dilakukan di Madrasah lebih mementingkan
proses. Sistem informasi yang diproses karena informasi akan menentukan proses belajar yang dilakukan
Pembelajaran era 5.0 sangat membantu pembelajaran yang dilakukan karena dukungan teknologi
informasi yang sangat luas dalam memberikan informasi pada siswa. Umumnya nilai hasil belajar siswa
sudah baik dan telah memenuhi keriteria ketuntasan yang ditetapkan.(Wahyuni, Usmaidar, &
Febriyani.2023).
5. Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik Dalam teori sibernetik berorientasi pada pengolahan informasi, yakni
“bagaimana cara orang mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling”. Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi
(pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta
dimanfaatkan jika diperlukan, beberapa pakar telah mengembangkan sejumlah teori dan model
pemrosesan informasi yang berpijak pada tiga asumsi yakni:
a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada
masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun
isinya.
c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Tiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur
pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilih menjadi tiga
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta terjadinya “lupa”.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen struktur dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya”lupa”. Ketiga
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Sensory atau intake register: inform asi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya
disimpan untu k periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory
yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
b) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini
berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan
memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung
seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses
informas yang tersimpan di dalamnya. Teori pemrosesan informasi inilah bagian inti dari teori belajar
sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan
informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar
namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi
inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar. Teori belajar sibernetik dikemukakan oleh
beberapa tokoh pencetus, diantaranya yang paling terkemuka adalah: Lev N Landa yaitu seorang ahli
psikolog yang beraliran sibernetik. Dalam gagasannya Landa mengemukakan dua macam proses berpikir
yaitu:
a) Proses berpikir algoritmik yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus
menuju ke satu target tujuan tertentu.
b) Proses berpikir heuristik yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk
menggunakan cara berpikir heuristik (Anwar, 2017).
Proses berpikir semacam ini memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi konsep materi secara
manual dan memanfaatkan media untuk memperluas wacana dalam memvisualisasikan konsep yang
diberikan. Asumsi dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal
untuk segala situasi dan cocok untuk semua peserta didik, karena cara belajar sangat ditentukan oleh
sistem informasi. (Furaida, & Ediyono.2021).
Berdasarkan pendekatan ini Reigeluth, Bunderson dan Meril (dalam Arqam.waspadamedan.com)
mengem bangkan strategi penataan isi, berdasarkan empat hal, yakni rpemilihan {selection), penataan
urutan (sequencing), rangkuman (summary) dan sintesis (synthesis). Menurut mereka, jika isi
pembelajaran ditata dengan meng-gunakan dari urutan umum ke khusus, maka materi pembelajaran pada
tingkat umum akan menjadi kerangka untuk mengaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan
struktur representasi informasi di dalam ingatan jangka panjang (long term memory), sehingga akan
mempermudah proses penelusuran kembali informasi. Jika rangkuman diintegrasikan ke dalam strategi
penataan materi pembelajaran, maka akan berfungsi untuk menunjukkan kepada pembelajaran informasi
yang perlu diberi perhatian. (Herawati.T.2010).
6. Implikasi Penerapan Teori Belajar
Berdasarkan pembahasan tersebut memberikan implikasi secara teoritik dan praktik, yaitu memperkuat
akan teori belajar sibernetik. Teori belajar sibernetik meskipun baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar yang telah ada. Namun, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Sehingga berpengaruh terhadap cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta diklat
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Hal
yang terpenting dalam teori ini adalah “Sistem Informasi” yang akan menentukan terjadinya proses
belajar. Sementara dalam pembahasan ditemukan tidak ada satupun cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang peserta diklat dengan satu macam proses
belajar, namun informasi yang sama mungkin akan dipelajari peserta diklat yang lain melalui proses
belajar berbeda. Hasil dari pembahasan ini menunjukan adanya cara berpikir dalam teori sibernetik yaitu
algoritmik, heuristik, wholist dan serialis.Sehingga instruktur dan siswa dalam pembelajaran bisa
menerapkan cara berpikir yang digunakan
7. Tinjauan Terhadap Teori Pembelajaran Sibernetik
Tinjauan Ontologi: Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses Pembelajaran Hakikat teori belajar sibernetik
dalam proses pembelajaran adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara
efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah
pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Dari proses pengolahan informasi
ini akan menentukan perubahan perilaku atau hasil belajar siswa. Pendekatan teori sibernetik yang
berorientasi pada pemrosesan informasi ini dikembangkan oleh Gagne, Berliner, Biehler dan Snowman,
Baine serta Tennyson. Teori belajar sibernetik sebenarnya merupakan perkembangan dari teori belajar
kognitif, yang menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Model proses
pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelola dan, kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat
dibutuhkan. Dengan demikian kegiatan memproses informasi meliputi: (a) mengumpulkan dan
menghadirkan informasi (encoding), (b) menyimpan informasi (storage), (c) mendapatkan informasi dan
menggali informasi kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur
informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkis dari informasi yang paling
umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Berdasarkan penelitian dari nilai ontologi ini diperoleh bahwa berdasarkan teori sibernetik dapat
membantu siswa untuk belajar secara efektif melalui proses pengolahan informasi (mendapatkan
informasi, menyimpan informasi, dan menggali kembali informasi yang diperoleh) yang nantinya dapat
menentukan perubahan perilaku dan hasil belajar siswa yang dibantu oleh guru atau pendidik.
Tinjauan Epistimologi: Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses Pembelajaran Teori belajar sibernetik
dalam proses pembelajaran dapat diterapkan dengan cara guru atau pendidik harus mengetahui dengan
baik dua hal ini, yaitu materi pelajaran dan pola pikir siswanya. Pada teori sibernetik, cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen berikut, yaitu:
Sensory memory atau sensory register ( SM/SR) Sensory memory atau sensory register ( SM/SR)
merupakan komponen pertama dalam sistem memori. Sensory memory menerima informasi dari
lingkungan (seperti suara, bau, panas, dan warna) terus-menerus melalui alat-alat indera, yang merupakan
sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar, merasakan, membau, meraba dan perasaan (feeling).
Informasi yang diterima kemudian diimplikasikan dalam proses belajar siswa yakni: pertama, siswa harus
memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya; kedua, waktu mendapatkan atau mengambil
informasi harus dalam keadaan sadar. Contoh, seorang siswa diberi informasi yang sangat banyak pada
suatu waktu, tanpa diberi tahu informasi mana yang penting untuk diperhatikan, maka kemungkinan akan
kesulitan untuk mengingat dan mempelajari semua informasi.Setelah informasi diterima sensory memory
(sensory register), otak mulai bekerja untuk memberi makna informasi tersebut, yang disebut sebagai
persepsi. Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita objek yang ditangkap
dan pengetahuan yang telah dimiliki. Short Term Memory (STM) Short Term Memory (STM) adalah
bagian dari memori manusia komponen kedua yang menyimpan informasi menjadi pikiran-pikiran.
Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan perhatian selanjutnya dikirim ke dalam sistem
memori Short Term Memory (STM). Salah satu cara untuk menjaga ingatan terhadap informasi dalam
Short Term Memory (STM) adalah mengulang dengan latihan (rehearsal). Oleh karena itu, latihan sangat
penting dalam proses pembelajaran. Tanpa diulang dan dilatihkan informasi akan hilang, apalagi jika
mendapatkan informasi lain yang baru dan lebih kuat. Misalnya kita kesulitan mengingat nomor telepon
lebih 9 digit tanpa mengulang-ulang menggunakan nomor tersebut. Long Term Memory (LTM) Long
Term Memory (LTM) merupakan bagian dari sistem memori manusia yang menyimpan informasi untuk
sebuah periode yang cukup lama. Long Term Memory (LTM) diperkirakan memiliki kapasitas yang
sangat besar dan sangat lama untuk menyimpan informasi, namun hanya sedikit saja yang diaktifkan.
Sebab hanya informasi yang ada dan sedang dipikirkan yang dikerjakan oleh ingatan atau memori.
Informasi yang tersimpan dalam LTM tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahap
ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Dengan
demikan, berdasarkan penelitian dari nilai epistimologi diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran
terdapat dua fenomena, yaitu. Pertama, keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan
meningkatnya umur seseorang. Kedua, latihan yang diperoleh siswa dalam belajar akan lebih cepat
diterima apabila strategi kognitif dapat dipakai guru atau pendidik dalam memecahkan masalah secara
efisien.
Tinjauan Aksiologi: Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses Pembelajaran Kajian tentang hakikat teori
belajar sibernetik yang diuraikan pada bagian ontologi dan epistemologi di atas, berimplikasi pada
aplikasi pengelolaan pembelajaran yang dikelola guru agar dapat mencapai tujuan belajar secara efektif.
Woolfolk (Baharuddin & Nur Wahyuni, 2007: 108) memberikan alternatif bagaimana tindakan pendidik
untuk mengelola pembelajaran yang baik, yakni dengan menempatkan peran penting elaborasi
(elaboration), organisasi (organization) dan konteks (context) untuk mengintegrasikan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sudah ada dalam memori. Elaborasi merupakan cara penambahan makna baru
terhadap informasi baru dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang
sudah dimiliki. Dengan demikian elaborasi ini digunakan untuk membangun sebuah pemahaman terhadap
informasi baru atau mungkin proses mengubah pengetahuan yang sudah ada. Elaborasi sebagai sebuah
bentuk pengulangan, yang dapat menjaga keaktifan kerja memori jangka panjang, sehingga cukup
memungkinkan untuk penyimpanan permanen dalam Long Term Memory (LTM). Organisasi adalah
elemen kedua dari proses belajar. Informasi yang terorganisir dengan baik akan lebih mudah dipelajari
dan diingat. Mempelajari sebuah konsep akan lebih mudah dan diingat bila disusun dengan baik, misalnya
dalam bentuk tabel, diagram dan sebagainya. Konteks adalah elemen ketiga dari proses yang
mempengaruhi peristiwa belajar. Aspek fisik dan emosi (ruangan, emosi yang dirasakan saat belajar) akan
diproses dengan informasi yang dipelajari saat itu. Misalnya, siswa akan lebih senang belajar di ruang
kelasnya sendiri yang sudah biasa ditempati dari pada belajar di ruang kelas lain yang baru. Berdasarkan
penelitian dari nilai aksiologi yang diperoleh bahwa dalam membangun sebuah pemahaman informasi
baru atau mungkin proses mengubah pengetahuan yang sudah ada dikaitkan dengan pengetahuan yang
sudah diperoleh oleh siswa sebelumnya, yang disusun dengan baik agar mudah dipahami dan diingat oleh
siswa. Selain itu, memerhatikan kenyamanan siswa baik secara fisik maupun emosi juga turut
memengaruhi proses pemahaman siswa karena hal tersebut berkaitan dengan minat belajar dalam
mendapatkan dan memahami informasi
Daftar Pustaka

Telaumbanua.A.,et all.(2022). Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Pengaruh Penerapan Teori
Belajar Sibernetik Terhadap Kemampuan Mahasiswa Mengelola Pembelajaran Berbasis
Digital,1(2) : 61.
Bakti.S.,& Sakdiah.H.(2021).Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Pengaruh Penerapan
Teori Belajar Sibernetik Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pai Di Smp Putra Jaya Stabat
Kabupaten Langkat.10(1) : 88-89.
Arifin.M.,Sari.A.P.,&Tama.A.M.(2017). Jurnal Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Implikasi Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses Pembelajaran Dan Penerapan It Di Era
Modern. 2(1) : 248-249.
Furaida.L.,& Ediyono.S. (2021). Jurnal Epistema. Implementasi Teori Belajar Sibernetika Pada
Pembelajaran Filsafat Ilmu. 2(1): 30.
Yunus.S.(2018). Journal of Education Science Universitas Ubudiyah Indonesia. Teori Belajar
Sibernetik Dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Diklat. 4(2) : 20.
Ningsih.O.S. (2019). Jurnal kajian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pembelajarannya. Analisis
Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Artikel Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses
Pembelajaran.1(1):2-10.
Wahyuna.R,,Usmaidar,,& Febriyanni.R.(2023). Journal Ability : Journal of Education and Social
Analysis. Analisis Teori Sibernetik Pada Era Pembelajaran 5.0 Dalam Perkembangan
Hasil Belajar Siswa Di Kelas VII MTsN 1 Langkat. 4(2): 39.
Herawati.T.(2010). Jurnal “DIALOG” FKIP Univ. Asahan. Pengaruh Metode Sibernetik
Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi.
Suminar.T (2008). Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Tinjauan
Filsafati (Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis
Teori Sibernetik.
Pradoto.(2010). Jurnal Universitas Negri Yogyakarta. Implementasi Teori Belajar
Sibernetik Untuk Meningkatkan Pembelajaran Matematika Teknik Bagi Mahasiswa
Jurdiknik Mesin Tahun 2009. 19(1):6-7.

Anda mungkin juga menyukai