Anda di halaman 1dari 10

Makalah

“Teori Sibernetik”
Ditinjau untuk memenuhi tugas Psikologi

Dosen Pembimbing : Elvi Hadriany M. Psi


Nama : Syafna Asari
NIM : 0104213160

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar Sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai
tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan
informasi.

“Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam


Arqam: 2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik
mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta
didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar
dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik
dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan.

 Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa
dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan
manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Teori Sibernetik?
2. Bagaimana pendapat para tokoh terhadap Teori Sibernetik?
3. Apa saja kelemahan dan kelebihan Teori Sibernetik?
4. Bagaimana aplikasi aliran Sibernetik terhadap suatu pembelajaran?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Teori Sibernetik.
2. Mengetahui bagaimana pendapat para tokoh terhadap Teori Sibernetik.
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Sibernetik.
4. Mengetahui cara mengaplikasian aliran Sibernetik pada pembelajaran.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Sibernetik


Istilah sibernetika berasal dari Yunani kuno κυβερνήτης (kybernētēs, jurumudi,
gubernur, pilot, atau kemudi - akar yang sama dengan pemerintah). Sibernetika adalah
bidang studi yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari sibernetika adalah untuk
memahami dan menentukan fungsi dan proses dari sistem yang memiliki tujuan dan
yang berpartisipasi dalam lingkaran rantai sebab akibat yang bergerak dari
aksi/tindakan menuju ke penginderaan lalu membandingkan dengan tujuan yang
diinginkan, dan kembali lagi kepada tindakan. Mempelajari sibernetika menyediakan
sarana untuk memeriksa desain dan fungsi dari sistem apapun, termasuk sistem sosial
seperti manajemen bisnis dan pembelajaran organisasi, termasuk tujuan untuk
membuat mereka menjadi lebih efisien dan efektif.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang
sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik,
belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan
dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses
belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah
sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun
yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan
dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang
sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

B. Pendapat Para Tokoh Terhadap Teori Sibernetik


1. Norbert Wiener adalah orang pertama yang menggunakan istilah sibernetika
dalam bahasa Inggris yaitu cybernetics. Ia mendefinisikan sibernetika sebagai
sebuah ilmu kontrol dan komunikasi dalam dunia hewan dan mesin. Wiener
menyadari potensi revolusioner dari sibernetika bagi perkembangan teknologi dan
ilmu-ilmu biologi serta ilmu sosial tingkat lanjut. Dalam perkembangannya,
sibernetika berlanjut menawarkan kosa kata unik bagi bidang studi komunikasi.
2. Stafford Beer mendefinisikan sibernetika sebagai ilmu organisasi yang efektif.
3. Gregory Bateson mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah bentuk lebih dari
sekedar substansi.
4. Gordon Pask mendefinisikan sibernetika sebagai seni memanipulasi berbagai
macam metafora yang dapat dipertahankan. Gordon Pask menggunakan sebuah
pendekatan sibernetika untuk konsep jaringan dan interaksi dengan sebuah
komputer dalam rangka untuk menciptakan sebuah kerangka kerja dimana
berbagai sudut pandang yang berlawanan dikirim ulang dan didiskusikan sebelum
tiba pada sebuah kesimpulan. Kerangka kerja ini menjelaskan proses dimana
pengetahun dibentuk. Sistem sibernetika pertama mempengaruhi lingkungan
mereka kemudian merasakan efek perubahan yang terjadi. Teori ini secara inisial
digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sistem mendapatkan pengetahuan
secara kontinyu melalui interaksi dengan pengguna atau mesin yang kemudian
diaplikasikan oleh Pask untuk menjelaskan peranan percakapan dalam
pembelajaran.
5. Stephen W. Littlejohn mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah studi tentang
aturan diri dan kontrol dalam sebuah sistem. Sibernetika sangat penting karena itu
sibernetika menjadi sinonim dengan teori sistem. Kenyataannya, Robert Craig
merujuk sistem berpikir sebagai sebuah tradisi dalam teori komunikasi.
6. Para ahli teori organisasi mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah ilmu
memproses informasi, pengambilan keputusan, pembelajaran, adaptasi, dan
organisasi yang terjadi dalam individu, kelompok, organisasi, bangsa, atau mesin

C. Kelemahan dan Kelebihan Teori Sibernetik


1. Kelebihan Teori Sibernetik
 Dapat diterapkan dalam kelompok sebagaimana instruksi dalam kelas bagi
setiap individu
 Memungkinkan pengajar untuk memahami beberaapa mekanisme dasar yang
mengendalikan proses pembelajaran
 Menyediakan dasar bagi pendidikan diri sendiri. Kendali umpan balik
digunakan untuk mengembangkan materi instruksional yang telah
diprogramkan.
 Prinsip-prinsip sibernetika digunakan untuk mengembangkan instruksional
ulangan
 Program pendidikan pengajar dapat dikembangkan dengan cara
memperkerjakan mekanisme umpan balik untuk memodifikasi perilaku
pengajar
 Praktek-praktek inovatif dalam program pendidikan dapat menstimulasi
keterampilan pengajaran sosial dan analisis interaksi didasarkan pada teori
umpan balik.
 Berbagai elemen dalam sistem pengajaran seperti masukan, proses, dan
keluaran, memungkinkan pengajar untuk memahami dan menganalisa
pengajaran secara ilmiah
 Kegiatan pengajaran dapat membuat pandangan terhadap tujuan pembelajaran
menjadi lebih tertsrtukur dan terorganisasi dengan baik.

2. Kelemahan Teori Sibernetik


Teori belajar sibernetik sulit diterapkan atau diaplikasikan dalam suatu proses
pembelajaran karena tidak secara langsung membahas mengenai proses belajar.
D. Pengaplikasian Teori Sibernetik Pada Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.
Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu
untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar,
peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Belajar
bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu,
yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka
pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran
untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi
eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru
dalam mengelola pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan,
atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran.
Dengan adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik
dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana
seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah
laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih
menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi
yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada tugas-
tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat mengetahui
kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan
memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.
3. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang
relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang
dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang
diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan
memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-
hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang
adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan, dan karakteristik pribadi.
Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus, stimulus yang baru,
keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus secara berkala dan
berulang-ulang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang
dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk
persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya
menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai
situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya
pengalaman.
5. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan
kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari
tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka
panjang yang relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang
dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus
(episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya
ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
6. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka
panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena
memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan
atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan
dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan
waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai
benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang
menghambatnya untuk mengingat kembali.
7. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah
beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang
diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan (original learning), belajar
melebihi penguasaan (over learning), dan pengulangan dengan interval waktu
(spaced review).
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat
mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau
transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu situasi kesituasi lain
Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses
pengolahan informasi antara lain:

1. Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat
dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik
untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi belajar
yang diharapkan. Gagne mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni:
(a) keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar
diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui
materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif,
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur
proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat,
dan berfikir. (c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d)
keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan
gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan
internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi,
kepercayaan, serta faktor intelektual.
2. Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting,
sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan
belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang
dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat mengukur
tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Pemberian umpan balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta
didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat
kompetensinya.
TOKOH TEORI SIBERNETIK
Teori Sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh
dengan beberapa teori, diantaranya:

1. Teori Belajar Menurut Landa


Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan
proses berfikir heuristik.
A. Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap,
linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
B. Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target
tujuan  sekaligus.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau
masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih
tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran
lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.

Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih
efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik.
Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang
sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu
konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau
demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah  yang “menyebar”
atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatik, atau linier.

2. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara
berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan
serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa
yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berfikir
heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat
kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan,
bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru
sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang
dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek
sekaligus.

Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung


dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail.

Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara


berfikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung
membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini
cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa
manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan
informasi.

Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang menggambarkan
proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari
model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:

1. Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.


2. Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
3. Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

ANALISIS TEORI
Teori belajar Sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan
teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan
teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran
untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

Teori belajar sibernetik meskipun baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah
ada. Namun, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Sehingga berpengaruh terhadap cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta
didik mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan
informasi tersebut. Hal yang terpenting dalam teori ini adalah “Sistem Informasi” yang akan
menentukan terjadinya proses belajar.

Sementara dalam pembahasan ditemukan tidak ada satupun cara belajar yang ideal untuk
segala situasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang peserta didik dengan
satu macam proses belajar, namun informasi yang sama mungkin akan dipelajari peserta
didik yang lain melalui proses belajar berbeda.

Hasil dari pembahasan ini menunjukan adanya cara berpikir dalam teori sibernetik yaitu
algoritmik, heuristik, wholist dan serialis. Sehingga guru dan siswa dalam pembelajaran bisa
menerapkan cara berpikir yang digunakan.
KESIMPULAN

1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.


2. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
3. Teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses
kontrol) antara lain:
 Sensory Receptor (SR)
 Working Memory (WM)
 Long Term Memory (LTM)
4. Teori Belajar Menurut Landa
Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir
heuristik.
5. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau
menyeluruh.
6. Kelebihan Teori Sibernetik
Memungkinkan pengajar untuk memahami beberaapa mekanisme dasar yang
mengendalikan proses pembelajaran
7. Kelemahan Teori Sibernetik
Teori belajar sibernetik sulit diterapkan atau diaplikasikan dalam suatu proses
pembelajaran karena tidak secara langsung membahas mengenai proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai