Anda di halaman 1dari 4

Premi Inflasi (IP)

Inflasi memiliki dampak yang signifikan pada tingkat bunga karena akan mengurangi daya beli
mata uang dan menurunkan pengembalian investasi nyata. Sebagai ilustrasi, seandainya anda
memiliki tabungan sejumlah $1.000 dan menginvestasikannya dalam surat utang negara yang
memberikan tingkat bunga 3 persen dan akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun. Pada akhir
tahun, anda akan menerima $1.030-investasi awal anda sebesar $1.000 ditambah bunga $30.
Seandainya, tingkat inflasi tahun itu adalah 3,5 persen, dan inflasi itu memengaruhi seluruh
barang tanpa kecuali. Minyak pemanas yang harganya $1 per galon pada awal tahun akan naik
menjadi $1,035 pada akhir tahun. Jadi, uang $1.000 yang anda miliki akan dapat membeli
$1.000/$1 = 1.000 galon pada awal tahun, tetapi hanya sebesar $1.030/$1,035 = 995 galon pada
akhir tahun. Dalam kondisi nyata, anda telah merugi-anda akan menerima bunga $30, tetapi
bunga tersebut tidak cukup untuk menutupi kenaikan akibat inflasi. Akibatnya, anda lebih baik
membeli 1.000 galon minyak pemanas (atau aset lain yang dapat disimpan. seperti tanah, kayu,
apartemen, gandum, atau emas) daripada membeli surat utang negara.

Investor sepenuhnya memahami hal ini. Jadi, ketika mereka meminjamkan uang, mereka
menambahkan suatu premi inflasi (inflation premium-IP) yang jumlahnya sama dengan rata-rata
perkiraan tingkat inflasi sepanjang umur efek ke dalam tingkat yang dibebankan. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, tingkat bunga aktual atas surat utang AS jangka pendek yang bebas
risiko, IT-bill jumlahnya sama dengan tingkat nyata bebas risiko, r*, ditambah premi inflasi (IP):

Jadi, jika tingkat nyata bebas risiko adalah r* = 1,7 persen dan jika inflasi diperkirakan akan
sebesar 1,5 persen (sehingga IP = 1,5%) sepanjang tahun depan, maka tingkat bunga yang
dinyatakan atas surat utang satu tahun menjadi 1,7% + 1,5% = 3,2%.

Penting untuk dicatat bahwa tingkat inflasi yang terdapat di dalam tingkat bunga adalah
perkiraan tingkat inflasi di masa depan, bukan tingkat yang dialami di masa lalu. Jadi, angka
terakhir yang dilaporkan menunjukkan tingkat inflasi tahunan sebesar 3 persen selama 12 bulan,
tetapi angka itu adalah angka untuk tahun lalu. Jika seseorang secara rata-rata mengharapkan
tingkat inflasi sebesar 4 persen di masa depan, maka angka 4 persen itu akan dimasukkan ke
dalam tingkat bunga saat ini. Perhatikan pula bahwa tingkat inflasi yang tercermin di dalam
tingkat bunga yang dinyatakan pada setiap efek merupakan rata-rata perkiraan tingkat inflasi
sepanjang umur efek tersebut. Jadi, tingkat inflasi yang terdapat di dalam obligasi satu tahun
merupakan perkiraan tingkat inflasi untuk tahun berikutnya, tetapi tingkat inflasi yang terdapat di
dalam obligasi 30 tahun merupakan rata-rata perkiraan tingkat inflasi selama 30 tahun ke depan.

Ekspektasi inflasi masa depan memiliki korelasi yang erat, tetapi tidak sempurna dengan tingkat
yang telah dialami di waktu lalu. Jadi, jika tingkat inflasi yang dilaporkan bulan lalu meningkat,
masyarakat cenderung akan menaikkan perkiraan inflasi masa depan mereka dan perubahan
ekspektasi ini akan menaikkan tingkat bunga saat ini.

Perlu dicatat bahwa Jerman. Jepang, dan Swiss selama beberapa tahun terakhir ini mengalami
tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat sehingga tingkat bunga negara-
negara tersebut umumnya lebih rendah daripada Amerika Serikat. Italia dan sebagian besar
negara-negara di Amerika Selatan telah mengalami tingkat inflasi yang lebih tinggi sehingga
tingkat bunganya lebih tinggi daripada AS

.
Premi Risiko Gagal Bayar (DRP)

Risiko peminjam akan gagal bayar (default), yang artinya tidak melakukan pembayaran bunga
atau pokok yang telah dijadwalkan sebelumnya, juga memengaruhi tingkat bunga pasar suatu
obligasi: makin besar risiko gagal bayar obligasi, makin tinggi tingkat bunganya. Efek
pemerintah tidak memiliki risiko gagal bayar sehingga efek tersebut memberikan tingkat bunga
terendah atas efek yang dikenakan pajak di Amerika Serika Untuk obligasi perusahaan, makin
tinggi peringkat obligasi, makin rendah risiko gagal bayarnya sehingga makin rendah tingkat
bunganya. Berikut beberapa tingkat bunga representatif dari obligasi jangka panjang selama
Februari 2005.

Agar akurat secara teoretis, kita seharusnya menggunakan suatu rata-rata geometris. Demikian
pula karena terdapat jutaan investor yang aktif di pasar, tidak mungkin menentukan dengan pasti
konsensus perkiraan tingkat inflasi. Namun, terdapat data survei yang dapat memberikan kita
gambaran tentang apa yang diharapkan oleh investor selama beberapa tahun ke depan. Misalnya,
pada tahun 1980 Pusat Penelitian Survei University of Michigan melaporkan bahwa masyarakat
mengharapkan inflasi selama tahun depan sebesar 11,9 persen dan rata-rata tingkat inflasi yang
diharapkan selama 5 hingga 10 tahun k depan adalah 10,5 persen. Harapan-harapan ini
menyebabkan tingkat bunga mencapai rekor tertingginya Namun, setelah itu, perekonomian
kembali mendingin. Seperti yang ditunjukkan oleh Figur 6-3, tingkat inflasi nyata menurun
drastis. Kondisi ini menyebabkan penurunan perkiraan tingkat inflasi masa depan secara
bertahap, dan seiring dengan turunnya perkiraan inflasi, maka tingkat bunga pasar yang
dinyatakan pun ikut mengalami penurunan.

Peringkat obligasi, dan tingkat risiko obligasi pada umumnya, akan dibahas secara lebih
mendalam pada Bab 7. Untuk saat ini, yang perlu diperhatikan adalah obligasi yang memiliki
peringkat AAA dinila memiliki risiko gagal bayar yang lebih rendah dibandingkan obligasi
berperingkat AA, sedangkan ris obligasi AA lebih kecil dibandingkan obligasi A dan seterusnya.
Peringkat ditandai dengan AAA atau Aaa AA atau Aa, dan seterusnya bergantung pada lembaga
pemeringkatnya. Dalam buku ini, tanda tersebut akan memiliki arti yang sama.

Perbedaan antara tingkat bunga yang dinyatakan antara obligasi pemerintah dengan obligasi
perusahaan dengan masa jatuh tempo, likuiditas, dan fitur-fitur lain yang sama adalah premi
risiko gagal bayarnya (default risk premium—DRP). Jadi, jika obligasi yang ditunjukkan di atas
memiliki kesamaan waktu jatuh tempo, likuiditas, dan lain-lain, maka premi risiko gagal bayar
akan sebesar DRP = 5,45% - 4,5% = 0,8 poin persentase untuk obligasi perusahaan AAA, 5,60%
- 4,65% = 0,95 poin persentase untuk AA, 5,78% - 4,65% = 1,13 poin persentase untuk obligasi
perusahaan A, dan seterusnya. Premi risiko gagal bayar akan mengalami variasi dari waktu ke
waktu, tetapi angka pada Februari 2005 di atas merupakan perwakilan tingkat yang terjadi
selama beberapa tahun belakangan.

Anda mungkin juga menyukai