Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu sektor dari perekonomian


nasional yang memberikan kontribusi yang menjanjikan bagi pertumbuhan
GDP nasional. Secara makro, ditinjau dari segi pembentukan pendapatan,
industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah
(Hasibuan,1993). Keberhasilan sektor industri sangat erat kaitannya dengan
bagaimana kegiatan produksi dalam rangka peningkatan nilai tambah
tersebut dilakukan, menghasilkan dan terus mengalami peningkatan
kapasitasnya.
Industri pakan ternak merupakan salah satu subsektor dalam sektor
industri, salah satu perusahaan yang menggeluti usaha ini adalah PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
ini adalah memproduksi pakan ternak yang meliputi 1) pakan ternak
berbentuk tepung/ konsentrat ; 2) pakan ternak berbentuk pellet; dan 3)
pakan ternak berbentuk crumble dalam skala industri besar.
Industri pakan ternak mengalami perkembangan yang sangat pesat
beberapa tahun terakhir ini. Adanya perkembangan ini diakibatkan semakin
meningkatnya kebutuhan akan pakan ternak dalam negeri. Peningkatan
permintaan pakan ternak dari peternak dalam negeri ini menjadikan suatu
masalah yang harus dipecahkan bagi industri pakan ternak yang ada di
dalam negeri, hal ini dikarenakan kapasitas produksi pakan ternak yang ada
belum dapat memenuhi permintaan tersebut. Adanya kesenjangan antara
kapasitas produksi dan jumlah permintaan pakan ternak merupakan peluang
sekaligus ancaman yang dimiliki oleh setiap perusahaan pakan ternak.
Dilihat dari sisi peluang akan adanya kesenjangan tersebut apabila
ditindaklanjuti dengan adanya usaha peningkatan kapasitas produksi pakan
ternak oleh perusahaan pakan ternak yang ada, akan mengakibatkan adanya
peningkatan pangsa pasar dan peningkatan pendapatan perusahaan tersebut.
Hal tersebut akan berperan sebagai ancaman apabila adanya kesenjangan ini
tidak dapat dengan segera ditindaklanjuti, sehingga momentum yang ada
2

ditindaklanjuti oleh perusahaan pesaing, maka perusahaan pakan ternak


tersebut akan mengalami kondisi yang stagnan dalam kapasitas produksi,
pangsa pasar dan pendapatannya. Japfa Comfeed sebagai salah satu
perusahaan pakan ternak dengan skala industri besar melihat bahwa
momentum ini harus ditindaklanjuti dengan strategi dan usaha peningkatan
kapasitas industrinya untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan
meningkatkan pendapatan perusahaan.
Peningkatan kapasitas produksi sangat erat kaitannya dengan
pengalokasian faktor-faktor produksi dalam suatu industri. Lipsey dalam
Henny (2004), berpendapat bahwa faktor produksi adalah sumber daya yang
digunakan dalam memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan. Sumber daya tersebut seringkali dipisahkan dalam kategori
dasar, yaitu : tanah, tenaga kerja dan modal. Faktor – faktor produksi yang
digunakan oleh perusahaan Japfa Comfeed meliputi faktor produksi tenaga
kerja (man power), mesin, modal, bahan baku (raw material), teknologi
proses. Proses pengalokasian faktor-faktor memegang peranan penting
dalam menjamin kegiatan produksi terlaksana dengan efektif dan efisien.
Peningkatan kapasitas produksi dalam implementasi dan
pengambilan keputusannya melibatkan semua stakeholder perusahaan. Hal
ini terkait peran dan tujuan yang dimiliki oleh setiap aktor stakeholder
perusahaan. Dalam kasus Japfa Comfeed kegiatan produksi pakan ternak
secara khusus dilakukan oleh Divisi Produksi dan Operasional. Akan tetapi
karena proses peningkatan kapasitas produksi mencakup bagaimana faktor-
faktor produksi tersebut dikelola, peran setiap aktor dalam perusahaan
dalam proses pengambilan keputusan mengenai faktor-faktor produksi tidak
dapat dipungkiri. Peran direksi, pemerintah, pemasok bahan baku, pemasok
tenaga kerja, pemasok mesin dan peralatan pabrik, pelanggan dan pemegang
saham merupakan peran–peran yang vital yang menjamin proses
peningkatan kapasitas produksi terlaksana dengan efektif dan efisien.
Dalam proses pengambilan keputusan mengenai strategi peningkatan
kapasitas industri, keterkaitan peran yang dimiliki setiap aktor memiliki
pengaruh yang sangat positif terhadap tujuan dari setiap aktor terhadap
3

keberlangsungan pengembangan usaha dan strategi apa yang akan


diakomodasi oleh setiap aktor dalam pencapaian peningkatan kapasitas
industri. Secara umum beberapa tujuan pengembangan usaha tersebut antara
lain meliputi perluasan pangsa pasar, peningkatan pendapatan, peningkatan
daya saing dan peningkatan lapangan pekerjaan. Sedangkan alternatif
strategi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai peningkatan kapasitas
produksi perusahaan terkait dengan tujuan-tujuan adalah pembangunan
pabrik baru, akuisisi perusahaan pakan ternak sejenis, ekspansi pabrik, dan
merger.
Permasalahan peningkatan kapasitas pabrik dalam PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. dapat diselesasikan dengan menggunakan alat
analisis hierarki (Analytical Hierarchy Process - AHP) dalam pengambilan
keputusannya. Hal ini dikarenakan persoalan yang dihadapi sangat
kompleks dimana berkaitan dengan variasi yang bermacam-macam yang
dimiliki oleh tujuan dari masing-masing aktor stakeholder perusahaan,
dengan kombinasi berbagai strategi dengan prioritas yang berbeda dan
menuntut adanya bentuk keputusan strategi yang mewakili semua prioritas
tersebut.

1.2. Tujuan

Makalah ini bertujuan memahami implementasi AHP sebagai alat


pendukung dalam proses pengambilan keputusan masalah peningkatan
kapasitas produksi di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Bisnis

Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait


untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu, kemudian menambahkan nilai
untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Suatu proses bisnis dapat
dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut
sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya.
Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses
di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.

Gambar 1. Alur Bisnis Proses

Proses bisnis dilakukan dalam perusahaan untuk menghasilkan profit


lebih banyak, kenaikan produktifitas, menyediakan tingkat pelayanan
konsumen yang lebih tinggi, memperoleh fleksibilitas lebih besar dalam
penggunaan sumber daya termasuk staf, merespon lebih cepat pada peluang
baru, meningkatkan moral staf melalui lingkungan kerja yang lebih baik,
dan menjalankan teknologi yang lebih baru tanpa hambatan.
Perkembangan pasar yang bergerak menjadi sangat kompetitif dan
persaingan bisnis yang semakin kompleks dan ketat telah menghadirkan
tantangan baru bagi perusahaan. Kecepatan menjadi masalah yang patut
diperhatikan yaitu bagaimana cara perusahaan atau organisasi untuk
mendapatkan dan mengevaluasi informasi dengan segera, dan untuk
kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merespon setiap kejadian
dan masalah secara cepat dan tepat pula. Karena itu kecepatan menjadi
5

faktor penting dalam menumbuhkan nilai kompetitif suatu perusahaan atau


organisasi. Masalah yang sering kali terjadi adalah perusahaan gagal atau
terlambat dalam merespon tantangan bisnis yang muncul secara tidak
terduga. Sebagai contoh: banyak perusahaan sangat lambat dalam
mendeteksi adanya peluang-peluang bisnis baru serta dalam mendeteksi
pergerakan yang dilakukan oleh kompetitor; lebih jauh lagi adalah
perusahaan kadang cenderung mempunyai sifat reaktif dan tidak dapat
mendeteksi masalah secara dini, dimana ini merupakan hal yang sangat
kontraproduktif bagi perusahaan dalam menghadapi perkembangan bisnis di
masa seperti sekarang ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, para
pemimpin perusahaan sangat membutuhkan suatu solusi yang dapat
membantu mereka untuk melihat gambaran bisnis mereka secara
menyeluruh (komprehensif) dan real-time, dalam arti apa yang mereka lihat
saat itu di laporan adalah benar-benar menggambarkan kondisi perusahaan
sebenarnya saat itu juga, bukan 1 minggu yang lalu, 1 hari yang lalu, atau
bahkan 1 jam yang lalu. Untuk itu peranan teknologi di sini menjadi sangat
vital. Perusahaan dapat mengandalkan teknologi yang tepat untuk
membantu mereka dalam meningkatkan efisiensi, mempertajam daya
respons, dan pada akhirnya adalah mampu menghasilkan nilai kompetitif
bagi perusahaan.
Pada beberapa tahun terakhir telah banyak perusahaan yang
memanfaatkan solusi dengan teknologi informasi (TI) untuk mengoptimasi
proses bisnis yang dimilikinya, tapi kadang solusi yang mereka kembangkan
masih setengah-setengah. Mereka membangun solusi TI tersebut dalam
beberapa sistem yang terpisah, bukan dalam satu kesatuan. Sistem yang
dibangun biasanya terbagi berdasarkan unit kerja, atau berdasarkan proses
bisnis yang ada. Hal ini tentunya dapat menimbulkan beberapa masalah
ketika suatu saat terdapat proses bisnis yang membutuhkan adanya
kolaborasi ataupun pertukaran informasi antar unit kerja atau antar proses
bisnis untuk menyelesaikan rangkaian prosesnya tersebut, yang tentunya hal
ini tidak akan dapat ditangani dengan solusi TI model seperti ini. Solusi TI
6

seperti ini sebenarnya sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada dunia
bisnis yang sangat dinamis seperti saat ini.
Teknologi Manajemen Proses Bisnis atau Business Process
Management (BPM) adalah jawaban yang benar-benar ditunggu dan
dibutuhkan kalangan bisnis untuk membantu bisnis mereka dalam
menghadapi tantangan dan kompetisi seperti sekarang ini. BPM adalah
solusi TI dengan pendekatan baru yang ampuh digunakan untuk membantu
meningkatkan efisiensi dan menumbuhkan nilai kompetitif suatu bisnis.
BPM dirancang untuk mengintegrasikan antara karyawan dan sistem
informasi melalui proses-proses yang telah terotomatisasi dan bersifat
sangat fleksibel. BPM juga merupakan solusi yang tepat untuk
meningkatkan daya respon perusahaan secara signifikan untuk
menyesuaikan keinginan pelanggannya pada setiap produk atau layanan
yang dihasilkan, dengan cara memberikan akses informasi secara real-time
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah, serta pengambilan
tindakan untuk merespon masalah yang terjadi secara lebih cepat dan tepat.
Manajemen Proses Bisnis (BPM) adalah sebuah pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui pembangunan otomatisasi
proses dan ketangkasan untuk mengelola perubahan. BPM membantu
perusahaan dalam mengawasi dan mengontrol seluruh elemen pada proses
bisnis, seperti karyawan, pelanggan, pemasok, dan workflow. BPM
meningkatkan kualitas proses bisnis melalui penyediaan mekanisme
feedback yang lebih baik. Review yang berkesinambungan dan real-time
akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah dan kemudian
mengatasinya secara lebih cepat sebelum masalah tersebut berkembang
menjadi lebih besar.

2.2. Metode Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan


penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui
beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan
dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat
7

keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,


menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan
telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
a) G. R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah
sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin.
b) Claude S. Goerge, Jr mengatakan proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan
diantara sejumlah alternatif.
c) Horold dan Cyril O'Donnell mereka mengatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara
bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
d) P. Siagian menyebutkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan
data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
Tahap pengambilan keputusan adalah :
    a. Mengidentifikasi masalah utama
    b. Menyusun alternatif
    c. Menganalisis alternatif
    d. Mengambil keputusan yang terbaik

2.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli


matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
8

pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis


berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan
yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang
berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai
persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi
hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP,


yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan
prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical
Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang
akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-
komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan
tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan
beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang
dihadapi. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan
keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Lengkap
Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting,
yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian
tujuan.
b) Operasional
Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai
arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat
menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana
untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
9

c) Tidak berlebihan
Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung
pengertian yang sama.
d) Minimum
Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk
mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta
menyederhanakan persoalan dalam analisis.
 

1) Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan


decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-
unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga
dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini
dinamai hirarki (hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak
memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat,
tergantung dari pengambil keputusanlah yang menentukan dengan
memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan
tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki
lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua
elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak
lengkap.

2) Comparative Judgement

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif


dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat
yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini
akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks
pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen-
elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yaitu :
a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
10

b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan


dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam
penyusunan skala kepentingan, saat menggunakan patokan pada Tabel
berikut.

Tabel 1. Acuan Penyusunan Skala Kepentingan

Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma


reciprokal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j,
maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding
elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan
menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang
berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka
11

akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n.


Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini
adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen
diagonalnya sama dengan 1.

3) Synthesis of Priority

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai


eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-
matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk
mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local
priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui
prosedur sintesis dinamakan priority setting.

4) Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek


yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-
objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
12

III. PROFIL PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan


PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. berdiri pada tanggal 8 Maret 1978
dengan Akte Notaris Kartini Mulyadi No. 85 dengan status Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Lokasi pendirian mula-mula berada di Jalan
Nilam Barat No. 5-7 Perak, Surabaya yang menempati satu gudang pada
tanah seluas 3.000 m2. Pada tahun 1980, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Pindah ke Jalan HR. Moch. Mangundiprojo Km 3,5 Buduran, Sidoarjo
sampai sekarang, yang semula hanya tahah seluas 2 hektar dan kemudian
berkembang dengan luas 25 hektar.
Tujuan umum pendirian PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. adalah
membantu program pemerintah dalam hal ketenagakerjaan, meningkatkan
gizi masyarakat, dan alih teknologi dalam bidang pakan ternak.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. merupakan gabungan dari PT
Japfa Pelletizing Company yang bergerak dalam bidang ekspor impor bahan
baku pakan ternak dan PT Comfeed Indonesia Ltd. yang bergerak dalam
bidang industri pakan ternak. Kedua perusahaan ini merupakan anak
perusahaan dari PT Ometraco yang bergerak dalam bidang ekspor impor
sehingga secara tidak langsung PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. juga
merupakan anak perusahaan dari PT Ometraco. Setelah berkembang
menjadi perusahaan yang besar, maka PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
melepaskan diri dari PT Ometraco.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. merupakan perusahaan go public
pada bulan Januari 1990. Bahan baku yang diperoleh PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. berasal dari dalam negeri (40%) dan luar negeri (60%). Hasil
produksi dipasarkan ke seluaruh Indonesia (98%) dan diekspor (2%).
Dalam pemenuhan bahan baku dan hasil produksi, PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. mengadakan kontrak dengan perusahaan angkutan
darat dan laut EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut). Besar kecilnya dan
frekuensi pengiriman pakan tergantung dari permintaan konsumen, besar
kecilnya agen dan fasilitas gudang yang dimiliki oleh agen.
13

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. mempunyai anak perusahaan yaitu


PT Suri Tani Pemuka yang bergerak di bidan pakan udang dan ikan, PT
Multi Phala Agrinusa yang bergerak di bidang pakan ternak, serta PT Multi
Breeder Adirama Indonesia Tbk. yang bergerak dalam bidang pembibitan
ayam dan peternakan ayam komersial, PT Bintang Terang Gemilang yang
juga bergerak dalam bidang pakan ternak, PT Ciomas Adisatwa yang
bergerak dalam bidang pemotongan ayam, dan PT Supra Sumber Cipta.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. sendiri mempunyai beberapa
cabang di dalam negeri, antara lain di Sragen, Cirebon, Makassar, Lampung
Tangerang, Cikande, Medan, dan kantor di Jakarta. Untuk cabang yang
berada di luar negeri yaitu di India, Myanmar, Vietnam, dan kantor di
Singapore.

3.2. Struktur Organisasi


Dalam mempertahankan kontinuitas dan perkembangan perusahaan,
sistem manajemen sangat diperlukan. Salah satu aspek dari sistem
manajemen adalah bentuk organisasi untuk mempermudah membuat suatu
sistem kerja yang efektif dan efisien.
Bentuk struktur organisasi pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
adalah lini dan staff, dengan ciri-ciri antara lain wewenang yang diberikan
langsung dari atasan kepada bawahan dan tiap departemen tidak
bertanggung jawab kepada staff, perusahaan merupakan suatu organisasi
besar, daerah kerjanya luas, mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam,
jumlah karyawannya banyak serta terdapat satu atau lebih tenaga staff.
Beberapa keuntungan organisasi lini dan staff adalah dapat
digunakan oleh setiap organisasi besar, apapun tujuannya, betapapun luas
tugas dan kompleks susunan organisasinya, pengambilan keputusan yang
sehat lebih mudah karena adanya staff ahli. Sedangkan kerugiannya antara
lain karyawan tidak saling mengenal sehingga solidaritas sukar diharapkan,
koordinasi organisasi terkadang sulit diterapkan karena rumit dan
kompleksnya.
14

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. dipimpin oleh seorang Head of


Unit yang membawahi beberapa Departemen yaitu Marketing, Plant,
Procurement, Finance and Accounting, Quality Control, dan Personnel and
General Affairs yang masing-masing dipimpin oleh seorang Manajer
Departemen.
Head of Unit bertanggung jawab sepenuhnya pada perusahaan, di
dalam menentukan kebijaksanaan untuk pengembangan perusahaan,
bertanggung jawab atas terselenggaranya tugas dan pengelolaan personil
perusahaan.
Marketing Manager mempunyai tanggung jawab dalam menentukan
masalah strategi penjualan, harga dan kolektor atau penarik uang dan
bertanggung jawab terhadap Head of Unit.
Plant Manager bertanggung jawab terhadap masalah produksi
pergudangan yang meliputi bahan baku dan barang jadi, masalah teknik
yang meliputi mesin dan kelengkapannya serta fasilitas pabrik, masalah
proses perencanaan produksi dan pengendalian persediaan. Plant Manager
secara langsung membawahi Production Departement, Warehouse
Departement, Technical Department, dan PPIC Department. Selain itu
Plant Manager juga bertanggung jawab terhadap Head of Unit.
Procurement Manager bertanggung jawab kepada Head of Unit dan
terhadap pengadaan material sesuai standar dengan harga murah, baik
berupa baku bahan baku lokal maupun impor. Khusus untuk bahan baku
impor mengatur mula dari pembelian, pengiriman dan penerimaan di
pelabuhan.
Finance and Accounting Manager bertanggung jawab terhadap
penentuan strategi keuangan secara total meliputi pengeluaran uang,
pemasukan uang, mengontrol pemasukan dan pengeluaran uang serta pajak
dan bertanggung jawab terhadap Head of Unit.
Quality Control Manager mempunyai tanggung jawab dalam
melakukan kontrol terhadap bahan baku yang akan dibeli atau yang masuk,
bahan baku yang tersimpan dalam gudang, bahan baku yang sedang dalam
proses dan barang jadi dalam gudang serta memberikan garansi terhadap
15

kondisi-kondisi tersebut di atas kepada departemen internal meliputi


produksi, pengadaan material dan formulation serta bertanggung jawab
terhadap Head of Unit.
Tanggung jawab seorang Personnel and General Affairs Manager
meliputi masalah penerimaan pegawai, promosi, gaji, kesejahteraan,
keamanan dan bertanggung jawab kepada Head of Unit. Adapun struktur
organisasi dapat dilihat jelas pada Lampiran 1.

3. 3. Bahan Baku PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.


Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk pembuatan pakan
ternak di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Adalah biji jagung dan SBM
(Soya Bean Meal). Kadar air untuk biji jagung yang disimpan di silo
maksimal sebesar 15,5%. Bahan baku utama lain yang digunakan antara lain
adalah :
a) CGM (Corn Gluten Meal),
b) Tepung bulu,
c) Tepung batu (karbonat),
d) Tepung kerang,
e) Biji batu,
f) Wheat Bran Meal,
g) Wheat Bran Pellet,
h) RSM (Rape Seed Meal),
i) MBM (Meat Bone Meal),
j) Tepung tulang,
k) Tepung ikan,
l) PBPM (Poultry By Product Meal),
m) Gaplek chip,
n) Copra chip,
Sedangkan bahan baku tambahan yang digunakan dalam produksi
pakan ternak antara lain adalah :
a.Garam,
b. Premix (diproduksi sendiri di premix plant),
16

c.Vitamin (seperti lysine, choline, methionine, dan lain-lain),


d. Palm ail (PO),
e.Dan lain-lain.

3.4. Proses Produksi


Proses produksi yang dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Mengikuti diagram alir yang dapat dilihat dengan jelas pada Lampiran 2.
Intake/pengisian bahan baku bertujuan untuk mempersiapkan bahan
baku agar siap untuk diolah dan memperlancar proses pencampuran bahan.
Sedangkan alat transportasi dan pembersih yang digunakan untuk proses ini
antara lain chain conveyor (CC), elevator, drum sieve, magnet, intake
weigher (timbangan pengisian), screw conveyor (SC), rotary distributor
(RD), dan silo (bin penampungan bahan).
Proses terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu dosing (penimbangan
bahan sesuai resep), grinding (penghancuran bahan baku yang kasar),
mixing (pencampuran semua bahan sesuai resep), pelleting (pembentukan
pellet), dan crumbling (pembentukan crumble). Proses bertujuan untuk
menimbang bahan baku dari bin, menghancurkan, mencampur bermacam-
macam bahan baku jadi yang dibutuhkan, dan membentuk bahan dari mixer.
Tahap pemrosesan mengikuti urutan sebagai berikut :
a) Menyusun rencana produksi sesuai tempat dan kondisi barang
jadi serta permintaan dari agen atau rencana pengeluaran barang.
Setelah rencana tersusun, kemudian dibuat jenis produk. Satu
kali pembuatan produk sebanyak 6 ton (1 batch system).
b) Dari perencanaan pembuatan jenis produk tersebut kemudian
disusun suatu formulasi atau resep oleh bagian nutrisi. Setelah
resep tersebut diketikkan pada komputer dan dicetak untuk
dilakukan pengecekan (apakah yang diketik sesuai dengan
aslinya). Hasil cetakan tadi diperiksa untuk disetujui bahwa resep
tersebut dapat dipakai untuk produksi.
c) Proses pembuatan berjalan sesuai dengan resep sampai dengan
target 6 ton terpenuhi. Selama proses dosing, kadang-kadang
17

terjadi kelebihan atau kekurangan dari target yang telah


ditentukan. Kelebihan dan kekurangan tersebut ditunjukkan oleh
sinyal atau alarm melalui komputer dengan maksud apakah
penimbangan bisa diteruskan atau tidak.
d) Campuran bahan baku yang telah ditimbang ditampung
sementara pada bin penampung, campuran bahan baku
mengalami pengayakan pada throw sieve, yang halus masuk ke
penampungan sementara (mixer charger bin) dan yang kasar
masuk ke grinder (hammermill) untuk dihaluskan yang akhirnya
juga ditampung pada mixer charger bin. Kemudian dari bin
masuk ke mixer dengan diberi tambahan premix secara manual,
vitamin dari bin vitamin, dan juga minyak atau kadang juga
menggunakan tetes. Fungsi penambahan tetes adalah untuk
meningkatkan pencernaan ransum, untuk meningkatkan aktivitas
mikroba dalam usus besar, dan sebagai sumber energi (untuk
jenis-jenis produk tertentu). Dari mixer akhirnya ditampung di
bin press.

Alat dan mesin yang digunakan pada bagian proses ini adalah dosing
weigher (timbangan), chain conveyor (CC), elevator, hopper I dan II
(menampung bahan sebelum masuk grinder), filter, blower, throw sieve,
grinder/hammermill, vitamin weigher, mixer charger bin, mixer, rotary
distributor (RD), bin press, mesin pellet, cooler, crumbler, airlock, dan bin
bagging off.
Pada mesin pellet terjadi proses pelleting yang mengalami
pemanasan antara 85oC sampai 90oC dengan menggunakan uap pada
conditioner yang berfungsi untuk mematangkan bahan campuran dan
membunuh bakteri. Bahan campuran dari mixer akan dibuat menjadi bentuk
pellet yang ukuran diameter dan panjangnya disesuaikan dengan
permintaan. Ada juga yang diproses lagi menjadi bentuk crumble (lebih
halus dari bentuk pellet). Produk jadi juga ada yang berbentuk tepung, yang
terdiri dari tepung konsentrat dan tepung pakan jadi. Tepung konsentrat
18

dalam penggunaannya masih perlu diberi campuran jagung lagi, sedangkan


tepung pakan jadi dapat langsung diberikan pada ternak.
Pengetapan (bagging off) bertujuan untuk mengisi dan menyimpan
makanan ternak (finihed product) dalam karung (dengan ukuran tiap
karungnya 50 kg) setelah permrosesan sehingga sesuai dengan permintaan
pasar. Alat dan mesin yang digunakan adalah finished product weigher
(timbangan pengetapan), dan mesin jahit, belt conveyor.
Barang repro merupakan produk yang tidak sesuai dengan standar
kualitas yang ditentukan oleh Departemen QC (seperti pellet yang hancur,
terkontaminasi, hardness tidak sesuai, dan lain-lain). Jadi harus
dikembalikan ke gudang lagi agar direpro (diproses lagi). Dengan demikian
diharapkan produk yang terbuang hanya sedikit.
19

IV. STUDI KASUS

2.4. Deskripsi Masalah


Industri pakan ternak terus mengalami peningkatan permintaan
seiring dengan perkembangan peternakan di Indonesia baik skala kecil
maupun besar. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang industri feed (pakan ternak) dengan memproduksi
berbagai macam jenis pakan ternak. Saat ini, PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. telah menjadi pemasok yang berskala cukup besar di Indonesia.
Dengan skala distribusi yang cukup besar dan senantiasa meningkatkan
kualitas produknya, maka perusahaan wajib melakukan pengontrolan secara
kontinyu untuk keseluruhan proses yang ada. Pengontrolan produksi tersebut
dilakukan oleh Plant Department dan Quality Control Department (QC).
Kedua departemen ini harus bekerjasama dan menjalin komunikasi yang
baik sehingga dapat dihasilkan produksi dengan kapasitas optimal dan
kualitas yang sesuai standar.
Jumlah permintaan pakan ternak terus meningkat sehingga
perusahaan seringkali kesulitan dalam memenuhi seluruh permintaan pakan
ternak. Permintaan pakan ternak yang belum terpenuhi tersebut menjadi
peluang yang menjanjikan bagi perusahaan untuk mengembangkan
usahanya melalui peningkatan kapasitas produksi. Di sisi lain, terdapat
beberapa alternatif strategi untuk mengeksekusi hal tersebut. Oleh karena itu
diperlukan analisis komprehensif agar perusahaan dapat mengambil langkah
yang tepat dalam meningkatkan kapasitas produksi. Salah satu alat bantu
pengambilan keputusan yang dapat digunakan adalah AHP.

2.5. Penyusunan Komponen Hirarki AHP


Perusahaan menyadari pentingnya pelaksanaan segera peningkatan
kapasitas produksi di perusahaan. Solusi perusahaan dalam mengatasi hal
ini dituangkan dalam empat alternatif strategi, yaitu pembangunan pabrik
baru, akuisisi perusahaan sejenis, ekspansi pabrik, maupun merger. Namun
demikian, sejalan dengan prinsip kerja AHP maka permasalahan ini perlu
20

diuraikan menjadi komponen-komponen hirarki untuk menyusun struktur


hirarki sehingga akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Permasalahan peningkatan kapasitas produksi di PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. dapat diuraikan menjadi 5 tingkatan komponen : fokus,
faktor, aktor, tujuan, dan strategi.
1) Fokus
Fokus permasalahan adalah menentukan strategi yang tepat dalam
meningkatkan kapasitas produksi perusahaan.

2) Faktor
Pada level ini ditentukan faktor apa saja yang mempengaruhi
kapasitas produksi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat 5 faktor
produksi yang mempengaruhi kapasitas produksi, yaitu tenaga kerja,
mesin, bahan baku, modal, dan teknologi proses. Pada faktor produksi
tenaga kerja program peningkatan kapasitas produksi diperoleh melalui
pelatihan sehingga keterampilan personal tenaga kerja meningkat.
Keterampilan kerja yang meningkat berbanding lurus dengan
peningkatkan produktivitas personal sehingga pada akhirnya diharapkan
akan meningkatkan kapasitas produksi secara menyeluruh.
Peningkatan kapasitas produksi dapat juga dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap mesin yang digunakan. Kapasitas mesin
perlu ditinjau kembali apakah telah digunakan secara optimal atau
bahkan sebaliknya telah melebihi kapasitas terpasang mesin. Hasil
evaluasi akan menjadi pertimbangan dalam melakukan kebijakan atas
mesin. Jika mesin telah digunakan dengan kapasitas optimal maka
perusahaan dapat mengeluarkan kebijakan pembelian mesin baru untuk
menambah atau menggantikan mesin lama.

3) Aktor
Aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan strategi
peningkatan kapasitas produksi melalui hubungan langsung dengan
faktor produksi adalah direksi, pemerintah, pemasok bahan baku,
21

pemasok tenaga kerja, pemasok mesin dan peralatan pabrik, pelanggan,


serta pemegang saham. Setiap aktor memiliki jangkauan kekuasaan yang
berbeda atas pengelolaan suatu faktor produksi.
a) Direksi
Direksi memiliki wewenang penuh dalam pengambilan kebijakan
yang terkait seluruh faktor produksi (tenaga kerja, mesin, bahan
baku, modal, dan teknologi proses).
b) Pemerintah
Pemerintah terlibat dalam penentuan kebijakan faktor produksi
tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi proses. Kebijakan
pemerintah terkait dengan tenaga kerja antara lain mengenai Upah
Minimum Regional (UMR), penggunaan tenaga kerja dari sumber
luar (outsource), dan penyerapan tenaga kerja regional. Dalam hal
bahan baku, pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk tarif
impor jagung. Sebagaimana diketahui bahan baku pakan ternak yang
digunakan perusahaan adalah jagung dengan komposisi 60% masih
bersumber dari impor. Sementara itu, sistem permodalan perusahaan
berada dalam pengawasan pemerintah melalui Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha (KPPU) untuk menjaga iklim persaingan usaha di
industri pakan ternak.
c) Pemasok bahan baku
Pemasok bahan baku terlibat dalam pemenuhan bahan baku sesuai
dengan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan. Komunikasi yang
baik antara perusahaan dengan pemasok juga perlu dijalin sehingga
karakteristik bahan baku yang dipenuhi pemasok sesuai dengan
teknologi proses yang diimplementasikan di perusahaan.
d) Pemasok tenaga kerja
Tingkat persaingan usaha yang semakin ketat di industri pakan
ternak mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja tinggi sebagai
salah satu keunggulan kompetitif. Salah satu faktor yang dapat
mendukung hal tersebut adalah tenaga kerja yang kompeten sesuai
dengan bidang yang dibutuhkan. Kebutuhan tenaga kerja ini dapat
22

dipenuhi melalui pemasok tenaga kerja (outsource). Dengan


menggunakan jasa pihak pemasok, maka perusahaan tidak perlu
mengalokasikan waktu dan biaya perekrutan tenaga kerja. Hal yang
perlu dilakukan perusahaan adalah menganalisis jumlah dan
kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan
teknologi proses yang ada.
e) Pemasok mesin dan peralatan pabrik
Teknologi proses terkait erat dengan penggunaan mesin-mesin
produksi. Dengan demikian perusahaan perlu menjalin komunikasi
yang transparan dan terbuka dengan para pemasok mesin dan
peralatan pabrik. Pemilihan pemasok tidak terlepas dari kesesuaian
spesifikasi mesin dan peralatan pabrik dengan teknologi perusahaan
serta harga yang kompetitif.
f) Pelanggan
Preferensi pelanggan ikut dipertimbangkan dalam pemilihan bahan
baku dan teknologi proses di perusahaan. Untuk menguasai pangsa
pasar, produk pakan ternak yang diproduksi selayaknya
mengakomodasi kebutuhan pelanggan yang salah satunya dipenuhi
oleh penggunaan bahan baku yang menunjang. Sebagai contoh,
peternak ayam sebagai salah satu pelanggan perusahaan
membutuhkan kandungan vitamin A yang cukup dalam pakan ternak
untuk meminimalkan tingkat mortalitas. Perusahaan dengan
demikian harus jeli memilih pemasok vitamin A yang paling
kompetitif dari segi kualitas maupun harga.
g) Pemegang saham
Dengan status badan hukum perusahaan terbuka, sebagian pemegang
saham ikut menentukan kebijakan yang diambil perusahaan terkait
dengan kondisi permodalan serta alokasi dana untuk investasi mesin.

4) Tujuan
Peningkatan kapasitas produksi perusahaan bertujuan untuk
memperluas pangsa pasar, meningkatkan pendapatan bersih, serta
23

meningkatkan daya saing melalui pemenuhan permintaan pakan ternak


yang tinggi. Selain itu, sebagai wujud kontribusi perusahaan dalam
menciptakan kesejahteraan masyakat Indonesia, peningkatan kapasitas
produksi akan membuka lapangan pekerjaan baru sehingga semakin
banyak tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan. Peningkatan daya
saing dan pendapatan bersih perusahaan dipengaruhi oleh peran serta
direksi, pemerintah, pemasok bahan baku, tenaga kerja, dan mesin,
pelanggan, dan pemegang saham. Perluasan pangsa pasar diperoleh
terutama dari kontribusi kebijakan direksi, regulasi pemerintah atas
persaingan usaha, kepuasan pelanggan, dan persetujuan para pemegang
saham. Pemenuhan tujuan terakhir perusahaan sebagai program
Corporate Social Responsibility (CSR) dipengaruhi oleh kebijakan
direksi dan pemerintah, serta kepuasan perusahaan atas pelayanan
pemasok tenaga kerja (outsource) dalam menyalurkan tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan.

5) Strategi
Alternatif strategi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai
peningkatan kapasitas produksi perusahaan adalah pembangunan pabrik
baru, akuisisi perusahaan pakan ternak sejenis, ekspansi pabrik, dan
merger.
24

Fokus :
Peningkatan kapasitas produksi pakan ternak pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Faktor :
Tenaga kerja Mesin Bahan baku Modal Teknologi proses

Aktor :
Direksi Pemerintah Pemasok bahan baku Pemasok tenaga kerja Pemasok mesin & Pelanggan Pemegang
peralatan pabrik saham

Tujuan :

Perluasan pangsa pasar Peningkatan pendapatan Peningkatan daya saing Peningkatan lapangan pekerjaan

Strategi :
Pembangunan pabrik baru Akuisisi perusahaan sejenis Ekspansi pabrik Merger

Gambar 2. Struktur Hirarki AHP Peningkatan Kapasitas Produksi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
25

V. PEMBAHASAN

5.1. Penyelesaian Kasus di PT Japfa Comfeed, Tbk.


3.

4.

4.1.

4.1.1. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam menganalisis kasus yang ada pada PT. Japfa Comfeed


digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode AHP
memungkinkan penyusunan permasalahan yang tidak terstruktur ke dalam
sebuah urutan hirarki sehingga memudahkan pemahaman masalah yang
kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan
akhirnya melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus
menentukan keputusan mana yang akan diambil.
Proses penyusunan elemen-elemen secara hirarkis meliputi
pengelompokan elemen-elemen dalam komponen yang sifatnya homogen
dan menyusun komponen-komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat.
Berdasarkan garis hirarki analisis yang ada dalam kasus PT. Japfa Comfeed,
terdapat lima layer, yaitu : fokus, aktor, faktor, tujuan,dan strategi. Hirarki
juga berperan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi
interaksi antara komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem.
Berdasarkan layer-layer tersebut maka diperoleh hubungan antar-layer
yang selanjutnya diberikan nilai dalam bentuk angka skala preferensi yang
merupakan tingkat relativitas pentingnya satu elemen terhadap elemen yang
lain. Abstraksi ini juga merupakan bentuk saling berkaitan, tersusun dan
suatu puncak atau sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub tujuan
tersebut, lain kepelaku (aktor) yang memberi dorongan, turun ketujuan-
tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi tersebut.
Metode AHP adalah prosedur pengambilan keputusan, yang
dirancang untuk menangkap persepsi orang atau sekelompok orang yang
26

berhubungan erat dengan permasalahan tertentu. Dalam kasus PT. Japfa


Comfeed, aktor yang berperan dalam pencapaian fokus adalah : direksi,
pemerintah, pemasok bahan baku, pemasok tenaga kerja, pemasok mesin
dan peralatan pabrik, pelanggan dan pemegang saham. Aktor berperan
menentukan faktor-faktor produksi yang ada dalam upaya peningkatan
kapasitas industri. Persepsi yang diberikan oleh aktor terhadap suatu faktor
produksi melibatkan skala preferensi yang kemudian skala tersebut
disintesis untuk mendapatkan elemen/ variabel mana yang memiliki
prioritas tertinggi. Dalam pengambilan keputusan hal yang perlu
diperhatikan adalah pada saat pengambilan data, dimana data ini diharapkan
dapat mendekati nilai yang sesungguhnya. Derajat kepentingan pelanggan
dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan berpasangan.
Perbandingan berpasangan sering digunakan untuk menentukan kepentingan
relatif dari elemen-elemen dan kriteria-kriteria yang ada. Perbandingan
berpasangan tersebut diulang untuk semua elemen dalam tiap tingkat.
Elemen dengan bobot paling tinggi adalah pilihan keputusan yang layak
dipertimbangkan untuk diambil. Untuk setiap kriteria dan alternatif, harus
diberikan perlakuan perbandingan berpasangan (pairwise comparison),
yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada
setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat
kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Nilai-nilai
perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukanperingkat relatif
dari seluruh alternatif.
Langkah keempat dari metode AHP adalah melakukan
pemeriksaan konsistensi terhadap nilai-nilai perbandingan yang telah
diberikan. Nilai-nilai perbandingan berpasangan yang dilakukan harus
diperiksa konsistensinya, Langkah kelima dari metode AHP adalah dengan
melakukan sintesis dari nilai-nilai perbandingan yang telah ditetapkan.
Nilai-nilai perbandingan yang telah diboboti kemudian disintesis secara
bersamaan sehingga dapat ditemukan jawaban atau kesimpulan dari
berbagai alternatif strategi yang telah diboboti, dimana jawaban tersebut
27

merupakan perwakilan alternatif-alternatif terbaik untuk solusi pemecahan


masalah didalam PT . Japfa Comfeed.
Dalam pemecahan masalah melalui metode AHP terdapat tiga
prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun
hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative
Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency).

5.1.2. Kuisioner
5.1.2.1. Ruang Lingkup Responden
Penilaian dilakukan oleh responden yang berjumlah 5 orang, yang
terdiri dari Konsultan 1 PT Japfa Comfeed, Konsultan 2 PT Japfa Comfed,
Pakar Industri Pakan Ternak, Kepala Dinas Perindustrian Tangerang, dan
Ketua Asosiasi Industri Pakan Ternak. Pemilihan dilakukan berdasarkan
kompetensi masing-masing responden dalam bidang peternakan khususnya
pakan ternak. PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. mempunyai 2 orang
konsultan yang membantu pihak direksi dalam menentukan kebijakan
perusahaan terutama dalam menambah pendapatan dari perusahaan. Oleh
karena itu penilaian dari konsultan mempunyai peranan penting dalam
mengambil langkah kebijakan dalam kasus peningkatan kapasitas produksi.
Penilaian oleh pakar industri juga sangat penting terutama dalam
menentukan jumlah kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh PT Japfa
Comfeed Indonesia, Tbk. Hal-hal yang dinilai oleh pakar industri pakan
ternak adalah kesiapan pihak pemasok bahan baku dalam menyediakan
jagung dan optimalisasi penggunaan teknologi. Berdasarkan kedua aspek
tersebut baru dapat ditentukan hal-hal yang dilakukan dalam peningkatan
kapasitas produksi.
Letak PT Japfa Comfeed Indonesia yang ada di daerah Balaraja
membuat penilaian oleh Kepala Dinas Perindustrian Balaraja menjadi
sangat penting. Hal ini berkaitan dengan perizinan yang diberikan oleh
Dinas Perindustrian terhadap perluasan area PT Japfa Comfeed. Dinas
Perindustrian juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk menjamin dan
meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan PT
28

Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Responden selanjutnya adalah Ketua


Asosiasi Industri Pakan Ternak (AIPT), penilaian oleh AIPT diperlukan
untuk melihat dan mengetahui kebutuhan pasar terhadap produk PT Japfa
Comfeed.

5.1.2.2. Konsep Kuisioner


Konsep kuisioner yang diajukan berbentuk perbandingan antara satu
elemen dengan elemen baris lainnya. Jawaban dari pertanyaan tersebut
diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-
elemen yang dibandingkan secara berpasangan. Nilai komparasi yang
diberikan mempunyai skala 1 – 9 atau sebaliknya (1/2,…,1/9), dan
dituliskan dalam kotak-kotak yang tersedia. Skala penilaian yang diberikan
adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Skala Penilaian Tingkat Kepentingan


Tingkat
Definisi
Kepentingan
1 Sama pentingnya dibanding yang lain
3 Sedikit lebih penting dibanding yang lain
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain
9 Ekstrim (mutlak) pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Ragu-ragu diantara dua nilai yang berdekatan
Reciprocal Kebalikannya nilai tingkat keputusan dari sklala 1-9
1/(1-9)

4.2. Pemilihan Expert Choice sebagai Tool dalam Penyelesaian AHP


Expert Choice merupakan salah satu bagian dari DMS(Desicision
Making Software)/ software pengambil keputusan. Software pengambil
keputusan (DMS) merupakan suatu istilah yang mengintegrasikan alat
analisis keputusan untuk memfasilitasi proses seseorang dalam pengambilan
keputusan, yang akan menghasilkan pilihan tindakan atau varian di antara
beberapa alternatif. DMS berbasis pada Decision Support Sistem (DCS) atau
sistem penunjang keputusan, yang digunakan untuk struktur informasi,
mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
29

DMS didasari atas analisis keputusan multi-kriteria (Multi-Criteria


Decision Analysis) yang bervaririasi seperti : Analytic Hierarchy Process
(AHP), Multi-attribute value theory (MAVT), Multi-attribute utility theory
(MAUT), dan Multi-attribute global inference of quality (MAGIQ). Suatu
masalah keputusan, awalnya didekomposisi menjadi hierarki yang lebih
mudah dipahami menjadi sub-masalah, kemudian masing-masing sub-
masalah tersebut dianalisis secara mandiri. Setiap unsur-unsur hierarki dapat
berhubungan dengan setiap aspek dari masalah keputusan, baik berwujud
atau tidak berwujud, diukur secara intensif atau secara kasar dipahami
secara baik ataupun buruk.
Ketika pohon keputusan dibuat, para pengambil keputusan
mengevaluasi berbagai elemen menggunakan data konkrit untuk elemen
atau berdasarkan penilaian mereka sendiri mengenai unsur-unsur relativitas
dan tingkat kepentingannya. Pada langkah akhir dari proses, prioritas
numerik dihitung untuk masing-masing alternatif keputusan yang akan
diambil. Selain evaluasi alternatif dan mencari solusi terbaik, Software
Pengambilan Keputusan memiliki fitur tambahan untuk analisis keputusan
yang efektif seperti :
 Pairwise comparison
 Time analysis and time optimization
 Sensitivity analysis and fuzzy logic calculations
 Risk aversion measurement
 Group evaluation (teamwork)
 Graphic or visual presentation tools
 Web-based version

Tabel 3. Perbandingan Berbagai Software Pengambilan Keputusan


Web-
Pairwise Time Sensitivity Group Risk
Software   based
comparison   Analysis   analysis   evaluation   management  
version  
Expert Choice Yes No Yes Yes Yes Yes
Hiview3 No No Yes Yes No No
Vanguard
No No Yes Yes Yes Yes
Studio
Criterium No No Yes No No No
30

DecisionPlus
Decision Lab Yes No Yes No Yes No
Decision
No No Yes No Yes No
Manager
DPL
No No Yes No Yes No
Syncopation
ERGO Yes No Yes No No Yes
Logical
No No Yes No No No
Decisions
RPM-
No No Yes No No Yes
Decisions
TreeAge Pro No No Yes No Yes No
1000Minds Yes No No Yes No Yes
Analytica No Yes Yes No Yes Yes

AHP dirancang untuk memecahkan masalah berkriteria banyak


yang kompleks dalam pengambilan keputusan. AHP didasarkan pada
kemampuan bawaan manusia untuk membuat penilaian tentang masalah-
masalah kecil. AHP memfasilitasi pengambilan keputusan tersebut dengan
mengorganisir persepsi, perasaan, penilaian, dan kenangan ke dalam sebuah
kerangka kerja yang menunjukkan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
suatu keputusan. Tehnik AHP diimplementasikan kedalam program-
program aplikasi komputer yang betujuan untuk memudahkan perhitungan
penilaian pendapat dari pakar/responden.
Software pengolahan AHP berkembang pesat seiring dengan
perkembangan teknologi informasi. Meskipun banyak software AHP yang
diperkenalkan seperti : Winpre, Hipre 3+, SSM (Software Sizing Model),
Criplus namun Expert choice tetap menjadi pilihan para pengguna. Hal ini
dikarenakan oleh Expert choice merupakan perintis dalam program aplikasi
pengolahan berbasis AHP dan secara terus menerus diperbaharui dengan
versi terbaru. Keunggulan lainnya adalah kemudahan yang dalam
pengolahan dan instruksi prosedur yang jelas.

4.3. Solusi Expert Choice


Formulasi masukan dalam program expert choice sesuai dengan
susunan komponen hirarki yang telah disusun sebelumnya. Masalah yang
dihadapi oleh PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. dalam usaha peningkatan
kapasitas produksi dapat dirumuskan kedalam 5 level, yaitu fokus masalah
31

yang akan diselesaikan, faktor produksi yang mempengaruhi kebijakan,


aktor yang terlibat dalam pengambilan kebijakan, tujuan yang ingin diraih
melalui implementasi strategi, serta alternatif strategi yang dapat digunakan
oleh perusahaan. Expert choice akan memberikan solusi pada setiap level
sehingga pada akhirnya diperoleh keputusan strategi tepat untuk mencapai
peningkatan kapasitas produksi.
Solusi parsial pada setiap level yang diperoleh adalah sebagai
berikut.
1. Faktor : teknologi proses
2. Aktor : direksi
3. Tujuan : peningkatan pendapatan
4. Strategi : ekspansi pabrik
Solusi optimal yang diperoleh dari keluaran expert choice
menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi peningkatan
kapasitas produksi adalah teknologi proses. Implementasi teknologi proses
yang tepat akan mengakselerasi produktivitas sehingga kapasitas produksi
perusahaan akan meningkat. Di sisi lain, pemilihan teknologi proses
perusahaan merupakan sebuah keputusan manajerial yang kritis karena
menyangkut perubahan signifikan pada proses produksi. Oleh karena itu,
pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan teknologi proses adalah
dewan direksi perusahaan. Tujuan utama yang ingin diraih oleh perusahaan
melalui peningkatan kapasitas produksi berdasarkan solusi optimal expert
choice adalah peningkatan pendapatan perusahaan. Dengan demikian
strategi yang dinilai tepat untuk memenuhi tujuan tersebut adalah strategi
ekspansi perusahaan.
Hasil keluaran expert choice mengenai solusi optimal strategi
peningkatan kapasitas produksi di PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
berasal dari lima responden yang telah disebutkan sebelumnya dengan
tingkat inkonsistensi kurang dari 5%. Keluaran yang diberikan expert choice
diilustrasikan pada Gambar 3.
32

SDM (5,8%)

Peningkatan Kapasitas Produksi Pakan Ternak PT. Japfa Comfeed Mesin (23,0%)
(100%)
Bahan Baku (21,8%)

Modal (16,4%)
Fokus

Pemasok Bahan Baku (11,2% = 3,7%)


Teknologi Proses Pemasok Tenaga Kerja (21,6% = 7,1%)
(33,0%)
Pemegang saham (32,2% = 10,6%)

Faktor
Perluasan Pangsa Pasar (10,9% = 1,3%)
Direksi (35,0%) (11,5%) Peningkatan Daya Saing (26,9% = 3,1%)

Peningkatan Lapangan Pekerjaan (21,2% = 2,4%)

Aktor
Pembangunan Pabrik Baru (13,1% = 0,6%)
Peningkatan Pendapatan (41,0%)
(4,7%) Akuisi Perusahaan Sejenis (20,8% = 1,0%)

Tujuan
Ekspansi Pabrik (66,1%)
(3,1%)

Strategi

Gambar 3. Hasil Output Expert Choice


33

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan diatas adalah


sebagai berikut.
1. Pengambilan keputusan dengan metode AHP membantu penyelesaian masalah
dengan kriteria yang kompleks karena menguraikan masalah menjadi
tingkatan-tingkatan sehingga memudahkan dalam pengambilan solusi optimal.
2. Expert choice merupakan salah satu program pengolahan data dengan metode
AHP yang mengakomodasi penilaian para pakar terkait masalah yang dihadapi
sehingga diperoleh solusi objektif dan tepat.
3. Penggunaan teknik AHP mendukung dalam pengambilan keputusan strategi
peningkatan kapasitas produksi yang tepat di PT Japfa Comfeed Indonesia,
Tbk. Berdasarkan hasil output pengolahan expert choice dari hirarki
komponen masalah yang telah dianalisis sebelumnya, diperoleh kesimpulan
bahwa strategi peningkatan kapasitas produksi yang tepat untuk
diimplementasikan adalah ekspansi pabrik.
34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Langkah – Langah Metode Pengambilan Keputusan dengan AHP.


dalam http://getuk.wordpress.com. [4 November 2009].

Anonim. 2009. Manajemen Proses Bisnis Mendorong Efisiensi dan


Menumbuhkan Nilai Kompetitif dalam http://id.saltanera.com. [28
Oktober 2009].

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri : Persaingan, Monopoli dan Regulasi.


LP3ES, Jakarta.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Grasindo. Jakarta.

Mayhoneys. 2008. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). dalam


www.ittelkom.ac.id. [20 Oktober 2008].

Puspitasari, Henny. 2004. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri


Farmasi (Pendekatan Organisasi). [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Bogor, Bogor.

Wijaya, E. 2004. Analisa Produktivitas di PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk


dalam http://dewey.petra.ac.id. [27 Oktober 2009].

Anda mungkin juga menyukai