Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)

merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga

bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, penyakit ginjal kronik atau penyakit

renal tahap akhir End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irreversible (tubuh penyakit dalam

mempertahanka nmetabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit), sehingga

menyebabkan uremia (retensi urea dansampah nitrogen lain dalamdarah).1

Lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisis.

Berdasarkan data tahunan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)

tahun 2011, dari sekitar 12.500 pasien penderita penyakit ginjal terminal yang

membutuhkan hemodialisa rutin, lebih dari 53% berusia dibawah 54 tahun.

Mengutip data 7th Report of Indonesian Renal Registry, urutan penyebab

penyakit ginjal pasien yang mendapatkan hemodialisis berdasarkan data

tahun 2014, karena hipertensi (37%), penyakit dibetes mellitus atau Nefropati

Diabetika (27%), kelainan bawaan atau Glomerulopati Primer (10%),

gangguan penyumbatan saluran kemih atau Nefropati Obstruksi (7%), karena

Asam Urat (1%), Penyakit Lupus (1%) dan penyebab lain lain-lain (18%).23

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi

orang yang mengalami penyakit ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2 persen

dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6 persen. Prevalensi penyakit penyakit

ginjal kronis meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam

pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%),
1
2

dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun

(0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%).4

Data yang diperoleh dari ruang Hemodialisa RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro didapatkan jumlah keseluruhan pasien yang menjalani terapi

Hemodialisa sejumlah 96 orang, dengan rata-rata jumlah pasien per hari

adalah 34 pasien.

Penatalaksanaan bagi penyakit penyakit ginjal kronis dapat dibagi

menjadi dua yaitu terapi konservatif dan pengganti. Terapi konservatif

digunakan untuk mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,

meringankan keluhan akibat akumulasi toksin azotemia dan digunakan pada

penyakit ginjal kronik stadium I-IV sebelum dialisis sebagai terapi pilihan,

sedangkan terapi pengganti ginjal dengan dialisis digunakan bagi pasien yang

mengalami penyakit ginjal kronis stadium V atau pada tahap end stage renal

disease (ESRD).5

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam

keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari

hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau

end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau

permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang

toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.6 Beberapa

komplikasi yang muncul pada saat proses hemodialisa adalah hiperkalemia,

emboli udara, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diskuilibrium (nyeri

kepala, muntah, gelisah), dan hipoglikemia.7


3

Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai normal

(<60-70 mg/dL). Pasien yang sering mengalami hipoglikemi beresiko mengalami

komplikasi jangka panjang dan kematian, penurunan kualitas hidup,

peningkatan ketakutan dan kecemasan, penurunan produktivitas kerja,

dantentunya akan menyebabkan peningkatan biaya kesehatan yang harus

dikeluarkan. Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak yang

menetap, hipoglikemia yang berlangsung cepat bila tidak diobati segera akan

meninmbulkan gejala neuroglycopenic sampai dengan meninggal.7 Pada

umumnya hipoglikemia dapat dicegah walaupun hipoglikemia dapat terjadi

secara tiba-tiba dan tidak terduga.Insidens hipoglikemia dapat dihindari

dengan meningkatkan pemantauan gula darah.7 Pada keadaan hipoglikemia

ringan, tubuh akan memberikan gejala dan tanda sehingga penderita akan

bertindak (misalnya minum air gula), jika terjadi penurunan kesadaran

pemberian glukagon dapat menjadi salah satu pelaksanaan yang dapat

dilakukan.8

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 19 sampai 24

Februari 2018, ditemukan 5 pasien yang mengalami hipoglikemia. Perawat

memiliki peran penting dalam penatalaksanaan dalam proses hemodialisa ini

salah satunya yaitu melakukan manajemen kasus terjadinya komplikasi pada

pasien-pasien yang menjalani terapi hemodialisa dari observasi yang

dilakukan ketika pasien pre hemodialisa, intra hemodialisa, hingga post

hemodialisa. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan

manajemen kasus hipoglikemia pada pasien penyakit ginjal kronik satge V


4

yang menjalani terapi dialisis hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD

KRMT Wongsonegoro Semarang.

B; Tujuan Praktek Kerja


1; TujuanUmum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manajemen

kasus hipoglikemia intradialisa di Ruang Hemodialisa RSUD KRMT

Wongsonegoro Semarang

2.TujuanKhusus

a; Mengambarkan pengelolaan kasus pre, intra, post hemodialisa pada

pasien penyakit ginjal kronik


b; Menggambarkan efek dari intradialisis

C; Batasan Praktek Kerja


Ruang lingkup praktek kerja adalah di Ruang Hemodialisa RSUD KRMT

Wongsonegoro Semarang meliputi :


1; Pre Hemodialisa
a; Melakukan timbang terima klien
b; Mempersiapkan klien dan mempersiapkan alat
c; Melakukan penggelolaan pasien dengan tindakan pre hemodialisa
2; Intra Hemodialisa
a; Melakukan rangkaian priming
b; Melakukan setting mode hemodialisa
c; Melakukan pengelolaan pasien dengan tindakan intra dialisa

3; Post Hemodialisa
a; Mengevaluasi kondisi umum klien
b; Mengevaluasi QB, UF rate, Tanda-tanda vital
c; Mengevaluasi intake (ml) dan UF tercapai

D; Gambaran Umum Lahan Praktek


RSUD KRMT Wongsonegoro adalah sebuah instansi pelayanan

kesehatan milik pemerintah Kota Semarang dengan visi menjadi rumah sakit
5

yang menjadi kepercayaan publik di Jawa Tengah dalam pelayanan,

pendidikan, dan penelitian. Motto RSUD KRMT Wongsonegoro adalah

melayani dengan ikhlas.


Unit Hemodialisa RSUD KRMT Wongsonegoro adalah salah satu unit

pelayanan di rumah sakit yang bertujuan memberikan tindakan medis terapi

ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien penyakit ginjal dalam upaya

mempertahankan kualitas hidup yang optimal. Dimana unit hemodialisa ini

terdapat fasilitas AC pada ruangan, 1 kamar mandi pasien, 2 kamar mandi

petugas, 17 tempat tidur, 17 unit mesin hemodialisa aktif yang terdiri dari 10

mesin Bellco dan 7 mesin Gambro. Didukung oleh tenaga perawat sejumlah

17 orang yang terdiri dari DIII 11 orang pendidikan, DIV sejumlah 1 orang,

Ners sejumlah 5 orang, tenaga dokter 3 orang, apoteker 1 orang, petugas

teknisi 2 orang petugas administrasi sejumlah 2 orang, petugas cleaning

service berjumlah 2 orang, dengan rata-rata jumlah pasien yang melakukan

terapi hemodialisis adalah 34 pasien per hari

E; Manfaat Praktek Kerja

Hasil manajemen kasus ini dapat memberikan manfaat praktis dalam

keperawatan yaitu:

1; Bagi Perawat

Hasil karya tulis ini dapat memberikan informasi dalam rangka

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pengelolaan pasien yang

mengalami penyakit ginjal kronik.

2; Bagi Institusi pendidikan

Hasilkarya tulis ini dapat menjadi informasi ilmiah dalam perkembangan


6

keilmuan

3; Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan upaya pertimbangan atau evaluasi kembali perlu tidaknya

dilakukan upgrade ilmu sesuai perkembangan keperawatan terutama di

Ruang Hemodialisa RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang


7
1

2
3
4
5
6
7
8

Anda mungkin juga menyukai