id
BAB II
DASAR TEORI
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros.
Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori,
roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak
mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
2.1.1 Klasifikasi Roda Gigi
Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak
bagi lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil,
dengan perbandingan reduksi besar karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Baik
untuk mentransmisikan putaran dengan ruduksi yang besar, seperti pada Gambar
2.4.
Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang
saling menyinggung menuru sebuah garis lurus.
Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya
saling bersilangan satu sama lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
Nama – nama bagian roda gigi dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini,
sedangkan ukuran gigi dinyatakan dengan “ Jarak Bagi Lingkar “, jarak
sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.
Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z,
maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :
π .d
𝑡= …………………………………………….. ( 2 . 1 )
z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π,
pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini,
diambil ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :
d
m = …………………………………………….. ( 2 . 2 )
z
Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran gigi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Keterangan gambar :
1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
4. Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
2.1.3 Rumus yang digunakan untuk perhitungan roda gigi lurus yaitu :
D
Z = ……………………………………... ( 2 . 2 )
m
Di mana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah).
Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B 1701 – 1973
(Buku Sularso, 1983, hal 216).
Dk = Z 2 m …………………………….... ( 2 .3 )
Di mana :
Dg = Z m cos ……………………… ( 2 .4 )
Di mana :
e. Kecepatan keliling
Dn
V = ……………………… ( 2 .5 )
60 1000
Di mana :
V = Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).
f. Gaya tangensial
102 Pd
Ft = ……………………………… ( 2 .6 )
V
Di mana :
Ft = Gaya tangensial (kg).
Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.1 ).
Tegangan
Kekerasan lentur yang
Kekuatan tarik
Bahan Lambang (Brinell) di izinkan
σB (kg/ mm )
2
HB σA (kg/
2
mm )
FC 20 20 160 – 180 9
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 15 K 50 400 30
dgn minyak)
pengerasan 600
SNC 21 80 34 – 40
kulit (di celup dingin
SNC 22 100 40 - 55
dlm
minyak)
g. Beban lentur
Fb = a m Y Fv …………….………. ( 2 .7 )
Di mana :
Fv = Faktor dinamis.
Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis ( Sularso,
1983 ), di mana harganya ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan pada tiap
roda gigi, di mana untuk kecepatan rendah dapat menggunakan rumus
Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3v
6
Kecepatan sedang 5 – 20
6v
5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5 v
h Lebar gigi
Ft
b = ……………………………. ( 2 .9 )
Fb
Di mana :
Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :
D = Z m …………………….……… ( 2 . 10 )
P . 60
𝑇 = 2πNp …………………….……… ( 2 . 11 )
Dimana :
T = Torsi (N.mm)
P = Daya motor (watt)
Np = Putaran motor (Rpm)
Dimana :
Tp = Jumlah gigi pinion
α = sudut miring (°)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
c. Faktor lewis ( Y’ )
0,912
𝑌 ′ = 0,154 − …………………….……… ( 2 . 13 )
𝑇𝑒
𝑤𝑡 = ( 𝜎˳ . 𝑐𝑣 )𝑏. 𝜋. 𝑚. 𝑌′ …………………….……… ( 2 . 15 )
Dimana :
T = Torsi ( N.mm )
Dp = Diameter pinion ( mm )
𝜎˳ = Tegangan statis ( kg/mm2)
𝑐𝑣 = Faktor kecepatan
𝑏 = lebar roda gigi ( mm )
𝑚 = modul roda gigi ( mm )
𝑌′ = faktor lewis
Dimana :
Dp = Diameter pinion ( mm )
Np = Putaran pinion ( Rpm )
f. Faktor kecepatan ( Cv )
6
𝑐𝑣 = …………………….……… ( 2 . 17 )
6+v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3v
6
Kecepatan sedang 5 – 20
6v
5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5 v
g. Lebar gigi ( b )
1,15 .π .m
b = …………………….……… ( 2 . 18 )
tan 𝛼
Dimana :
m = modul roda gigi ( mm )
α = sudut miring (°)
Dimana :
m = modul roda gigi ( mm )
Tp = Jumlah gigi pinion
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Dimana :
i = angka rasio gigi
n1 = putaran gigi 1 ( Rpm )
n2 = putaran gigi 2 ( Rpm )
Dimana :
Tg = jumlah gigi gear
I = rasio gigi
Tp = jumlah gigi pinion
Dimana :
Wa = Gaya aksial ( Newton )
Wt = Gaya tangensial ( Newton )
𝑑1 +𝑑2
a˳ = …………………….……… ( 2 . 23 )
2
Dimana :
a˳ = Jarak Sumbu Poros ( mm )
d1 = diameter roda gigi 1 ( mm )
d2 = diameter roda gigi 2 ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Dimana :
Co = jarak antar gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )
Dimana :
dk1 = Diameter kepala ( mm )
Tp = jumlah gigi pinion ( mm )
m = modul gigi ( mm )
Dimana :
df1 = diameter kaki ( mm )
Tp = jumlah gigi pinion ( mm )
m = modul gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )
H = 2m + Ck …………………….……… ( 2 . 27 )
Dimana :
H = kedalaman pemotongan ( mm )
m = modul gigi ( mm )
Ck = kelonggaran puncak ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
p. Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki gigi (Sk2)
Rencana untuk ukuran pasak :
6 mm x 7 mm t1 = 3 mm t2 = 4 mm
Sk2 = (df2/2 ) – { ( ds2/2) + t2 } …………………….……… ( 2 . 28 )
Dimana :
Sk2 = Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki gigi ( mm )
df2 = diameter kaki ( mm )
ds2 = diameter poros ( mm )
t2 = kedalaman alur pasak pada poros ( mm )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
FLOW CHART
MERANCANG RODA GIGI MIRING
P = watt Np = Rpm
Tp = jumlah gigi α = sudut miring
Φ = sudut tekan Ng = Rpm
c. Faktor lewis ( Y’ )
d. Gaya Tangensial ( Wt) s. Tebal antara dasar alur
pasak dan dasar kaki gigi
e. Kecepatane.Roda gigi ( v ) (Sk2)
f. Faktor kecepatan ( Cv )
g.
Menentukan nilai modul (m) b/m = (6 – 10 ) (baik )
g. Lebar gigi ( b )
d/b = ≤ 1,5 (baik )
FLOW CHART
MERANCANG RODA GIGI LURUS
P = watt Np = Rpm
Tp = jumlah gigi α = 20°
Ng = Rpm a = jarak sumbu poros
b. Menentukan
c. Angka giginilai modul(m)(T
equivalent ( Te) p &
Tg) o. Tebal antara dasar alur
c. Diameter Roda Gigi ( d01 & d02 )
pasak dan dasar kaki gigi
(Sk2)
d. Kelonggaran puncak ( Ck ) dan Co
f. Gaya
e. Diameter Tangensial
kepala (dk) dan( W t)
diameter
kaki (df)
b/m = (6 – 10 ) (baik )
g.
f. H (kedalaman pemotongan) d/b = ≤ 1,5 (baik )
g. Faktor bentuk gigi (Y)
h. Sk2/b = ≥ 2,2 ( baik )
2.2 Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah
gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi seperti
shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan menerima
beban puntir (Khurmi, R.S., 2005).
Jenis poros yang lain adalah jenis poros transmisi. Poros ini akan
mentransmisikan daya meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket rantai
dan lain-lain. Poros jenis ini memperoleh beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali diperlukan koreksi pada
daya rata - rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi
perencanaan.(Sularso, 2002)
2. Kekakuan poros.
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup, tetapi jika lenturan
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan
suara, karena itu disamping kekuatan poros, kekakuan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani
poros tersebut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
3. Korosi.
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida yang korosif
maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi
korosi yang dapat menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan poros.
Poros yang digunakan untuk putaran yang tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan
(case hardening).
Rumus yang digunakan dalam perhitungan poros yaitu:
a. Daya rencana
Pd f c P ..................................................................... (2.29)
Dimana :
fc = Faktor koreksi
Dimana:
T = Torsi pada poros (kg.mm)
P = Daya (Kw)
n2 = Putaran poros (rpm)
Dimana:
d. Diameter Poros
5,1xKtxCbxT
Ds = 3 …………………………… ( 2 .32 )
Ta
Di mana :
2.3 Motor
Motor listrik adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan
yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah
sebuah putaran poros. Komponen lain yang dihubungkan dengan poros motor
adalah pulley atau roda gigi yang kemudian dihubungkan dengan sabuk atau rantai.
Motor listrik adalah motor yang berputar karena adanya sumber daya listrik
yang menghidupkan stator electromotor sehingga menyebabkan terjadinya medan
magnet dan memicu rotor untuk berputar. Sumber tenaga dari motor listrik adalah
listrik dari PLN.
Berikut adalah rumus untuk mencari harga daya, gaya, torsi, kecepatan putar
dan berat.
a. Mencari harga daya (P)
Berdasarkan besar usaha atau energi tiap satuan waktu, daya dapat
dirumuskan:
w
P .......................................................................................... (2.33)
t
Sumber: R.S Khurmi, 1979
Di mana :
P = Daya (watt)
w = Usaha (joule)
t = Waktu (second)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Berdasarkan gaya yang bekerja dan kecepatan, maka daya dapat dihitung
dengan rumus:
P=F .V ......................................................................... (2.34)
Sumber: R.S Khurmi, 1979
Di mana:
P = daya (Watt)
F = gaya (N)
V = kecepatan linier (m/s)
2 .n.
......................................................................... (2.36)
60
Sumber: R.S Khurmi, 1979
Di mana:
T = Torsi (N.m)
ώ = Kecepatan Sudut (Rad/s)
I = Momen inersia (kg.m³)
α = Percepatan sudut ( Rad/det² )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Di mana:
n = Putaran poros (rpm)
T = Torsi (kg.m)
P = Daya (watt)
F = m . a ............................................................................ (2.39)
Sumber: R.S Khurmi, 1979
Di mana:
F = Gaya ( N atau kg.m/s2)
m = Massa (kg).
a = percepatan (m/s2).
Di mana:
W = berat (N atau kg.m/s2).
m = massa (kg).
g = percepatan gravitasi (10 m/s2).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Di mana:
T : torsi (N.m)
F : gaya (N)
r : jarak terhadap sumbu (m)
σ1 maks = 600√𝑝𝑘
𝑏𝑟
kg/cm2 ………………….. (2.42)
σ1 maks = 400√𝑝𝑘
𝑏𝑟
kg/cm2 ………………….. (2.43)
Dimana :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Dimana :
Q = bobot beban
𝐺0 = bobot troli