Anda di halaman 1dari 29

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Roda Gigi


Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran
yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan
karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak
daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga
memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya,
yaitu :
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya
yang besar.
 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip
sangat kecil.
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat
digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros.
Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori,
roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak
mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
2.1.1 Klasifikasi Roda Gigi
Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak
bagi lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

a. Roda Gigi Lurus


Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang
sejajar poros. Pembuatannya paling mudah, tetapi menghasilkan gaya aksial
sehingga cocok dipilih untuk gaya keliling besar. Roda gigi lurus memiliki sifat
bising pada putaran tinggi. Dapat di lihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Roda gigi lurus


b. Roda Gigi Miring
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak
bagi lingkar. Pada roda gigi miring, jumlah pasangan gigi saling membuat
perbandingan kontak yang lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga
pemindahan putaran dapat berlangsung dengan halus, sangat cocok untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar.

Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 : Roda gigi miring.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

c. Roda Gigi Miring Ganda.


Roda gigi miring ganda mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada
jarak bagi lingkar yang lebih luas dari pada gigi lurus. Roda gigi ini dapat
memindahkan perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang besar,
tetapi pembuatannya agak sukar, seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 : Roda gigi miring ganda.

d. Roda Gigi Dalam.

Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil,
dengan perbandingan reduksi besar karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Baik
untuk mentransmisikan putaran dengan ruduksi yang besar, seperti pada Gambar
2.4.

Gambar 2.4 : Roda gigi dalam.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

e. Pinion dan Batang Bergigi.

Pasangan antara batang bergigi dan pinion di gunakan untuk merubah


gerakan putaran menjadi gerak lurus atau sebaliknya gerak lurus menjadi gerak
putar, seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 : Pinyon dan batang bergigi.

2 Roda Gigi Dengan Sumbu Berpotongan.

Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang
saling menyinggung menuru sebuah garis lurus.

a. Roda Gigi Kerucut Lurus.


Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus adalah yang paling banyak di buat
dan paling sering digunakan tetapi sangat berisik karena perbandingan
kontaknya yang kecil. Konstruksi tidak memungkinkan pemasangan bantalan
pada kedua ujung poros – porosnya, seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 : Roda gigi kerucut lurus.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

b. Roda Gigi Kerucut Spiral.


Roda gigi kerucut spiral mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar
dari pada roda gigi kerucut lurus, sehingga dapat meneruskan putaran tinggi dan
beban besar. Sudut poros roda gigi kerucut spiral biasanya di buat 90 Derajat,
seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 : Roda gigi kerucut spiral.

c Roda Gigi Permukaan.


Roda gigi permukaan cocok untuk memindahkan daya besar, namun berisik
pada putaran tinggi karena perbandingan kontaknya yang kecil, lihat Gambar
2.10.

Gambar 2.8 : Roda gigi permukaan.

3 Roda Gigi Poros Bersilang.

Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya
saling bersilangan satu sama lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

a. Roda Gigi Miring Silang.

Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan bidang kontak yang


besar sehingga cocok mentransmisikan putaran tinggi, lihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 : Roda gigi miring bersilang.

b. Roda Gigi Cacing Silindris.


Roda gigi cacing silindris dapat meneruskan putaran dengan perbandingan
reduksi yang besar namun berisik pada putaran tinggi, lihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 : Roda gigi cacing silindris.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

c. Roda Gigi Cacing Globoid.


Roda gigi cacing globoid dapat meneruskan putaran dengan perbandingan
reduksi yang besar dan mampu mentransmisikan daya yang lebih besar bila di
bandingkan dengan roda gigi cacing silindris karena roda gigi cacing globoid
mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, seperti pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 : Roda gigi cacing globoid.

d. Roda Gigi Hipoid.


Roda gigi hipoid mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
kerucut yang sumbunya bersilang dan pemindahan daya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding, lihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 : Roda gigi hipoid.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

2.1.2 Nama – Nama Bagian Roda Gigi.

Nama – nama bagian roda gigi dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini,
sedangkan ukuran gigi dinyatakan dengan “ Jarak Bagi Lingkar “, jarak
sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z,
maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :

π .d
𝑡= …………………………………………….. ( 2 . 1 )
z

Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi.

Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π,
pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini,
diambil ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :

d
m = …………………………………………….. ( 2 . 2 )
z

Gambar 2.13 : Bagian – bagian roda gigi.

Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran gigi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Keterangan gambar :

1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
4. Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.

Gambar 2.14 jenis – jenis roda gigi


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2.1.3 Rumus yang digunakan untuk perhitungan roda gigi lurus yaitu :

a. Perbandingan putaran transmisi (speed ratio), dinyatakan dalam notasi : i .

Speed ratio : i = n1 / n2 = d2 / d1 = z2 / z1 …………(2.1)

Apabila:i < 1 = transmisi roda gigi inkrisi

i > 1 = transmisi roda gigi reduksi

b. Jumlah roda gigi

D
Z = ……………………………………... ( 2 . 2 )
m

Di mana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah).

D = Diameter jarak bagi (mm).

m = Modul gigi (mm).

Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B 1701 – 1973
(Buku Sularso, 1983, hal 216).

c. Diameter lingkaran kepala

Dk = Z  2  m …………………………….... ( 2 .3 )

Di mana :

Dk = Diameter lingkaran kepala (mm).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

d. Diameter lingkaran kaki

Dg = Z  m  cos ……………………… ( 2 .4 )

Di mana :

Dg = Diameter lingkaran kaki (mm).

α = Sudut tekan (Derajat).

e. Kecepatan keliling

 Dn
V = ……………………… ( 2 .5 )
60  1000
Di mana :
V = Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).

D = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi (mm).

n = Putaran poros (rpm).

f. Gaya tangensial

102  Pd
Ft = ……………………………… ( 2 .6 )
V
Di mana :
Ft = Gaya tangensial (kg).

Pd = daya rencana (kW).

Setelah itu kita dapat melakukan perhitungan beban lentur, dalam


perhitungan beban lentur ini perlu diketahui faktor bentuk gigi (Y) yang
diperoleh dari tabel faktor bentuk gigi ( Sularso, 1983 ) yang merupakan harga
untuk profil gigi standar dengan sudut 200.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.1 ).

Tegangan
Kekerasan lentur yang
Kekuatan tarik
Bahan Lambang (Brinell) di izinkan
σB (kg/ mm )
2
HB σA (kg/
2
mm )

Besi cor FC 15 15 140 – 160 7

FC 20 20 160 – 180 9

FC 25 25 180 – 240 11

FC 30 30 190 – 240 13

Baja cor SC 42 42 140 12

SC 46 46 160 19

SC 49 49 190 20

Baja karbon S 25 C 45 123 – 183 21

utk konstruksi S 35 C 52 149 – 207 26


mesin
S 45 C 58 167 – 229 30

S 15 K 50 400 30

(di celup dingin

Baja paduan dlm

dgn minyak)

pengerasan 600
SNC 21 80 34 – 40
kulit (di celup dingin
SNC 22 100 40 - 55
dlm

minyak)

Tabel 2.2 : Jenis – jenis bahan roda gigi.

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan


pemeliharaan elemen mesin (Lit 1 hal. 241)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

g. Beban lentur

Fb =  a  m  Y  Fv …………….………. ( 2 .7 )

Di mana :

Fb = Beban lentur (kg/mm).

a = Tegangan lentur yang diizinkan (kg/mm2).

Y = Faktor bentuk gigi.

Fv = Faktor dinamis.

Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis ( Sularso,
1983 ), di mana harganya ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan pada tiap
roda gigi, di mana untuk kecepatan rendah dapat menggunakan rumus

( Pers. 2 . 18 ) di bawah ini :

Tabel 2.2 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :

Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3v

6
Kecepatan sedang 5 – 20
6v

5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5  v

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan


pemeliharaan elemen mesin (Lit 1 hal. 240)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

h Lebar gigi

Ft
b = ……………………………. ( 2 .9 )
Fb

Di mana :

b = Lebar gigi (mm).

Ft = Gaya tangensial (kg).

Fb = Beban lentur (kg/mm).

Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :

D = Z m …………………….……… ( 2 . 10 )

2.1.4 Rumus untuk menghitung roda gigi miring yaitu :

a. Mencari nilai Torsi ( T )

P . 60
𝑇 = 2πNp …………………….……… ( 2 . 11 )

Dimana :
T = Torsi (N.mm)
P = Daya motor (watt)
Np = Putaran motor (Rpm)

b. Angka gigi equivalent ( Te)


Tp
𝑇𝑒 = cos 𝛼3 …………………….……… ( 2 . 12 )

Dimana :
Tp = Jumlah gigi pinion
α = sudut miring (°)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

c. Faktor lewis ( Y’ )
0,912
𝑌 ′ = 0,154 − …………………….……… ( 2 . 13 )
𝑇𝑒

(Khurmi, R.S., 2005)

d. Gaya Tangensial ( Wt)


2𝑇
𝑊𝑡 = …………………….……… ( 2 . 14 )
𝐷𝑝

𝑤𝑡 = ( 𝜎˳ . 𝑐𝑣 )𝑏. 𝜋. 𝑚. 𝑌′ …………………….……… ( 2 . 15 )

Dimana :
T = Torsi ( N.mm )
Dp = Diameter pinion ( mm )
𝜎˳ = Tegangan statis ( kg/mm2)
𝑐𝑣 = Faktor kecepatan
𝑏 = lebar roda gigi ( mm )
𝑚 = modul roda gigi ( mm )
𝑌′ = faktor lewis

e. Kecepatan Roda gigi ( v )


𝑣 = 𝜋. 𝐷𝑝 . 𝑁𝑝 …………………….……… ( 2 . 16 )

Dimana :
Dp = Diameter pinion ( mm )
Np = Putaran pinion ( Rpm )

f. Faktor kecepatan ( Cv )
6
𝑐𝑣 = …………………….……… ( 2 . 17 )
6+v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Tabel 2.3 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :

Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3v

6
Kecepatan sedang 5 – 20
6v

5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5  v

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan


pemeliharaan elemen mesin (Lit 1 hal. 240)

g. Lebar gigi ( b )
1,15 .π .m
b = …………………….……… ( 2 . 18 )
tan 𝛼

Dimana :
m = modul roda gigi ( mm )
α = sudut miring (°)

h. Diameter Roda gigi (Dg)


Dg = m . Tp …………………….……… ( 2 . 19 )

Dimana :
m = modul roda gigi ( mm )
Tp = Jumlah gigi pinion
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

i. Angka rasio roda gigi (i)


n1
I = …………………….……… ( 2 . 20 )
𝑛2

Dimana :
i = angka rasio gigi
n1 = putaran gigi 1 ( Rpm )
n2 = putaran gigi 2 ( Rpm )

Maka jumlah gigi gear besar ( Z2 )


Tg = I . Tp …………………….……… ( 2 . 21 )

Dimana :
Tg = jumlah gigi gear
I = rasio gigi
Tp = jumlah gigi pinion

j. Gaya aksial ( Wa)


Wa = Wt tan α …………………….……… ( 2 . 22 )

Dimana :
Wa = Gaya aksial ( Newton )
Wt = Gaya tangensial ( Newton )

k. Jarak Sumbu Poros ( a˳ )

𝑑1 +𝑑2
a˳ = …………………….……… ( 2 . 23 )
2

Dimana :
a˳ = Jarak Sumbu Poros ( mm )
d1 = diameter roda gigi 1 ( mm )
d2 = diameter roda gigi 2 ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

l. Kelonggaran puncak ( Ck ) dan Co


Co = 0
Ck = 0,25 . m …………………….……… ( 2 . 24 )

Dimana :
Co = jarak antar gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )

m. Diameter kepala ( dk1 & dk2)


dk1 = ( Tp + 2 ) . m …………………….……… ( 2 . 25 )

Dimana :
dk1 = Diameter kepala ( mm )
Tp = jumlah gigi pinion ( mm )
m = modul gigi ( mm )

n. Diameter kaki (df1 & df2 ) dan H (kedalaman pemotongan)


df1 = ( Tp – 2 ) . m – 2 . Ck …………………….……… ( 2 . 26 )

Dimana :
df1 = diameter kaki ( mm )
Tp = jumlah gigi pinion ( mm )
m = modul gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )

H = 2m + Ck …………………….……… ( 2 . 27 )

Dimana :
H = kedalaman pemotongan ( mm )
m = modul gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

o. Faktor bentuk gigi

( lihat pada tabel Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar


perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin )

p. Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki gigi (Sk2)
Rencana untuk ukuran pasak :
6 mm x 7 mm t1 = 3 mm t2 = 4 mm
Sk2 = (df2/2 ) – { ( ds2/2) + t2 } …………………….……… ( 2 . 28 )

Dimana :
Sk2 = Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki gigi ( mm )
df2 = diameter kaki ( mm )
ds2 = diameter poros ( mm )
t2 = kedalaman alur pasak pada poros ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

FLOW CHART
MERANCANG RODA GIGI MIRING

P = watt Np = Rpm
Tp = jumlah gigi α = sudut miring
Φ = sudut tekan Ng = Rpm

a. Mencari nilai Torsi ( T ) r. Torsi (T) dan Diameter


b. Angka gigi equivalent ( Te) poros (ds1 & ds2)

c. Faktor lewis ( Y’ )
d. Gaya Tangensial ( Wt) s. Tebal antara dasar alur
pasak dan dasar kaki gigi
e. Kecepatane.Roda gigi ( v ) (Sk2)
f. Faktor kecepatan ( Cv )
g.
Menentukan nilai modul (m) b/m = (6 – 10 ) (baik )
g. Lebar gigi ( b )
d/b = ≤ 1,5 (baik )

e h. Diameter Roda gigi (Dg) Sk2/b = ≥ 2,2 ( baik )

i. Angka rasio roda gigi (i)


h.
j. Diameter Roda gigi besar ( Dp)
k. Gaya aksial ( Wa) Tidak Memenuhi/
memenuhi tidak
l.
memenuhi
l. Jarak Sumbu Poros ( a˳ ) syarat
m. Kelonggaran puncak ( Ck ) dan Co
mi.
n. Diameter kepala ( dk1 & dk2)
o. Diameter kaki (df1 & df2 ) dan H Data Hasil Perencanaan
(kedalaman pemotongan)
p.
p. Faktor bentuk gigi (Y)
q. Desain Poros (Bahan Poros, Bahan
Pasak) (τa)
r.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

FLOW CHART
MERANCANG RODA GIGI LURUS

P = watt Np = Rpm
Tp = jumlah gigi α = 20°
Ng = Rpm a = jarak sumbu poros

a. Mencari nilai diameter sementara n. Torsi (T) dan Diameter


( d’1 & d’2 ) poros (ds1 & ds2)

b. Menentukan
c. Angka giginilai modul(m)(T
equivalent ( Te) p &
Tg) o. Tebal antara dasar alur
c. Diameter Roda Gigi ( d01 & d02 )
pasak dan dasar kaki gigi
(Sk2)
d. Kelonggaran puncak ( Ck ) dan Co
f. Gaya
e. Diameter Tangensial
kepala (dk) dan( W t)
diameter
kaki (df)
b/m = (6 – 10 ) (baik )
g.
f. H (kedalaman pemotongan) d/b = ≤ 1,5 (baik )
g. Faktor bentuk gigi (Y)
h. Sk2/b = ≥ 2,2 ( baik )

i. h. Kecepatan Roda Gigi (v) & Gaya


tangensial (Ft)
e m. Gaya aksial ( Wa)
n. i. Faktor dinamis (fv) Tidak Memenuhi/
memenuhi tidak
j. Kekuatan Bahan Pinyon dan Gear memenuhi
syarat
k. Beban lentur (Fb1) dan beban
permukaan (Fb2) yang di ijinkan per
satuan lebar, F’H / Fmin
Kelonggaran puncak ( Ck ) dan Co Data Hasil Perencanaan
mii. l. Lebar Roda Gigi (b)
m. Desain Poros (Bahan Poros, Bahan
Pasak) (τa)
n.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

2.2 Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah
gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi seperti
shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan menerima
beban puntir (Khurmi, R.S., 2005).

Jenis poros yang lain adalah jenis poros transmisi. Poros ini akan
mentransmisikan daya meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket rantai
dan lain-lain. Poros jenis ini memperoleh beban puntir murni atau puntir dan lentur.

Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali diperlukan koreksi pada
daya rata - rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi
perencanaan.(Sularso, 2002)

Untuk merencanakan suatu poros maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
1. Kekuatan poros.
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan antara
puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau tekan.
Oleh karena itu, suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban-beban di atas.

2. Kekakuan poros.
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup, tetapi jika lenturan
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan
suara, karena itu disamping kekuatan poros, kekakuan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani
poros tersebut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

3. Korosi.
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida yang korosif
maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi
korosi yang dapat menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan poros.
Poros yang digunakan untuk putaran yang tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan
(case hardening).
Rumus yang digunakan dalam perhitungan poros yaitu:
a. Daya rencana

Pd  f c  P ..................................................................... (2.29)

Dimana :

Pd = Daya rencana (KW)

fc = Faktor koreksi

P = Daya nominal motor penggerak (KW)

Tabel 2.4 Faktor-faktor Koreksi Daya yang akan Ditransmisikan

Daya yang akan ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0.8 – 1,2

Daya nominal 1,0 – 1,5

Sumber : Sularso, 2002


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

b. Torsi yang terjadi pada poros:


𝑃
𝑇 = 9,74 𝑥 105 ......................................................................... (2.30)
𝑛2

Sumber: Sularso, 2002

Dimana:
T = Torsi pada poros (kg.mm)
P = Daya (Kw)
n2 = Putaran poros (rpm)

c. Tegangan geser ijin

𝜏𝑎= 𝜎𝐵 ..................................................................................... (2.31)


𝑆𝑓1 .𝑆𝑓
2

Sumber: Sularso, 2002

Dimana:

τa = Tegangan geser ijin (Kg/mm2)

σB = Kekuatan tarik bahan (Kg/mm2)

Sf1 ,Sf2 = Faktor koreksi

d. Diameter Poros

5,1xKtxCbxT
Ds = 3 …………………………… ( 2 .32 )
Ta

Di mana :

Ds = Diameter poros (mm).

Kt = Faktor koreksi momen puntir (1,0 – 1,5).

Cb = Faktor koreksi akibat beban lentur (1,2 – 2,3).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

2.3 Motor
Motor listrik adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan
yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah
sebuah putaran poros. Komponen lain yang dihubungkan dengan poros motor
adalah pulley atau roda gigi yang kemudian dihubungkan dengan sabuk atau rantai.

Motor listrik adalah motor yang berputar karena adanya sumber daya listrik
yang menghidupkan stator electromotor sehingga menyebabkan terjadinya medan
magnet dan memicu rotor untuk berputar. Sumber tenaga dari motor listrik adalah
listrik dari PLN.

Crane Jalan Manual menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga.


Pemilihan motor listrik sebagai sumber tenaga dikarenakan motor listrik memiliki
beberapa kelebihan yaitu ; tidak menimbulkan kebisingan, tidak menimbulkan
emisi, kontruksi sederhana, harga murah.

2.3.1 Daya Penggerak

Secara umum daya diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk


melakukan kerja, yang dinyatakan dalam satuan Nm/s, Watt, ataupun HP. Untuk
menentukan harga daya perlu memperhatikan beberapa hal yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah harga gaya, torsi, kecepatan putar dan berat
yang bekerja pada mekanisme tersebut.

Berikut adalah rumus untuk mencari harga daya, gaya, torsi, kecepatan putar
dan berat.
a. Mencari harga daya (P)
Berdasarkan besar usaha atau energi tiap satuan waktu, daya dapat
dirumuskan:
w
P .......................................................................................... (2.33)
t
Sumber: R.S Khurmi, 1979
Di mana :
P = Daya (watt)
w = Usaha (joule)
t = Waktu (second)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Berdasarkan gaya yang bekerja dan kecepatan, maka daya dapat dihitung
dengan rumus:
P=F .V ......................................................................... (2.34)
Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
P = daya (Watt)
F = gaya (N)
V = kecepatan linier (m/s)

Berdasarkan torsi yang bekerja:


P =T.ω ........................................................................ (2.35)
Sumber: R.S Khurmi, 1979

2 .n.
 ......................................................................... (2.36)
60
Sumber: R.S Khurmi, 1979

T =I.α ........................................................................ (2.37)


Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
T = Torsi (N.m)
ώ = Kecepatan Sudut (Rad/s)
I = Momen inersia (kg.m³)
α = Percepatan sudut ( Rad/det² )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Berdasarkan putaran poros:


2 .n.T
P ........................................................................ (2.38)
60
Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
n = Putaran poros (rpm)
T = Torsi (kg.m)
P = Daya (watt)

b. Mencari harga gaya (F)

Gaya adalah suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak.

F = m . a ............................................................................ (2.39)
Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
F = Gaya ( N atau kg.m/s2)
m = Massa (kg).
a = percepatan (m/s2).

Mencari harga berat ( W )


Berat suatu benda adalah gaya gravitasi yang bekerja pada benda itu.
W = m . g ................................................................................. (2.40)
Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
W = berat (N atau kg.m/s2).
m = massa (kg).
g = percepatan gravitasi (10 m/s2).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

c Mencari harga torsi ( T )


Besarnya torsi merupakan hasil perkalian gaya dengan jarak terhadap
sumbu:
T=F.r ...................................................................... (2.41)
Sumber: R.S Khurmi, 1979

Di mana:
T : torsi (N.m)
F : gaya (N)
r : jarak terhadap sumbu (m)

2.4 Roda Penggerak


Roda Penggerak untuk monorel.Roda yang berjalan pada flens diatas
batang -I dipakai untuk troli yang digerakan tangan atau dengan motor
listrik,roda penggerak di cor bersama roda giginya.Biasanya roda penggerak
dipasang bebas pada as yang diikat pada pelat sisi troli dan berputar pada bus
perunggu atau bantalan rol.Pelat sisi truk akan mengalami tarikan dan
lengkung,untuk itu harus dibuat kuat.
Desain Roda Penggerak. Roda penggerak diperiksa terhadap
kekuatan dan keausannya, menurut teori tegangan kontak ,menurut urutan
berikut.
a. Untuk roda dengan perubahan gelinding pararel yang bergerak pada
rel dengan permukaan rata :
1) Untuk roda baja

σ1 maks = 600√𝑝𝑘
𝑏𝑟
kg/cm2 ………………….. (2.42)

2) Untuk roda besi tuang (besi tuang C4 35-56 )

σ1 maks = 400√𝑝𝑘
𝑏𝑟
kg/cm2 ………………….. (2.43)

Dimana :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

p = beban yang bekerja pada roda , dalam kg


b = lebar permukaan kerja rel rata, dalam cm.
r = jari-jari permukaan rel, dalam cm
k = koefisien untuk memperhitungkan kecepatan gelinding
roda yang ditentukan dari rumus k = ( 1‒ 0,2 ) v dengan
v ialah kecepatan gelinding roda, dalam m/detik.

Menentukan beban roda,


𝑄 + 𝐺0
Pmaks = …………………………………(2.44)
4

Dimana :

Q = bobot beban

𝐺0 = bobot troli

Anda mungkin juga menyukai