Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“Penelitian Case Control Dan Kohort”

DISUSUN OLEH: Kelompok 2

Affina Suhada

Nurwahyuni

Syabrina Edizal

Zika Nursakinah

DOSEN PENGAMPU

Nina Elvita, M.Kes

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASSIM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, rahmat, karunia serta
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian yang di bimbing oleh ibuk Nina
Elvita, M.Kes. Kami berharap dengan adanya makalah ini, kami bisa termotivasi untuk lebih
semangat dalam mempelajari mengenai materi tersebut. Kami sadar dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf dan meminta kepada ibuk dosen
pengampu sekiranya sudi memberikan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.

Sekian dari kami, semoga tugas ini sesuai dengan yang diharapkan serta dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 17 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 6
2.1 Case Control /Kasus Kontrol ........................................................................................................... 6
2.1.1 Skema Dasar Studi Kasus Kontrol ........................................................................................... 7
2.1.2 Studi Kasus Kontrol Tanpa Matching ..................................................................................... 9
2.1.3 Studi Kasus-Kontrol Dengan Matching ................................................................................. 10
2.1.4 Ukuran Efek Studi Kasus Kontrol ......................................................................................... 12
2.2 Cohort /Kohort ................................................................................................................................ 12
2.2.1 Skema Studi Kohor .................................................................................................................. 14
BAB III....................................................................................................................................................... 22
PENUTUP .................................................................................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus dikembangkan di
Negara-negara luar menjadi tolak ukur masyarakat di Negara Indon esia untuk ikut
mengembangkan dunia pengetahuan dan teknologi Negara ini.Dunia kesehatan juga terus
melakukan perkembangan baik dibidang teknologi danilmu pengetahuannya. Salah satu cara yang
dilakukan adalah terus melakukan penelitian-penelitian dibidang kesehatan. Penelitian merupakan
salah satu upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Berdasarkan perannya,
dibedakan menjadi studi observasional yang membahas tentang studi kasus control (case control),
studi potonglintang (cross sectional) dan studi kohort, serta studi eksperimental yang membahas
tentang eksperimen dengan control random (Randomized Controlled Trial / RCT) daneksperimen
semu (kuasi).Berbagai jenis penelitian atau studi saat ini mengharuskan kita berpikir kritis untuk
dapat menentukan studi yang tepat kita gunakan sesuai dengan masalah, tempat, dan waktu yang
akan diteliti. Salah satunya adalah case control dan studi kohort.

Dalam epidemiologi, istilah kohort lebih mengacu kepada sekelompok orang yang diteliti
dan lahir dalam tahun yang sama, atau dalam periode yang sama. Kemudian kelompok tersebut
akan bergerak melalui serangkaian kehidupan yang berbeda, ketika kelompok bertambah usianya,
perubahan dapat dilihat dalam data statistik kesehatan dan data vital kelompok tersebut. Dengan
demikian, berbagai faktor kesehatan dan kematian dapat di lihat melalui kohort. Sedangkan pada
studi kasus-kontrol, pengamatan / observasi / pengukuran yang dilakukan pada variabel bebas dan
variabel tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Pada penelitian ini, peneliti pertama-
tama melakukan pengukuran variabel tergantung (efek/penyakit), kemudian secara retrospektif
baru mencari variabel bebasnya (factor risiko). Jadi, studi ini dapat dianggap sebagai studi
longitudinal, sebab subjek (kasus) diobservasi tidak pada satu saat saja, melainkan dikuti sampai
periode tertentu. Sebagai kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi yang memiliki
karakteristik sama seperti kelompok kasus namun tidak memiliki variabel tergantung (efek).
Pemilihan kelompok kontrol ini dapat dilakukan dengan cara serasi (matching) maupun tanpa
matching.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan studi control?
1.2.2 Bagaimana skema studi kontrol?
1.2.3 Bagaimana pengamatan studi kasus control (tanpa metching)?
1.2.4 Bagaimana pengamatan studi kasus control (metching)?
1.2.5 Bagaimana ukuran efek studi control?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengaan studi kohort?
1.2.7 Bagaimana pengamatan studi kohort?
1.2.8 Bagaimana ukuran efek studi kohort?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui studi control
1.3.2 Menjelaskan skema studi control
1.3.3 Menjelaskan pengamatan studi kasus control (tanpa metching)
1.3.4 Menjelaskan pengamatan studi kasus control (metching)
1.3.5 Menjelaskan ukuran efek studi control
1.3.6 Untuk mengetahui studi kohort
1.3.7 Menjelaskan pengamatan studi kohort
1.3.8 Menjelaskan ukuran efek studi kohort

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Case Control /Kasus Kontrol


Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu
kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini dapat
diketahui dari register medis atau berdasarkan wawancara dari responden penelitian. Kelemahan
dari studi ini adalah ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat paparan yang
dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahun-tahun, sehingga dalam penelitian
kasus control sangat rawan recall bias, disamping bias seleksi. Namun kelebihan dari studi ini yaitu
waktu penelitian relative singkat, murah dan cocok untuk meneliti penyakit langka dan memiliki
periode laten yang panjang.
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun
istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu data digali dari dampak
(efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak tersebut ditelusuri variable-variabel
penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.
Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam bila
dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek kontrol
atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak negatif juga
dicari kontrolnya. Kemudian variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru
kemudian faktor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara retrospektif.1

• CONTOH PENELITIAN CASE CONTROL


Seorang peneliti hendak meneliti hubungan antara minum kopi dengan diabetes. Penelitia
merekrut subyek yang menderita DM dan tidak menderita DM. Pada kedua kelompok ditanyakan
perilaku minum kopi dalam 5 tahun terakhir. Kemudian dari subyek yg mengalami DM, kita cata
berapa yang minum kopi dan berapa yg bukan peminum kopi. Begitu juga pada subyek bukan DM

1
Hadjar, I, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : PT Radja Grafindo, 1996),
hal. 50-60.

6
PENYAJIAN PENELITIAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES

2.1.1 Skema Dasar Studi Kasus Kontrol

Langkah - langkah Penelitian Kasus-Kontrol:


1. Menentukan pertanyaan penelitian dan hipotesis
• Setiap penelitian selalu harus dimulai dengan menetapkan pertanyaan yang ingin
diteliti.
• .Berdasarkan pada pertanyaan penelitian tersebut maka disusun hipotesis penelitian
yang akan diuji validitasnya secara empiris.
2. Mendefenisikan Variabel Penelitian
• Faktor Resiko: Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur
dosis, frekuensi atau lamanya pajanan.

7
• Dalam mencari informasi tentang pajanan suatu faktor risiko yang diteliti maka
perlu diupayakan sumber informasi yang akurat.Informasi tersebutdapat diperoleh
antara lain:
✓ atatan medik di rumah sakit, laboratorium patologi anatomi.
✓ V Data dari catatan kantor wilayah kesehatan.
✓ Kontak dengan subyek (langsung, telepon,surat)
• Efek: Dalam diagnosis,diperlukan cara pembuktian kasusdengan hasil ,pencitraan
atau pemeriksaan patologi-anatomik.Untuk beberapa penyakit tertentu telah
tersedia kriteria baku untuk diagnosis.
3. Menentukan subyek penelitian
• Kasus
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangakan dengan cermat dalam pemilihan kasus
untuk studi kasus kontrol :
a. Kasus Insidens (baru) atau kasus prevalens (baru+lama).
Dalam pemilihan kasus sebaiknya memilih kasus insidens (kasus baru).
b. Tempat pengumpulan kasus
Pengambilan kasus sebaiknya dari sumber registrasi Kesehatan masyarakat yang baik
dan lengkap,atau dari kasus dari pasien yang mencari pertolongan ke rumah sakit.
c. Saat diagnosis
Mengidentifikasi faktor risiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor yang diteliti
terjadi sebelum timbulnya penyakit.
• Kontrol
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama.
b. Matching: memilih kontrol degan karakteristik yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang
diteliti.
c. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol.
4. Menetapkan besar sampel
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada:

8
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R)
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang dipilih.
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol.
e. Apakah pemilihab kontrol dilakukan dengan matching atau atidak.
5. Melakukan Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal yang
sentral pada studi kasus-kontrol.
6. Menganalisis Hasil Penelitian2
Analisis hasil studi kasus - kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio
odds,sampai pada yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat.

2.1.2 Studi Kasus Kontrol Tanpa Matching

Bila RP:
>1: faktor tersebut adalah faktor risiko
=1: faktor tersebut bukan faktor risiko
<1: faktor tersebut adalah faktor protektif
Odds Ratio (OR) = (A / (A+B): B/ (A+B)) / (C/ (C+D) : D/ (C+D))
= A/B:C/D
= AD / BC

Contoh Studi Kasus-Kontrol Tanpa ‘Matching’

Masalah: Apakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta previa pada
kehamilan berikutnya ?

2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 19-32

9
Hipotesis : Studi kasus-kontrol, hospital based

Kasus : Wanita melahirkan di RSCM dari 1 Januari 1996 sampai dengan 31 Desember 1999
secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis yang dibuktikan dengan
USG dan klinis pendarahan antepartum.

Kontrol : Wanita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa plasenta previa dan
dipilih secara acak.

Faktor risiko yang ingin diteliti : Riwayat terdapatnya abortus sebelum persalinan sekarang.

Pengumpulan data : Dengan wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh data dari 68 kasus
dan 68 kontrol.

Analisis data : Meskipun OR lebih dari 1, namun karena interval kepercayaannya mencakup
angka 1, maka simpulannya adalah abortus tidak mempunyai hubungan dengan
terjadinya plasenta previa pada kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih banyak
kasus untuk membuktikannya.

Odds Ratio = (12x59) / (9x56)= 1,4 Internal kepercayaan 95%=0,5 ; 3,6

2.1.3 Studi Kasus-Kontrol Dengan Matching


Pada studi jenis ini, kita harus menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-
pasangan, sehingga tabel 2x2 menjadi seperti di bawah ini :

10
Bila OR:
>1: faktor tersebut adalah faktor risiko
=1: faktor tersebut bukan faktor risiko
<1: faktor tersebut adalah faktor protektif
Dalam suatu kasus yang menyangkut masyarakat luas (public health : population based),
maka diperlukan suatu nilai population attributable risk (PAR) yang dapat menggambarkan
seberapa besar dampak yang terjadi pada masyarakat bila factor risiko tersebut dihilangkan

Contoh penelitian kasus-kontrol:


- Hubungan antara hiperhomosisteinemia dengan kejadian penyakit jantung koroner akuta.
- Hubungan antara merokok dengan kejadian kanker paru
- Hubungan antara merokok dan silikosis dengan kejadian kanker paru pada pekerja tambang
(population-based)
- Hubungan antara sterilitas penmotongan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatorum
dalam suatu populasi tertentu (population-based)3

3
Alatas H, dkk. Desain Penelitian: Pandangan Umum. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S (editor). Dasar dasar
Metodologi Penelitian Klinis, ( Jakarta: Bina Rupa Aksara , 1995), hal. 52-65

11
Gambar rancangan penelitian kasus control

2.1.4 Ukuran Efek Studi Kasus Kontrol

Pengukuran variabel efek dan faktor risiko merupakan hal yang sentral pada studi case-
control. Penentuan efek harus sudah didefenisikan dengan jelas dalam usulan penelitian.
Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan
kesulitan. Kadang tersedia data objektif, misal rekam medis kumpulan preparat hasil pemeriksaan
patologi anatomi, hasil laboratorium, atau pclbagai jenis hasil pencitraan. Namun lebih sering
penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata-mata dengan anamnesis atau wawancara
dengan responden, jadi hanya dengan mengandalkan daya ingat responden yang mungkin
dipengaruhi oleh statusnya (mengalami outcome atau tidak).

2.2 Cohort /Kohort


Studi kohort adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian
diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya

12
kejadian penyakit. Apabila periode induksi yaitu kejadian penyakit dapat diamati dalam waktu
yang panjang maka studi kohor rawan terhadap bias penarikan responden ( banyak drop out dari
observasi), perlu dana yang besar dan waktu yang panjang. Studi kohor mempunyai kekuatan
dalam membuktikan inferensi kausa dibanding studi observasional lainnya, didapatkan angka
kejadian penyakit (incidence rate) secara langsung, serta cocok untuk meneliti paparan yang
langka.
Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survey
(non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor resiko dengan efek
(penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara
prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indicator status kesehatan. Contoh klasik
studi kohort adalah Framingham Heart Study.

Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun


sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian
epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan
dampak atau efek suatu penyakit.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan


mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau diamati
sehingga timbul suatu efek atau penyakit.4

• CONTOH PENELITIAN KOHORT

Peneliti ingin mengetahui apakah paparan debu keramik berhubungan dengan peningkatan
insiden bronkitis di industri /pabrik keramik, untuk ini peneliti mengamati para pelamar sebuah
industri keramik di wilayah semarang, dimana sebagian dari karyawan akan ditempatkan di kantor
bagian administrasi dan sebagian ditempatkan di bagian produksi. Pengamatan dilakukan selama
periode waktu, dan ditentukan berapa dari pekerja di bagian administrasi dan di bagian produksi
yang menderita bronkitis.

4
Tambunan T, dkk. Penelitian Kohort. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S (editor). Dasar dasar metodologi
penelitian klinis, (Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1995), hal. 95-108.

13
PENYAJIAN PENELITIAN PAPARAN DEBU SEMEN DENGAN BRONKITIS

PR = a/(a+b) : c/(c+d) = 20/40 : 10/40 =0,5/0,25 = 2

Karyawan yang terpapar debu semen (di bagian pabrik) berisiko 2 kali lebih tinggi mengalami
bronkhitis dibandingkan dengan karyawan yang tidak terpapar debu semen (di bagian kantor)

2.2.1 Skema Studi Kohor

14
Langkah-langkah pada studi kohort :

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis


contoh: apakah terdapat hubungan antara ibu perokok pasif ( ayah merokok) dengan
kelahiran kecil untuk masa kehamilan (KMK) pada bayi yang dilahirkan.
Hipotesis :Kebiasaan merokok pada ayah berhubungan dengan peningkatan kejadian
KMK.
Faktor risiko : kebiasaan merokok pada ayah
Efek yang diteliti : kelahiran bayi KMK.
2. Menetapkan kohort
• Ciri utama desain kohort ialah tersedianya kelompok subyek tanpa efek tertentu
pada awal studi.
• ISyarat umum agar subyek dapat dimaksukkan dalam studi kohort dengan
pembanding internal adalah:
1. subyek tidak menderita efek yang diteliti
2. belum terpajan faktor risiko yang diteliti.
3. Memilih kelompok kontrol
Pada penelitian kohort prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk
secara alamiah, yaitu bagian dari kohort yang selama follow up tidak terpajan faktor risiko
yang dipelajari.
4. Mengidentifikasi variabel penelitian5
Penyakit atau efek yang terjadi selalu merupakan variable dependen. Jenis veriabel lain
yang tidak diteliti juga harus didentifikasi, oleh karena mungkin merupakan variabel
perancu (confounding variables) sehingga harus diperhatikan untuk disingkirkan dalam
desain atau dalam analisis.
5. Mengamati timbulnya efek
Lama waktu yang diperlukan untuk pengamatan prospektif tersebut bergantung kepada
karakteristik penyakit atau efek yang diteliti, yang hanya dapat ditentukan dengan
pemahaman patogenesis dan perkembangan penyakit.
6. Mengnalisis hasil

5
Nursalam, Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. (Jakarta: Salemba Medika, 2003), hal. 20-25.

15
Pada studi kohort sederhana, besaran efek yang diperoleh menggambarkan insidens
kejadian pada setiap kelompok. Perbandingan insidens penyakit antara kelompok dengan
faktor risiko dengan kelompok tanpa risiko disebut risiko relatif atau rasio risiko.

2.2.2 Pengamatan Pada Studi Kohort


Pada observasi kohort dapat dengan efek negatif maupun dengan efek positif. Pada
studi kohort prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir pengamatan
di mana efek positif dan negatif dapat ditemui baik pada kelompok paparan (kelompok
target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok kontrol). Pada pengamatan
kohort prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk secara alamiah,
artinya diambil dari populasi kohort yang tidak terpapar dengan faktor resiko yang diamati.
Pada bentuk kohort dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai keuntungan
tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal dari populasi yang
sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat dilakukan tindak lanjut dengan
tata cara dan waktu yang sama. Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko
pada kelompok target dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa faktor risiko
internal (seperti rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit
tertentu), dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan
atau perilaku maupunkepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah seseorang
terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu).
Di samping itu, pada kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko antara dua
kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas,kualitas, dan waktu
keterpaparan, umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif
tersebut. Pada penelitian kohort, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak
diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target, terutama bila
subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko
(kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok kontrol. Namun dalam
beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu dipertimbangkan, misalnya apabila
peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh pemapaparan yang lebih akurat, pada
penelitian dengan besarnya sampel terbatas, atau pada keadaan di mana proporsi kelompok
target lebih kecil bila disbanding dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel

16
luar cukup banyak ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap
dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil
kesimpulan yang definitif.Untuk penelitan kohort, perlu mendapatkan perhatian utama
dalam menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak
menderita penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu
cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis. 6
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara
bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif kohort
tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul, dan hal ini
sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah kesehatan
yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada
kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag positif, diperlukan periode
pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan tahun), sedangkan sebaliknya
hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai factor risiko)dengan keadaan kelahiran
bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk
setiap subjek. Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya
pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir, tetapi
dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara periodik
menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di samping
itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan kelompok
kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit analisis sehingga dengan
demikian perbandingannya menggunakan skala rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus dilakukan
berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias,
sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "Blind" di mana penilai tidak mengetahui
apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau kelompok kontrol, walaupun hal
demikian agak sulit diterapkan. Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan
bentuk kohort adalah hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada
pengamatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal

6
Aksara Noor, Nur Nasry. Pengantar Epidemiologi.( Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Hasanuddin, 2000)

17
diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan
pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang
hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan. Apabila jumlah
subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,pengamatan harus dihentikan.
Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat dilakukan
perhitungan person years pada akhir pengamatan.
- Subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian
tetapteruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut : - Usahakan
keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-out/menolak ikut;
- Bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out dengan
populasi kohort
- Follow up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain; dan
- Melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohort untuk
menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.
• Perhitungan person years dilakukan terutama pada:
- Anggota kohort memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya;
- Sejumlah anggota kohort meninggal atau drop-out selama masa penelitian
• Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out :
- Adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap
menderita semua)
- Adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap tidak
menderita);
- Adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya dengan
yang tidak drop out; dan Adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut
sebesar setengah dari jumlah drop out.

Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami


keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil luaran
penelitian kohort. Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang penting dan
berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-up tersebut. Hal
ini erat hubungannya dengan awal keterpaparan maupun awal setiap anggota kelompok

18
memasuki pengamatan. Hal lain yang juga sangat penting dalam penelitian ini adalah
lamanya masa pengamatan. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa lama pengamatan
sangat tergantung pada sifat dan jenis penyakit yang diamati.

2.2.3 Ukuran Efek Studi Kohort


Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden kejadian
pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok
kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan yang berbeda antara
kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah dengan menentukan
besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil
luaran(efek). Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor
keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR)

• a = Jumlah yang terpapar dan menderita b = Jumlah yang terpapar dan tidak menderita c =
Jumlah yang tidak terpapar dan menderita d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak
menderita
• a + c = Jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan b + d = Jumlah mereka
yang tidak menderita pada akhir pengamatan a + b = Jumlah mereka yang terpapar pada
awal pengamatan
• c + d = Jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamati N = Jumlah
populasi.7

Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence
Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko
secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar
bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan RR dapat dilihat pada
contoh tabel di atas.

7
Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. (Jakarta: EGC, 2008)

19
Besarnya rate insiden (IR) umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat
perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):
IR = a + c N

Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok terpapar/
jumlah semua anggota kohort yang terpapar:
𝒂
IRT = 𝒂+𝒃

Besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IRTT ) : Jumlah pen-derita dari kelompok yang
tidak terpapar/jumlah anggota kohort yang tidak terpapar.
𝒄
IRTT = 𝒄+𝒅

Besarnya risk relatif (RR) : Rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak terpapar.
𝒂
𝑰𝑹𝑻 𝒑𝒓𝒆𝒗𝒆𝒍𝒆𝒏𝒄𝒆 𝒊𝒏 𝒆𝒙𝒑𝒐𝒔𝒆𝒅 𝒂+𝒃
RR = 𝑰𝑹𝑻𝑻 Atau Prevalence Ratio (RR) =𝒑𝒓𝒆𝒗𝒆𝒍𝒂𝒏𝒄𝒆 𝒊𝒏 𝒏𝒐𝒏−𝒆𝒙𝒑𝒐𝒔𝒆𝒅 = 𝒄
𝒄+𝒅

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi mereka


yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau memperlihatkan besarnya
pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai
perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok
yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh
antara keterpaparan dengan kejadian penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh
positif dimana faktor keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang
diamati.
Makin besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut.
Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya faktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian
penyakit, tetapi mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit. Selain nilai risiko relatit
tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate insiden dari kedua kelompok yang
diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA)
adalah selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang
tidak terpapar.

20
RA = IRT – IRTT

Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan dihilangkan


atau untuk melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan penyakit. Kedua nilai
tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif menunjukkan berapa besarnya
pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian penyakit maupun kematian, sedangkan
risiko atribut mempunyai kepentingan dalam kesehatan masyarakat di mana frekuensi
kejadian dapat diperkirakan pada suatu populasi tertentu.
Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohort, harus dianalisis apakah
setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-betul sesuai
dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus memberikan
gambaran hubungan penyebab (causality associated) dengan memperhatikan syarat-syarat
yang telah dikemukakan terdahulu.Di bawah ini diberikan suatu contoh perbandingan
antara nilai risiko relatif dengan risiko atribut antara perokok ringan dengan perokok berat
untuk penyakit kanker paru-paru dengan penyakit jantung kardiovaskuler.8

8
Sastroasmoro, Sudigdo dkk. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. (Jakarta: Binarupa, 1995)

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu
kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Rancangan penelitian ini ada yang
menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha
melihat ke belakang, yaitu data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian
dari dampak tersebut ditelusuri variable-variabel penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.
Langkah - langkah Penelitian Kasus-Kontrol yaitu ; 1. Menentukan pertanyaan penelitian dan
hipotesis, 2. Mendefenisikan Variabel, 3. Menentukan subyek penelitian Penelitian, 4.Menetapkan
besar sampel, 5. Melakukan Pengukuran, 6. Menganalisis Hasil Penelitian. studi kasus kontrol
terbagi menjadi studi kasus tanpa matching, dan studi kasus dengan matching. Pengukuran
variabel efek dan faktor risiko merupakan hal yang sentral pada studi case-control. Penentuan efek
harus sudah didefenisikan dengan jelas dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau
pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan kesulitan

Studi kohort adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian
diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya
kejadian penyakit. Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu
penelitian survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor
resiko dengan efek (penyakit). Langkah-langkah pada studi kohort : 1. Merumuskan pertanyaan
penelitian dan hipotesis, 2. Menetapkan kohort, 3. Memilih kelompok kontrol, 4. Mengidentifikasi
variabel penelitian, 5. Mengamati timbulnya efek, 6. Mengnalisis hasil.

Pada observasi kohort dapat dengan efek negatif maupun dengan efek positif. Pada studi
kohort prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir pengamatan di mana efek
positif dan negatif dapat ditemui baik pada kelompok paparan (kelompok target) maupun pada
kelompok yang tidak terpapar (kelompok kontrol). Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis
berdasarkan besarnya insiden kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak
terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan

22
yang berbeda antara kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah dengan
menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil
luaran(efek).

3.2 Saran
Sebagai penulis, kami telah memberikan beberapa gambaran umum mengenai “Penelitian
Case Control Dan Kohort”. Namun, tidak menutup kemungkinan banyak persoalan seputar tema
yang diangkat belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih
khususnya lagi dari dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian untuk memberikan kritik
beserta sarannya terhadap makalah yang telah kami tulis ini. Yang berguna membangun, serta
memberi perbaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aksara Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makassar: Fakultas Kesehatan

Alatas H, Karyomanggolo WI, Musa DA, Oesman IN, Boediarso, A, 1995. Desain penelitian :
Pandangan Umum. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S (editor). Dasar dasar Metodologi
Penelitian Klinis, ( Jakarta: Bina Rupa Aksara , 1995), hal. 52-65

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.

Hadjar, I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. PT


Jakarta: EGC, Masyarakat Universitas Hasanuddin

Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
pandangan umum. Dalam: Sastroasmoro S, Ismaels (editor). Dasar- dasar metodologi
penelitian klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 52-65 RadjaGrafindo, Jakarta

Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa
Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sukardi, 2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya Jakarta: Bumi

Tambunan T, Soetomenggolo TS, Passat J, Agusman IS, 1995. Penelitian kohort. Dalam:
Sastroasmoro s, IsmaelS (editor). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Bina
Rupa Aksara, 95-108

24

Anda mungkin juga menyukai