Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS HAMBATAN GURU DALAM PENGINTEGRASIAN

TEKNOLOGI DI SMPN 1 GRABAG

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Pendidikan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh:

Amalia Styaningrum (702011130)


Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer


Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
ANALISIS HAMBATAN GURU DALAM PENGINTEGRASIAN
TEKNOLOGI DI SMPN 1 GRABAG
1)
Amalia Styaningrum, 2) Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702011130@student.uksw.com,2) mila.paseleng@staff.uksw.edu

ABSTRACT
The availability of facilities at SMPN 1 Grabag support the integrated technology in
learning as the lab, wifi, LCD projector, but to this day learning teachers in class less
used technology available.To can fix this condition, so it is important to note obstacles
through the analysis of obstacles that teachers face in integrating the technology.This
study adopted qualitative approaches done in order to provide what obstacles that
teachers face in integrating the technology.Based on the results of chief, observation and
interview showing most teachers have facilities personal technology, the capability of
teachers use technology are low, majority of teachers still use a method of
conventional.Overall obstacles there those are facilities personal teachers, the capability
of teachers use technology, age, and time. The research suggests that obstacles to
integrate technology was challenged by the teachers own was not having motivation to
try and studies technology .
Keywords: standard educator and educators , professionalism teachers , integrated
technology .

ABSTRAK
Ketersediaan fasilitas di SMPN 1 Grabag mendukung terjadinya integrasi teknologi
dalam pembelajaran seperti lab, wifi, LCD proyektor, tetapi sampai saat ini proses
pembelajaran guru di kelas kurang memanfaatkan teknologi yang tersedia. Untuk dapat
memperbaiki kondisi tersebut, maka perlu diketahui hambatan melalui analisis terhadap
hambatan yang dihadapi guru dalam mengintegrasikan teknologi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk memberikan gambaran seperti apa
hambatan yang dihadapi guru dalam mengintegrasikan teknologi. Berdasarkan hasil
angket, observasi dan wawancara menunjukkan sebagian besar guru memiliki fasilitas
teknologi pribadi, kemampuan guru menggunakan teknologi tergolong rendah, sebagian
besar guru masih menggunakan metode konvensional. Secara keseluruhan kendala yang
ada yaitu fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan
waktu. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kendala mengintegrasikan teknologi
merupakan hambatan dari guru sendiri yaitu tidak memiliki motivasi untuk mencoba dan
mempelajari teknologi.
Kata kunci: standar pendidik dan tenaga pendidik, profesionalisme guru, integrasi
teknologi.

1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
2)
Staf pengajar Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
1. Pendahuluan
Kondisi di SMP N 1 Grabag sudah memiliki fasilitas yang terbilang lengkap
seperti internet dengan kecepatan 3MB, LCD proyektor terdapat 15 dari 18 kelas
yang ada dan lab TIK yang memiliki 25 komputer. Ketersediaan fasilitas tersebut
memungkinkan guru di sekolah tersebut untuk dapat menerapkan pembelajaran
berbasis teknologi seperti yang ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan
nasional (permendiknas) nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berisi guru harus memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran [1]. Selain itu dalam
pembelajaran abad-21 menuntut seorang pendidik untuk lebih kreatif, mempunyai
wawasan luas, mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, mampu
menyelesaikan masalah, mampu menguasai IT baik untuk mempersiapkan
perencanaan pembelajaran maupun untuk menerapkan berbagai model
pembelajaran berbasis komputer [2]. Hal itu menunjukkan bahwa guru diharapkan
untuk mengintegrasikan teknologi sebagai upaya meningkatkan praktek
pendagogis serta membantu siswa dalam pembelajaran.
Teknologi memiliki makna yang luas, pertama teknologi dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu dan sumber belajar seperti komputer, koleksi data, software
multi media dll. Kedua, teknologi pendidikan dapat digunakan sebagai kumpulan
peralatan yang digunakan untuk membantu terselenggaranya pendidikan secara
online. Teknologi juga dapat digunakan untuk menyimpan, menghasilkan,
mengolah, serta menyebarkan informasi. Disamping itu teknologi juga dapat
dijadikan sebagai sarana interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru
baik di sekolah maupun di luar sekolah [3]. Dengan adanya integrasi
teknologi,akan menjawab tantangan yang harus dihadapi guru di era globalisasi
dalam memanfaatkan teknologi.
Dalam pengintegrasian teknologi guru dihadapkan dengan tantangan yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar,
sehingga guru harus menguasai produk iptek terutama yang berkaitan dengan
dunia pendidikan [4]. Pemanfaatan perangkat hardware seperti komputer, LCD,
dan perangkat software yang berupa aplikasi pembelajaran dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses pembelajaran.
Realitas yang terjadi di SMPN 1 Grabag bahwa pengintegrasian teknologi
dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilakukan walaupun fasilitas yang ada
cukup mendukung. Ini berarti terdapat hambatan dalam melakukan integrasi
teknologi tersebut. Hambatan dalam pengintegrasian teknologi sangat berkaitan
dengan faktor pendukung yang harus dipenuhi. Hambatan tersebut dapat berkaitan
dengan fasilitas dan SDM yang merupakan faktor pendukung yang harus dipenuhi
dalam integrasi teknologi. Pentingnya peran guru dalam pendidikan seperti yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan sebagaimana dimaksud pada salah satu butir yaitu menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi
yang bermartabat. Melihat pentingnya kesiapan SDM dalam pengintegrasian

1
teknologi maka perlu untuk diketahui seperti apa hambatan yang dihapai oleh
guru dalam pengintegrasian teknologi. Dengan mengetahui hambatan tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan perbaikan kualitas guru dalam mengajar dan guru
bisa lebih meminimalisir hambatan yang dihadapi dengan lebih giat belajar
teknologi sehingga pendidikan dimasa mendatang dapat mengikuti arus
perkembangan pendidikan yang semakin maju. Menjadi masukan kepada sekolah
mengenai pengenalan teknologi dan memaksimalkan teknologi yang ada.

2. Tinjauan pustaka
Penelitian sebelumnya oleh Herry Fitriyadi dengan judul “Keterampilan TIK
Guru Produktif SMK Di Kabupaten Hulu Sungai Utara Dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran”. Dalam penelitian menginvestigasi penguasaan
keterampilan TIK guru produktif SMK dan implementasi TIK dalam
pembelajaran produktif SMK, serta mengidentifikasi kendala-kendala yang
menjadi penghambat implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di
Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Kendala-kendala
implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di Kabupaten HSU
berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam bidang TIK, pendanaan
program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan sumber daya
TIK meliputi fasilitas pribadi guru, fasilitas sekolah dan penggunaan TIK di
sekolah meliputi kemampuan guru menggunakan fasilitas yang ada, dan
penerapan teknologi dalam pembelajaran di kelas [5].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Khalid Abdullah Bingimlas yang berjudul
Barriers to the Successful Integration of ICT in Teaching and Learning
Environments: A Review of the Literaturebarriers. Penelitian ini merupakan studi
literature yang membahas tentang apa saja yang menjadi hambatan guru dalam
mengintegrasikan teknologi di dalam kelas, serta hubungan antara hambatan-
hambatan yang ada. Terdapat hambatan dalam pengintegrasian teknologi yaitu
hambatan dari guru sendiri dan hambatan dari sekolah. Hambatan terkait guru
meliputi fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan
guru, sedangkan hambatan terkait sekolah meliputi fasilitas sekolah, kebijakan
sekolah, pelatihan yang efektif, dan aksebilitas guru menggunakan teknologi [6].
Berdasarkan penelitian terdahulu ini dapat diidentifikasi bahwa hambatan yang
ada dapat berasal dari diri guru sendiri maupun dari luar yaitu sekolah serta
kebijakan yang berlaku. Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran
bagaimana hal tersebut dapat menghambat pengintegrasian oleh guru.
Salah satu kewajiban guru sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Bagian Kedua Pasal 20
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru wajib meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni [7]. Hal
tersebut dipertegas lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Pedagogik adalah memanfaatkan
TIK untuk kepentingan pembelajaran, yaitu memanfaatkan TIK dalam

2
pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga bahwa salah satu kompetensi guru
dalam bidang Profesional adalah memanfaatkan TIK untuk mengembangkan diri,
yaitu memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan diri [1].
Dengan begitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
Tuntutan sebagai guru profesional terdapat kriteria yang harus dipenuhi
guru, yaitu: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu. (2) Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (3) Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif. (4) Mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri [1]. Dengan
begitu keberadaan teknologi di dalam kelas pada saat pembelajaran merupakan
hal yang harus dianggap biasa, bahkan komputer akan dianggap biasa
keberadaannya disetiap kelas seperti papan tulis. Seorang guru harus memiliki
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi pada saat mengajar. Dalam
pembelajaran abad ke-21 para siswa mendapatkan akses tak terbatas terhadap
informasi yang ada dengan kualitas yang berbeda-beda dan guru menggunakan
berbagai macam teknologi untuk menerangkan mendemonstrasikan dan
menggambarkan berbagai macam topik [2] maka dari itu guru harus dapat
mempersiapkan materi dengan cakupan luas dengan berbagai sumber.
Pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan kualitas SDM, yaitu dengan cara
membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan penyelenggaraan
pendidikan bermutu. Sistem teknologi dan informasi memberikan jangkauan yang
luas, cepat, efektif dan efisien terhadap penyebarluasan informasi ke berbagai
penjuru dunia [2]. Peran teknologi dalam pendidikan dijadikan sebagai alat dalam
mendukung pengembangan pengetahuan bagi siswa, sebagai sarana informasi
yang sangat mendukung dalam proses belajar siswa serta dalam pencarian dan
pengidentifikasian informasi yang diperlukan siswa. Teknologi juga sangat
bermanfaat untuk berdiskusi, menyampaikan pendapat, media yang dipergunakan
untuk mendukung proses berbicara siswa yang terkadang enggan berbicara di
depan umum, untuk mempermudah pelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan,
berkolaborasi dengan siswa ataupun orang lain, membantu siswa dalam
mempresentasikan ilmu yang mereka ketahui, dan membantu meningkatkan
efektifitas serta efisiensi proses belajar mengajar guru dan siswa.
Terdapat lima faktor pendukung yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan
integrasi teknologi yaitu (1) infrastruktur yang memungkinkan akses informasi
dimanapun dengan kecepatan yang mencukupi (2) Sumber Daya Manusia (SDM)
menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi (3) adanya
faktor kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan
teknologi informasi jangka panjang (4) faktor finansial yang membutuhkan
adanya sikap positif dari lembaga untuk menyongkong teknologi informasi (5)
faktor konten menuntut adanya informasi yang sampai pada orang, waktu dan
tempat yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten
tersebut dengan nyaman pada pengguna[3]. Jika salah satu dari faktor yang ada
tidak terpenuhi maka pengintgresian teknologi yang ada tidak akan berjalan

3
dengan maksimal. Seperti yang terjadi di SMPN 1 Grabag, yang mana
infrasturktur dan fasilitas yang ada sudah cukup mendukung ditambah lagi dengan
tuntutan dari pemerintah yang mendorong setiap pengajar untuk memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran. Tapi jika tidak didukung oleh SDM yang memadai
maka pengintegrasian yang diharapkan tidak dapat terwujud. Dengan demikian
sangat penting bagi pihak sekolah untuk mengetahui segala hambatan yang
dihadapi terkait dengan setiap faktor yang ada sehingga mereka dapat menyusun
strategi untuk mewujudkan pengintegrasian teknologi secara maksimal [5].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan


untuk memberikan gambaran seperti apa hambatan yang dihadapi oleh guru dalam
memanfaatkan teknologi di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Grabag
dengan responden 21 guru mata pelajaran dan 1 waka kurikulum. Dengan
mengacu penelitian Khalid dan Herry, terlihat faktor-faktor hambatan terkait
fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan guru, fasilitas
sekolah, kebijakan sekolah, pelatihan yang efektif, dan aksebilitas guru
menggunakan teknologi, kebijakan pemerintah daerah dalam bidang TIK,
pendanaan program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan
sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah [5] [6]. Penelitian ini fokus
pada faktor sarana dan prasarana sekolah, fasilitas teknologi pribadi guru,
kemampuan guru menggunakan fasilitas, dan penerapan dalam pembelajaran.
Sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan sumber data dan teknik
pengumpulan data adalah seperti berikut:

Tabel1. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data


Hal yang diamati Sumber data Teknik pengumpulan data
fasilitas sekolah Guru, waka kurikulum angket, observasi,
wawancara
fasilitas pribadi guru Guru angket, wawancara
kemampuan guru menggunakan Guru Angket, Wawancara
fasilitas
Penerapan dalam pembelajaran guru angket, observasi,
wawancara
Lembar angket dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sekolah seperti:
sarana dan prasarana sekolah untuk dilaksanakan integrasi teknologi dalam
pembelajaran, fasilitas teknologi pribadi yang dimiliki guru, kemampuan guru
menggunakan fasilitas pribadi dan fasilitas yang ada disekolah, serta penerapan
dalam pembelajaran dikelas yang dibagikan kepada guru dan diisi oleh guru.

Tabel 2. Kisi-kisi Angket


no Hal yang diamati Kisi-kisi
1 sarana dan prasarana sekolah Sekolah memberikan akses internet yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan guru dan siswa

4
Sekolahan menyediakan proyektor disetiap kelas
Disetiap kelas mempunyai akses internet yang
memadai
2 fasilitas teknologi pribadi guru Mempunyai komputer/ laptop pribadi
Mempunyai handphone yang sudah memiliki fitur
yang lengkap dan canggih
Di rumah terdapat akses internet yang memadai
Mempunyai akun email pribadi
Mempunyai akun media sosial pribadi
Mempunyai akun aplikasi pendidikan online (Get
kahoot, classdojo dll)
3 kemampuan guru menggunakan Memanfaatkan dan menguasai aplikasi pengolah kata
fasilitas (Ms. word)
Memanfaatkan handphone dalam menyiapkan materi
Memanfaatkan laptop dalam menyiapkan materi
Memanfaatkan dan menguasai aplikasi pengolah angka
(Ms. Excel)
Membuat materi pelajaran hanya bersumber dari buku
Membuat materi pelajaran yang bersumber dari
internet
4 penerapan dalam pembelajaran Memanfaatkan apliksi pendidikan(Get kahoot,
classdojo dll) dalam pembelajaran
Memanfaatkan LCD proyektor saat pembelajaran
Menggunakan email sebagai media mengumpulkan
tugas siswa
Menggunakan akun media sosial saya untuk
mengshare materi/ tugas kepada siswa
Memanfaatkan media pembelajaran dalam bentuk
video untuk memaksimalkan pembelajaran

Selanjutnya teknik wawancara dengan menggunakan wawancara tidak


berstruktur atau wawancara bebas di SMPN 1 Grabag. Wawancara terhadap guru
untuk mencari informasi tentang sejauh mana guru menggunakan teknologi dalam
pembelajaran dan alasan guru tidak menggunakan teknologi, sedangkan
wawancara kepada waka kurikulum dan guru TIK sebagai kepala lab TIK untuk
mencari informasi tentang kebijakan sekolah, fasilitas sekolah dan aksebilitas
sarana sekolah. Sedangkan observasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
sekolah dan kondisi guru terkait fasilitas pribadi guru dan fasilitas sekolah.

5
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan
konsep yang diberikan Miles and Huberman. Miles and Huberman
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian
sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh [8]. Teknik analisis data dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini:
Data

collection Data display

Data
Conclusion:dra
reduction
wing/verifying
Gambar 1. Komponen Analisis Data (Miles and Huberman)

Dalam menganalisa hasil penelitian, setiap selesai mendapatkan data


dilapangan seperti hasil lembar angket, pengamatan dan wawancara peneliti
langsung merangkum, memilih hal-hal yang pokok, membuat kategori dan
memilah data yang kemudian digabungkan pada setiap kategori untuk
mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dari lembar angket
data yang didapat langsung dipilah menjadi empat kategori yaitu sarana dan
prasarana sekolah untuk dilakukan pembelajaran berbasis teknologi, fasilitas
pribadi guru, kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi dan fasilitas
sekolah, penerapan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Data hasil observasi
terdapat dua kategori yaitu fasilitas pribadi guru dan fasilitas sekolah, fasilitas
pribadi guru meliputi laptop pribadi, handphone dengan fitur canggih, kemahiran
guru menggunakan teknologi dalam pembelajaran,sedangkan untuk fasilitas
sekolah meliputi LCD proyektor disetiap kelas, access point yang ada di sekolah,
kecepatan internet disetiap kelas. Wawancara terhadap guru mendapatkan hasil
dengan kategori kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi, seberapa sering
guru menggunakan fasilitas dan akun media sosial yang dimiliki dalam
pembelajaran, pemanfaatan fasilitas sekolah, peran teknologi dalam pembuatan
materi, pemanfaatan teknologi didalam kelas. Wawancara terhadap waka
kurikulum dan kepala lab TIK mengenai aksebilitas guru menggunakan fasilitas
sekolah, kebijakan sekolah, fasilitas sekolah. Kemudian data dari hasil angket,
observasi dan wawancara digabungkan sesuai kategori untuk mempermudah
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Setelah data dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dalam bentuk tabel
kemudian data didisplaykan atau disusun dalam bentuk teks deskripsi yang
bersifat naratif dan dalam bentuk tabel. Pengumpulan data tentang fasilitas guru
dan jumlah guru yang memanfaatkan fasilitas dilakukan selama dua minggu dan
disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data tentang kondisi sekolah, hambatan
yang dihadapi guru dan sebab hal tersebut dapat menjadi hambatan disajikan
dalam bentuk narasi dengan proses pengumpulan data selama sepuluh minggu

6
Kemudian data yang telah disusun ditarik kesimpulan untuk dijadikan sebagai
bahan pencarian data selanjutnya sampai data jenuh.
Pengujian kreadibilitas data penelitian dilakukan dengan cara
(1)Perpanjangan pengamatan dilakukan sampai dua kali, karena pada periode
pertama data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Pada
pengamatan pertama diperoleh informasi tentang fasilitas sekolah, fasilitas guru
serta kemampuan guru dalam menggunakan teknologi. Periode kedua merupakan
perpanjangan dari pengamatan periode pertama, karena pada periode pertama data
tentang fasilitas sekolah yang diberikan guru belum sepenuhnya terjawab dan
harus diperjelas lagi data dari waka kurikulum. (2) Triangulasi dilakukan dengan
cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dengan cara
menanyakan kepada guru tentang fasilitas sekolah, fasilitas pribadi, kemampuan
menggunakan teknologi,dukungan dari sekolah dengan cara mengisi angket dan
wawancara. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
sama dengan sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah 21 guru
dan satu waka kurikulum, sepeti melakukan kepada guru, kepala lab TIK dan
waka kurikulum tentang fasilitas sekolah, aksebilitas guru menggunakan fasilitas
sekolah, kebijakan sekolah, dan dukungan sekolah terhadap integrasi teknologi.
Dengan tringulasi tersebut dapat diketahui apakah dari sumber satu dengan yang
lainnya mempunyai kesamaan jawaban atau tidak.

4. Hasil dan Pembahasan

Gambaran tentang kondisi sekolah yang meliputi fasilitas sekolah,


kondisi guru dan fasilitas pribadi guru. Fasilitas teknologi yang ada di SMPN 1
Grabag sudah terbilang lengkap seperti, internet, LCD proyektor, dan lab TIK.
Fasilitas internet yang ada disekolah memiliki akses dengan kecepatan 3MB,
tetapi access pointnya kurang dan tempatnya kurang strategis. Sampai saat ini
access point hanya ada di ruang TU, jadi hanya ditempat tertentu saja yang
memiliki kecepatan tinggi untuk mengakses internet. Untuk fasilitas LCD
proyektor terdapat 15 dari 18 kelas, karena ada perbaikan gedung, jadi untuk
gedung kelas yang baru, belum ada LCD proyektor. Dari kondisi LCD yang
belum memenuhi semua kelas, maka guru harus membawa LCD proyektor dari
kantor ke kelas yang belum ada LCD proyektornya. Selain itu ada fasilitas lab
TIK, dimana di dalam lab TIK memiliki jumlah komputer yang sudah memadai
yaitu sebanyak 25 komputer untuk siswa. Sebagian komputer lama masih ada
yang sering eror tetapi saat ini komputer yang sering eror sudah diganti dengan
komputer baru yang lebih canggih. Kendala yang ada di lab komputer yaitu
jaringan kabel LAN yang sering terputus dan tidak mau terkoneksi dengan
komputer server.
Guru yang aktif di SMPN 1 Grabag memiliki pengalaman mengajar diatas
10 tahun. Dengan kondisi guru yang ada di SMPN1 Grabag kualitas SDM dilihat
dari lamanya mengajar guru pembelajaran terbilang masih menggunakan metode
konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi, guru merasa puas
dengan menggunakan metode yang selama ini digunakan tanpa mencoba
menggunakan metode yang saat ini berkembang dan rasa ingin tahu untuk

7
mempelajari teknologi tidak ada, perkembangan teknologi dirasa terlalu cepat
sehingga membuat guru kesulitan mempelajari dan malas. Guru masih enggan
menggunakan teknologi karena guru masih berpedoman dengan metode
konvensional yang selama ini diterapkan pada pembelajaran, karena guru merasa
di masa guru saat menjadi seorang siswa hanya mengandalkan buku sebagai
bahan materi dan pembelajaran di kelas dengan metode konvensional, dengan cara
seperti itu materi dirasa sudah dipahami dengan baik sehingga guru memilih
untuk tidak mempelajari teknologi yang berkembang, dan tidak memahami arti
pentingnya suatu teknologi dalam pembelajaran.

Tabel 3. fasilitas guru, pemanfaatannya dalam pembelajaran dan lama mengajar


Fasilitas pribadi Jumlah yang % Jumlah yang memanfaatkan %
memiliki fasilitas dalam pembelajaran
Laptop pribadi 21 100% 18 86%

HP dengan fitur lengkap dan 10 47% 2 9,5%


canggih
Internet pribadi 12 57% 12 57%

Akun media social pribadi 11 52% 1 4,7%

Akun email pribadi 19 90% 5 24%

Akun aplikasi pendidikan 4 19% 3 14%


online (get kahoot, classdojo
dll)

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa guru memiliki fasilitas teknologi pribadi


seperti halnya laptop pribadi, handphone yang sudah memiliki fitur lengkap dan
canggih, akses internet di rumah. Selain itu guru juga memiliki akun yang bisa
membantu pembelajaran seperti akun media sosial, aplikasi pendidikan online (e-
learning) dan email. Untuk fasilitas laptop pribadi semua guru memiliki laptop
pribadi, tetapi hanya terdapat 86% guru yang memanfaatkan laptop dalam
pembelajaran seperti mempersiapkan materi dan menggunakan untuk
pembelajaran dikelas. Tetapi tidak semua guru menggunakannya dikelas bahkan
ada tiga guru, yaitu guru bahas inggris dan bahasa indonesia yang berusia 50
tahun, dan 54 tahun yang mengajar PKn tidak memanfaatkan laptop, baik dalam
menyiapkan materi dan memanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas.
Sedangkan untuk fasilitas handphone hanya terdapat 47% guru yang
memiliki handphone dengan fitur lengkap dan canggih. Dari jumlah guru yang
memiliki handphone dengan fitur yang canggih, terlihat bahwa pemanfaatannya
dalam pembelajaran hanya terdapat 9,5% guru yang memanfaatkan handphone
untuk pembelajaran didalam kelas maupun luar kelas dan hanya ada satu guru
yang menggunakan handphone untuk menyiapkan materi meskipun memiliki usia
53 tahun.
Selain itu 57% guru memiliki akses internet pribadi di rumah. Dari tabel 3
terlihat bahwa hanya 57% guru yang memanfaatkan internet baik internet pribadi
maupun internet sekolah untuk menyiapkan materi, sedangkan guru yang lain

8
lebih memilih menggunakan buku dari pada menggunakan internet dalam
menyiapkan materi. Dalam menyiapkan materi dari internet guru hanya sebatas
menyalin dari internet tanpa menghiraukan sumber materi yang telah di ambil dari
internet, guru masih belum begitu paham menggunakan intenet yang baik dalam
pembelajaran, misalnya dalam mendownload sebuah video pembelajaran dari
internet guru masih merasa kesulitan.
Untuk akun media sosial sendiri 52% guru memiliki akun media sosial dan
terdapat 4,7% guru yang menggunakan media sosial untuk kepentingan
pembelajaran seperti mengshare materi dan memberikan tugas kepada siswa.
Sedangkan untuk akun email terdapat 90% guru yang memilikinya, hanya dua
orang saja yang tidak memiliki yaitu guru PKn yang berusia 54 tahun dan guru
olahraga yang berusia 60 tahun. Akun email sendiri dimanfaatkan guru sebagai
sarana pengumpulan tugas. Tetapi untuk akun aplikasi pendidikan hanya 19%
guru yang mempunyai yaitu guru yang berusia 33 tahun, 45 tahun, 51 tahun dan
60 tahun. Pemanfaatan aplikasi pendidikan dalam pembelajaran hanya
terdapat14% guru.
Dalam pengintegrasian teknologi guru hanya sebatas menggunakan
powerpoint, video dan proyektor saja. Dalam pemanfaatan powerpoint hanya
sebagai media untuk menyampaikan materi dalam bentuk tulisan, karena hanya 10
guru yang memanfaatkan powerpoint dalam pembelajaran dan belum bisa
memanfaatkan powerpoint secara maksimal. Dalam penggunaan powerpoint guru
hanya bisa memasukkan tulisan dan gambar saja, sedangkan untuk menyisipkan
video, tabel, grafik dan lainnya sebagian besar guru masih kesulitan. Materi yang
disampaikan guru dalam powerpoint bersumber dari buku dan internet dengan
cara menyalin (copy paste) secara langsung dan tidak memperhatikan sumber
materi yang ada di internet.
Dalam pemanfaatan teknologi guru di SMPN 1 Grabag sudah mulai
mengenal dunia komputer dan internet, guru hanya sebatas konsumtif atau
sekedar mencari informasi di dunia internet. Untuk mempelajari hal baru guru
masih kesulitan dalam menerima dan mengingat.Daya ingat yang kurang
membuat guru hanya menggunakan teknologi sederhana seperti powerpoint dan
lebih suka menjelaskan materi kepada siswa dengan metode ceramah tanpa
bantuan teknologi. Selain itu kurangnya kepercayaan guru untuk memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran dikelas. Keterbatasan pengetahuan tentang
teknologi membuat guru takut gagal dalam mengintegrasikannya didepan kelas
dengan demikian membuat guru tidak percaya diri untuk menggunakannya dalam
pembelajaran.
Faktor selanjutnya yaitu guru tidak memiliki motivasi untuk mempelajari
teknologi yang berkembang, guru malas untuk menerapkan hal baru dalam
pembelajaran yang dianggap rumit dan malas untuk mengikuti arus teknologi
yang berkembang begitu cepat. Semua guru masih menggunakan metode
konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi.Untuk
pengintegrasian teknologi terbilang sangat kurang, karena dalam pembelajaran
guru hanya menyampaikan materi yang telah dibuat menggunakan powerpoint
dalam bentuk kalimat. Penambahan gambar atau video dalam materi terbilang

9
masih jarang, karena terdapat 17 guru belum dapat sepenuhnya memanfaatkan
powerpoint dengan baik.
Akun email dan media sosial juga tidak dimanfaatkan penuh untuk
pembelajaran, pemberian materi dan pengumpulan tugas hanya berlangsung saat
bertatap muka dikelas saja. Begitu juga fasilitas dari sekolah seperti proyektor
tidak digunakan dalam pembelajaran di kelas dan fasilitas pribadi seperti laptop
dan handphone. Sedangkan untuk guru yang berumur diatas 50 tahun lebih
memilih tidak menggunakan internet sama sekali.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Bingimlas umur, fasilitas, kemampuan
guru serta keterbatasan waktu saling berpengaruh, dengan bertambahnya umur,
waktu yang terbatas, dan fasilitas seorang guru berdampak terhadap kemampuan
seorang guru dalam menggunakan teknologi dan keterbatasan waktu untuk
mempelajari teknologi akan sangat mempengaruhi kemampuan guru [6]. Dari
uraian tersebut akan diidentifikasi hambatan yang berfokus terhadap guru yang
meliputi fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu, umur dan keterbatasan
kemampuan guru.
Fasilitas pribadi guru yang tidak memadai dapat menghambat karena
apabila fasilitas minim maka mempersulit guru untuk mempersiapkan materi dan
mencari materi dari internet. Untuk dilakukan pembelajaran tidak langsung akan
menjadi terhambat misalnya guru memberikan tugas atau memberi materi kepada
siswa secara online. Pengumpulan tugas yang harus dikirim ke email guru tidak
bisa melihat tugas siswa. Seharusnya dengan adanya fasilitas pribadi guru yang
memadai, pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja. Jadi
pembelajaran tidak harus disekolah melainkan dengan memanfaatkan fasilitas
pribadi. Selain itu guru dapat mengembangkan materi yang ada di buku cetak
dengan memanfaatkan internet, serta guru dapat menyiapkan materi yang menarik
seperti menggunakan powerpoint, gambar, suara, video dan animasi.
Dari hasil wawancara kepada 5 guru yang sudah berusia lebih dari 50 tahun
mereka sudah tidak menghiraukan lagi perkembangan teknologi. Faktor umur
tersebut membuat guru tidak memiliki motivasi untuk menggunakan dan
mempelajari teknologi yang berkembang saat ini, dikarenakan sulit untuk
memahami, mengikuti perkembangan, dan mengingat pengetahuan baru. Bagi
mereka teknologi saat ini sangat rumit untuk dimengerti dan perkembangannya
terlalu cepat sehingga membuat guru tidak bisa mengikuti arus teknologi. Dari
pemahaman guru, peran teknologi itu tidak terlalu penting untuk diintegrasikan
dalam pendidikan. Guru merasa lebih nyaman menggunakan cara lama dalam
pembelajaran yaitu cara konvensional, karena dengan begitu guru tidak harus
bersusah payah untuk belajar lagi. Untuk diterapkannya suatu teknologi dalam
pembelajaran,guru menganggap itu hanya membuang-buang waktu untuk berlatih
mempelajari teknologi. Sehingga pembelajaran tidak maksimal dan pembelajaran
tidak sampai ke materi esensial, membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai.
. Keterbatasan waktu juga menjadi alasan utama guru tidak
mengintegrasikan teknologi. Almekhlafi, AG, & Almeqdadi, FA menyatakan
bahwa keterbatasan waktu merupakan hambatan utama dalam mengintegrasikan
teknologi [9]. Bagi guru untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran
membutuhkan waktu belajar dan persiapan yang sangat lama. Persiapan dalam

10
menyediakan alat seperti hardware maupun software, materi dan persiapan mental
serta keyakinan untuk mempelajari teknologi, karena teknologi yang berkembang
saat ini dirasa terlalu cepat dan sangat sulit, sehingga membuat guru tidak berani
untuk memulai mengintegrasikan teknologi didepan siswa.
Keterbatasan kemampuan guru untuk menggunakan teknologi sangat
berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri untuk menerapkan pembelajaran
berbasis teknologi di dalam kelas. Alasannya karena guru takut salah dalam
mengoperasikan teknologi di depan siswa. Dengan begitu guru yang sudah merasa
tidak mampu menggunakan teknologi menjadi tidak memiliki motivasi untuk
mempelajari teknologi dan tidak ada rasa ingin tahu, sehingga guru tidak pernah
menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar dikelas. Seharusnya guru
lebih giat mempelajari teknologi dan menyadari pentingnya teknologi dalam
pendidikan, melihat teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat dan potensi
dalam pembelajaran sangat baik.Kemampuan guru dalam bidang teknologi masih
harus mendapatkan dukungan yang efektif dan pelatihan untuk meningkatkan
motifasi guru dalam mempelajari dan menggunakan teknologi. Ketertarikan guru
untuk menggunakan teknologi sudah cukup bagus tetapi keinginan dalam
mempelajarinya yang masih kurang. Dengan adanya fasilitas pribadi yang dimiliki
guru seharusnya bisa membantu guru dalam pemanfaatan teknologi.
Keterbatasan kemampuan guru membutuhkan dukungan dari sekolah berupa
pelatihan maupun pendampingan. Tapi di lapangan sekolah tidak memfasislitasi
pelatihan bagi guru. Dari hasil yang ditemukan terkait dengan kebijakan fasilitas
pribadi guru dan kemampuan guru merupakan kendala guru dalam menggunakan
teknologi dalam pembelajaran karena dengan adanya kendala-kendala tersebut
menjadikan pembelajaran tidak bisa berjalan maksimal dan lebih efektif. Dengan
adanya kendala-kendala tersebut guru juga belum dapat berkembang, karena guru
memerlukan dukungan dalam hal sarana dan bimbingan dalam pemanfaatan
teknologi pendidikan. Dari pribadi guru sendiri seharusnya teknologi pendidikan
mendorong para pengajar untuk lebih memandang kegiatan mengajar ini sebagai
masalah dan berusaha memecahkan secara ilmiah. Ini menuntut guru untuk
menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia mencari jalan-jalan
baru untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip
ilmiah sebagai usaha meningkatkan keahliannya dalam profesinya [10].

5. Simpulan
Fasilitas yang ada di SMP N 1 Grabag sudah terbilang lengkap seperti
internet, LCD proyektor dan lab TIK. Sebagian besar guru memiliki fasilitas
teknologi pribadi tetapi kurang memadai, kemampuan guru menggunakan
teknologi tergolong rendah, sebagian besar guru masih menggunakan metode
konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi dikarenakan guru
malas untuk menerapkan metode baru dan mempelajari teknologi yang dirasa
perkembangan teknologi terlalu cepat dan rumit.Dengan kondisi SDM yang
sebagian besar masih menngunakan metode lama dan sebagian besar tidak
memanfaatkan teknologi, terlihat kendala yang dihadapai meliputi kendala

11
fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan
waktu.
Kendala yang paling inti merupakan hambatan dari diri guru sendiri yaitu
kemauan guru untuk mempelajari teknologi dan memotivasi diri sendiri untuk
mencoba dan belajar suatu teknologi, sehingga kemampuan guru yang rendah
dalam menggunakan teknologi dapat teratasi, karena guru memiliki peran utama,
tanpa adanya kemauan dari diri guru sendiri pengintegrasian teknologi tidak dapat
berjalan. Dengan adanya kendala yang dihadapi guru, sebaiknya guru lebih
mengerti akan pentingnya suatu teknologi dalam pembelajaran diera sekarang dan
meningkatkan kualitas mengajar dengan memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada dengan sebaik-
baiknya.

6. Daftar Pustaka

[1] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang


Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.
[2] Rusman. 2012. Belajar dan pembelajaran berbasis komputer
mengembangkan profesionalisme guru abad 21. Bandung: Alfabeta.
[3] Sutrisno. 2012. Kreatif mengembangkan aktivitas pembelajaran berbasis
TIK. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[4] Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers.
[5] Herry Fitriyadi. 2012. Keterampilan Tik Guru Produktif Smk Di Kabupaten
Hulu Sungai Utara Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2. Diakses pada 23 Agustus 2015 dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/1033
[6] Khalid Abdullah Bingimlas. 2009. Barriers to the Successful Integration of
ICT in Teaching and Learning Environments: A Review of the Literature.
[7] Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.
[8] Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
[9] Almekhlafi, AG, & Almeqdadi, FA. 2010. Teachers’ Perceptions of
Technology Integration in the United Arab Emirates School Classrooms.
Diakses pada tanggal 4 januari 2016 dari
http://www.ifets.info/journals/13_1/16.pdf
[10] Nasution. 2008. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai