0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan7 halaman
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) beroperasi dalam bidang semen dengan 13 pabrik di berbagai lokasi di Indonesia. Kinerja keuangan INTP mengalami penurunan pada 2020 akibat pandemi, dengan penjualan semen turun 9% dan laba bersih turun 24,3%. Namun, stabilnya nilai tukar rupiah memberi dampak positif bagi INTP. Saham INTP masih tergolong mahal dengan PBV 1,9x dan harga wajar sebes
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) beroperasi dalam bidang semen dengan 13 pabrik di berbagai lokasi di Indonesia. Kinerja keuangan INTP mengalami penurunan pada 2020 akibat pandemi, dengan penjualan semen turun 9% dan laba bersih turun 24,3%. Namun, stabilnya nilai tukar rupiah memberi dampak positif bagi INTP. Saham INTP masih tergolong mahal dengan PBV 1,9x dan harga wajar sebes
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) beroperasi dalam bidang semen dengan 13 pabrik di berbagai lokasi di Indonesia. Kinerja keuangan INTP mengalami penurunan pada 2020 akibat pandemi, dengan penjualan semen turun 9% dan laba bersih turun 24,3%. Namun, stabilnya nilai tukar rupiah memberi dampak positif bagi INTP. Saham INTP masih tergolong mahal dengan PBV 1,9x dan harga wajar sebes
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2022 PROFIL PERUSAHAAN PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., didirikan berdasarkan Akta Nomor 227 tanggal 16 Januari 1985, yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, S.H., dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) Nomor 57, Tambahan Nomor 946 tanggal 16 Juli 1985 dengan nama PT Inti Cahaya Manunggal. Cikal bakal pendirian Perseroan sejatinya telah dimulai sejak tahun 1975 yang ditandai dengan berdirinya PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) yang memiliki pabrik semen dengan kapasitas terpasang sebesar 500.000 ton di wilayah Citeureup, Jawa Barat. Pendirian DICE kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan dan pabrik lainnya. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, telah berdiri delapan pabrik tambahan dengan kapasitas terpasang 7,7 juta ton per tahun yang dikelola oleh enam perusahaan yang berbeda, yaitu PT Distinct Indonesia Cement Enterprise, PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise, PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise, PT Perkasa Agung utama Indonesia Cement Enterprise, PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise, dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise. Keenam pabrik tersebut bergabung menjadi PT Inti Cahaya Manunggal, yang kemudian pada 1985 berubah nama menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa, berdasarkan Akta Nomor 81 tanggal 11 Juni 1985, yang dibuat di hadapan Benny Kristianto, S.H., Notaris Publik di Jakarta dan telah diumumkan dalam BNRI Nomor 75, Tambahan Nomor 947 tanggal 16 Juli 1985. Pada 1989, Perseroan menapaki babak baru dengan melakukan Penawaran umum Saham Perdana dan menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan seluruh sahamnya di bursa efek di Indonesia dengan kode “INTP” pada 5 Desember 1989. Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, Indocement terus berupaya menambah jumlah pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Perseroan mengakuisisi Plant 9 pada 1991 dan menyelesaikan pembangunan Plant 10 di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat pada 1996. Selanjutnya pada 1997, Plant 11 selesai dibangun di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pada 29 Desember 2000, dari hasil merger antara Perseroan dengan PT Indo Kodeco Cement (IKC), maka Perseroan menjadi pemilik pabrik semen di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pabrik tersebut menjadi Plant 12 milik Perseroan. Pada 2001, HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas melalui entitas anaknya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd., setelah mengakuisisi 61,7% saham Perseroan. Pada 2008, HeidelbergCement AG mengalihkan seluruh sahamnya di Indocement kepada Birchwood Omnia Ltd. (Inggris), yang 100% dimiliki oleh HeidelbergCement Group. Pada 2009 Birchwood omnia Ltd., menjual 14,1% sahamnya kepada publik, sehingga kepemilikan saham Indocement oleh HeidelbergCement AG melalui Birchwood Omnia di Perseroan menjadi 51%. Pada Oktober 2016, Perseroan mulai mengoperasikan pabrik ketiga belas yang disebut Plant 14 di Kompleks Pabrik Citeureup, yang merupakan pabrik semen terintegrasi terbesar milik Indocement dengan kapasitas desain terpasang mencapai 4,4 juta ton semen per tahun dan juga merupakan pabrik semen terbesar yang pernah dibangun oleh Indocement dan HeildelbergCement Group. Saat ini Perseroan telah mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen. Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. KINERJA KEUANGAN
Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa, Christian Kartawijaya
mengatakan pengiriman ekspor produk perseroan pada September 2020 meningkat signifikan sebesar 464,56% menjadi 44.341 ton dari 7.854 ton pada September 2019. Jika melihat aset INTP selama 10 tahun terakhir, di 2020 INTP mencatatkan penurunan dan cenderung stagnan atas aset, untuk Ekuitas Rp 22,3 triliun sedangkan utang Rp 3,9 triliun, DER 0,17x. Maka ini menandakan INTP memiliki kondisi neraca keuangan yang sehat. Dengan cadangan kas yang terjaga, serta tidak adanya pinjaman bank pada kuartal I/2020,
Dari laporan keuangan perseroan per kuartal III-2020 INTP (idx.co.id),
manajemen INTP Perusahaan beroperasi dalam segmen Semen yang menyumbang hingga 95%, 7,2% dari segmen Beton siap pakai dan Tambang Agregat sebesar 0,09% . Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV) nya yang ada di 1,9x, yang tergolong masih overvalued dalam industri ini. Untuk Price to Earning Ratio INTP yang meningkat ada di 47,9x yang menandakan tidak lebih baik daripada tahun lalu.
ANALISA HUTANG BURUK
Untuk kondisi Liabilitas, mengalami penurunan 24,3% dari tahun
sebelumnya, penurunan ini berasal dari pencapaian itu membuat INTP masuk ke dalam jajaran konstituen indeks IDX High Dividend 20. Indeks itu beranggotakan 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi. ANALISA HARGA SAHAM
Dari laporan keuangan perseroan per kuartal III-2020 INTP (idx.co.id),
manajemen INTP Perusahaan beroperasi dalam segmen Semen yang menyumbang hingga 95%, 7,2% dari segmen Beton siap pakai dan Tambang Agregat sebesar 0,09% . Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV) nya yang ada di 1,9x, yang tergolong masih overvalued dalam industri ini.
Untuk Price to Earning Ratio INTP yang meningkat ada di 47,9x yang
menandakan tidak lebih baik daripada tahun lalu. Untuk Return on Equity INTP pada 2020 ada di 4%, lebih baik kecil dari 2019, yang artinya di tahun ini INTP kurang efisien dibanding tahun lalu, penurunan permintaan dan PSBB membuat INTP tertekan dalam mengelola asset dan liabilities nya untuk mendapatkan profit ditengah kondisi pandemi saat ini. KESIMPULAN
Tertekannya industri semen di masa pandemi ini membuat pertumbuhan
penjualan semen secara nasional berada pada posisi minus 9% sepanjang tahun ini hingga akhir September 2022. Akibat penghentian terhadap sejumlah pembangunan infrastruktur pemerintah dan konstruksi masyarakat selama pandemi. Namun penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak positif pada INTP.Manajemen INTP pun menilai pergerakan nilai tukar rupiah yang kian stabil pasca pemilihan Presiden Amerika Serikat akan menguntungkan perseroan dari sisi biaya produksi. Pandemi telah menekan beberapa sektor, turunnya daya beli masyarakat banyak sektor mengalami penurunan kinerja, menurunnya permintaan pasokan semen dan turunannya serta pesaing yang semakin banyak dari dalam dan luar negeri, ini menjadi tantangan bagi INTP di tahun 2022.